SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
SKRIPSI
Disetujui Oleh:
2
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
3
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIAT
NPM : 15334021
Mahasiswa : S1 Farmasi
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
4
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 15334021
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarja Farmasi pada
Program Studi S1 Farmasi
DEWAN PENGUJI
Penguji : ........................................................( )
Penguji : ........................................................( )
Penguji : .........................................................( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : ........................
5
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Formulasi Pasta Gigi Antibakteri Ekstrak Kental Daun Singkong ( Manihot
utilisima ) dan Uji Efektifitas Terhadap Staphilococcus aureus” dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk Mencapai gelar Sarjana Program Studi Farmasi pada Fakultas Farmasi
Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Teti
Indrawati, M.Si.,Apt selaku pembimbing tugas akhir yang telah meluangkan
waktu, tenaga, pikiran, dan perhatian dalam membimbing sejak perencanaan tugas
akhir hingga penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi ISTN, Ibu Dr. Refdanita, M.Si.,Apt.
2. Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi ISTN, Ibu Ainun
Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt.
3. Penasehat Akademik, Bapak Saeful Bahri, S,Si.,M.si
4. Seluruh dosen pengajar Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi ISTN.
Atas ilmu yang telah diberikan selama masa pendidikan di Program Studi
Farmasi. Serta seluruh karyawan Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi ISTN.
Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia atas segala
kebaikan yang telah mereka berikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang membangun selalu diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 27 Juli 2019
Penulis
Antonius Kiswanta
6
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Sains Dan Teknologi Nasional, saya yang
bertandatangan di bawah ini:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Sains dan Teknologi Nasional berhak menyimpan,
mengalihmedia/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database)
softcopy dan hard copy, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Yang menyatakan
Antonius Kiswanta
7
ABSTRAK
Daun singkong selain digunakan sebagai sumber pangan juga memiliki efek
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Telah
dilakukan penelitian tentang formulasi pasta gigi antibakteri ekstrak kental daun
singkong ( Manihot utilissima ) dan uji efektivitas terhadap Staphylococcus
aureus. Pasta gigi yang mengandung ekstrak kental daun singkong dibuat dengan
empat variasi konsentrasi yaitu 0%, 20%, 40% dan 60%. Evaluasi yang dilakukan
terhadap pasta gigi antibakteri antara lain : organoleptik, pH, homogenitas, daya
sebar, viskositas dan uji pembentukan busa. Uji stabilitas dilakukan dengan
dengan sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 10 menit dan uji stabilitas
dipercepat dengan peningkatan suhu selama 12 minggu. Uji aktivitas antibakteri
dilakukan dengan metode difusi sumuran terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Hasil uji sifat organoleptik pasta gigi yang mengandung ekstrak kental daun
singkong berwarna hijau pekat, homogen, berbau mint, kental, memiliki pH 7 dan
viskositas antara 260.000-340.000cps. Hasil uji stabilitas menunjukan hasil yang
stabil. Hasil uji antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak kental daun singkong dengan
variasi konsentrasi 40% dan 60% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
Kata kunci :
Daun singkong, antibakteri, pasta gigi
A part from being used as a food source, cassava leaves also have antimicrobial
effects on the growth of Staphylococcus aureus bacteria. A study of the
formulation of antibacterial toothpaste thick extract of cassava leaves (Manihot
utilissima) and effectiveness test on Staphyloccus aureus. Toothpaste containing
thick extracts of cassava leaves was made with four variations of concentration
0%, 20%, 40% and 60%. Evaluations carried out on antibacterial toothpaste
include : organoleptic, pH, homogenity, dispersion, viscosity and foam formation
test. The stability test was carried out by centrifuging at speed of 4000 rpm for 10
minutes and the stability test was accelerated by increasing the temperature for 12
weeks. Antibacaterial activity test was carried out by the weel diffusion method
against Staphylococcus aureus bacteria. The test results of the organoleptic
properties of toothpaste containing thick extracts of solid green cassava leaves,
homogeneous, smelled of mint, thick, had a pH of 7 and viscosity between
260.000-340.000cps, Stability test result show stable results. Antibacterial test
results of toothpaste preparations with thick extract of cassava leaves with
variations in concentrations of 40% and 60% can inhibit the growth of
Staphylococcus aureus bacteria
iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
vi
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
10
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1. PENDAHULUAN
1.3 Hipotesis
..........................................................................................................
..........................................................................................................
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
11
2.2 Gigi
..........................................................................................................
..........................................................................................................
9
12
13
3. METODE PENELITIAN
27
14
15
36
47
48
57
5.1 Kesimpulan
..........................................................................................................
..........................................................................................................
57
5.2 Saran
..........................................................................................................
..........................................................................................................
57
DAFTAR REFERENSI
58
17
18
20
21
22
23
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi
kesehatan tubuh keseluruhan. Menurut WHO (Poul E. Peterson, 2003), penyakit
gigi dan mulut merupakan penyakit ke 4 termahal dalam hal pengobatan jika
tindakan kuratif yang lebih berperan dibandingkan tindakan pencegahan. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 (Depkes RI, 2001), penyakit gigi dan
mulut merupakan penyakit tertinggi ke 6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
salah satunya dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi. Pasta gigi sangat
efektif untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Jenis Pasta gigi yang digunakan
merupakan salah satu faktor yang berperan di dalamnya, karena pasta gigi
berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies,
membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi
bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta menghilangkan bakteri pada
area mulut.
Saat ini telah dikembangkan pasta gigi herbal sesuai dengan meningkatnya
minat masyarakat terhadap penggunaan bahan alami. Penelitian yang dilakukan
oleh muthmaina dkk mengemukakan bahwa daun singkong (Manihot Utilissima)
memiliki kandungan flavonoid, saponin dan tanin yang digunakan sebagai
antibakteri. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun singkong memiliki
aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan
konsentrasi 20%, 30%, dan 40% dengan diameter zona hambat rata-rata masing-
masing sebesar 11,33 mm, 12,66 mm, dan 15,33 mm. Penelitian lain yang
dilakukan oleh mutia dkk mengemukakan bahwa daun singkong (Manihot
Utilissima) memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, dengan
nilai konsentrasi hambat sebesar 0,03125%. (Mutia, dkk, 2017)
Komponen pasta gigi secara umum terdiri atas bahan abrasif, bahan
pelembab, bahan pengikat, bahan pembersih, bahan pengawet, bahan pewarna dan
1
pemberi rasa, air, bahan pengharum, dan fluoride. Pasta gigi dibuat dengan
berbagai macam basis yaitu PGA, PEG, HPMC dan karbopol. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lubrizol, mengemukan bahwa basis karbopol
dengan konsentrasi 0.02% dalam pasta gigi dapat memberikan viskositas yang
baik pada sediaan. Karbopol merupakan gelling agent yang dapat terdispersi
dalam air sehingga sediaan dapat dengan mudah dibilas dengan air dalam
penggunaanya. (Lubrizol, 2002)
Berdasarkan uraian diatas dicarilah formulasi yang tepat bertujuan untuk
mengetahui formula pasta gigi yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Pasta gigi ekstrak kental daun singkong yang dihasilkan
dievaluasi organoleptis, ph, daya lekat, viskositas, dan daya hambat terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
1.3 Hipotesis
1. Ekstrak kental daun singkong dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%
dapat dibuat menjadi sediaan pasta gigi antibakteri yang baik.
2. Sediaan pasta gigi antibakteri ekstrak kental daun singkong dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Singkong merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada 30º lintang utara
sampai 30º lintang selatan dan sebagian besar berkembang di 20º lintang utara
sampai 20° lintang selatan serta membutuhkan iklim lembab. Pertumbuhan
singkong akan berhenti di bawah temperatur 10C. Pertumbuhan singkong yang
paling banyak di dataran rendah tropis, di ketinggian 150 meter dari permukaan
laut dengan temperatur rata-rata 25 sampai 27 °C, tetapi ada beberapa varietas
singkong yang tumbuh sampai pada ketinggian 1500 meter dari permukaan laut.
Singkong juga dapat tumbuh dengan baik ketika curah hujan cukup melimpah.
