(PSF 312)
MODUL 1
KONSEP BIOASSAY
DISUSUN OLEH
Inherni Marti Abna, S.Si, M.Si
2. Topik Perkuliahan
Bioassay adalah metode analisis untuk menentukan konsentrasi atau potensi suatu zat
berdasarkan pengaruhnya terhadap sel atau jaringan hidup. Bioassay berupa uji biologis
kuantitatif yang digunakan untuk memperkirakan potensi agen dengan mengamati
pengaruhnya pada hewan hidup ( in vivo ) atau sistem kultur jaringan / sel ( in vitro ).
Bioassay merupakan analisis atau pengukuran dari suatu zat untuk menentukan keberadaan
dan dampaknya, pada umumnya yang diuji adalah efek obat dan kadar hormon. Mata kuliah
bioassay akan dibagi dalam dua bagian yaitu sebelum UTS dan setelah UTS.
Adapun topik-topik perkuliahan sebelum UTS adalah :
1. Konsep Bioassay
2. Uji Aktivitas Antioksidan I
(In Vitro)
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 1 / 17
3. Uji Aktivitas Antioksidan II
(In Vivo)
4. Uji Toksisitas I
(Toksisitas Akut)
5. Uji Toksisitas II
(Toksisitas Sub Akut)
6. Uji Toksisitas III
(Toksisitas Kronis)
7. Uji ELISA (Enzim Linked Immunosorbent Assay) I
Untuk topik-topik perkuliahan setelah UTS adalah :
8. Uji ELISA (Enzim Linked Immunosorbent Assay) I I
9. Metode PCR untuk Bioassay
10. Uji Aktivitas Antimutagen I
11. Uji Aktivitas Antimutagen II
12. Uji Karsinogenic: Cytotoxic Assay I
13. Uji Karsinogenic: Cytotoxic Assay II
14. Uji Karsinogenic: Cytotoxic assay III
C. Latihan Soal
1. Sebutkan referensi yng digunakan pada mata kuliah bioassay.
2. Jelaskan definisi bioassay
3. Jelaskan bagaimana penemuan bioassay pertama kali
D. Kunci Jawaban
1. Referensi yang digunakan:
1. Harmita dan Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Forster, A. 2001. What is it about antioxidative characteristics of hops. EBC-Congress.
Budapest. edition, Benjamin Cummings, An imprint of Addison Wesley, Longman Inc., USA
3. Attaur-Rachman, Choudary, I. 2001. “Bioassay Techniques for Drug Development”.
Harwood Academic Publisher Amsterdam.
4. Ngatidjan, 2006, Metoda Laboratorium dalam Toksikologi, Bagian Farmakologi dan
Toksikologi FK UGM Yogyakarta.
5. Lorris G. C., and Shane, B. S. (1994). Basic Environmental Toxicology. CRC Press.
6. Mutschler, E., 1986, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi
Kelima, 217-221, Bandung, Penerbit ITB Bandung.
7. eBioscience. 2010. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). p 3-8.
2. Bioassay adalah metode analisis untuk menentukan konsentrasi atau potensi suatu zat
berdasarkan pengaruhnya terhadap sel atau jaringan hidup. Bioassay berupa uji biologis
kuantitatif yang digunakan untuk memperkirakan potensi agen dengan mengamati
pengaruhnya pada hewan hidup ( in vivo ) atau sistem kultur jaringan / sel ( in vitro ).
Bioassay merupakan analisis atau pengukuran dari suatu zat untuk menentukan keberadaan
dan dampaknya, pada umumnya yang diuji adalah efek obat dan kadar hormon.
3. Penggunaan pertama bioassay dimulai pada akhir abad ke-19, ketika dasar bioassay
ditetapkan oleh seorang dokter Jerman, Paul Ehrlich. Ia memperkenalkan konsep
standardisasi melalui reaksi materi hidup. Penelitian yang dilakukannya adalah antitoksin
difteri merupakan uji bioassay pertama yang menerima pengakuan. Penggunaan bioassay
yang dilakukannya membawa suatu kesimpulan yaitu bahwa pemberian dosis difteri yang
secara bertahap meningkat pada hewan merangsang produksi antiserum.
1. Uji Pirogenitas
Definisi
Uji pirogenitas yaitu: uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu Sediaan Uji
Steril bebas pirogen atau tidak.
Cara pengujian:
Pengujian dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci yang disebabkan
penyuntikan intravena sediaan uji steril.
Hewan percobaan:
Hewan percobaan yang digunakan yaitu kelinci (syarat: seminggu sebelum pengujian
tidak menunjukkan penurunan bobot badan).
Hewan percobaan tidak dapat digunakan jika:
a. Tiga hari sebelumnya dipakai untuk pengujian pirogenitas, hasil negatif.
b. Tiga minggu sebelumnya digunakan untuk pengujian pirogenitas sediaan uji tidak
memenuhi syarat.
c. Telah digunakan kapan saja untuk pengujian pirogenitas tetapi respon rata-rata
kelompok kelinci melebihi 1,2°.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 7 / 17
Alat:
1. Termometer atau termometer listrik
- ketelitian skala 0,1°
- dapat dimasukkan ke dalam rektum kelinci sedalam ± 5 cm
2. Alat suntik (terbuat dan kaca atau bahan lain yang cocok, tahan pemanasan pada suhu 25°
Sediaan uji:
Dibuat dari zat uji dengan melarutkan atau mengencerkannya
menggunakan larutan natrium klorida P steril bebas pirogen atau jika zat uji berupa larutan
yang sesuai dapat langsung digunakan.
Pengujian,
Pengujian meliputi dua tahap yaitu:
1. Pendahuluan: hewan uji disuntik dengan larutan NaCI P steril bebas pirogen (10
mlIkgBB, Lv.) 1-3 hari sebelum pengujian.
2. Pengujian Utama: sediaan uji (dihangatkan, ± 38,5°) Disuntikkan perlahan ke dalam
vena auricularis tiap kelinci dan dilakukan evaluasi.
Penafsiran hasil
Penafsiran hasil dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi Ill atau IV. Penafsiran hasil
dibedakan untuk:
1. hewan percobaan (kelinci)
2. sediaan uji
Persyaratan penafsiran hasil pembacaan suhu (respon) dibaca sesuai petunjuk dan
dibandingkan dengan daftar pada tabel I.1.
Tabel I.1
Sediaan Uji:
Dibuat menggunakan zat uji sejumlah tertera pada table 1.3 atau sisa pada membran
penyaring 450 nm yang diperoteh sebagai berikut:
1. Zat uji berupa larutan atau cairan (> 10 ml) disaring lebih dahulu dengan penyaring
membran
2. Zat uji berupa serbuk: dilarutkan atau menggunakan pelarut steril yang cocok
3. Larutan atau suspensi minyak: dikocok dahulu yang cocok, disaring melalui penyaring
membrane
Table I.3
Jumlah zat uji dalam wadah Jumlah zat yang diperlukan untuk
Uji kuman Uji jamur dan ragi
Cairan
kurang dan 1 ml Semua isi Semua isi
tidak kurang dari 1 ml tidak Separo isi Separo isi
kurang dari 4 ml
tidak kurang dari 4 ml tidak 2 ml 2 ml
kurang dari 20 ml
lebih dari 20 ml 10% dari isi 10% dari isi
Padat
1. Hubungan Dosis-Respon
Merupakan hubungan antara jumlah obat dan besarnya efek (respon) yang ditimbulkan.
Syarat agar dapat dilakukan eveluasi hubungan dosis respon, efek obat harus memiliki 2 sifat
yaitu:
a. Harus dapat diukur (bila berupa data kualitatif harus diubah ke data kuantitatif)
b.Harus mempunyai nilai Nol pada saat Dosis = 0, sehingga perubahan dosis dapat diamati
perubahan efeknya.
Penggambaran kurva:
- Dosis: digambar pada bagian absis (independent variable)
- Efek: digambar pada sisi ordinat (dependent variable)
Setelah pemberian obat:
Efek tergantung waktu dan dosis sehingga efek merupakan fungsi dari keduanya.
2. Respon Quantal
Pada respon quantal ada dua kemungkinan: yaitu ada atau tidak ada efek, Contoh: uji
efek tidur untuk obat golongan Barbiturat, maka yang diperhatikan adalah efek bisa
menidurkan atau tidak bisa intensitas tidurnya tidak diperhatikan, sehingga data yang
diperoteh berupa frequensi tidur hewan uji (berapa jumlah hewan uji yang tidur dalam tiap
kelompoknya).
C. Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud bioassay kualitatif?
2. Apa yang dimaksud bioassay kuantitatif?
3. Uraikan tujuan dilaksanakannya uji ketoksikan akut.
E. Daftar Pustaka
1. Attaur-Rachman, Choudary, I. 2001. Bioassay Techniques for Drug Development.
Harwood Academic Publisher Amsterdam.
2. Ngatidjan, 2006, Metoda Laboratorium dalam Toksikologi, Bagian Farmakologi dan
Toksikologi FK UGM Yogyakarta.
3. Lorris G. C., and Shane, B. S. (1994). Basic Environmental Toxicology. CRC Press.
4. Mutschler, E., 1986, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi
Kelima, 217-221, Bandung, Penerbit ITB Bandung.