Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM FARMASETIKA

STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULA LARUTAN

DISUSUN OLEH

PENANGGUNG JAWAB : PUTRI INGRID SEPTITA, S.Farm

KELOMPOK III

AMIDA AWALIA (NH0518003) HARDIYANI BELLUANO (NH0518027)

ANDI INDAR MAYSARA (NH0518006) HELVIN TASIK LAYUK (NH0518030)

ANDI ZAKINAH ACHMAD (NH0518009) HILMA SAPUTRI (NH0518033)

ARBAIYA SYAMSUL (NH0518012) IMELDA PALAMBA (NH0518036)

ARYO SAPUTRA (NH0518015) INKA WAHYUNI (NH0518039)

BARNECE YELCE (NH0518018) KASMIA (NH0518042)

EDMUNDUS ANAKLETUS (NH0518021) MEISYE SINTIKHE (NH0518045)

FARADILLA (NH0518024) MIRA ADJANI (NH0518048)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara


penyediaan obat menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan
sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan
teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Rini, 2016).
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun
nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit (Tjay, 2015)
Larutan adalah suatu proses pembentukan termodinamika
stabil, sistem homogen dari dua atau lebih komponen itu dapat
berupa gas, cair, padat. Larutan adalah campuran homogen yang
disiapkan dengan melarutkan zat padat, cair, gas dalam cairan lain
(Fatmawaty, 2015).
Kelarutan didefinisikan dalam sitilah kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu.
Dapat dinyatakan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih, zat
ini membentuk disperi molekul yang homogen (Fatmawaty, 2015).
Sirup merupakan salah satu bentuk sediaan obat yang
mudah mengalami kerusakan. Sebagai bentuk sediaan cair, sirup
memiliki kandungan air yang cukup banyak. Air merupakan media
kahidupan yang baik, termasuk untuk mikroba dan bakteri. Air juga
mempermudah dan mendorong terjadinya reaksi kimia. Oksigen di
udara dapat mengoksidasi zat dalam cairan obat dengan
mengoksidasinya. Kandungan gula yang cukup tinggi pada sirup
dapat mencegah pertumbuhan bakteri tertentu. Akan tetapi,
kandungan gula yang tinggi ini tidak dapat mencegah reaksi
oksidasi yang mungkin terjadi. (Ikawati, 2014)
Oleh karena itu, alasan dilakukannya percobaan ini adalah
untuk mengetahui cara kerja obat didalam tubuh, serta cara
pembuatan sediaan larutan sirup Paracetamol berdasarkan master
formula.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui cara pembuatan obat dalam bentuk sediaan
larutan sesuai dengan formula yang diberikan dan dosis obat
yang bervariasi.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
cara pembuatan obat dalam bentuk sediaan larutan sesuai
dengan formula yang diberikan dan dosis obat yang
bervariasi.
I.3 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat percobaan yaitu agar dapat membuat
sediaan larutan (sirup) sesuai master formula dengan sediaan dosis
yang bervariasi baik dan benar, serta dapat memahami indikasi
obat serta mekanisme kerja obat tersebut.
I.4 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan yaitu dibuat sirup Paracetamol
dengan bahan yaitu paracetamol, tartrazin, metil paraben, serta
bahan pelarut yaitu aquadest.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

A. Pengertian Larutan
Larutan adalah suatu proses pembentukan
termodinamika stabil homogen dari dua atau lebih komponen itu
dapat berupa gas, air, padat. Larutan adalah campuran homogen
yang disiapkan dengan melarutkan zat padat, zat cair, gas dalam
cairan lain (Fatmawaty, 2015).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih bahan kimia (obat) terlarut, dengan kata lain dispersi
molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut
yang tercampur bersama komponen pelarutnya. Larutan adalah
bentuk sediaan farmasi yang luas digunakan terutama untuk
sediaan anak (Agoes, 2014).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut, misal terdispersi secara molekular
dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur (Dirjen pom, 2014).
Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air yang karena bahan – bahannya, cara
peracikannya tidak dimasukkan kedalam golongan produk
lainnya (Ansel, 2008).
Larutan, solutiones adalah sediaan cair, mengandung
bahan obat terlarut, pada pelarutnya di dalam air atau sebagian
besar air yang mengandung cairan (R. Voigt, 1994).
B. Pengertian Kelarutan
Kelarutan didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu.
Dapat dinyatakan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih,
zat ini membentuk dispersi molekul yang homogen (Fatmawaty,
2015).
Kelarutan didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertinggi
dan dalam istilah kualitatif, itu dapat didefinisikan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler yang homogen (Kumar, 2016).
Kelarutan yaitu suatu solut mengindikasikan konsentrasi
maksimal suatu solut bila dilarutkan dalam pelarut. Jika pelarut
sudah melarutkan sejumlah maksimal solut dalam pelarut, maka
hal tersebut dikatakan larutan jenuh (Agoes, 2014).
C. Larutan Sebagai Termodinamika Stabil
Termodinamika berdasarkan atas 3 hukum atau
kenyataan percobaan yang tidak pernah dibutuhkan secara
langsung. Untuk mencapai pelarut dan zat terlarut menjadi
larutan, seharusnya disertai dengan penurunan energi bebas
sistem. Fungsi energi bebas pada tekanan dan temperatur
konstan ditandai dengan simbol G, lalu untuk pelarut yang
melarutkan zat terlarut AG, harus negatif. Kemampuan dari
sistem untuk melarutan kerja dikurangi selama pembentukan
larutan (Fatmawaty, 2015).
Kestabilan termodinamika ialah keseimbangan antara ion
kompleks logam dan ion logam dalam larutan, sedangkan
kestabilan kinetik ialah ukuran yang menunjukkan kecepatan
pengertian (dekomposisi) kompleks yang umumnya tergantung
pada lingkungan. (Muchtaridi,2014)
D. Mekanisme Kelarutan
1. Mekanisme Kelarutan (Fatmawaty,2015)
a. Pelarut Polar
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh
polaritas dari pelarut yaitu oleh momen dipolnya. Pelarut
polar seperti air bertindak sebagai air bertindak sebagai
pelarut menurut mekanisme berikutnya :
1) Disebabkan karena tingginya tetapan dielektrik air yaitu
sekitar 80 untuk air, pelarut polar mengurangi gaya tarik
menarik antara ion dalam kristal yang bermuatan
berlawanan seperti natrium klorida, kloroform,
mempunyai tetapan di elektrik 5 dan benzena 1 atau 2
oleh karena itu senyawa ionik praktis tidak larut dalam
pelarut ini.
2) Pelarut polar memecah ikatan kovalen dari elektrik kuat
dengan reaksi asam basa karena pelarut ini amfirotik
sebagai contoh air menyebabkan ionisasi HCl sebagai
berikut :
HCl + H2O H3O+ + CL-
b. Pelarut Non Polar
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti
hidrokarbon berbeda dengan zat polar. Pelarut non polar
tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion –
ion elektrolit kuat dan lemak karena tetapan dielektrolit
pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena
pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut aprotik
dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan
non elektrolit. Oleh karena itu, zat terlarut ionik dan polar
tidak atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non
polar.
c. Pelarut Semi Polar
Pelarut semi polar seperti ketin dan alkohol dapat
menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam
molekul pelarut non polar sehingga menjadi dapat larut
dalam alkohol contohnya benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan. Kenyataan senyawa semi polar dapat
bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat
menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar.
2. Mekanisme Kelarutan (Agoes, 2014)
Dengan cara melarutkan solut pada suhu tinggi dan
secara perlahan – lahan mendinginkan suhu larutan dengan
tetap mempertahankan solut dalam bentuk larutan.
E. Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan dan Kerugian (Fatmawaty, 2015)
a Keuntungan Larutan
Adapun keuntungan larutan yaitu :
1) Bagian setara untuk pengobatan terjamin karena
larutan bersifat homogen.
2) Larutan dapat diberikan dengan menggunakan takaran
rumah tangga yang umum.
3) Larutan jernih menghasilkan penampakan yang
menarik.
4) Larutan sebagai campuran homogen terdispersi secara
merata dalam sediaan pengobatan.
5) Dosisnya lebih mudah divariasikan dengan sediaan.
6) Berapa obat mengiritasi labung jika diberikan dalam
bentuk tablet/kapsul (iritasi ini dapat dikurangi jika obat
diberikan dalam larutan karena faktor pengenceran).
7) Aksi obat yang cepat dapat terjadi karena zat
diabsorbsi dalam bentuk larutan.
8) Lebih mudah diberikan pengaroma, pemanis dan
pewarna.
9) Untuk pemberian pengobatan bagi anak – anak atau
pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul.
10) Obat yang digunakan untuk penggunaan luar lebih
mudah dan merata jika dalam bentuk larutan.
11) Dapat diberikan kepada anak – anak dan orang dewasa
yang sulit menelan tablet dan kapsul.
12) Larutan lebih efektif dibandingkan tablet karena harus
dihancurkan dalam tubuh sebelum diabsorbsi.
13) Absorbsinya tidak terhambat meskipun larutan berada
dalam usus (berlawanan dengan bentuk sediaan padat
dan suspensi).
14) Keseragaman bobotnya pasti (berlawanan dengan
suspensi dan emulsi dimana dosis yang tidak seragam
mungkin terjadi jika pasien tidak mengcocok botol
dengan baik).
15) Larutan memberikan keamanan dalam pemberian
beban-beban seperti KI dan bromida yang
menyebabkan iritasi lambung jika dalam bentuk kering
seperti serbuk dan tablet.
16) Penampakan larutan yang menarik dalam wadah botol
yang mengkilap memiliki manfaat psikologi.
17) Larutan diabsorbsi lebih cepat dibandingkan bentuk
sediaan padat. Bentuk sediaan padat harus melarut
terlebih dahulu sebelum diabsorbsi oleh tubuh, dalam
bentuk larutan proses absorbsi tersedia lebih cepat.
18) Dapat didesain untuk beberapa rute absorbsi misalnya
sediaan parenteral, enema untuk sediaan reklat, topikal
untuk pemberian lewat kulit dan sediaan mata.
b. Kerugian Larutan
Adapun kerugian larutan yaitu :
1) Rasa obat lebih terasa dalam larutan.
2) Jumlah pelarutnya dan kekentalan larutan, memberikan
bentuk pengobatan yang kurang praktis dibawa
dibandingkan sediaan kering atau pekat seperti serbuk
atau tablet.
3) Stabilitas obat dapat mengalami penurunan dalam
sediaan larutan karena proses solvolisis, hidrolisis dan
oksidasi, oleh karena itu larutan memiliki waktu
kadaluarsa yang lebih cepat dibandingkan sediaan
padat.
4) Kapsul atau tablet lebih mudah dibawa dibandingkan
larutan.
5) Larutan memerlukan wadah.
6) Beberapa obat karena bau dan rasanya yang buruk
sangat sulit dibuat larutan yang cocok.
7) Tidak stabil dalam air.
8) Massa dan sifat air larutan adalah 2 kerugian utama
dari larutan.
9) Lebih besar kemungkinanya untuk mengalami
degradasi dan berinteraksi antara bahan – bahannya
dibandingkan sediaan padat.
10) Mempunyai rasa obat yang tidak menyenangkan
dimana larutan oral diberi pengaroma.
11) Kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat
karena perubahan yang merusak lebih sering terjadi
dalam larutan.
12) Rasa yang tidak enak sulit untuk ditutupi.
13) Terlalu besar sehingga sulit dibawa kemana – mana.
14) Membutuhkan sendok untuk menakar dosisnya.
15) Kerusakan yang tidak sengaja mengakibatkan isinya
tidak lengkap dan bekurang.
16) Beberapa obat memiliki kelarutan yang rendah, oleh
karena itu penting menambahkan kosolven atau
merubah bentuk bahan aktifnya (alkaloid bebeas atau
bentuk garam).
2. Keuntungan dan Kerugian (Agoes,2014)
a. Keuntungan
1) Dosis seragam.
2) Agen tersedia untuk diabsorpsi dan didstribusikan.
3) Dapat digunakan melalui rute administrasi beragam.
4) Dapat diberikan / diadministrasikan kepada pasien yang
tidak dapat menelan tablet atau kapsul.
5) Dosis dapat disesuaikan dengan mudah.
b. Kerugian
1) Untuk obat dan bahan kimia yang kurang/tidak stabil
dalam bentuk larutan dapat diforulmulasi dalam bentuk
sediaan kering untuk direkonstusi.
2) Beberapa obat yang tidak larut dalam pelarut yang
dapat diterima/diizinkan untuk sediaan farmasi
memerlukan bentuk sediaan khusus atau penanganan
khusus.
3) Obat dalam bentuk larutan dengan rasa tidak enak
memerlukan bahan tambahan atau teknik khusus untuk
menutupi rasa tidak enak.
4) Karena larutan bervolume lebih besar dan lebih berat
daripada sediaan padat, larutan lebih sulit ditangani,
dikemas, ditranspor, dan disimpan.
5) Larutan oral dalam kontener rumahan memerlukan
pengukuran/penakaran dosis cairan oleh pasien atau
perawat kesehatan. Hal ini yang sering kurang teliti
dibandingkan dengan dosis individual sediaan padat
seperti tablet dan kapsul.
3. Keuntungan dan Kerugian (Sumardjo, 2009)
a. Keuntungan Larutan
1) Jika digunakan sediaan larutan, maka absorbsi tidak
tertunda dalam salut cerna (berbeda dengan sediaan
padat dan sediaan berbentuk suspensi).
2) Keseragaman sediaan lebih terjamin (berbeda dengan
emulsi dan suspensi kehomogenitasan sediaan bisa
saja terjadi jika misalnya sediaan tidak dikocok terlebih
dahulu.
3) Lebih aman pemberian bahan obat, seperti kalium
iodida dan kalium bromida yang menimbulkan nyeri
lambung jika dikonsumsi secara sering (misal serbuk
atau tablet).
4) Secara psikologis lebih menjanjikan tampilan yang
menarik jika larutan dikemas dalam botol yang bagus.
b. Kerugian Larutan
1) Keterbatasan sediaan cair oral
Umumnya obat kering stabil dalam media air jika
dibandingkan dengan sediaan padat.
2) Desain formulasi
Formulasi sediaan cair memerlukan beberapa
pertimbangan, seperti konsentrasi obat, kelarutan obat,
penambahan bahan pembawa air lain, stabilitas fisika
dan kimia, pengawet untuk sediaan dan bahan
penambah yang diperlukan seperti pendapat,
pensolubilisasi, stabilizer, corigen.
3) Lebih aman pemberian obat, seperti kaliom iodida dan
kalium bromida yang menimbulkan nyeri lambung jika
dikonsumsi secara sering (misal serbuk atau tablet).
4) Secara psikologis lebih menjanjikan tampilan yang
menarik jika larutan dikemas dalam botol yang bagus.
F. Komposisi Larutan
1. Komposisi Larutan (Fatmawaty, 2015)
a. Zat – zat aktif
b. Pembawa
1) Air.
2) Air aromatik.
c. Zat tambahan
1) Penstabilan kimia.
2) Pewarna.
Umumnya digunakan zat warna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan
(misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa
coklat), pewarna yang digunakan umumnya larut dalam
air, tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup
dan warnanya stabil pada kisaran pH sirup. Pewarna
juga digolongkan kedalam kelompok karotenoid,
klorofil, antosianin dan kelompok lainnya yaitu
riboflavin, karamel dan ekstrak akar bit. Untuk pewarna
sintetik pewarna yang bersifat larut air dan disetujui
oleh badan hukum negara setempat sebagai pewarna
makanan dan minuman.
Pewarna campuran bahan farmasi semata-
mata untuk memberi warna pada sediaan farmasi untuk
makanan dan minuman serta obat. Fungsi pewarna
untuk tujuan artistik dan memberikan efek psikologi
terhadap pasien. Pewarna terbagi 3 :
a) Pewarna alami
b) Pewarna buatan/sintetik
c) Zat warna

Nama Warna
Ponceau 3R Merah cery
Erythrosine Biru Putih
Ponceau 5x Scarlet
Briliant blue FCF Biru hijau
Indigo carmin Biru
Guinea Gren B Hijau biru
Tartrazin Kuning lemon
Sunset yellow FCF Kuning orange

3) Pengaroma.
a) Pemberi rasa dan pengaroma dalam sediaan
farmasetik merupakan komponen yang sangat
penting pada sediaan cair termasuk didalamnya
untuk sediaan oral yang digunakan untuk menutupi
rasa yang tidak disukai dari obat. Hampir semua
sirup ditambahkan dengan pemberi rasa buatan
atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti
minyak-minyak menguap (misalnya minyak jeruk).
Vanili dan lain-lain. Penentuan pemberi rasa yang
cocok tidak mudah sehingga memerlukan beberapa
pentunjuk. Berikut pada tabel akan menunjukkan
salah satu petunjuk pemilihan pemberi rasa
disesuaikan dengan empat rasa dasar (asin, pahit,
manis dan asam).
b) Merupakan campuran sensasi rasa, bau. Terutama
diberi pengaroma agar pasien dapat menerima
sediaan obat maka larutan mempunyai nilai estetik.
Proses menganggap sediaan farmasi tersebut aman
dan efektif berdasarkan bentuk, warna, bau dan
pembungkusnya. Campuran beberapa pengaroma
lebih baik daripada tunggal.
c) Antibiotik : Cherry, maple, nenas, jeruk, raspberry,
pisang-nenas, pisang-vanila, gula-gula-maple,
puding kelapa, strawberry-vanila, pudding-lemon,
pudding-cherry, buah kayu manis.
d) Antihistamin : Apricot, kismis hitam, cherry, kayu
manis, puddiing anggur, madu, limau, loganberry,
peach-jeruk, peach-rum.
e) Barbiturat : pisang-nanas, pisang-vanila, kismis
hitam, minyak permen kayu manis, strawberry-
grenadin, limau, jeruk, peach jeruk, rutbir.
f) Dekongestan dan ekspektoran : minyak adas manis,
aprikot, kismis hitam, gula-gula, cherry, pudding
kelapa, pudding mint strawberry, peach grenadin,
strawberry, lemon, maple, jeruk, merica, peach
jeruk, nenas, raspberry, jeruk keprok.
g) Larutan elektrolit : cherry, anggur, lemon-limau,
raspberry, sirup cherry.
h) Geriatrik : kismis hitam, strawberry, limau, anggur,
cherry.
Menurut Yonovsky dan Wesleg penggunaan
pengaroma untuk menutupi 4 jenis rasa dasar seperti
tabel dibawah ini :
Rasa dari produk Pilihan pengaroma
Asin Aprikot, bulterascotch, liquiorice,
persik, vanilla.
Pahit Anisi, coklat, mint, markisa, ceri
hutan.
Manis Vanilla, campuran buah – buahan,
campuran buah beri.
Asam Jeruk – jerukan, liquorice,
frambosen.

4) Pengawet
Pengawet adalah bahan – bahan yang
ditambahkan dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme, dan untuk menghindari kerusakan
sediaan dari mikroorganisme.
Penyiapan larutan oral khususnya produk
farmasetik non-steril sangat mudah terkontaminasi
mikroorganisme. Pemilihan pengawet tentunya harus
memenuhi beberapa kriteria agar bisa diterima. Faktor
utama yang harus dipenuhi yaitu harus aman dan
hampir tidak toksik setelah pemberian secara oral.
Tidak ada pengawet yang ideal. Pemilihan harus
berdasarkan sifat dasar bahan-bahan yang akan
diformulasi, menyeimbangkan dengan efikasi
antimikroba untuk amannya. Pengawet antimikroba
digolongkan menjadi 4 kelompok : asam, netral, merkuri
dan amonium kuartener. Pengawet asam yang paling
banyak digunakan untuk sediaan oral seperti ester-
ester dari asam p-hidroksibenzoat dan garam-garam
dari asam benzoat.
Tiga kelompok pengawet lainnya biasanya
digunakan untuk sediaan optalmik, nasal dan
parenteral, bahan aktif farmasetik tidak jarang juga
digunakan pada sediaan oral. Pengawet yang ideal
secara kualitatif :
a) Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme.
b) Harus stabil secara fisik, kimia, dan
mikroorganisme selama masa berlaku produksi.
c) Harus tidak toksis, tidak mensensititasi, larut dan
dapat bercampur dengan komponen lain dari
formula.
5) Pemanis
Pemanis merupakan komponen yang tidak
dapat dihilangkan pada beberapa larutan oral,
khususnya mengandung bahan yang rasanya pahit
atau rasa – rasa lainnya yang tidak diterima. Pada
dasarnya bahan pemanis merupakan bahan padat yang
paling besar porsinya pada kebanyakan larutan oral.
Pemanis digunakan untuk menutupi rasa pahit
atau tidak enak dari bahan – bahan, pemanis
merupakan bahan penting pada sediaan padat dan
sediaan cair. Pemanis yang paling umum digunakan
untuk solusa, sorbitol, manitol, sakarin dan aspartam.
6) Antioksidan
Antioksidan adalah bahan yang dapat digunakan
untuk menghambat oksidasi. Ditambahkan untuk bahan
farmasetik dengan tujuan mencegah bahan dan diperburuk
oleh proses oksidasi.
Contoh asam askorbat, asam malat, propyl galat,
sodium askorbat, buthyl hidroksi anisol, natrium
metabisulfit, α-tocopherol sendiri terbagi atas :
a) α-Tocopherol C29H50O2
b) α-Tocopherol asetat C31H52O3
c) α-Tocopherol asetat C31H52O2
d) α-Tocopherol asam suksinat C33H54O5
e) β Tocopherol C28H48O2
f) Delta Tocopherol C27H46O2
g) Gamma Tocopherol C28H48O2
G. Pengklasifikasian Larutan
1. Pengklasifikasian Larutan (Agoes, 2014)
a. Larutan Diklasifikasikan Berdasarkan Sistem Pelarut :
1) Spirits
a) Merupakan larutan alkohol atau larutan
hidroalkohol. Biasanya dipreparasi melalui
pelarutan langsung.
b) Beberapa spirits digunakan sebagai agen peningkat
cita rasa (flavoring agent), tetapi dapat pula
mengandung komponen aktif secara terapeutik.
Contoh spirits adalah : camphor spirits USP dan
peppermint spirits.
c) Kandungan alkohol yang tinggi dalam spirits
biasanya diperlukan untuk melarutkan komponen
formulasi. Penambahan air dapat menyebabkan
kekeruhan atau pengendapan karena kelarutan
obat ada kaitannya dengan konstanta dielektrik dari
sistem pelarut.
d) Larutan alkohol ini harus disimpan dan diserahkan
dalam kontener tertutup kedap di bawah
perlindungan cahaya untuk memperlambat
evaporasi dari komponen volatil dan alkohol, serta
untuk meminimalkan terjadinya oksidasi dari
komponen bahan aktif yang labil.
2) Tinkura
a) Tinkura mengandung material nabati, atau bahan
kimia dalam larutan alkohol dan hidroalkohol.
b) Beberapa tinkura seperti tinkura iodium dibuat
dengan cara disolusi langsung. Tinktura lain,
seperti yang mengandung bahan tanaman, dibuat
dengan cara perkolasi khusus atau secara
maserasi.
3) Air aromatika
a) Larutan jenuh dari minyak atsiri atau aromatik lain,
atau bahan volatil. Seperti halnya pada spirit, air
aromatika harus dikemas dalam kemasan tertutup
kedap dan terlindung dari cahaya.
b) Pelarut biasanya air.
4) Eliksir
a) Terminologi ini lazim digunakan untuk larutan oral
yang menggunakan pembawa berpemanis
hidroalkohol.
b) Sebagai tambahan dari bahan aktif, eliksir dapat
mengandung komponen penambahan seperti
bahasan pada larutan oral.
5) Sirup
a) Larutan oral yang mengandung konsentrasi tinggi
sukrosa atau gula lain sering digunakan sirup, tapi
terminlogi ini juga digunakan secara lebih umum
untuk mendeskripsikan sediaan : manis, kental,
dan cair, termasuk suspensi.
b) Sebagai tambahan dari bahan aktif, sirup dapat
pula mengandung komponen tambahan seperti
yang diuraikan pada larutan oral.
b. Larutan yang Diklasifikasikan Berdasarkan Rute
Pengadministrasian
1) Larutan Oral
a) Berupa sediaan cair yang ditujukan untuk
pengadministrasian secara oral.
b) Mengandung satu atau lebih komponen bahan
aktif yang larut dalam air atau suatu air kosolven.
Larutan sering dipreparasi secara disolusi
langsung.
c) Larutan oral dapat mengandung eksipien
(komponen inaktif) untuk meningkatkan
palatabilitas, stabilitas, dan atau tamplan estettik.
Contoh dari komponen formulasi tersebut meliputi
peningkat cita rasa, pemanis atau agen pewarna,
agen peningkat viskositas, dapar, antioksidan, dan
pengawet.
d) Sirup adalah larutan oral yang mengandung
konsentrasi gula tinggi. Larutan oral dapat pula
mengandung poliol lain, seperti gliserin atau
sorbitol yang mencegah terjadinya kristalisasi gula
pada tutup botol dan daerah sekitar kontener.
Tergantung pada poliol, aditif ini dapat pula
berperan sebagai agen pemanis, pengawet,
kosolven, dan agen peningkat viskositas untuk
meningkatkan rasa pada mulut pasien.
2) Larutan Topikal
a) Larutan ini dirancang untuk diaplikasikan secara
topikal pada kulit atau pada membran mukosa
oral.
b) Pelarut biasanya berupa air, tetapi dapat pula
menggunakan pelarut lain, seperti alkohol dan
atau poliol atau pelarut lain yang disetujui untuk
digunakan secara topikal.
c) Dapat pula mengandung bahan tambahan, seperti
pengawet, antioksidan, dapat, humektan, agen
peningkat viskositas, pewarna, atau peningkat
bau.
d) Terminilogi losion digunakan pula untuk sediaan
(preparasi) cairan, akan tetapi losion dapat berupa
suatu larutan atau dispersi.
e) Kontener khusus untuk sediaan topikal disediakan
oleh penyedia untuk peracikan. Botol dengan
aplikator gelas, dengan pemulas atau roler pada
bagian atas, dengan penutup berupa disket,
adalah cara konvensional untuk
pengadministrasian larutan topikal.
3) Larutan Otik
a) Dirancang untuk disesuaikan pada bagian luar
telinga.
b) Pembawa dapat berupa air atau gliserin atau
suatu sistem kosolven yang mengandung air,
alkohol dan atau poliol.
c) Larutan otik dapat pula mengandung bahan
tambahan, seperti pengawet, antioksidan, dapar,
agen peningkat viskositas, atau surfaktan.
d) Botol dengan tutup penetes tersedia untuk
memfasilitasi pengadministrasian larutan otik.
4) Larutan Nasal
a) Larutan ini disemprotkan atau diteteskan kedalam
hidung. Larutan nasal sering digunakan untuk efek
lokal. Bentuk sediaan ini sedang di investigasi
untuk pengadministrasian obat dengan efek
sistemik.
b) Pembawa untuk larutan nasal biasanya adalah air,
akan tetapi dapat pula berupa sistem kosolven.
c) Larutan nasal dapat pula mengandung pengawet,
dapar, antioksidan, surfaktan, dan atau zat
tambahan pengatur tonisitas larutan.
d) Cilia pada hidung peka terhadap tekanan osmotik,
oleh karena itu larutan nasal harus sedekat
mungkin pada kondisi isotonik.
1. Larutan nasal dengan osmolaritas setara
dengan larutan air 0,5-2,0% natrium klorida,
relatif cukup menyenangkan dan tidak akan
merusak cilia nasal.
2. Untuk pengaturan tonisitas direkomendasikan
penggunaan natrium klorida dan dekstrosa.
e) Beberapa catatan untuk sediaan nasal (menurut
penelitian Proetz 1931) :
1. Saluran hidung dapat mentoleransi rentang
tonisitas yang cukup lebar tanpa menimbulkan
rasa nyeri, isotonisitas penting diperhatikan.
Larutan yang sangat hipertonis (4-4,5%
larutan natrium klorida) dan larutan hipotonis
(≤ 0,3% larutan NaCl) dapat menyebabkan
kerusakan pada cilia nasal.
2. Alkohol hingga konsentrasi 10% bila terdapat
dalam larutan isotonis tidak menimbulkan
masalah.
H. Klasifikasi atau Pembagian Larutan
1. Klasifikasi Larutan (Agus, 2010)
a. Asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam ke dalam air
akan menghasilkan ion hydrogen (H+).
b. Basa adalah zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan
menghasilkan ion hidroksida (OH-).
2. Pembagian Larutan Berdasarkan pH (Partana, 2008)
a. Larutan asam, mempunyai nilai pH dibawah 7. Semakin
kuat keasaman suatu larutan, nilai pHnya semakin kecil.
Sebaliknya, semakin lemah keasaman suatu larutan,
pHnya semakin mendekati angka 7.
b. Larutan basa, mempunyai nilai pH diatas 7. Basa kuat
memiliki pH mendekati angka 14, sedangkan nilai pH basa
lemah mendekati 7. Contoh basa kuat misalnya NaOH
dan KOH, sedangkan contoh basa lemah misalnya NH 3.
Basa kuat jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
OH- lebih banyak dibandingkan dengan basa lemah.
c. Larutan netral, mempunyai nilai pH 7. Semakin kuat
keasaman suatu larutan, nilai pHnya semakin kecil.
Sebaliknya, semakin lemah keasaman suatu larutan,
pHnya semakin mendekati angka 7.
3. Berdasarkan Kandungan Zat Terlarutnya (Agoes, 2014)
a. Larutan encer, mengandung sejumlah sangat kecil zat
terlarut A dalam larutan.
b. Larutan pekat, mengandung sejumlah besar zat A dalam
larutan.
c. Larutan jenuh, mengandung sejumlah maksimum dari zat
A yang dapat melarut dalam air pada suhu kamar.
d. Larutan lewat jenuh, sejumlah zat A yang melebihi batas
kelarutan dalam air pada temperatur kamar. Larutan ini
tidak stabil dan pengadukan dapat menyebabkan larutan
ini menjadi larutan jenuh.

