Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PEENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menyusun dan mengksji preformulasi bahan aktif
2. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pembuatan granul dengan granulasi basah
3. Mahasiswa dapat menghitung jumlah ahan yang aan digunakan dalam pembuatan
satu batch
4. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi granul dan menganalisis hasilnya

B. Landasan Teori

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme


pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan ikatan
partikel-partikel kecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui
penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar,
massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi adalah untuk
memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan bahan-
bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan
pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan tablet. Untuk
beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat dilewati jika zat aktif memenuhi syarat
untuk langsung dikempa. Metode ini disebut kempa langsung. Metode ini mengurangi
lamanya proses pembuatan tablet melalui proses granulasi, tapi sering timbul beberapa
kendala yang disebabkan sifat bahan aktif itu sendiri atau eksipien. Pembuatan tablet dapat
dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.
Granulasi basah merupakan suatu proses perubahan dari bentuk serbuk halus menjadi
granul dengan bantuan larutan bahan pengikat yang sesuai. Pada metode granulasi basah ini
bahan pengikat yang ditambahkan harus mempunyai jumlah yang relatif cukup, karena
kekurangan atau kelebihan sedikit saja bahan pengikat akan menyebabkan granul yang tidak
sesuai dengan yang diinginkan dan akan mempengaruhi hasil akhir tablet (Robert dkk, 1990).
Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan
panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa
tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi (Lachman, 1994).
Pembuatan granulasi basah. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan cairan
pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan
yang ukurannya sesuai kebutuhan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini
dikeringkan, lalu diayak kembali dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya
mengurangi ukuran granul berikut nya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu
merekatkan granul satu dengan lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi. Bahan
pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan dari tepung jagung, 25-50% larutan
glukosa, molase, macam-macam gom alam (seperti akasia) derivat selulosa (metilselulosa,
karboksimetilselulosa dan selulosa mikrokristal), gelatin, dan povidon. Bila diinginkan
warna dan rasa dapat ditambahkan ke dalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi
dengan warna dan rasa yang diinginkan.
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya
dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Lachman,
1994).
Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif
supaya masa yang jumlah nya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-
bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya
terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang tinggi
(Ansel, 1989).
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam proses granulasi antara lain:
a. Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif
dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar
partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul.
Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan
grinder.
b. Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang
merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary
mixer, twin-shell, dan blender.
c. Penambahan dan Pencampuran Larutan Pengikat
Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah
sehingga membutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti sigma blade
mixer dan planetary mixer.
d. Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan yang
disebut oscilating granulator/fitzmill.
e. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasah yang digunakan.
Granul kemudian dikeringkan dalam oven atau fluid bed dryer.
f. Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan
porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya.

Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)


a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
b. Kompresibilitas
c. Kadar air (loss on drying)
d. Waktu hancur
e. Kekerasan Friabilitas

BAB II
FORMULA

A. Formula
No Bahan 1 tablet (500 mg)
1 Isoniazid 250 mg
2 Gelatin
3 Maltodekstrin
4 Talkum
5 Amilum kering
6 Magnesium Stearat
Total Berat 500 mg

B. Perhitungan
No. Bahan 1 tablet (500 mg) 300 tablet
1. Isoniazid
2. Gelatin
3. Maltodekstrin
4. Talkum
5. Amilum kering
6. Magnesium Stearat
Total berat

C. Preformulasi
1. Isoniazid
Struktur molekul :

Rumus Molekul : C6H7N3O


Nama lain : Isoniazidum
Berat Molekul : 137,14 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur atau kristal, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam CHCl2 p dan eter p Air
= 1 : 8 Alkohol = 1 : 50
Khasiat : Anti tuberkulosis
Stabilitas : Tidak stabil jika terpapar oleh cahaya
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Penyimpanan : Simpan pada tempat yang terbebas dari cahaya matahari langsung

2. Gelatin

Nama lain : Byco, solugel, instagel dan kolatin


Pemerian : Lembaran, keping atau potongan atau serbuk kasar sampai
halus. Kuning lemah atau coklat terang, warna bervariasi
tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau seperti kaldu
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, larut dalam air panas gliserin
dalam asam asetat 6 N dan air, tidak larut dalam etanol,
kloroform, minyak lemak dan minyak menguap
Stabilitas : Gelatin kering stabil di udara. Solusi gelatin berair juga stabil
untuk waktu yang lama jika disimpan dalam kondisi dingin
tetapi mereka tunduk degradasi bakteri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan di tempat kering
Inkompatinbilitas : Gelatin merupakan bahan amfoter dan akan bereaksi dengan
asam dan basa, aldehid, polimer anion dan bahan kation,
serta elektrolit-elektrolit logam dan surfaktan.
Kegunaan : Bahan penghancur

3. Maltodextrin

Struktur molekul :

Nama lain : Maltodektrin


BM : g/mol
Pemerian : serbuk hablur, putih tdak berbau.
Kelarutan : Larut air sedikit larut dalam etanol
Kegunaan : Bahan pengisi

4. Talkum

Struktur molekul :

Pemerian : Talkum berwarna putih sampai keabuan, tidak berbau, sangat


halus, berbentuk kristal, lembut di kulit dan bebas dari
butiran
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organik dan air
Kegunaan : Bubuk (90-99%), glidan dan pelican tablet (1-10%),
pengencer tablet dan kapsul (5-30%)
Stabilitas : Talk adalah zat yang stabil dan bisa disterilisasi dengan
pemanasan pada 160⁰C selama tidak kurang dari 1 jam.
Talkum juga bisa disterilisasi dengan cara dipaparkan
dengan etilen oksida atau iradiasi gamma
Penyimpanan : Talk harus disimpan dalam wadah yang tertutup, dingin dan
tempat yang kering
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan amonium kuartener
Kegunaan : Anticaking, glidan, pengencer kapsul dan tablet, pelumas
atau pelican kapsul

5. Amilum kering

Struktur :
Nama lain : amylum, maydis amylum, oryzae amylum
Rumus molekul : (C6H10O5)n, dimana n= 300-1000
Ph : 4.0-8.0 (larutan)
Pemerian : serbuk berwarna putih sampai putih pucat, tidak berbau dan
tidak berasa. Terdiri dari granul yang sangat kecil spheric atau
oval.
Kelarutan : praktis tidak larut di etanol dingin (96%) dan di air dingin.
Amilum mengembang dalam air dengan 5-10% pada suhu
37C. amilum menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas
suhu gelatinisasi. Amilum larut sebagian dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Kegunaan : diluen tablet dan kapsul, pemecah tablet dan kapsul, pengikat
tablet, pengental
Stabilitas : stabil jika terlindungi dari kelembaban yang tinggi. Amilum
tidak inert secara kimiawi dan mikrobiologi pada
penyimpanan kondisi normal.
Sifat alir : pada umumnya kohesif dan memiliki sifat alir yang buruk.
Sifat alirnya tergantung kepada kelembaban, amilum kering
merupakan bahan yang mudah mengalir
Penyimpanan : Amilum disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat
yang sejuk dan dingin.
Inkompatibilitas : amilum inkompatibel dengan senyawa pengoksidasi kuat.
Konsentrasi :
Kegunaan Konsentrasi
Antiadheren dan lubrikan 3-10% w/w
Pengikat pada granulasi basah 3-20% w/w
Pemecah tablet 3-25% w/w
6. Magnesium stearat

Struktur :

Nama lain : magnesium distearat, magnesia stearas, asam stearat


Rumus molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,24
Pemerian : serbuk sangat halus, berwarna putih terang, diendapkan
atau digiling, tidak terasa, memiliki bau lemah asam
stearate, dan rasa yang khas. Serbuknya licin untuk
dipegang dan menempel ke kulit
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan air.
Larut dalam benzene hangat dan etanol hangat (95%).
Kegunaan : lubrikan tablet dan kapsul
Stabilitas : stabil
Titik leleh : 117-1500C
Sifat alir : sifat alirnya buruk, serbuk kohesif
Penyimpanan : magnesium stearat disimpan dalam wadah yang tertutup
pada tempat yang sejuk dan dingin
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan asam yang kuat, basa, dan garam besi.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearate tidak dapat digunakan dalam produk
yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan garam
alkaloid
Konsentrasi :
Kegunaan Konsentrasi
Lubrikan 0.25 – 5.0% w/w
D. Analisa Bahan

Nama Bahan Konsentrasi Fungsi


Isoniazid 250 mg Bahan Aktif
Gelatin 4% Pengikat
Maltodekstrin q.s Pengisi
Talkum 2% Glidan dan lubricant
Amilum kering Pengikat
5%
(Amortab)
Mg Stearat 1% Glidan dan lubricant
1. Isoniazid
Pada pratikum ini menggunakan bahan aktif Isoniazid. Pebuatan tablet Isoniazid
menggunakan metode granulasi. Granulasi dilakukan karena sebagian besar serbuk
tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena kohesivitasnya rendah,
tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.
2. Talkum dan Mg Stearat
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi
sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat
cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir
dapat memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji
friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai
fase luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan
ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum ditambahkan sebanyak
1- 10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5% (HOPE, 2009). Pada
praktikum ini digunakan talcum 2% dan magnesium stearat 1%, penambahan hanya
sedikit karena pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet terlalu keras sehingga
sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit dimetabolisme didalam tubuh.
3. Amilum Kering (Amprotab)
Amprotab merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai pengisi
dan pengikat karena harga ekonomis sehingga mengurangi biaya produksi. Fungsi
sebagai pengisi untuk menambah massa tablet yang akan dicetak dan fungsi sebagai
pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi sehingga dapat tercampur dengan
homogen. Amprotab dapat digunakan sebagai zat pengikat dengan pencampuran
amprotab dan aquadest hangat dengan konsentrasi 3-20 % b/b untuk mendapatkan
amprotab pro pasta segar (HOPE, 2009).
4. Gelatin
Gelatin merupakan salah satu bahan pengikat. Tablet yang menggunakan bahan
pengikat gelatin, cenderung menghasilkan tablet yang keras (Ariswati, dkk., 2010)

Fase Formula
a. Fase Dalam : Isoniazid, Maltodekstrin, Gelatin
b. Fase Luar : Talkum, Amilum Kering, Magnesium Stearat
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai