BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titik lebur adalah temperatur dimana tekanan suatu zat pada suhu
tertentu mulai berubah menjadi cairan dibawah tekanan 1 atm. Titik beku atau
titik leleh padatan kristal murni didefiniskan sebagai temperatur dimana
cairan dan peralatan berada dalam kesetimbangan. Dengan kata lain
temperatur campuran kesetimbangan pada tekanan luar 1 atm dikenal sebagai
titik leleh normal (Martin, 1983).
Temperatur dimana cairan berubah menjadi padatan dikenal dengan
titik beku. Temperatur ini sama dengan titik leleh kristal zat murni. Titik
beku atau titik leleh padatan kristal murni didefinisikan sebagai temperatur
dimana cairan murni dan padatan berada dalam kesetimbangan (Dogra,
2001).
Panas peleburan dapat dianggap sebagai panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan jarak antar atom atau antar molekul dalam kristal, sehingga
memungkinkan terjadinya pelelehan. Suatu kristal yang saling terikat dengan
gaya yang lemah mempunyai panas peleburan yang rendah, sedangkan yang
terikat dengan gaya yang kuat mempunyai panas peleburan yang tinggi dan
titik leleh yang tinggi (Dogra, 2001).
Beberapa zat seperti karbon, sulfur dapat berada dalam lebih dari satu
bentuk kristal dan disebut polimorf. Polimorf umumnya mempunyai titik
leleh yang berbeda-beda, gambaran
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
(Syamsuni, 2005).
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga
lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan
padatan lainnya seperti kapsul, tablet,dan pil (Syamsuni, 2005).
Titik leleh adalah temperatur dimana suatu zat mencair atau perubahan
dari padatke bentuk cair. Zat murni pada kondisi standar tekanan (biasanya 1
atm) memiliki titik lebur yang pasti. Titik lebur es adalah 0 OC atau 32OC.di
bawah tekanan atmosfer standar padatan kristalin murni yang berbeda,
masingmasing akan meleleh pada suhu tertentu dan berbeda pula sehingga
titik leleh merupakan karakteristik dari suatu zat dan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi hal tersebut. Ketika panas diberikan secara terus menerus
dalam jumlah yang cukup padat maka suhu akan naik terus sampai mencapai
titik dimana terjadi pencairan. Pada titik tersebut suhu akan naik dan akan
berhenti dan tidak akan terjadi lagi perubahan sampai semua zat tersebut
diubah menjadi cair. Jika panas masih diterapkan saat pencairan selesai, suhu
akan mulai naik lagi (Feistel dan Wagner, 2006).
Titik lebur suatu zat dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh tekanan
udara, dan ketidakmurnian zat. Apabila tekanan udara luar berubah-ubah,
maka titik lebur zat juga akan mengalami perubahan. Hal ini dapat
ditunjukkan bahwa pada tekanan udara lebih dari 76 cmHg es akan melebur
di bawah suhu 0 0C, sedangkan dengan penambahan ketidakmurnian zat titik
lebur zat akan menurun. Garam yang dicampurkan dengan es batu dapat
menurunkan suhu es hingga di bawah 0 0C. Peristiwa ini dapat digunakan
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
Asam salisilat
126
4.2 Pembahasan
Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir peleburan
zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan
pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase padat
sedangakan suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur seluruhnya
yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang.
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi oleh
bentuk zat padat tersebut dan kekuatan/jenis ikatan yang ada pada padatan
tersebut. Pada suatu padatan dengan bentuk kristal dan ikatan kovalen maka
akan memiliki suhu lebur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan padatan
lain dengan ikatan van der Waals, walaupun terdiri dari unsur yang sama.
Contohnya adalah grafit dan intan.
Suhu lebur suatu padatan murni adalah spesifik, hal ini berarti dapat
digunakan untuk penentuan kemurnian suatu zat padat. Apabila terdapat zat
pengotor yang larut maka akan menyebabkan turunnya suhu lebur dari
padatan murni tersebut, sedangkan apabila terdapat zat pengotor yang tidak
larut maka akan menyebabkan suhu lebur semu atau suhu leburnya tidak
tajam/tegas.
Sebelum digunakan terlebih dahulu pipa kapiler dipanaskan salah satu
ujungnya hingga menutup, agar pada waktu terjadi lelehan, asam salisilat
tidak tercampur pada parafin cair sehingga parafin tetap murni.
Sebelum dilakukan penotolan, terlebih dahulu asam salisilat digerus,
sebab penurunan titik lebur tidak hanya disebabkan oleh zat pengotor saja,
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
karena
titik
didihnya
yang
tinggi
sehingga
tidak
akan
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088
MUHRYADI BAHARUDDIN
M.Sc., Apt
15020140088