NAMA
NIM
: H41110272
KELOMPOK
: IV (EMPAT)
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui adanya gugus hidroksi fenil spesifik pada asam amino tirosin
dengan menggunakan reagen Millon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang
berdekatan dengan gugus karboksil (C-) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus
amina dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon yang
sama. Rumus asam amino dapat ditunjukkan pada gambar
(Tim Dosen Kimia, 2007):
R
H2N C COOH
H
Asam amino adalah senyawa yang memiliki gugus amino (-NH 2) dan
asam karboksilat (-CO2H) pada molekul yang sama. Ada dua puluh asam amino
alami yang lazim. Keduapuluh asam amino alami yang lazim, memiliki rangka
yang terdiri dari gugus asam karboksilat dan gugus yang terikat secara kovalen
pada atom pusat (karbon alfa). Dua gugus lainnya pada karbon alfa ialah hydrogen
dan gugus R yang merupakan rantai samping asam amino. Sifat kimia gugus
rantai sampinglah yang menyebabkan perbedaan sifat asam amino. Dua puluh
asam amino alfa alami ini dibagi menjadi tujuh golongan berdasarkan struktur
rantai sampingnya, yaitu (Sultanry, 1985) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nitrogen pada rantai samping histidina sifat basanya lebih lemah dibanding
pada lisina dan arginina.
7.
sampai beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang
polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan
ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau
2.
3.
4.
Asam amino yang pertama kali ditemukan adalah asparagin pada tahun
1806. Yang paling akhir adalah treonin, yang belum teridentifikasi sampai tahun
1928. Semua asam amino mempunyai nama atau nama umum yang kadangkadang diturunkan dari sumber pertama-tama molekul ini diisolasi. Seperti dapat
diduga asparagin pertama-tama ditemukan pada asparagus, asam glutamat
ditemukan dalam gluten gandum, dan glisin (bahasa yunani, glycos, manis)
dinamakan karena rasanya yang manis (Lehninger, 1997).
Corak umum dari semua asam amino ialah adanya paling sedikit satu
gugus asam amino dan satu gugus asam karboksilat. Baik interaksi antarmolekul
atau intermolekul antara fungsi basa dan asam memainkan peranan penting dalam
sifat fisika dan kimia dari senyawa dan berdwifungsi ini. Banyak dari perhatian
pada molekul ini ditunjukkan pada suatu pemahaman mengenai peranannya
sebagai balok pembangun dari peptida dan protein (Pine dkk., 1980).
Gugus karboksil dan gugus amino memperlihatkan semua reaksi yang
dapat diharapkan dari fungsi-fungsi ini, misalnya pembentukan garam,
pengesteran, dan asilasi. Disamping itu gugus yang terdapat pada rantai samping
(R) juga dapat memberikan reaksi yang khas asam amino
(Tim Dosen Kimia, 2007).
Asam-asam amino beraksi dengan ninhidryn untuk membentuk produk
yang disebut ungu ruhenann. Reaksi ini biasa digunakan sebagai uji bercak untuk
mendeteksi hadirnya asam-asam amino pada kertas kromatografi. Karena reaksi
itu kuantitatif, reaksi ini digunakan sebagai penganalisis asam amino yang
diotomasi, instrumen-instrumen yang menetapkan persentase asam-asam amino
yang ada dalam suatu contoh (Fessenden dan Fessenden, 1994).
mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus S-S- pada sistein
apabila direduksi terlebih dahulu dapat juga memberikan hasil positif
(Poedjiadi, 1994).
Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea kira-kira pada 180 C
NH 2
2C
NH 2
O
NH 2
NH
Urea
NH 3
Amoniak
NH 2
Biuret
kompleks
2+
Cu
ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan
hasil positif (Poedjiadi, 1994).
Reaksi ini khas adalah untuk penentuan gugus indole spesifik untuk asam
amino triptofan. Senyawa-senyawa indolik dengan aldehid tertentu (asam
gliosilik, methanol, para metal amino-benzaldehide) dalam suasana asam dan
dingin memberikan warna violet (Patong, 2007).
Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu
dengan yang lain membentuk suatu senyawa yang disebut dipeptida. Apabila
jumlah asam amino yang berikatan tidak lebih dari sepuluh molekul disebut
oligopeptida. Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut
dipeptida.Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida adalah peptide yang terdiri atas
tiga molekul dan empat molekul asam amino. Delapan molekul asam amino
dengan demikian akan membentuk oktapeptida. Polipeptida adalah peptide yang
molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino. Protein adalah suatu ikatan
polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino (Poedjiadi, 1994)
Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein
atau sebagai kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu
spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu
memproduksi sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat
makanan). Istilah "asam amino esensial" berlaku hanya bagi organisme heterotrof.
Bagi manusia, ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino esensial
yang harus dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin,
fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Histidin dan arginin disebut sebagai
"setengah esensial" karena tubuh manusia dewasa sehat mampu memenuhi
kebutuhannya. Asam amino karnitin juga bersifat "setengah esensial" dan sering
diberikan untuk kepentingan pengobatan (Anonim, 2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
B. Tes Ninhidrin
3 mL larutan protein (albumin, alanin, threonin, glisin) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda, kemudian ditambahkan dengan 0,5 mL larutan
ninhydrin 0, 1% dan diamati perubahan yang terjadi.
Kemudian dipanaskan
D.
Tes Sistin
Sedikit Sistin dilarutkan dalam 5 mL NaOH 1 M, diamati perubahan yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna
Dengan reagen
Millon
Putih susu, endapan
Putih susu, endapan
Bening
Setelah
pemanasan
Merah Salmon
Putih susu
Bening
Reagen berlebih
dipanaskan
Putih susu
Putih susu
Bening
IV.1.3 Reaksi
2HO
HOOC-CH-CH2
NH2
Hg
CH2-CH-COOH + 2HNO3
NH2
IV.1.4 Pembahasan
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi
ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan
hasil positif.
Pada albumin yang ditambahkan reagen millon akan berubah warna
menjadi putih susu, perubahan tersebut belum bisa dikatakan kalau reagen millon
bereaksi terhadap albumin. Melainkan reaksi positif campuran terjadi apabila
larutan dipanaskan dan menghasilkan warna merah serta endapan merah. Jika
ditambahi lagi reagen millon usai dipanaskan, warna tetap merah namun
kandungan airnya berkurang.
Pada asam amino, dalam percobaan ini yang digunakan asam aspartat dan
alanin mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang dialami albumin
sebelumnya. Asam amino tersebut ditambahkan reagen millon yang pada asam
aspartat menghasilkan reaksi berupa larutan yang berwarna putih susu sedangkan
pada alanin tetap bening. Setelah dipanaskan, warna kedua jenis larutan tersebut
memiliki warna yang tetap, bahkan tetap tidak berubah saat ditambahkan reagen
berlebih.
IV.2 Tes Ninhydrin
IV.2.1 Pendahuluan
Bila ninhydrin (Triketohydrindene) dipanaskan dengan asam amino, maka
akan terbentuk kompleks yang berwarna. Untuk salah satu asam amino, dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang
terbentuk yang sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Jika terjadi
reaksi maka setelah pemanasan larutan protein akan berubah warna menjadi ungu
dan albumin menjadi warna kuning.
IV.2.2 Tabel Hasil Pengamatan
Larutan asam amino
Warna
Dengan ninhydrin
Bening
Putih Keruh
Bening
dan protein
Alanin
Albumin
Glisin
Setelah pemanasan
keunguan
Putih kekuningan
bening
IV.2.3 Reaksi
O
O
ll
C
OH
C
C
ll
O
ll
C
+ RCHCOOH
OH
l
NH2
C
OH
C
ll
O
Ninhydrin
Hydrindantin
O
ll
C
OH
O
ll
C
+ R CH + NH3 + CO2
ll
O
C
C
ll
OH
+
OH
C
OH
+
C
ll
O
Ninhydrin
O
ll
C
Hydrindantin
O
ll
C
CN = C
+ + 3 H2O
C
C
1l
ll
OH
O
Diketohydrindylene dyketohydrindamine
IV.2.4 Pembahasan
Bila ninhydrin (Triketohydrindene) dipanaskan dengan asam amino, maka
akan terbentuk kompleks yang berwarna. Untuk salah satu asam amino, dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang
terbentuk yang sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Jika terjadi
reaksi maka setelah pemanasan larutan protein akan berubah warna menjadi ungu
dan albumin menjadi warna kuning.
Pada percobaa Ninhidrin, saat menggunakan larutan albumin, tidak terjadi
perubahan apapun yang menandakan bahwa larutan albumin tidak memiliki gugus
asam amino bebas. Berbeda dengan larutan asam amino, dalam percobaan ini
menggunakan alanin dan glisin, yang diharapkan mampu menghasilkan larutan
yang berwarna ungu usai dipanaskan.
Namun pada percobaan kali ini larutan Alanin mengalami kesalahan pada
hasil akhir setelah pemanasan, yang mana setelah ditambahkan dengan ninhydrin
berlebih seharusnya berubah menjadi ungu, namun tidak mengalami perubahan.
Hal ini bisa saja diakibatkan karena larutan Alanin yang sudah kurang baik atau
sudah rusak karena adanya beberapa faktor seperti suhu atau telah tercampur
dengan bahan kimia yang lain yang juga menyebabkan perubahan konsentrasi dan
kepekatan larutan.
IV.3 Tes Sistein
IV.3.1 Pendahuluan
Reaksi antara gugus sulfuhydril dari asam amino (Cysteina) peptida
(glutathiono) atau protein dengan nitroprussida dan amoniak berlebih dapat
diterangkan sebagai berikut:
Fe3+(CN)5NO2- + NH3 + RSH NH4+Fe2+(CN)5NO2-SRwarna salmon
warna merah
l
NH2
IV.3.4 Pembahasan
Pada percobaan ini, yang meraksikan kristal cystein hidroklorida pada
larutan ini memeberikan warna merah salmon. Warna ini terjadi karena antara
natrium nitroprussida dalam amoniak akan menghasilkan warna merah salmon.
Setelah larutan dipanaskan dengan cara pemanasan langsung, pemanasan
berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Warna larutan tersebut berubah
menjadi warna merah. Gugus yang nampak adalah sulfuhidril.
Pada larutan yang menggunakan sistein, hasil akhirnya memberikan
larutan yang berwarna coklat tua.
IV.4.3 Reaksi
S S
l
l
H2C CH2
l
l
H2NHC CHNH2 + 2 NaOH + Pb (CH3COO)2
l
l
O=C C=O
l
l
HO
OH
Pb
S
l
H2C
l
H2N HC
l
O=C
l
HO
S
l
CH2
l
CH N H2 + 2 CH3COONa + 2 OHl
C=O
l
OH
IV.4.4 Pembahasan
Pada uji sistin, hasil yang diperoleh berupa larutan berwarna hitam dengan
sedikit endapan berwarna gelap. Dari reaksi yang terjadi bisa dikatakan bahwa
reaksi itu terjadi karena adanya Pb asetat yang bereaksi terhadap sistin yang
dilarutkan dalam larutan NaOH.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percoban yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Test Millon bereaksi spesifik untuk mengidentifikasi gugus hidroksifenil pada
asam amino tirosin yang ditandai dengan adanya gumpalan warna merah yang
terjadi.
2. Test Ninhidrin bereaksi spesifik untuk mengidentifikasi gugus amino bebas
pada asam amino yang ditandai dengan adanya perubahan warna yang terjadi
warna bening sebelum dipanaskan menjadi ungu setelah dipanaskan.
3. Reaksi asam amino Cysteina dengan nitroprussida dalam amoniak bereaksi
spesifik untuk mengidentifikasi gugus sulfuhidril yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah salmon dan terdapat endapan.
4. Reaksi asam amino Cystine dengan Natrium hidroksida dalam timbal asetat
bereaksi spesifik untuk mengidentifikasi ikatan sulfida yang ditandai dengan
adanya perubahan warna yakni berwarna putih keruh dan terdapat endapan
sebelum dipanaskan menjadi kuning ada endapan setelah dipanaskan.
5.2 Saran
Untuk Laboratorium Biokimia sebaiknya bahan bahan praktikum yang
sudah rusak ataupun terkontaminasi agar diganti dengan yang masih baik, agar
hasil yang didapatkan lebih baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Latar belakang
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus NH2
pada atom karbon dari posisi gugus COOH. Asam amino umumnya
mudah larut dalam air, dan hanya sedikit atau bahkan tidak larut dalam
pelarut organic, dan titik leburnya sangat tinggi.
Ninhidrin, suatu senyawa oksidator kuat bereaksi dengan semua asam amino pada Ph 4-8 dan dihasilkan senyawa berwarna biru. Asam-asam
amino, prolin dan hidroksi prolin juga bereaksi dengan ninhidrin akan
tetapi manghasilkan warna kuning.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat daya larut berbagai
asam amino dalam pelarut-pelarut yang berbeda. Praktikum kedua , uji
ninhidrin yang bertujuan untuk mengidentifikasi asam -amino.
Manfaat
Adapun manfaat yang di peroleh dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui daya larut asam amino dalam pelarut-pelarut lain dan
mengetahui bagaimana cara memisahkan asam amino.
TINJAUAN PUSTAKA
METODA
Adapun metoda yang di gunakan dalam praktikum pelarutan asam amino
adalah yang pertama siapkan 4 buah tabung reaksi yang di isi pelarut
dengan HCL ,NaOH, etanol , aquades (masing-masing 5 ml). Kedua
larutkan kira-kira 0,2 g asam amino ke dalam masing-masing pelarut
Pelarut
N
o
Asam
amino
Aquad
es
HCL
NaOH
Histidi
n
Larut
Larut
Larut
Tidak larut
Glysin
Larut
Larut
Larut
Tidak larut
Tyrosin
Tidak
larut
Tidak
larut
Tidak
larut
Larut
etanol
amino yang dalam larutan air akan mengion dan dapat bersifat asam dan
basa berwarna biru kehijauan. Jaru Anwar (2001), menyatakan bahwa
asam amino adalah senyawa anorganik yang mengandung gugus
karboksil dengan demikian mempunyai sifat asam-basa.
Uji ninhidrin
Reaksi ninhidrin dapat dipakai untuk penentuan kuantitatif asam amino.
Dengan memanaskan campuran asam amino dan ninhidrin, terjadilah
larutan berwarna ungu yang identitasnya dapat ditentukan dengan cara
spektrofotometri. Uji Ninhidrin merupakan uji warna pada protein dengan
membentuk larutan berwarna ungu akibat adanya gugus amino bebas.
Semua asam amino dan peptida yang mengandung gugus -amino bebas
memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Reaksi positif, tyrosin
mengandung gugus amino bebas, ditandai dengan warna larutan ungu
setelah dipanaskan.
Uji ninhidrin
Hasil praktikum
Asam
Amino
Warna
Setelah di
Panaskan
Waktu Setelah
Pencampuran
Waktu
Glisin
Ungu
01:08:53
Ungu
Pekat
Tirosin
Bening
01:02:95
Ungu Tua
Histidin
Ungu Pekat
02:00:00
Purple
PENUTUP
Kesimpulan
Protein dan asam amino memberikan reaksi yang bersifat khas, bukan
hanya bagi gugus amino dan gugus karboksil bebas, tetapi juga bagi
gugus R yang terkandung di dalamnya. Protein dapat bereaksi dengan
pereaksi-pereaksi lain seperti juga asam amino yang menjadi
penyusunnya. Protein dapat mengendap atau terdenaturasi oleh logam
berat, garam-garam anorganik, rusaknya struktur tersier dan kwartener,
serta karena berada pada titik isolistriknya.
Dengan melaksanakan praktikum mengenai kelarutan asam amino, dapat
disimpulkan bahwa Daya larut beberapa asam amino tertentu dapat larut
pada pelarut tertentu, misalnya : glisin dan histidin dapat larut dalam
larutan HCl, NaOH dan Aquades, sedangkan tirosin larut dalam larutan
etanol.
Saran
Pendahuluan
Protein adalah polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino yang
mempunyai ikatan amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam amino , asam
karboksilat dengan gugus amino pada atom karbon C . Peptida dan protein merupakan
polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus
karboksil.(Winarno, 2002)
Asam amino dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan asam amino
dengan atom C yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris). Konfirmasi atom C
asam amino penyusun protein termasuk L, sedangkan bentuk D secara alamiah jarang
dijumpai di alam seperti asam amino nonprotein pada senyawa antibiotika yang dihasilkan
oleh bakteri tanah. Berdasarkan bisa tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia,
maka asam amino dibedakan menjadi asam amino esensial dan nonesensial.(Poedjiadi 1994)
Asam amino esensial berjumlah 20 jenis, asam amino esensial bersifat asimetrik
kecuali glisin yang bersifat simetrik. Asam amino memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu dapat
larut dalam air, dapat membentuk kristal, dan nilai konstanta dielektrik tinggi sehingga
memiliki sifat amfoter atau dalam keadaan zwitter ion memiliki muatan positif dan negatif
yang seimbang.(Lehninger 1993)
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh
karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adlaah polimer dari asam amino yang
dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur
C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga (Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi
dari 5000 samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein
sangat mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak
agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas,
asam, basa, solven organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif
(Sudarmadji, 1996).
Struktur asam amino digambarkan sebagai berikut:
H
H2N
C
COOH
R
(Lehninger, 1995).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H +,
sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti reaksi berikut:
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat membentuk ion
yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga ion amfoter (zwitterion).
Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila asam amino dalam air ditambah
dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion
OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion H + pada gugus NH3+. Sebaliknya bila ditambahkan
asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H + yang tinggi mampu berikatan
dengan ion COO- sehingga terbentuk gugus COOH sehingga asam amino akan terdapat
dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi, 1994).
Dalam suatu sistem elektroforesis yang memiliki elektroda positif dan negatif, asam
amino akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan asam amino yang
terdapat dalam larutan. Apabila ion asam amino tidak bergerak ke arah negatif maupun
positif dalam suatu sistem elektroforesis maka pH pada saat itu disebut pH isolistrik. Pada pH
tersebut terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter, anion
dan kation (Anna Poedjiadi, 1994).
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui gugus amino yang
terkandung pada larutan yang akan diuji. Pada uji milon untuk mengetahui ada
tidaknya tirosin, uji hopkins cole untuk mengetahui adanya triptofan, uji ninhidrin
untuk menguji adanya gugus karboksil dan gugus asam amino bebas, uji belerang
untuk mengetahui adanya sistein, uji xanthoproteat untuk mengetahui ada
tidaknya inti benzena dan uji biuret untuk mengetahui adanya gugus amino.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet
volumetrik, penangas air, penjepit dan gelas piala.
Bahan yang digunakan adalah pereaksi Milon, Hopkins Cole, Ninhidrin, Belerang,
Xanthoproteat, dan Biuret. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, fenol 2%,
NaOH 10%, Pb-Asetat 5%, NHO3pekat , dan CuSO4 0,1%.
Prosedur Percobaan
Praktikum ini menggunakan 6 reaksi uji asam amino yaitu uji Milon, uji Hopkins
Cole, uji Ninhidrin, uji Belerang, uji Xanthoproteat, dan uji Biuret.
Uji Milon menggunakan pereaksi Milon yang kemudian ditambahkan ke dalam 3 ml
pada larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Lalu dipanaskan
dan diamati. Uji Hopkins-Cole menggunakan 2 ml bahan yang akan diuji dilarutkan dalam 2
ml pereaksi Hopkins-Cole ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 ml asam pekat melalui
dinding tabung secara hati-hati,lalu dibiarkan hingga ter bentuk cincin violet (ungu). Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Ninhidrin menggunakan 0.5 larutan Ninhidrin 0.1% ke dalam 3 ml larutan
protein, kemudian dipanaskan dalam penangas air sampai mendidih selama 10 menit. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%. Uji belerang
menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 5 ml NaOH 10%,didihkan selama
beberapa menit. Kemudian menambahkan 2 tetes larutan Pb-Asetat 5%, setelah itu
dipanaskan kembali beberapa menit. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%,
gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Xanthoproteat menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 1 ml
HNO3 pekat,lalu dicampurkan dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan
ditambahkan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa dan terjadi perubahan warna. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein 2%, gelatin 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Uji
yang terakhir adalah Uji Biuret yang menggunakan 3 ml larutan protein lalu ditambahkan ke
dalam 1 ml NaOH 10 % dan dikocok. Setelah itu ditambahkan 1 tetes larutan CuSO 4 dan
kocok kembali jika tidak timbul warna. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein
2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Larutan
Hasil
Pengamatan
Albumin 2%
Gelatin 2%
Kasein 2%
Pepton 2%
+
-
Jingga Muda
Jingga Keruh
Hijau Kecokelatan
Jingga Keruh
Fenol 2%
Jingga Muda
Ket:
Hasil
Pengamatan
Albumin 2%
Gelatin 2%
Kasein 2%
+
+
Cincin Violet
Tidak ada cincin
Cincin Violet
Pepton 2%
Cincin Violet
Ket:
Hasil
Pengamatan
Albumin 2%
Gelatin 2%
Kasein 2%
+
+
+
Pepton 2%
Ket:
Hasil
Pengamatan
Albumin 2%
Gelatin 2%
Kasein 2%
+
-
Warna Abu-abu/kehitaman
Bening
Bening
Pepton 2%
Bening
Ket:
+ : mengandung sistein
Hasil
Pengamatan
Albumin 2%
Gelatin 2%
Kasein 2%
Pepton 2%
+
+
+
+
Kuning Tua
Kuning Tua
Bening Kekuningan
Kuning Tua
Fenol 2%
Merah
Ket:
Larutan
Hasil
Pengamatan
Albumin 2%
Gelatin 2%
Kasein 2%
+
+
+
Ungu Muda
Ungu Muda
Ungu Muda
Pepton 2%
Ungu Muda
Ket:
Terjemahan
Bahan
Makanan
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta.
Winarno F G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
dan
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Pembimbing
Praktikan
1. Tes Millon
Albumin
Alanin
Asam aspartat
+ 5 tetes Millon
Hasil:
Asam aspartat danalanin tetap bening.
Albumin, endapannya berkurang.
2. Tes Ninhydrin
Alanin
Glisin
Hasil:
Glisin dan alanin keunguan.
Albumin, tetap keruh.
Albumin
3. Cysteina
Larutan
contoh
Larutan Na-nitroprussida
+ Amonium
Hidroksida
Hasilnya: larutan
berwarna
kecoklatan
4. Cystine
Larutan
contoh
Larutan
NaOH
LarutaN Pbasetat
Hasil:
Sebelum dipanaskan: terdapat endapan Pbasetat(bening)
Setelah dipanaskan: Bening kekuning-kuningan (,asih