Anda di halaman 1dari 19

Biofarmasetika

apt. Dara Andini Putri, M.Farm.

KJ001 & KJ002

• Strategi Masalah Aspek Biofarmasetika


Obat Rute Bukal & Sublingual

www.esaunggul.ac.id
✨Kemampuan Akhir yang Diharapkan✨

Para mahasiswa mampu:


1. Memahami aspek fisiologi rute bukal & sublingual
2. Memahami aspek biofarmasetika obat rute bukal
& sublingual
3. Memahami aspek formulasi obat rute bukal &
sublingual

www.esaunggul.ac.id
REFERENSI
o Huan, S. (2019). Advances in nanoparticulate drug delivery approaches for
sublingual and buccal administration. Front. Pharmacol., 10:1328. DOI:
10.3389/fphar.2019.01328
o Jambhekar, S. S., Breen, P. J. (2009). Basic Pharmacokinetics. London:
Pharmaceutical Press.
o Madhav, N. V. S., et al. (2009). Orotansmucosal drug delivery systems: a review.
Journal of Controlled Release, 140, 2-11. DOI: 10.1016/j.jconrel.2009.07.016
o Narang, N., Sharma, J. (2011). Sublingual mucosa as a route for systemic drug
delivery. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(2),
18-22.
o Patel, V. F., Liu, F., Brown, M. B. (2011). Advances in oral transmucosal drug
delivery. Journal of Controlled Release, 153, 106-116. DOI:
10.1016/j.jconrel.2011.01.027
o Shargel, L., Yu, A. B. C. (2016). Applied Biopharmaceutics & Pharmakokinetics
Seventh Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
o Venkateswarlu, V. (2008). Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. Hyderabad:
PharmaMed Press.
www.esaunggul.ac.id
Obat Rute Bukal & Sublingual

• Rute oral → masih ada keterbatasan first-pass metabolism


& degradasi di saluran GI (terutama untuk senyawa biologis)
• Rute alternatif → nasal, rektal, vaginal, okular, & rongga oral
• Rongga oral (lokal/sistemik) → lebih mudah diterima oleh
pasien
• Rongga oral
ü Sublingual → penempatan obat di bawah lidah
ü Bukal → penempatan obat di antara gusi & pipi

www.esaunggul.ac.id
Keuntungan Rute Bukal & Sublingual

+ Absorpsi dan onset aksi yang lebih cepat


+ Obat langsung masuk sirkulasi sistemik tanpa first-pass
metabolism
+ Cocok digunakan untuk obat polar, obat dengan ClH yang
tinggi, atau obat yang dapat terdegradasi di GI
+ Mudah digunakan oleh pasien
+ Dapat digunakan oleh pasien yang sukar menelan
(pediatrik, geriatrik, disfagia)
+ Mudah dan cepat diterminasi bila dibutuhkan (dengan
cara diludahkan

www.esaunggul.ac.id
Keterbatasan Rute Bukal & Sublingual
- Melibatkan prosedur teknis tertentu untuk menjaga obat
tetap di area sublingual atau bukal
- Hanya bisa diaplikasikan untuk obat dosis rendah
- Bila tidak cocok dengan pasien (rasa pahit, iritasi) →
menimbulkan rasa ingin menelan/meludahkan
- Kemungkinan terjadinya tersedak → direkomendasikan
posisi tubuh dalam keadaan tegak
- Tidak bisa diaplikasikan pada pasien yang tidak kooperatif
atau tidak sadarkan diri
- Tidak cocok untuk modified-release system (sustained
release, prolonged release)

www.esaunggul.ac.id
Rongga Mulut

www.esaunggul.ac.id
Aspek Fisiologi Bukal & Sublingual
SALIVA
• Volume cairan, pH lingkungan, aktivitas enzim, laju alir saliva
• 3 kelenjar saliva utama: parotid, submandibular, sublingual
• Sublingual → saliva kental dengan aktivitas enzim yang terbatas
• Fungsi saliva → lubrikasi rongga oral, mempermudah menelan, melindungi
demineralisasi gigi, pencernaan karbohidraat, regulasi flora mikroba
• Saliva diproduksi 0,5-2,0 l/hari
• Volume saliva mulut dijaga 1,1 ml → volume kecil untuk fasilitasi pelepasan
obat; bervariasi bergantung dari laju alir saliva
• pH saliva berkisar 5,5-7,0 dan bersifat buffer lemah; bervariasi bergantung
dari laju alir saliva
• Enzim saliva << enzim GI
• Enzim bukal → aminopeptidase
• Laju alir saliva bergantung pada waktu, tipe stimulus, dan derajat stimulasi
• Laju alur saliva >> → sekresi Na & bikarbonat >> → pH >>

www.esaunggul.ac.id
Aspek Fisiologi Bukal & Sublingual

www.esaunggul.ac.id
Aspek Fisiologi Bukal & Sublingual
PERMEABILITAS
• Ketebalan mukosa, komposisi epitel
• Epitel terkeratinisasi → gingiva, hard palate. Mengandung lipid netral
(ceramide & acylceramide) → bersifat impermiable terhadap air
• Epitel non-terkeratinisasi → bukal & sublingual. Mengandung lipid netral polar
(kolesterol sulfaat & glukosil ceramide), sedikit ceramide, tidak ada
acylceramide → lebih bersifat permeable terhadap air
• Area sublingual → ketebalan 100-200 µm, tersusun 8-12 lapisan sel epitel
• Area bukal → ketebalan 500-800 µm, tersusun 40-50 lapisan sel epitel
• Lapisan epitel terdapat membran coating granul Q (MCG) → berfungsi untuk
penebalan membran, adesi sel, deskuamasi sel, barrier permeabilitas
• MCG berupa organel berbentuk sferis /oval dengan diameter 100-300 nm
• Terdapat lapisan propia & submokasa di bawah lapisan epitel → mengandung
jaringan konektif, pembuluh darah, pembuluh limfatik, otot polos
• Pembuluh darah → vena kava superior → sirkulasi sistermik

www.esaunggul.ac.id
Aspek Fisiologi Bukal & Sublingual

www.esaunggul.ac.id
Aspek Fisiologi Bukal & Sublingual

www.esaunggul.ac.id
Aspek Fisiologi Bukal & Sublingual
MUKUS
• Kandungan mukus, muatan musin
• Mukus bagian dari saliva
• Tebal mukus 40-300 µm; mengandung 1-5% music
• Musin: makromolekul kelas glikoprotein, mengandung karrbohidrat
• Berfungsi untuk membentuk jaringan 3D yang melubrikasi dan adesi antar
sel
• Pada pH negatif → cenderung bermuatan negatif (as. sialat & residu sulfat);
struktur gel kohesif menempel pada permukaan sel epitel
• Mukus → barrier, namun bisa jadi situs mukoadesi obat → waktu retensi >>

ABSORPSI
• Difusi pasif & jalur paraseluler

www.esaunggul.ac.id
Aspek Biofarmasetika

1. Koefisien Partisi
• Solubilitas dalam lipid harus cukup tinggi → difusi pasif
2. Solubilitas
• Harus bisa terlarut dalam saliva (volume 1,1 ml)
3. Derajat Ionisasi
• Obat dengan pKa tinggi; obat hidrofilik / ionic → jalur
paraseluler
4. Kemampuan obat berikatan dengan mukosa oral
• Bila ikatan >> → BA <<

www.esaunggul.ac.id
Strategi Pengembangan Obat Rute
Bukal & Sublingual
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
• Sifat organoleptis obat (rasa & bau) harus dapat diterima
• Dosis terapetik obat harus rendah
• Obat yang digunakan harus dapat terdisolusi dengan cepat di
dalam saliva & saturasi solubilitas >> di dalam saliva
• Obat harus memiliki sifat absorpsi yang baik di mukosa oral
• Obat & eksipien yang digunakan → tidak menstimulasi saliva
secara berlebih
• Harus memiliki waktu retensi yang cukup untuk proses
absorpsi

www.esaunggul.ac.id
Strategi Pengembangan Obat Rute
Bukal & Sublingual
Bentuk sediaan:
• Padat (tablet, lozenges, patches, film)
• Semi-solid (gel, krim, salep)
• Cair (larutan, suspensi)
• Spray

www.esaunggul.ac.id
Strategi Pengembangan Obat Rute
Bukal & Sublingual
• Eksipien
ü Pemanis alami: sukrosa, fruktosa, glukosa (-: menempel pada rongga
gigi → pH lingkungan <<, karang gigi; tidak bisa untuk DM tipe 1)
ü Pamanis sintetik: sakarin, aspartame, sukralosa, acesulfam (-: safety)
ü Flavoring agent
• Sistem mukoadesi
• Permeation enhancer

www.esaunggul.ac.id
Polimer Mukoadesif

Syarat: biocompatible & non-toksik


1. Polimer linear → PEG
2. Generasi pertama → berinteraksi dengan musin dalam mukus
• Anionik (PAA, Na CMC) → ik. hidrogen
• Kationik (chitosan) → interaksi ionik gugus amin >< as. sialat
• Non-ionik
3. Generasi kedua → berinteraksi dengan mukosa langsung
(sitoadesif). Contoh:
• Lektin
• Polimer thiol (thiomer) → ik. disulfida kovalen dengan glikoprotein
mukus / mukosa

www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai