Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PROPOSAL PENELITIAN

Sediaan Obat Tetes Anti-inflamasi dari Ekstrak Getah Tangkai Jarak


Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Sariawan (Stomatitis Aftosa
Rekuren) Pada Mulut.

Diusulkan Oleh :
Nama: Andi Firda Indira Rombe
NIM: 20013205
Kelas: STIFA E 2020

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR


MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum, kesehatan seseorang tidak hanya diihat dari tubuh
yang sehat melainka dilihat dari rongga mulutyang sehat juga. Kesehatan
mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh. Berdasarkan hal itu, kesehatan mulut
sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang (Lena
dkk, 2018).
Masalah kesehatan di Indonesia semakin meningkat khususnya
kesehatan mulut. Salah satu masalah kesehatan mulut yang sering
dikeluhkan oleh pasien adalah inflamasi. Inflamasi dalam masyarakat
awam dikenal dengan kata peradangan (Reid R, 2012).
Inflamasi dalam rongga mulut terdiri dari inflamasi jaringan keras dan
inflamasi jaringan lunak/inflamasi mukosa mulut. Salah satu inflamasi
mukosa mulut yang sering terjadi adalah Stomatitis Aftosa Rekuren atau
disingkat SAR (Neville BW, 2009). Di Indonesia SAR sering dikenal oleh
masyarakat awam dengan sebutan sariawan. SAR merupakan suatu
inflamasi yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa lesi kecil
berulang lebih dari satu berbentuk bulat atau ovoid yang dikelilingi oleh
haloeritema dengan dasar kuning atau keabuan. Hasil penelitian di
Bandung pada Mahawasiswa preklinik FKG UNPAD menunjukkan SAR
menempati urutan paling tinggi masalah kesehatan mulut yang dirasakan
responden dengan nilai 42,7% (Muharom F, 2013). SAR ini sering
dianggap sepele atau bahkan diabaikan orang padahal orang – orang
yang mengalami SAR akan merasa terganggu dalam hal fungsi
pengunyahan, penelanan, dan bicara. Fungsi dan aktivitas rongga mulut
akan ikut terganggu sehingga akan mempengaruhi status gizi serta
dampak pada kualitas hidup seseorang (Sriyono, 2009).
Pengobatan pasien yang terkena sariawan dengan anti-inflamasi pada
umumnya untuk memperlambat atau membatasi proses kerusakan
jaringan yang terjadi pada daerah inflamasi. Salah satu contoh obat yang
sering digunakan untuk mengobati sariawan ini adalah albothyl.
Namun,obat ini mengandung polikresulen konsentrat yang berbahaya bagi
penyakit dalam termasuk sariawan. Oleh karena itu pemanfaatan hasil
tumbuhan yang sering ditemukan disekitar lingkungan rumah dengan
khasiat anti-inflamasi perlu dilakukan untuk menemukan alternatif
pengobatan dengan efek samping yang relatif lebih kecil. Bahan alam
yang telah dikembangkan sebagai anti-inflamasi dari tumbuhan ialah
getah tangkaijarak pagar (Jatropha Curcas).
Jarak pagar (jatropha curcas L.) merupakan tanaman yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat (Nuria dkk.,
2009). Beberapa bagian tanaman jarak pagar mempunyai banyak manfaat
salah satunya yaitu tangkai. Getah di bagian tangkai memiliki jumlah
getah cukup banyak dan memiliki kandungan fitokimia. Getah jarak pagar
mengandung flavonoid, tannin, saponin dan alkaloid yang dapat berfungsi
sebagai antifungi, antiseptik, antiinflamasi, antibakteri dan antimikroba.
Getah jarak pagar dapat digunakan untuk menyembuhkan gusi berdarah,
sakit gigi, obat kumur, mengatasi infeksi jamur pada mulut, memiliki
aktivitas prokoagulan, antiinflamasi dan antibakteri. Getah jarak pagar
juga mengandung protease curcain yang berfungsi untuk menyembuhkan
luka (Prasad dkk., 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mempertimbangkan
kemungkinan penggunaan tangkai jarak pagar maka diperlukan kajian
mengenai efek anti-inflamasinya pada sariawan sehingga dapat dibuat
sediaan obat tetes dalam pengobatan inflamasi secara aman.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ekstrak getah tangkai jarak pagar (Jatropha Curcas L)
berpengaruh terhadap penyakit sariawan (Stomatitis Aftosa Rekuren)
pada mulut?

2. Apakah ekstrak Getah Tangkai Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) dapat


diformulasi menjadi sediaan obat tetes yang ampuh?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya efektivitas anti-inflamasi ektrak getah tangkai
jarak pagar (Jatropha Curcas L).
2. Untuk memperoleh sediaan obat tetes untuk sariawan (Stomatitis
Aftosa Rekuren).
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan menciptakan suatu
sediaan dari bahan alami guna untuk pengobatan terhadap inflamasi
sariawan serta mengurangi resiko bahaya penggunaan obat yang
mengandung bahan – bahan berbahaya.
BAB III

METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen berskala Laboratorium.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika STIFA
Makassar.
III.3 Pelaksanaan Penelitian
III.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain,alat-alat gelas, batang pengaduk,
cawan porselin, corong, kertas penyaring, kondensator, labu destilasi,
penangas, ph meter, sarung tangan, termometer, tempat hasil
penyulingan, timbangan analitik, vial, dan wadah sediaan.
Bahan yang digunakan antara lain, aquadest, AlCl3, batu didih,
etanol 70%, FeCl3, Gliserin, NaCl, HCl, Peppermint oil dan tangkai jarak
pagar (Jatropha Curcas L).
III.4 Prosedur Kerja
III.4.1 Pengambilan Sampel
Sampel tangkai jarak pagar diambil didaerah sekitar pemukiman
rumah atau pada daerah yang biasa ditumbuhi oleh tumbuhan jarak
pagar.
III.4.2 Pengolahan Sampel
1. Tangkai jarak pagar yang telah dikumpulkan disortasi basah untuk
memisahkan bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan lalu
dilakukan pencucian dengan air bersih yang mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada sampel. Kemudian
dilakukan perajangan bila perlu dengan cara sampel dipotong kecil-kecil
untuk memudahkan proses ektrak. Metode ektrak yang digunakan
adalah refluks dan maserasi.
III.4.3 Pembuatan Ektrak
 Refluks
1. Timbang sampel sebanyak 50 gram menggunakan timbangan analitik.
Lalu masukkan ke dalam labu destilasi. Lalu masukkan pelarut
sebanyak 500 ml. Masukkan pula batu didih. Pasang labu ke
kondensor. Pasang selang air pada kondensor kemudian nyalakan
aliran air. Nyalakan penangas hingga mencapai suhu didih pelarut
secara bertahap. Lakukan proses ektraksi hingga pelarut jenuh. Saring
ektrak dan tamping pada wadah yang sesuai.
 Maserasi
1. Getah jarak pagar diperoleh dengan cara menyayat atau melukai
tangkai jarak pagar dengan pisau, dengan panjang sayatan sekitar 0,2
cm dan kedalaman 0,1 cm, kemudian getah yang keluar ditampung
menggunakan wadah steril. Selanjutnya sampel getah segera disimpan
ke dalam freezer.
2. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi dengan
pelarut etanol 96%. Ekstraksi dilakukan selama 3 hari dengan dua kali
remaserasi. Maserat yang diperoleh kemudian diuapkan pelarutnya
menggunakan rotary evaporator.
III.5. Uji fitokimia.
Identifikasi saponin diperoleh melalui proses menimbang sampel
sebanyak 1 gram, yang kemudian tambahkan dengan 20 mL aquadest
sebagai pelarut. Setelah itu campuran ekstrak dan aquadest tersebut
dipanaskan beberapa saat hingga esktrak benarbenar larut. Setelah
ekstrak larut kemudian disaring, dimasukkan beberapa mL ke dalam
tabung reaksi, kemudian digojog selama kurang lebih 10 detik. Setelah
terbentuk busa yang stabil selama lebih kurang 10 menit setinggi 1-10 cm,
kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl 0.1 N, apabila busa tetap
stabil, menandakan adanya senyawa saponin.
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan meletakkan sampel pada
plat KLT menggunakan pipa kapiler. Kemudian dielusikan menggunakan
eluen kloroform: etil asetat dengan perbandingan 6 : 4. Setelah itu, plat
hasil elusi disemprot menggunakan AlCl3 5%. Kemudian diamati bercak
pada sinar UV. Selain flavonoid yang diidentifikasi dilakukan juga
identifikasi tannin. Identifikasi tannin dilakukan dengan meletakkan sampel
pada plat KLT menggunakan pipa kapiler. Kemudian dielusikan
menggunakan etil asetat : metanol : air dengan perbandingan 10 : 1.35 :
1. Setelah itu, plat hasil elusi disemprot menggunakan FeCl3 5%.
Kemudian diamati bercak pada sinar UV.
III.6. Proses Pembuatan Sediaan Obat Tetes
Hasil ekstrak dimasukkan ke dalam gelas ukur. NaCl ditimbang
sebanyak 5 gram dilarutkan dalam 10 ml aquadest, diaduk. Setelah itu
dipipet 2 ml lalu dicampurkan ke dalam gelas beker yang berisi hasil
eksktrak. Lalu, dicampurkan dengan gliserin. Sediaan hasil ektrak harus
kental. Kemudian ditambahkan dengan pipermint oil secukupnya lalu
dihomogenkan, dan sediaan dimasukkan kedalam wadah sediaan
berbentuk seperti serum.
III.7. Evaluasi Sediaan Obat Tetes dari Tangkai Getah Jarak
a. Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau dan rasa
(Pradewa, 2008).
b. Uji Ph
Uji pH bertujuan untuk melihat apakah sediaan yang dibuat
mempunyai nilai pH yang sesuai dan bisa diterima oleh kulit ataupun
membran mukosa pada mulut yaitu 5,5–7,9. Pengukuran pH dilakukan
menggunakan alat pH meter Cyberscan Eutech. Menurut Badan Standar
Nasional Indonesia (BSNI/BSN/SNI) yaitu pada SNI16-4380-1196 untuk
pH kulit manusia yaitu pH 4,5-6,5. Sedangkan menurut Rooban pH mulut
berkisar antara 5,5-7,9. Maka dari itu sediaan obat tetes tersebut memiliki
pH yang memenuhi syarat .Untuk hasil uji pH diperoleh hasil yang masih
memenuhi persyaratan pH pada mulut yaitu 5,5-7,9 (Rooban, 2006).
c. Uji daya sebar
Obat tetes yang dibuat memiliki daya sebar antara 5–7 cm yang
menunjukkan bahwa obat tetes yang dibuat memiliki konsistensi semisolid
yang sangat nyaman dalam penggunaannya . Pengukuran daya sebar
bertujuan untuk melihat kemampuan sediaan obat tetes menyebar pada
permukaan kulit ataupun membran mukosa sehingga dapat mengetahui
penyebaran zat aktif yang dikandung dalamgel di kulit ataupun membran
mukosa. Hal ini berkaitan dengan distribusi zat aktif yang terkandung
dalam sediaan (Ratih, 2016).
d. Uji Viskositas
Uji viskositas yang diperoleh harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan standar tentang nilai viskositas obat tetes dengan kekentalan
seperti serum yaitu 230-1150 cps. Pengukuran viskositas obat tetes ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekentalan sediaan obat
tetes ini yang akan mempengaruhi daya sebar dan daya lekat ketika
diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa (Ratih, 2016).
Viskositas dihitung dengan rumus :
Ƞ𝟐/Ƞ𝟏=𝛒𝟐𝐭𝟐/𝛒𝟏𝐭𝟏

Keterangan:
η1 = viskositas air (cp)
η2 = viskositas zat cair yang dicari (cp)
ρ1 = massa jenis air (g/ml)
ρ2 = massa jenis zat cair yang dicari (g/ml)
t1 = waktu alir air (detik (s))
t2 = waktu alir zat yang dicari (detik (s))
(Fitri dkk, 2016)
e. Uji kejernihan
Memastikan larutan terbebas dari pengotornya dan membandingkan
kejernihan larutan uji dengan suspense padanan, dilakukan dibawah cahaya
yang terdifusi tegak lurus ke arah bawah tabung belakang hitam (Isnaeni dkk,
2016)
f. Penyimpanan dipercepat
Salah satu cara mempercepat evaluasi kestabilan adalah dengan menyimpan
selama beberapa periode (waktu) pada suhu yang lebih tinggi dari normal, cara
khusus ini berguna untuk mengevaluasi stabilitas fisik sediaan dengan siklus
antara dua suhu. Pengujian dilakukan menggunakan elimatic chamber terdiri dari
siklus dengan suhu rendah 5 derajat celcius dan suhu tinggi 40 derajat celcius
selama 6 siklus. Satu siklus berlangsung selama 24 ja. Semua evaluasi fisik
dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat (Isnaeni dkk, 2019).
III.7. Variabel Penelitian
Adapun variabel bebas penelitian ini adalah ekstrak getah tangkai
jarak pagar (Jatropha Curcas L), sedangkan variabel terikat adalah Anti-
inflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri Handayani, Husnul Warnida, Siti Juhairiah Nur. 2016. FORMULASI
DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Streptococcus mutans DARI
SEDIAAN MOUTHWASH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.). Akademi Farmasi: Balikpapan.

Isnaeni Usman, Jane Stefany, Ermi Reski. 2019. Si Keong Mas (Inovasi
Mouthwash Kemangi dan Binahong). STIFA: Makassar

Lena Noviana, Silvi Kintawati, Sri Susilawati, 2018. Kualitas Hidup Pasien
dengan Inflamasi Mukosa Mulut Stomatitid Aftosa Rekuren. FKG:
UNPAD Indonesia.

Muharom F. 2013. Kualitas Hidup dalam Aspek Kesehatan Gigi-Mulut


(Oral Health Related Quality of Life/ OHRQoL) pada Mahasiswa
Preklinik FKG UNPAD. Skripsi. Bandung: UNPAD

Nuria., Cut., 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar (Jatropha curcas L), terhadap bakteri staphylococcus
aureus. Jurnal Antibakteri, 5(2).

Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. 2009. Oral and
Maxillaofacial Pathology. 3rd ed. Philadelephia – London – New
York – St. Louis – Sidney – Toronto: W.B. Saunders Elsevier.

Prasad M, P., Sushant S. and Chikkawaswamy B. K. 2012, Phytochemical


Analysis, Antioxidant Potential, Antibacterial Activity and Molecular
Characterization of Clerodendrum serratum species. Int. J. Mo.,
Biol.

Reid R, Roberts F, MacDuff. 2011. Pathology Illustrated. 7th ed. Churchill


Livingstone: Elsevier.

Rosmalinda Utami , Siti Rahmatul Aini, Dyke Gita Wirasisya. 2019


Aktivitas Antibiofilm Getah Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada
Staphylococcus aureus ATCC 25923. FK Universitas Mataram:
Mataram

Ratih Dyah Pertiwi,Joni Kristanto,Graha Ayu Praptiwi. 2016. UJI


AKTIVITAS ANTIBAKTERI FORMULASI GEL UNTUK SARIAWAN
DARI EKSTRAK DAUN SAGA (Abrus precatoriusLinn. )
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus. Fakultas Ilmu
Kesehatan: Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Rooban T, Mishra G, Elizabeth J,Ranganathan K, Saraswathi TR, others.


2006. Effect of habitual arecanut chewing onresting whole mouth
salivary flow rateand pH. Indian J Med Sci.

Sriyono NW. 2009. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna


Meningkatkan Kualitas Hidup. Yogyakarta: UGM.

Anda mungkin juga menyukai