I. Formula Asli
Paracetamol Sirup (Larutan)
J. Rancangan Formula
Tiap 5 ml mengandung :
Paracetamol 120 mg
Sirupus Simpleks 10%
Metil Paraben 0,1%
Tartrazin 0,001%
Aquadest ad 100%
K. Master Formula
Nama Produk : Ninmol
Jumlah Produk : 10 botol @100 ml
No. Registrasi : DBL1900100137A1
No. Batch : J901001
Produksi : ...
Kelompok III Disetujui oleh :
(TIGA) SNH DIII Tangal Tanggal
Putri Ingrid Septita,
FARMASI Formula Produksi
S.Farm
Kode Fungsi
No Nama Bahan Perdosis Perbatch
Bahan Bahan
1. 001 – ZA Paracetamol Zat Aktif 2,4 gram 26,4 gram
Sirupus
2. 002 – ZT Perasa 40 gram 440 gram
Simpleks
Metil
3. 003 – ZT Pengawet 0,1 gram 1,1 gram
Paraben
0,011
4. 005 – ZT Tartrazin Pewarna 0,001 g
gram
5. 006 - ZT Aquadest Pelarut 100 ml 1.100 ml

L. Dasar Formula
1. Uraian Penyakit Terkait Zat Aktif
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke
dalam golongan analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik
(penurun demam). Obat ini dipakai untuk meredakan rasa
sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan demam
(ISO, 2018 hal 39-40).
Paracetamol memiliki khasiat analgetik dan antipiretik,
tetapi tidak anti radang. Pada umumnya dianggap sebagai
zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi
(pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat oleh
kodein dan kofein dengan kira-kira 50% (Tjay, 2015).
2. Alasan dibuat Dalam Formula Sirup
Berdasarkan kelarutan dari zat aktif yaitu Paracetamol
menurut farmakope edisi III memiliki kelarutan yaitu larut
dalam 70 bagian air dan berdasarkan stabilitasnya
Paracetamol stabil dalam larutan air, untuk itu dapat dibuat
dalam sediaan sirup.
Berdasarkan kelarutan dari zat tambah yaitu metil
paraben, menurut farmakope edisi III memiliki kelarutan yaitu
larut dalam 500 bagian air, serta dalam 20 bagian air
mendidih. Zat tambah selanjutnya yaitu sirupus simpleks
yang larut dalam air, serta mudah larut dalam air mendidih.
Selanjutnya yaitu tartrazin yang 1 gram dalam 6 ml air
memberikan larutan kuning emas. Dan bahan yang terakhir
yaitu aquadest yang melarutkan semua zat, baik itu zat aktif
maupun zat tambahan. Untuk itu dapat dibuat dalam bentuk
sediaan larutan sirup.
3. Alasan Pemilihan Zat Aktif
a. Paracetamol (Acetaminophen)
Paracetamol adalah derivate dari para amino fenol
merupakan melatotit fenasetin dengan efek antipiretik.
Paracetamol mempunyai efek antipiretik yang ditimbulkan
oleh gugus aminobenzen dan untuk efek atiinflamasi
hampr tidak ada. Efek analgesik paracetamol derupa
dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang dan juga menurunkan suhu
tubuh (ISO, 2018 hal 39-40).
2. Alasan Pemilihan Zat Tambahan
a. Sirupus Simpleks
Menurut excipients hal 704, sediaan sirup untuk
formula larutan oral adalah 67% b/b.
Menurut farmakope edisi III hal 567, cara
pembuatan sirup simpleks yaitu larutkan 65 bagian
sakarosa dalam larutan Metil Paraben 0,25% b/v
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop.
b. Metil Paraben
Metil paraben adalah senyawa anti jamur yang
digunakan sebagai bahan pengawet untuk banyak produk
kesehatan utamanya pada formula sediaan sirup ini.
Salah satu alasan yang mendasari penggunaa metil
paraben adalah karena sediaan ini mudah larut dalam air
sehingga mudah menyatu dengan bahan-bahan lain.
Menurut BPOM kadar aman metil paraben tidak lebih dari
0,4% b/b.
Menurut RPS hal 438, pengawet yang digunakan
pada sediaan larutan farmasi dan tingkat konsentrasi
khasnya 0,1%-0,25%
Menurut excipients hal 442, penggunaan dalam
sediaan larutan oral dan suspensi 0,015%-0,2%.
c. Tartrazin
Menurut excipients hal 193, kelarutan untuk warna
yang dipilih pada suhu 25 oC dalam 100 ml adalah 15%
dalam air (pelarut).
Batas penggunaan tartrazin yaitu 100 mg/kg bahan
makanan. Menurut FAO/WHO batas konsumsi perhari
atau ADI dari pewarna tartrazin sebesar 7,5 mg/kg BB.
Penggunaan pewarna tartrazin ini diperbolehkan
digunakan dengan batas maksimum 300 ppm.
d. Aquadest
Aquadest digunakan sebagai pelarut pembawa
pada pembuatan obat dan sediaan farmasi. Terdapatnya
air dapat menimbulkan efek melarutkan pada sebagian
besar zat-zat yang berhubungan dengannya. Air
digunakan sebagai zat pembawa dan pelarut untuk
bahan-bahan pemberi rasa (flavoring agent) atau bahan
aktif obat. Tanpa zat pelarut makan akan sukar membuat
sediaan obat dalam bentuk sirup (larutan).
II.2 Uraian Bahan
A. Air Suling (Dirjen POM, 1997 hal 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
g
RM/BM : H2O/18,02
mol
Rumus struktur : H O H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dalam semua jenis pelarut
Kegunaan : Sebagai pelarut
B. Metil Paraben (Dirjen POM, 1979 hal 378)
Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama lain : Metil paraben, Nipagin M
g
RM/BM : C8H8O3/152,52
mol

Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak
berbau, tidak mempunyai rasa kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian
air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut
dalam eter P dan dalam larutan alkali
hidroksida. Larut dalam 60 bagian gliserol P
panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Zat Pengawet
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
C. Paracetamol (Dirjen POM, 2014 hal 998-999)
Nama resmi : ACETAMINOPHEN
Nama lain : Paracetamol
g
RM/BM : C8H9NO2/151,16
mol

Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa
sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol
Kegunaan : Zat aktif
Khasiat : Analgetikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya, simpan dalam suhu ruang, hindarkan
dari kelembapan dan panas
D. Sirup Gula (Dirjen POM, 1979 hal 567)
Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX
Nama lain : Sirup Gula
Pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam
larutan metil paraben 0,25%
secukupnya hingga diperoleh 100
bagian sirup
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, manis,
tidak berbau, titik lebur 180o
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam eter
g
Bobot jenis : 1.587
mol
Stabilitas : Ditempat sejuk
Kegunaan : Sebagai pemanis
Penetapan Kadar : Memenuhi syarat penetapan sakarosa
yang tertera pada sirupi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat
Sejuk
E. Tartrazin (Martindale, edisi 69 hal 569)
Nama resmi : TARTRAZINE
Nama lain : Tartrazin
Pemerian : Serbuk kuning jingga
Kelarutan : 1 gram dalam 6 ml air, memberikan larutan
kuning emas agak larut dalam etanol, tidak
larut dalam minyak nabati, tidak dipengaruhi
oleh asam atau basa dalam larutan netral
Kegunaan : Pewarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.3 Uraian Perhitungan
A. Perhitungan Dosis
1. Paracetamol
120 mg/5 ml = 2,4 gram/100 ml
2. Sirupus Simpleks 10%
10
x 100 = 10 gram/100 ml
100
3. Metil Paraben 0,1%
0,1
x 100 = 0,1 gram/100 ml
100
4. Tartrazin 0,001%
0,001
x 100 = 0,001 gram /100 ml
100
5. Aquadest
Ad 100 ml
B. Perhitungan Perbatch (dilebihkan 10%)
1. Paracetamol
= (2,4 x 10) + 10%
= 26,4 gram
2. Sirupus Simpleks
= (10 x 10) + 10%
= 110 ml
3. Metil Paraben
= (0,1 x 10) + 10%
= 1,1 gram
4. Tartrazin
= (0,001 x 10) + 10%
= 0,011 gram
5. Aquadest
= (100 x 10) + 10%
= 1100 ml
BAB III

METODEOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu,
batang pengaduk, cawan porselin, corong, erlenmeyer 1000
ml, gelas kimia 100 ml, gelas ukur 100 ml, lap halus, lap
kasar, penangas air, sendok tanduk, dan timbangan analitik.
III.1.2 Bahan Percobaan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu aquadest (AQUA DESTILLATA/H 2O), brosur, etiket,
metil paraben (METHYLIS PARABENUM/C 8H8O3),
paracetamol (ACETAMINOPHEN/C8H9NO2), sukrosa
(C12H22O11) , tartrazin (TARTRAZINE) dan wadah botol.
III.2 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dikalibrasi botol wadah 100 ml
3. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan
4. Dibuat sediaan sirup simplex dengan cara melarutkan sukrosa
85 gram kedalam air mendidih 1000 ml
5. Digerus dan dilarutkan zat aktif paracetamol dalam erlenmeyer
menggunakan air secukupnya
6. Ditambahkan sirup simpleks, metil paraben, dan tartrazin hasil
pengenceran aduk hingga homogen
7. Dicukupkan volume hingga 1100 ml lalu dihomogenkan
8. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket dan brosur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel I. Organoleptik sediaan larutan Paracetamol

Organoleptik
Sediaan Larutan
Warna Bau Rasa
Kuning
Sirup Paracetamol Pahit Manis
Pucat
Ket: Sirup Paracetamol 100 mg/5 ml dengan zat aktif Paracetamol,
serta bahan tambahan yaitu sirupus simpleks, tartrazin, metil paraben,
dan aquadest.
1. Perhitungan Dosis
DM Paracetamol 1000/3000
Jika tiap 5 ml mengandung 120 mg Paracetamol :
1 1000 76,9 mg
a. Untuk 1 tahun : x =
1+ 12 3000 230,7 mg
2 1000 142,86 mg
b. Untuk 2 tahun : x =
2+ 12 3000 428,87 mg
3 1000 200 mg
c. Untuk 3 tahun : x =
3+12 3000 600 mg
4 1000 250 mg
d. Untuk 4 tahun : x =
4+ 12 3000 750 mg
5 1000 294,12 mg
e. Untuk 5 tahun : x =
5+12 3000 882,35 mg
6 1000 333,33 mg
f. Untuk 6 tahun : x =
6+12 3000 1000mg
7 1000 368,42 mg
g. Untuk 7 tahun : x =
7+12 3000 1105,26 mg
8 1000 400 mg
h. Untuk 8 tahun : x =
8+12 3000 1200 mg
9 1000 450 mg
i. Untuk 9 tahun : x =
20 3000 1350 mg
10 1000 500 mg
j. Untuk 10 tahun : x =
20 3000 1500 mg
11 1000 550 mg
k. Untuk 11 tahun : x =
20 3000 1650 mg
12 1000 600 mg
l. Untuk 12 tahun : x =
20 3000 1800 mg
2. Aturan Pakai
Diminum 3x sehari (1 sendok = 5 ml)
1
a. 1 tahun : sendok
2
b. 2 tahun : 1 sendok
1
c. 3 tahun : 1 sendok
2
d. 4-5 tahun : 2 sendok
1
e. 6 tahun : 2 sendok
2
f. 7-8 tahun : 3 sendok
1
g. 9 tahun : 3 sendok
2
h. 10 tahun : 4 sendok
1
i. 11 tahun : 4 sendok
2
j. 12 tahun : 5 sendok

B. Pembahasan
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain yang berkadar tinggi. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-
66%, Kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan sirup ini, zat atif yang
digunakan adalah Paracetamol.
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan
antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala,
sengal-sengal, dan sakit ringan, serta demam. Berbeda dengan obat
analgesik yang lain seperti aspirin dan ibu profen, parasetamol tidak
memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam
obat jenis NSAID.
Parasetamol termasuk dalam golongan obat penurun demam
(antipiretik) dan penghilang nyeri (analgesik) untuk nyeri ringan dan
sedang. Akan tetapi, parasetamol tidak memiliki efek anti –rematik
dan anti-radang. Selain itu, parasetamol tidak menimbulkan iritasi di
lambung sehingga bisa diminum sebelum makan.
Pada praktikum ini, dibuat sirup dengan zat aktif parasetamol,
dan zat tambahan yaitu laktosa sebagai pemanis, metil paraben
sebagai pengawet, tartrazin sebagai pewarna, dan aquades sebagai
pelarut. Parasetamol dalam bentuk larutan lebih cepat diserap dari
pada tablet padat. Efek parasetamol biasanya akan mencapai
puncaknya antara setengah jam sampai dua jam setelah komsumsi,
dengan efek analgesic berlangsung Selama sekitar empat jam.
Setelah itu, parasetamol akan dikeluarkan dari tubuh.
Prosedur pembuatan sirup ini yaitu disiapkan alat dan bahan,
kemudian dikalibrasi botol sebanyak 100 ml, lalu ditimbang
parasetamol, laktosa, metil paraben, dan tartrazin. Lalu dipanaskan
aquadest sebanyak 1000 ml. Setelah itu larutkan laksosa, metil
paraben, tartrazin, dan parasetamol ke dalam Erlenmeyer dengan
aquades. Lalu dicukupkan volumenya dengan aquades sampai 1100
ml lalu di kocok sampai homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam
botol yang sudah dikalibrasi sebanyak 100 ml dan di beri etiket dan
brosur, lalu dimasukkan ke dalam wadah.
Pada pembuatan sirup parasetamol 120 mg, dosis tiga kali
sehari untuk umur 0-1 tahun ½ sendok takar (2,5 ml), umur 1-2 tahun
1 sendok takar (5 ml), umur 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5-10 ml),
umur 6-9 tahun 2-3 sendok takar (10-15 ml), umur 9-12 tahun 3-4
sendok takar (15-20 ml). Indikasi obat ini, yaitu untuk meringankan
rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan
demam. Kontra indikasinya yaitu penderita gangguan fungsi hati yang
berat; penderita hipersensitift terhadap obat ini. Efek sampingnya
yaitu penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati; reaksi hipersensifitas. Penyimpanan ditempat tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Kemasan yaitu
botol 100 ml, dengan nomor registrasi DBL1900100137A1 dan nomor
batch J901001, dan diproduksi oleh Nina farma Makassar- Indonesia.
Berdasarkan formula yang telah diberikan, sirupus simpleks
yang digunakan sebanyak 85% dan itu melebihi batas maksimum
penggunaan sirupus simpleks yang menurut excipients hanya 67%.
Hal itu disebabkan karena sirupus simpleks yang dibuat kali ini
dilebihkan hingga 10% pada saat perhitungan.
Dari hasil yang didapatkan, sirup Paracetamol berwarna
kuning pucat dikarenakan tidak dilakukannya penyaringan pada saat
dilakukannya percobaan. Berbanding terbalik dengan literatur yang
mengatakan bahwa sediaan larutan harusnya berwarna orange jernih.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi selama percobaan
adalah tidak dilakukannya penyaringan terhadap larutan sehingga
menyebabkan terjadinya endapan pada sediaan.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan yang
mengandung sukrosa, kecuali dinyatakan lain kadar sukrosa
(C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 60%. Dengan
sediaan 100 ml.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penyaringan agar sirup yang didapatkan
pada saat melakukan percobaan berwarna sesuai dengan literatur
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Goeswin. 2014. Peracikan dan Penyaluran Obat. ITB Press:


Bandung.

Ansel Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press:


Jakarta.

Besari Sahari. 2008. Teknologi Di Nusantara : 40 Abad Hambatan Inovasi.


Salemba Teknika: Jakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


RI: Jakarta.

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan


RI: Jakarta.

Fatmawaty Aisyah, Dkk. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi. Deepublish:


Yogyakarta.

Ikawati Zullies. 2014. Cerdas Mengenali Obat. Penerbit Kanisius:


Yogyakarta.

Inggriani Rini. 2016. Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Farmasi. Deepublish:


Yogyakarta.

Kamaluddin Agus. 2010. Cara Cepat Kuasai Konsep Kimia dalam 8 Jam.
Andi: Yogyakarta.

Kumar Sandeep. 2016. Various Techniques For Solubility Enhancement.


An Overvlew S(1): 23-28. Maharshi Dayanand
University: India.

Partana Crys Fajar. 2008. Seri IPA Kimia 1. Quadra: Jakarta.

Rowe C Raymond. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.


Pharmaceutical Press: USA

Rudolt Voigt. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada


University Press: Yogyakarta.

Sumardjo Damin. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah


Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I
Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai