Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN

“PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URINE”

OLEH

NAMA : PUTRI SEPTIANI BASRI


STAMBUK : 15020180008

KELAS : C1C2
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si.M.Kes

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia farmasi, tidak hanya profesi yang menyangkut seni
dan ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber sintetik atau alam yang
sesuai. Farmasi mencakup identifikasi, pemisahan, dan pembuatan
obat sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
dengan sesuai dan aman. Dengan adanya ilmu kimia klinik yang
mempelajari mengenai pemeriksaan kimia yang dapat dilakukan
terhadap darah, urin, sputum(seperti ludah ataupun dahak), cairan
tubuh(seperti otak) ginjal, dan sebagainya. Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan pada cairan tubuh seperti misalnya pada uji fungsi
hati, ginjal, lambung, pankreas, lemak darah, gula darah, yang mana
dapat digunakan untuk menjadi alasan kuat hasil diagnosis,
Khususnya pada pemeriksaan fisika dan zat organik dalam urin,
dimana pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian terhadap urin
untuk melihat bagaimana proses identifikasi yang dilakukan untuk tes
urin ini dan apa-apa saja indikasi-indikasi yang didapatkan.
Urinalisis merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh para
klinis. Yang dapat mendapatkan informasi mengenai fungsi metabolis
tubuh, juga dapat mendeteksi kelainan asimptomatik. Tes urin sering
dilakukan dikarenakan sampel yang mudah didapatkan dan teknis
yang tidak begitu sulit. Bertujuan untuk menunjukkan keadaan normal
tidak terdapat dalam urin, atau menunjukkan perubahan kadar zat
yang dalam keadaan normal terdapat dalam urin.
Tes urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik (secara fisik meliputi
warna, bau, bobot jenis, dan pH), mikroskopik/ sedimen( meliputi
eritrosit, leukosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur, dan parasit)
dan kimia urin ( meliputi protein, glukosaa, keton, darah, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, dan lekosit esterase.

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

1.2 Maksud Praktikum


Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk menentukan atau
menganalisis data klinis dari specimen urin dengan menentukan berat
jenis Urin, melakukan pemeriksaan fisika Urin, Dan melakukan
pemeriksaan zat organik dalam Urin
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisika urin meliputi
pengujian warna, bau, pH, bobot jenis, dan sedimen urin
(mikroskopik)
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan zat organik dalam
urin meliputi pengujian glukosa dan protein
3. Mahasismwa mampu menganalisis dan menginterpretasikan data
klinis pemeriksaan fisika spesimen urin
4. Mahasismwa mampu menganalisis dan menginterpretasikan data
klinis pemeriksaan zat organik dalam spesimen urin

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Ekskresi urin yang normal setiap hari biasanya antara 600-1.500
mL/hari. Isosten uria menunjukkan urin dengan berat jenis yang
konstan, 1,010 yaitu berat filtrate glomerular. (Harr, 2002 : 202).Hasil
dari penyaringan ini adalah urin primer yang mengandung beberapa
zat yang masih dibuthkan dalam tubuh. Zat tersebut antara lain
glukosa, asam amino, dan asam urat (Sarwadi 2014, h. 41).
Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata 5,5-6,5.
Jika didapatkan pH yang relatif basa kemungkinan terdapat infeksi
oleh bakteri pemecah urea, sedangkan jika pH yang terlalu asam
kemungkinan terdapat asidosis tubulus ginjal. (Aziz, 2008 : 50). Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Chandra 2008,
h. 23)
Terdapat beberapa jenis spesimen urin berdasarkan waktu
pengumpulan, yaitu urin sewaktu, urin pagi pertama, urin pagi ke dua,
urin 24 jam dan urin postprandial (Riswanto dan Rizki, 2015).
a. Urin sewaktu (Random)
Urin sewaktu yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang
yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya
cukup baik untuk pemeriksaan rutin (Hanifah, 2012).
b. Urin pertama pagi
Urin pertama pagi setelah bangun tidur adalah yang paling baik
untuk diperiksa. Urin satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Urin pagi baik untuk pemeriksaan
sedimen dan pemeriksaan rutin, serta tes kehamilan berdasarkan
adanya HCG (Human Chorionic Gonadothropin) dalam urin.
Sebaiknya urin yang diambil adalah urin porsi tengah (midstream
urin) (Riswanto dan Rizki, 2015).

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

c. Urin pagi kedua


Spesimen ini dikumpulkan 2 – 4 jam setelah urin pagi pertama
(first morning urin). Spesimen ini dipengaruhi oleh makanan dan
minuman dan aktivitas tubuh, tetapi spesimen ini lebih praktis
untuk pasien rawat jalan (Riswanto dan Rizki, 2015).
d. Urin 24 jam
Urin 24 jam diperlukan untuk penetapan kuantitatif suatu zat
dalam urin. Cara untuk mengumpulkan urin 24 jam yaitu
diperlukan botol besar, bervolume 1½ liter atau lebih yang dapat
ditutupi dengan baik. 13 Botol ini harus bersih dan biasanya
memerlukan sesuatu zat pengawet (Hanifah, 2012).
e. Urin 2 jam post prandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria.
Merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1½ - 3 jam setelah
makan (Hanifah, 2012).
Macam-macam pemeriksaan urinalisis (Aziz, 2008 : 47-50) :
Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman, protein, dan gula
dalam urine Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast
(silinder) atau bentuk lain dalam urine.
Urinalisis dapat dilakukan secara manual maupun otomatis dengan
melakukan pemeriksaan dipstick ataupun sedimen urine. Pada
pemeriksaan dipstick dan sedimen urine akan didapatkan zat-zat yang
terkandung dalam urine seperti eritrosit, leukosit, protein, ph, serta
epitel (Azia, 2018).
Pemeriksaan fisik atau makroskopik urin merupakan salah satu
jenis urinalisis yang dilakukan untuk melihat volume, warna,
kejernihan, dan bau pada urin. Peningkatan asam urat dalam urin juga
dapat menyebabkan kekeruhan pada urin, pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Kekeruhan urin disebabkan oleh gangguan

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

proses filtrasi glomerulus sehingga banyak pertikel yang masuk


kedalam urin (Mustikawangi, 2016).
Derajat keasaman urin berkaitan dengan pengaturan
keseimbangan asam dan basa di dalam cairan tubuh. Sekresi asam
oleh ginjal dapat berubah sesuai dengan perubahan konsentrasi CO2,
kadar K+, kadar karbonat anhidrase dan kadar aldosteron. batas-
batas pH urin normal adalah dari 4,6-8,5. Terjadinya perubahan pH
dapat disebabkan perubahan urea menjadi ammonia dan hilangnya
CO karena didiamkan. Pemeriksaan sedimen dalam urin dapat
memberikan gambaran kondisi saluran urin mulai dari ginjal sampai
uretra. Sedimen digolongkan menjadi sedimen organik dan anorganik,
serta berkaitan erat dengan tingkat kekeruhan urin (Susilawati 2003,
h. 3).

Penentuan glukosa dalam urin adalah untuk mengetahui kadar


glukosa dalam darah secara tidak langsung. Untuk penentuan
glukosa dalam urin menggunakan dua kelompok metode, yaitu
metode reaksi reduksi (Fehling dan Benedict) dan metode enzimatik.
Dinyatakan negatif apabila: (Ma’rufah, 2011:2).
- tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan.(tidak ada
glukosa).
- Positif 1(+) ; warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5 –1 %
glukosa),
- positif 2 (++) warna kuning keruh(terdapat 1-1,5 % glukosa),
- positif 3 (+++) ; warna jingga seperti lumpur keruh (2 –3,5 %
glukosa),
- positif 4 (++++) ; warna merah keruh (> 3,5 % glukosa). Normal;
reduksi urin negative (Ma’rufah 2013, h. 2)

2.2 Uraian Sampel

Urin Normal (Pearce, 2006)


Komposisi : Air (96%), urea (2%), dan natrium klorida (2%)

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

Warna : Bening oranye pucat tanpa endapan


Bau : Tajam dan khas
Reaksi : Sedikit asam terhadap lakmus
pH rata-rata :6
Berat jenis : 1010-1025
2.2 Uraian Bahan
1. Asam Asetat Glasial (Ditjen POM, 2020: 169)
Nama resmi : GLACIAL ASETIC ACID
Nama lain : Asam Asetat Glasial
Rumus molekul : C2H4O2
Bobot molekul : 60,05 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; bauk has,


menusuk; rasa asam jika diencerkan dengan
air. Mend idih pada suhu lebih kurang 118˚.
Bobot jenis lebih kurang 1,05
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol dan dengan gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang

2. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus struktur : H—O—H
BM : 18,02
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : Zat tambahan, pelarut.
3. Benedict (Mulyono, 2008).
Nama : BENEDICT
Rumus molekul : CuSO4.5H2O
Kelarutan : Larut dalam air, lebih mudah atau cepat larut
dengan bantuan pemanasan atau pendidihan
air
Kegunaan : Sebagai pereaksi kualitatif untuk uji glukosa
4. CuSO4 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : TEMBAGA II SULFAT
Nama lain : Kupri Sulfat
Rumus molekul : CuSO4
Pemerian : Prisma tri klinik, serbuk hablur, biru
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian
gliserol, sangat sukar larut dalam etanol
Kegunaan : Komposisi Benedict
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Natrium Karbonat (Ditjen POM, 1979)


Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium karbonat
Rumus molekul : Na2CO3
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. Natrium Sitrat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CITRAS
Nama Lain : Natrium Sitrat
BM/ RM : 294,10 / C6H5 Na3O7. 2H2O

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih


Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam
etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.4 Prosedur Kerja (Anonim,2021)
1. Pemeriksaan Fisika Urin
a. Pemeriksaan Warna Urin
 Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
 Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi
 Diamati warna urin dalm posisi serong pada cahya tembus
 Hasil pengamatan warna nyatakan dengan : tidak berwarna,
kuning,kuning muda,kuning tua kemerahan, merah coklat, biru
kehijauan ,hitam, gelap, kuning kecoklatan, dan berbusa.
b. Pemeriksaan Bau Urin
 Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
 Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi.
 Dicium bau urin dengan mengibas-kibaskan telapak tangan
diatas tabung reaksi wadah yang berisi sampel urin sampai
tercium bau daro urin tersebut.
 Hasil pengamatan bau dinyatakan dengan bau makanan, bau
obat-obatan , mau amoniak, bau ketonuria, atau bau busuk.
c. Pemeriksaan pH Urin
 Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
 Dipipet urun kedalam plat tetes
 Dicelupkan kertas lakmus/pH pada urin
 Diamati nilai pH dan dicatat
d. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Ditimbang piknometer kosong

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

3. Dipipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut


piknometer
4. Ditimbang piknometer + urin
5. Dicatat masing-masing bobotnya
Perhitungan BJ Urin

BJ Urin = Berat piknometer dan urin – berat pikno kosong

Volume urin

e. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)


1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Dimasukkan urin 10 mL urin kedalam tabung dan putar
selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm
3. Setelah disentrifuge, supernatannya dibuang dan diambil
endapannya (sedimen urin)
4. Diambil 1-2 tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan
ditutup dengan dek glass
5. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran awal 10x
dilanjutkan pembesaran 40x
 Menggunakan lensa objektif 10x untuk melihat
silinder,kristal,epitel, dan elemen lain
 Menggunakan lensa objektif 40x untuk melihat eritrosit dan
leukosit
2. Pemeriksaan zat organik

a. Pemeriksaan glukosa urin

1) Dituang urin yang jernih ketabung reaksi sampai kira-kira 2/3


penuh
2) Dipanaskan pada bagian atas tabung selama kurang lebih 2
menit dab timbul kekeruhan.bagian bawah tabung dipakai
sebagai pembanding (control) . kekeruhan yang timbul dapat
disebabkan oleh protein, karbonat, dan fosfat.

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

3) Ditambahkan 2-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan


fosfat dan karbonat
4) Dipanaskan lagi pada bagian atas tabung, kekeruhan yang
timbul adalah presipitasi protein
Interprestasi pemeriksaan protein urin :

 Nilai normal adalah negative (-) : tidak ada kekeruhan


 Positif 1 (1+) : ada kekeruhan tapi tidak tampak butir-butir
(protein 0,01-0,05 gr%)
 Positif 2 (2+) : ada kekeruhan dan tampak butir-butir (protein
0,05-0,2 gr%)
 Positif 3 (3+) : amat keruh dengan gumpalan berkeping-
keping (rotein 0,2-0,5 gr%)
 Positif 3 (4+) : kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal
(protein >0,5 gr%).

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

BAB 3 METODE KERJA

3. 1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah Dek
Glass, Gegep Kayu, Kertas pH Indikator, Lampu Spiritus, Mikroskop,
Objek Glass, Pipet Tetes, Pinset, Tabung Reaksi, Timbangan
Analitik, Tabung Sentrifuge, dan Sentrifuge.
3. 2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Asam
Asetat Glasial, Aquadest, Urin Pagi, Urin Sewaktu, dan Reagen
Benedict.
3. 3 Cara Kerja
a. Pemeriksaan Fisika
1. Pemeriksaan Warna
i. Disiapkan alat dan bahan
ii. Dipipet sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi
iii. Diamati warna urin dalam posisi serong dalam cahaya
tembus
iv. Interpretasi hasil pemeriksaannya yaitu urine tidak
berwarna, kuning, kuning muda, kuning tua, kemerahan,
merah coklat, kuning merah, biru kehijauan, hitam gelap,
kuning kecoklatan, dan bebusa
2. Pemeriksaan Bau
i. Disiapkan alat dan bahan
ii. Dipipet 5 mL ke dalam tabung reaksi
iii. Dicium bau urine dengan mengibaskan tangan di atas
sampel sampai tercium
iv. Interpretasi hasil pemeriksaannya yaitu urine beraroma
makanan, obat, amoniak, ketonuria, dan busuk
3. Pemeriksaan pH
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Dicelupkan kertas pH ke dalam urine

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

c) Dibiarkan beberapa saat dan angkat


d) Diamati nilai pH dan catat hasilnya
4. Pemeriksaan Bobot Jenis
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang piknometer kosong dan catat hasilnya
c) Dipipet urine hingga mencapai mulut piknometer, tutup lalu
bersihkan
d) Ditimbang piknometer + urine lalu catat
e) Masukkan ke dalam rumus dan hitung BJnya
b. Pemeriksaan Sedimen
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan masing-masing 10 mL urine ke dalam tabung
sentrifuge dengan posisi yang saling berhadapan
3. Disentrifuge sampel selama 5 menit dengan kecepatan 1500-
2000 rpm
4. Dinyalakan dan jika selesai nantinya akan terhenti secara
otomatis dan keluarkan tabungnya
5. Dibuang lapisan atas (supernatant) lalu kocok tabung hingga
homogen
6. Diambil 1-2 tetes ke dalam objek glass dan ditutup dengan
dek glass
7. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x
c. Pemeriksaan Zat Organik
1. Pemeriksaan Glukosa
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Masukkan 5 mL reagen benedict ke dalam tabung reaksi
c) Ditambahkan sebanyak 8 tetes urine
d) Panaskan tabung reaksi diatas lampu spiritus selama 2
menit atau celupkan dalam air mendidih selama 5 menit
e) Diangkat dan dikocok perlahan lalu amati warnanya
f) Interpretasi hasil praktikum, sebagai berikut :

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

1) Nilai normal negatif jika larutan tetap berwarna biru atau


sedikit kehijauan agak keruh tanpa endapan
2) Positif 1, jika larutan berwarna kekuningan keruh
3) Positif 2, jika larutan berwarna kuning kehijauan keruh
4) Positif 3, jika larutan berwarna hijau
5) Positif 4, jika larutan berwarna jingga/merah
2. Pemeriksaan Protein
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Dituangkan urine jernih ke dalam tabung rx sampai 2/3
penuh
c) Dipanaskan sekitar 2 menit dan timbul kekeruhan
d) Ditambahkan 2-5 tetes asam asetat 10%
e) Dipanaskan lagi sekitar 2 menit
f) Kekeruhan timbul karena prespitasi protein
g) Interpretasi hasil praktikum
1) Nilai normal adalah negatif, jika tidak ada kekeruhan
2) Positif 1, jika da kekeruhan tapi tidak tampak berbutir-
butir
3) Positif 2, jika ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir
4) Positif 3, jika amat keruh dengan gumpalan berkeping-
keping
5) Positif 4, jika kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Praktikum


4.1 WARNA, BAU, pH

Kelompok Hasil
Warna Bau pH
1 Bening Amoniak 4,8
2 Kuning muda Busuk 8
3 Pink Ammonia 7,5
4 Berbusa Bau tajam 7,1

4.2 PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN


Kelompok Hasil
Eritrosit Leukosit Kristal asam
urat
1 Ada Tidak ada Tidak ada
2 Tidak ada Tidak ada Ada
3 Tidak ada Ada Ada
4 Ada Ada Tidak ada

4.3 PEMERIKSAAN BOBOT JENIS URIN


Kelompok Hasil
Volume pikno Pikno kosong Berat
urin
1 10 mL 16,18 26,35
2 25 mL 27,10 39,10
3 50 mL 38,12 47,09
4 25 Ml 27,10 40,25

4.4 PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN


Kelompok Hasil
1 Hijau
2 Kuning kehijauan keruh
3 Larutan biru jernih
4 Sedikit kehijauan tanpa endapan

4.5 PEMERIKSAAN PROTEIN URIN


Kelompok Hasil
1 Tidak keruh
2 Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping
3 Keruh tapi tidak tampak berbutir-butir
4 Bergumpal-gumpal

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

4.6 Perhitungan
1. Perhitungan Bobot Jenis Urine
Diketahui :
a. Bobot Piknometer Kosong : 16.18 g
b. Bobot Piknometer + Urine : 42.53 g
c. Volume Urine : 10 mL

Ditanyakan : BJ = …?

(𝐵𝐸𝑅𝐴𝑇 𝑃𝐼𝐾𝑁𝑂+𝑈𝑅𝐼𝑁)−(𝐵𝐸𝑅𝐴𝑇 𝑃𝐼𝐾𝑁𝑂 𝐾𝑂𝑆𝑂𝑁𝐺)


Penyelesaian : BJ = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑈𝑅𝐼𝑁

(42.53 g)−(16.18 g)
= 10 𝑚𝐿

= 2.635 g/mL

4.7 Pembahasan
Urinalisis merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh
para klinis. Yang dapat mendapatkan informasi mengenai fungsi
metabolis tubuh, juga dapat mendeteksi kelainan asimptomatik. Tes
urin sering dilakukan dikarenakan sampel yang mudah didapatkan
dan teknis yang tidak begitu sulit. Bertujuan untuk menunjukkan
keadaan normal tidak terdapat dalam urin, atau menunjukkan
perubahan kadar zat yang dalam keadaan normal terdapat dalam urin.
Dilakukannya percobaan pemeriksaan warna urin bertujuan
menentukan apa warna urin dengan cara mengamati langsung
dibawah cahaya. Hasil yang diperoleh dari praktikum dengan sampel
urine berwarna bening, normalnya urine yang baik warna kuning muda
– bening, maka dapat dikatakan memenuhi syarat. Adapun manifestasi
klinis dari warna urin yang tidak normal adalah : semakin pekat/ coklat
urin menandakan bahwa seseorang kuran cairan atau minum air putih.
Dilakukannya percobaan bau urin untuk mengetahui bau dari urin.
Dengan cara langsung yaitu menggunakan indera penciuman
kemudian pemeriksaan sample didapatkan bau ammoniak, sedangkan

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

normalnya urin berbau amoniak atau pesing. Maka dapat disimpulkan


bahwa urin berbau normal.
Dilakukannya pemeriksaan pH dengan hasil diperoleh pH 4.8,
sedangkan normalnya rentang pH 4,8-7,4 maka dapat dikatakan hasil
yang diperoleh berada dalam keadaan normal.
Sedangkan uji bobot jenis sampel urin hasil yang diperoleh sebesar
2.635 g/mL. Maka disimpulkan bahwa urin tersebut mengandung kadar
berlebih atau tidak memenuhi syarat normalnya, syarat BJ urin normal
yaitu 1.015–1.025 g/mL. Semakin berat bobot jenis urin maka
menandakan semakin tinggi kepekatan urin tsb, dan semakin rendah
diuresis urin. Adapun manifestasi klinis dari urin dengan bobot jenis
berlebih adalah menandakan urin tersebut semakin pekat dan
mengandung banyak partikel-partikel yang seharusnya tidak ada.
Karna normalnya urin tidak mengandung zat-zat yang seharusnya
sudah tersaring di glomerulus/ ginjal, sehingga dapat menjadi indikasi
adanya gangguan ginjal jika bobot jenis urin berlebih.
Pemeriksaan sedimen yaitu pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan
untuk mengamati komponen-komponen yang terdapat didalam urin
seperti eritrosit, leukosit dan kristal asam urat. Adanya eritrosit dalam
urin disebut hematuria sedangkan leukosit yang melebihi batas normal
disebut piuria. Pada sampel urun hanya mengandung positif eritrosit .
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam
saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan
bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen
dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil
metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari
jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan
kepekatan urine. Disamping itu mungkin didapatkan kristal lain yang
berasal dari obat -obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin,
kristal leucin. Manifestasi klinis dari urin yang mengandung eritrosit

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

adalah gagal ginjal, kelainan darah, kanker kandung kemih, dan


kanker darah.
Pemeriksaan glukosa pada urin yang bertujuan untuk memeriksa
secara kualitatif adanya glukosa dalam urin. Pada percobaan ini
digunakan reagen benedict karena tidak direduksi oleh kreatinin dan
asam urat. Adapun hasil yang diperoleh bahwa hasil pengamatan
berwarna biru ini termasuk kategori normal. Adapun reaksi dari reagen
benedict yang digunakan adalah dimana glukosa akan mereduksi ion
kupri dalam larutam alkalis menjadi ion kupro dan mengendap dalam
bentuk CuO dan Cu2O yang akan berwarna kuning hingga merah bata.
Reagen benedict dipilih karna tidak di reduksi oleh kreatinin dan asam
urat. Adapun hasil percobaan kali ini diperoleh hasil uji berwarna hijau,
yang menandakan urin +3= mengandung 0,5-1,0 g %. Manifestasi
klinis dari hasil periksan +3 menandakan bahwa terjadi diabetes
melitus (DM).
Uji kandungan protein dengan pemberian asam asetat dilakukan
untuk mencapai atau mendekati titik isoelektrik protein, yang
dipanasakan akan membentuk presipitat yang terlihat berupa
kekeruhan. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24
jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai
proteinuria. Dan hasil yang didapatkan pada percobaan ini adalah
negative atau normal dimana urin tidak ada kekeruhan/bening. Adapun
penyebab suatu urin menimbulkan kekeruhan adalah karna adanya
protein yang terdapat dalam urin, dimana protein merupakan molkul
besar yang terdiri dari asam asam amino sehingga bila terjadi
kerusakan pada ginjal yang tidak bisa menyaring prtein dalam darah
dengan baik akan terikut hingga menjadi urin dan menimbulkan
kekeruhan karna adanya perakuan pada uji coba dimana proten dapat
menggumpal/ rusak bila diberi panas, suasana asam kuat, dan reaksi
denngan logam-logam berat.

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Adapun kesimpulan darii percobaan ini didapatkan urin dengan
warna bening, bau manis(tidak normal), dan nilai pH 4,8 (normal), nilai
bobot jenis 2,635 g/mL (tidak normal), pada sedimen urin hanya
ditemukan eritrosit (tidak normal), dan zat organic urin larutan
berwarna hijau (tidak normal) sedangkan pada protein pada urin tidak
adanya kekeruhan (normal/negatif). Jadi dapat disimpulan bahwa sampel
urin yang digunakan pada percobaan ini dinyatakan urin tidak normal karena
adanya gangguan kesehatan pada probandus yaitu pada uji bobot jenis urin
yang hasilnya berlebih.
5.2 Saran
Dalam pengerjan sebaiknya dibutuhkan ketelitian agar hasil yang
diperoleh sesuai.

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2021, “Penuntunan Praktikum Kimia Klinik”, Universitas Muslim


Indonesia; Makassar.

Azia putri. Al Jami, 2018, “Gambaran hasil pemeriksaan Urine pada


pasien dengan pembesaran prostat jinak di RSUP DR.M Djamil
Padang”, FK UNAD; Padang.

Aziz, F, Witjaksono, J, Rasjidi,I, 2008, “Panduan Pelayanan Medik”,


Penerbit Buku Kedokteran, EGC; Jakarta.
Chandra,dkk. 2008. “Metode penelitian kesehatan”. EGC; JAKARTA
Ditjen POM, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”, Departemen
Kesehatan RI; Jakarta.

Ditjen POM, 2020, “Farmakope Indonesia Edisi VI”, Departemen


Kesehatan RI; Jakarta.

Hanifah, Almahdali. 2012. Pengaruh Penundaan Waktu terhadap Hasil


Urinalisis Sedimen Urin. Skripsi. Makasar: Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin.

Harr, R,R, 2002, “Resensi Ilmu Laboratorium Klinis”, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC; Jakarta.
Ma’rufah. 2011. “hubungan glukosa antara bobot jenis. Jurnal dosen
analisis kesehatan akademi analis kesehatan malang.

Pearce, E 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia:


Jakarta.
Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis
Urin. Yogyakarta: Pustaka Rasmedia.

Sarwadi. 2014. “buku pintar anatomi tubuh manusia “. Dunia cerdas :


Jakarta Timur.
Susilawati. 2003. Analisis Kimia-Fisik Urin Tikus Putih (Rattus norvegicus)
setelah Pemberian Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn.),
Universitas Sebelas Maret, Semarang.
Mustikawangi, vivin, 2016, “Gambaran pemeriksaan makroskopik urin
pada pasien tuberculosis paru dewasa di RSUP Prof.Dr. R.D
Kandou”, Fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi; Manado.

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

Mulyono, HAM. 2008. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi


Aksara.

LAMPIRAN

Data Pengamatan

Lembar Kerja

(Pemeriksaan Warna, Bau, dan pH Urin)

No. Penilaian Hasil


1. Warna normal urin Bening tidak ada kekeruhan

Hasil warna urin Bening (-)

2. Bau urin normal Tidak berbau kuat/ pesing

Hasil bau urin Amoniak

3. pH urin normal 4,8-7,4

Hasil pH urin 4,8

4. *Kesimpulan
a. Warna urin memenuhi/tidak memenuhi persyaratan

b. Bau urin memenuhi/tidak memenuhi persyaratan

c. pH urin memenuhi/tidak memenuhi persyaratan

Ket:
 *Coret yang tidak perlu
 Hasil pengamatan warna nyatakan dengan : tidak berwarna,
kuning, kuning muda, kuning tua, kemerahan, merah coklat,
kuning merah, biru kehijauan, hitam, gelap, kuning kecoklatan,
dan berbusa.
 Hasil pengamatan bau dinyatakan dengan bau makanan, bau
obat-obatan, bau amoniak, bau ketonuria, atau bau busuk

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

Lembar Kerja

(Pemeriksaan Sedimen Urin)

No. Penilaian Hasil


1. Eritrosit ada/tidak ada*
2. Leukosit ada/tidak ada*
3. Kristal asam urat ada/tidak ada*
4. Gambar eritrosit = jika ada

5. Gambar leukosit = jika ada


-
6. Gambar Kristal asam urat =
jika ada -
*Coret yang tidak perlu

Lembar Kerja

(Pemeriksaan Bobot Jenis Urin)

No. Penilaian Hasil


1. Volume piknometer = 10 mL
……… mL
2. Berat piknometer kosong = 16,18 g
………gram
3. Berat Piknometer + urin = 42,53 g
…….. gram
4. Berat urin = ……… gram 26,35 g
5. Rumus perhitungan BJ urin : (Berat pikno + urin) + berat pikno
kosong =
Volume urin
6. Hasil BJ urin = ……… 2,635 g/mL
7. Nilai normal BJ urin = 1,015-1,025
8. Kesimpulan : Memenuhi/tidak memenuhi
persyaratan
Ket: * Coret yang tidak perlu

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

Lembar Kerja

(Pemeriksaan Glukosa Urin)

No. Penilaian Hasil


1. Hasil percobaan Larutan/endapan yang terbentuk
berwarna
HIJAU
2. Proses Reaksi Reaksi yang terjadi adalah reaksi
reduksi dari urin dimana adanya
glukosa pada urin ditandai dengan
terjadinya perubahan warna urin.
Glukosa mereduksi ion kupri dalam
larutan alkalis menjadi ion kupro
dan mengendap dalam bentuk CuO
atau Cu2
3. Kesimpulan *Hasilnya adalah negatif (-). positif
(1+), positif (2+), positif (3+), positif
(4+)/negatif (-) dengan pengamatan
warna hijau

Ket: * Coret yang tidak perlu

Lembar Kerja

(Pemeriksaan Protein Urin)

No Penilaian Hasil
.
1. Hasil Larutan/endapan yang terbentuk berwarna TIDAK
percobaan KERUH…..
2. Proses
Reaksi

3. Kesimpula *Hasilnya adalah negatif (-). positif (1+), positif (2+),


n positif (3+), positif (4+)/negatif (-) dengan pengamatan
warna ……..

Ket: * Coret yang tidak perlu

PUTRI SEPTIANI BASRI Apt. ASRIANI SUHAENAH S.Si., M.Kes


15020180008

Anda mungkin juga menyukai