Curah hujan setiap tahun yang dibutuhkan untuk pertumbuhan singkong sebesar
500 mm sampai 5000 mm. Singkong dapat tumbuh pada tanah liat berpasir atau
tanah liat berpasir yang lembab dan subur ataupun jenis tanah yang lain dengan
tekstur tanah cukup gembur untuk memungkinkan perkembangan umbi (Grace,
1977).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
1. Tidak beracun yaitu bila kadar HCN kurang dari 50 mg/ kg. umbi basah
kupas.
2. Setengah beracun yaitu bila kadar HCN antara 50-100 mg/ kg umbi
basah kupas .
3. Sangat beracun yaitu bila kadar HCN lebih dari 100 mg/kg umbi basah
kupas.
1 Valenca <50
2 Mangi <50
3 Ardira 2 1-100
4 Bogor >100
5 SPP >100
6 Muara >100
7 Mentega <50
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran umbi singkong sebenarnya
dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi
singkong dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam
suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih
terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran
besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi. (Rukmana,
1997).
2.2 Gigi
2.2.1 Anatomi Gigi
Gigi tersusun dari dua macam jaringan yaitu jaringan keras (email dan
dentin), jaringan lunak (pulpa), mahkota dan akar gigi (Itjingningsih, 1995)
1. Mahkota gigi
Mahkota gigi merupakan bagian gigi yang terlihat dari luar. Mahkota
gigi dilapisi jaringan email dan terletak di luar jaringan gusi / gingival.
Untuk masing-masing gigi, yaitu gigi seri, taring, dan geraham memiliki
bentuk mahkota yang berbeda-beda. Gigi seri berbentuk persegi seperti
pahat, gigi taring berbentuk seperti kerucut dan geraham berbentuk agak
silindris, permukaan tengahnya melekuk dan mendatar.
2. Akar/radix
3. Email
4. Dentin
5. Sementum
Bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan
periodontium karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan
jaringan yang terdapat di selaput periodontal. Merupakan bagian terluar
pada akar gigi yang membatasi gigi dengan jaringan pendukungnya. Di
dalam sementum terdapat ujung ribuan serat yang mengikat gigi pada tulang
rahang.
6. Pulpa
Pulpa gigi merupakan bagian gigi yang paling dalam, berupa rongga
yang berisi jaringan pulpa. Dimana jaringan pulpa penuh dengan sel saraf
yang sensitif terhadap rangsangan mekanis-termiskimia, jaringa limfa
(cairan getah bening), jaringan ikat, pembuluh darah arteri dan vena.
1. Pengunyahan
2. Berbicara
3. Estetik
1. Gigi berlubang
a. Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum manis,
asam, panas atau dingin.
2. Karang gigi
3. Gusi berdarah
a. Saat dan setelah menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal
pada bulu sikat gigi.
4. Bau mulut
e. Penderita merasakan mulut kering atau kondisi air liur lebih kental
dari pada biasanya.
1. Sikat gigi
Sikat gigi adalah alat yang berbentuk sikat yang digunakan untuk
membersihkan gigi secara mandiri di rumah. Ciri-ciri sikat gigi yang baik
adalah memiliki bulu sikat yang halus dan bentuk kepala sikat yang ramping
dan bulu yang halus. Kepala sikat yang ramping akan mempermudah
pencapaian sikat di daerah mulut bagian belakang yang biasanya sulit
dijangkau (Pratiwi, 2007)
2. Flossing
3. Oral hygiene
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S.aureus yang patogen bersifat invasif,
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol.
S.aureus yang terdapat di folikel rambut menyebabkan terjadinya nekrosis pada
jaringan setempat (Jawetzet al., 2008).
Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S.aureus
dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda –tanda yang khas, yaitu
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. S.aureus merupakan bakteri kedua
terbesar penyebab peradangan pada rongga mulut setelah bakteri Streptococcus
alpha. S.aureus menyebabkan berbagai jenis peradangan pada rongga mulut
seperti parotitis, cellulitis, angular cheilitis, dan abses periodontal Djais (Najlah,
2010).
Dalam catatan sejarah, pertama kali pasta gigi digunakan dalam peradaban
manusia yaitu pada 1550 SM di mesir kuno yang berisi campuran serbuk batu
api, karat, tanah liat, menyan dan madu. Sedangkan pada masa romawi dan
yunani kuno pasta gigi terbuat dari serbuk tanduk rusa, serbuk tulang hewan,
serbuk batu apung dan marmer, madu dan berbagai macam tumbuhan obat
digunakan hinga jaman pertengahan . Pasta gigi pertama kali dalam tube adalah
Sheffield Toothpaste diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1850
Pasta gigi adalah bahan semi aquos yang digunakan bersama sama sikat
gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi serta
memberikan rasa nyaman dan menyegarkan rongga mulut. Aksi utama dari obat-
obat gigi yakni pertama, aksi membersihkan. Ada banyak jenis deposit dari
berbagai macam substansi dalam rongga mulut. Diantaranya deposit yang
mengandung bakteri, plak, dapat menyebabkan karies gigi, dan halitosis. Deposit
tersebut dapat dihilangkan dengan penggunaan sikat gigi serta aksi abrasive dan
surfaktan pada obat gigi.
serta deposit pada rongga mulut dan malalignment gigi. Selain menyebabkan
karies gigi plak juga menyebabkan penyakit periodontal. Sekresi endotoksin dari
bakteri yang terakumulasi pada plak yang berada pada celah antara gigi dan gusi
dapat menyebabkan inflamasi gusi, daerah inflamasi akan menjadi merah,
bengkak dengan pelebaran pembuluh darah menyebabkan pembentukan kantung
periodontal (gaps) antara gigi dan gusi yang memfasilitasi akumulasi plak
sehingga memperparah inflamasi dan kerusakan jaringan periodontal. Untuk
mencegahnya yang terpenting adalah menghilangkan plak dan dibantu dengan
bahan yang mengurangi inflamasi serta menekan proliferasi bakteri dan
melancarkan peredaran darah pada gusi.
Persyaratan minimum yang harus dimiliki oleh obat gigi adalah sebagai
berikut
1. Bahan abrasif
2. Bahan pelembab
3. Bahan pengikat
4. Bahan pembersih
mulut dan tidak menimbulkan efek toksik pada saat digunakan. Contoh
deterjen yang terdapat dalam pasta gigi antara lain Sodium Laurly Sulfat
(SLS) dan Sodium Nlaurly Sarcosinate
5. Bahan pengawet
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan pewarna
dan bahanpemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan lain
yang kurang enak,terutama SLS, dan juga memenuhi selera pengguna
seperti rasa mint, stroberi, danrasa permen karet pada pasta gigi anak-anak.
Contoh bahan ini antara lain peppermint atau spearmint, menthol,
eucalyptus, aniseed,dan sakharin.
7. Air
8. Bahan Pengharum
9. Fluoride
a. Stannous fluoride
b. Sodium fluoride
Evaluasi stabilitas produk farmasi dapat dibagi menjadi evaluasi fisik dan
evaluasi kimiawi dari formulasi, pada kenyataannya tidak dapat dipisahkan antara
keduanya karena pada faktor fisika seperti panas, cahaya, kelembaban; dapat
mempengaruhi reaksi kimiawi. Atau sebaliknya adanya perubahan senyawa
kimiawi menyebabkan perubahan fisik. Pengetahuan tentang stabilitas fisika dari
produk Farmasi sangat penting karena pertama, produk farmasi harus tampak
segar sepanjang masa penggunaannya. Perubahan fisik pada sediaan seperti
pemudaran warna sediaan dapat menghilangkan kepercayaan pasien terhadap
produk. Kedua, keseragaman dosis pada masa penggunaan harus terjamin. Ketiga,
bahan aktif harus tersedia selama penggunaan, kerusakan fisik pada sediaan dapat
menyebabkan availabilitas obat menurun atau hilang.
Pasta gigi dapat dikatakan baik apabila memiliki karakteristik sifat fisik
yang baik, dilihat dari uji organoleptis ( warna serta bau ), ph, viskositas, dan
stabilitasnya dalam penyimpanan (Garlen,1996). Untuk menguji warna dilakukan
dengan menuangkan pasta gigi ke atas wadah dan melihat apakah warna yang
dihasilkan seragam atau tidak dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Aroma diuji dengan cara mencium sediaan pasta gigi tersebut, apakah
menghasilkan aroma yang telah diharapkan dan tidak beraroma tengik. Pengujian
ph dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi mempunyai pH sesuai
dengan standar rongga mulut (6,5 sampai 8) sehingga tidak menimbulkan iritasi
pada saat pemberian (Lucida dkk., 2007).
Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk bisa mengalir. Uji
viskositas ini bertujuan untuk mengenali profil kekentalan dari pasta gigi yang
telah dibuat ( Kusumastuti, 2012 ). Semakin besar viskositas suatu sediaan maka
Evaluasi pasta gigi juga dilakukan dengan menguji kemampuan pasta gigi
melekat pada permukaan gigi dan menghilangkan seluruh pasta gigi dari papan
logam, maka semakin tinggi daya lekat pasta gigi tersebut. Pengukuran daya lekat
tidak ditetapkan standarnya. Oleh sebab itu, pengukuran daya lekat suatu pasta
gigi biasanya dilakukan dengan membandingkan suatu pasta gigi lain yang
memiliki daya lekat baik (Garlen, 1996)
Tujuan dari uji pasta gigi antibakteri adalah untuk mengetahui apakah
sediaan pasta gigi dapat menghabat pertumbuhan bakteri. Kemampuan
antibakterinya dinyatakan dengan mengukur respon pertumbuhan populasi
mikroorganisme terhadap agen antibakteri (Dwijayanti, 2011). Suatu agen
antibakteri adalah agen yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme
dari bakteri dengan dua kategori yakni bakteriosatik (senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri) dan bakterisidal (senyawa yang dapat
membunuh bakteri).
Metode uji senyawa antibakteri dapat digunakan untuk menguji pasta gigi
antibakteri yakni dengan metode dilusi dan metode difusi (Tortora, Funke, dan
Case, 2010). Prinsip metode dilusi adalah melarutkan senyawa antibakteri pada
media agar yang kemudian diinokulasikan bakteri uji untuk selanjutnya
ditentukan konsentrasi terendah dari senyawa antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antibakteri
berdasarkan pengamatan diameter daerah hambatan antibakteri sebagai hasil dari
berdifusinya senyawa uji (Jawetz et al., 1996)
2. Cara Sumuran
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan Juli
2019, Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Teknologi
Farmasi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, Progran Studi Farmasi
Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah oven, Hotplate, Viskometer
Brookfield, ayakan, autoklaf, ph meter, mortal dan alu, labu ukur 100 ml, gelas
kimia 250 ml, cawan petri, Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 25 ml, pipet volume 10
ml, mangkuk kaca, Termometer 100C, corong, batang pengaduk, pipet tetes dan
botolsemprot, timbangan digital, seperangkat alat maserator.
Bahan yang dihunakan pada penelitian ini adalah daun singkong yang
diperoleh dari perkebunan singkong daerah bogor, jawa barat,etanol 70 % (PT.
Bratako Chemika), karbopol (PT. Bratako Chemika), silitol (PT. Medikon Prima
Laboratories), gliserin (PT. Bratako Chemika), natrium benzoate (PT. Shandong
Bio-Technologi), metil paraben (PT. Perdoni), aquadest, calcium carbonat
35
Daun singkong yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan dalam gelas
piala besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia terendam. Pelarut
dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan serbuk (Harbone, 1996,
Depkes RI, 1996). Hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan, selanjutnya maserat yang telah terkumpul kemudian
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan waterbath. Tujuan pemekatan
dengan rotary evaporator dan waterbath pada suhu 40C agar senyawa metabolit
Evaluasi ekstrak kental etanol daun singkong yang telah dibuat dilakukan
secara organoleptik (meliputi bentuk, bau, warna dan rasa). Penapisan fitokimia
dan identifikasi kandungan
1. Uji alkaloid
2. Uji Flavonoid
3. Uji Saponin
4. Uji Tanin
Pasta gigi dibuat menggunakan formula pasta gigi dengan rincian jumlah
bahan seperti pada Tabel 3.1
Bahan Jumlah %
F1 F2 F3 F4
Sorbitol 6 6 6 6
jarum petunjuk viskositas. Uji ini dilakukan setiap minggu dari minggu
pertama hingga minggu ketiga
6. Uji pembentukan busa
1. Uji Sentrifugasi
Sediaan disimpan pada tiga kondisi suhu yang berbeda yaitu suhu 2-
8C, suhu 25-30C dan suhu 45C selama 12 minggu. Setiap minggu
Uji aktivitas antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak kental daun singkong
dilakukan terhadap 4 formula yaitu F I (pasta gigi tidak mengandung ekstrak), F II
(pasta gigi yang mengandung 20% ekstrak kental daun singkong), F III (pasta gigi
yang mengandung 40% ekstrak kental daun singkong) dan F IV (pasta gigi yang
mengandung 60% ekstrak kental daun singkong). Kontrol positif menggunakan
ciprofloxacin dan kontrol negative menggunakan aquades yang telah disterilkan.
Pada setiap lubang diinokulasikan formula pasta gigi tanpa ekstrak kental
daun singkong, formula dengan ekstrak konsentrasi 20%, 40%, 60%, aquadest
Penarikan kesimpulan
3 Bobot jenis 72 g/ ml 72 g/ ml
47
2 Kelarutan Larut dengan air dan dengan Larut dengan air dan
etanol (95%) dengan etanol (95%)
2 Kelarutan Larut dalam air, larut dalam Larut dalam air, larut
etanol (95%) dalam etanol (95%)
2 Kelarutan Mudah larut dalam air dan Mudah larut dalam air
dalam etanol (95%) dan dalam etanol
(95%)
Dalam skrining fitokimia, prinsip yang digunakan pada uji alkaloid yaitu
reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian logam. Atom
nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (McMurry dan Fay,
2004). Hasil positif alkaloid pada uji ini ditandai dengan terbentuknya endapan
putih.
1. Uji organoleptis
Uji organoleptis pada sediaan pasta gigi ekstrak kental daun singkong
yang direplikasi sebanyak 3 kali pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14,dan
hari ke-28 dengan mengamati tekstur, bau, warna, dan rasa secara visual.
Hasil ditampilkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil uji organoleptis pasta gigi ekstrak daun singkong
Formula Parameter Waktu pengujian
Hari Hari Hari Hari Hari
Keterangan :
Hasil pengamatan bau dari sediaan pasta gigi ekstrak kental daun
singkong (Manihot Utilissima) selama 28 hari penyimpanan menunjukan
pada formula 1 sampai formula 4 memiliki bau mint. Selama pengamatan 28
hari bau dari ke 4 formula tidak mengalami perubahan. Bau yang tidak
Hasil pengamatan warna dari sediaan pasta gigi ekstrak kental daun
singkong (Manihot Utilissima) selama 28 hari penyimpanan menunjukan
pada formula 1 memiliki warna putih, formula 2 dan formula 3 memiliki
warna hijau, sedangkan pada formula 4 memiliki warna hijau pekat. Ke-4
formula tidak terjadi perubahan warna. Warna yang tidak berubah selama
penyimpanan disebabkan oleh stabilitas yang terjaga pada sediaan pasta
gigi ekstrak kental daun singkong (Manihot Utilissima).
2. Uji homogenitas
Tabel 4.13 Hasil uji homogenitas pasta gigi ekstrak daun singkong
Waktu pengujian
Formula Parameter Hari Hari Hari Hari Hari
ke-1 ke-7 ke-14 ke-21 ke-28
Formula I Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Formula II Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Formula III Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Formula IV Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan :
Formula I : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 0%
Formula II : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 20%
Formula III : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 40%
Formula IV : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 60%
3. Uji Ph
Formula Keterangan
Formula I 7 7 7 7 7 Ms
Formula II 7 7 7 7 7 Ms
Foemula III 7 7 7 7 7 Ms
Formula IV 7 7 7 7 7 Ms
Hasil uji daya sebar pasta gigi ekstrak kental daun singkong
ditampilkan tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil uji daya sebar pasta gigi ekstrak kental daun singkong
Formula
Keterangan :
Dari hasil pengamatan daya sebar pasta gigi ekstrak daun singkong,
didapatkan daya sebar terkecil pada hari ke 0 pasta Formula I sebesar 7,6cm,
Sedangkan daya sebar terbesar pada hari ke 21 dan ke 28 pasta Formula IV
sebesar 8,3cm. Dari data penelitian diketahui bahwa semakin lama waktu
penyimpanan daya sebar semakin besar, hal ini disebabkan karena semakin
sering sediaan pasta gigi terkena udara. Semakin besar nilai diameter
kemampuan menyebar maka semakin besar luas permukaan yang bisa
dijangkau oleh sediaan pasta gigi.
5. Uji viskositas
Tabel 4.16 Hasil uji viskositas pasta gigi estrak kental daun singkong
selama penyimpanan 28 hari
0 7 14 21 28
Hasil uji tinggi busa pasta gigi ekstrak kental daun singkong (Manihot
Utilissima) dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil uji tinggi busa pasta gigi ekstrak kental daun singkong
(Manihot Utilissima) selama penyimpanan 28 hari
Keterangan
Tabel 4.18 Hasil uji sentrifugasi pasta gigi ekstrak daun singkong
Suhu Waktu
Suhu Kulkas
(2-8)C
Suhu Kamar
(25-30)C
(Lanjutan)
Suhu Oven
(45±2)C
Keterangan :
Uji Stabilitas dipercepat dengan peningkatan suhu yaitu : suhu kulkas (2-
8C), suhu kamar (25-30C) dan suhu oven (45±2C) selama 12 minggu dan
pengamatan dilakukan setiap minggu, pengamatan dilakukan terhadap
organoleptik, Ph, homogenitas dan viskositas.
Suhu Waktu
(2-8)C
(25-30)C
(45±2)C
(Lanjutan)
Keterangan :
W : Warana pasta ( + : Tidak berubah - : Berubah )
B : Bau pasta ( + : Tidak berubah - : Berubah )
T : Tampilan pasta ( + : Tidak berubah - : Berubah )
stabil secara organoleptis karena tidak ada perubahan warna, bau dan
memiliki tampilan pasta yang baik selama penyimpanan 12 minggu
Suhu Waktu
(2-8)C
(Lanjutan)
(25-30)C
(45±2)C
Suhu Waktu
(2-8)C
(25-30)C
(45±2)C
(Lanjutan)
Keterangan :
H : Pasta yang Homogen
TH : Pasta Tidak Homogen
Berdasarkan hasil uji sentrifugator dan uji stabilitas pasta gigi ekstrak
kental daun singkong (Manihot utilissima) yang meliputi organoleptik,
homogenitas, Ph dan viskositas sediaan didapatkan bahwa tidak terjadi
perubahan fisik pada sediaan pasta gigi. Terjadi perubahan viskositas dalam
penyimpanan selama 12 minggu namun masih memenuhi standar
viskositas yang ditetapkan.
4.7 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kental daun singkong (Manihot
utilissima)
Tabel 4.23 Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak kental
daun singkong (Manihot utilissima) terhadap Staphylococcus aureus
Keterangan :
Formula I : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 0%
Formula II : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 20%
Formula III : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 40%
Formula IV : Konsentrasi ekstrak kental daun singkong 60%
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
76
Daun singkong yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan dalam gelas piala
besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia terendam. Pelarut
dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan serbuk
(Harbone, 1996, Depkes RI, 1996).
Davis & Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Essay.
Journal Of Microbiology. Vol 22 No 4.
Depkes, 2001, Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta Diakses 12 Febuari 2015 (terbitan.litbang.depkes.go.id).
Dwijayanti, K.R., 2011. Daya Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii BI.) terhadap Streptococcus mutans Penyebab
Karies Gigi, Skirpsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Ford, T, R. 1993. Restorasi Gigi. Alih Bahasa: Narlan Sumawinata. Judul asli: The
Restorarion of Teeth (1992). Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gerriton, M, E., Carley, W, W., Ranges, G. E., Shen, C. P., & Phan, S. A. 1995.
Flavonoid inhibit cytokine-induced endothelal cell adhesion protein gene
expression. Am J. Pathol.
78
Kusumastuti, M.S.T., 2012. Perbandingan Daya Antibakteri dan Sifat Fisik Pasta
Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Streptococcus mutans,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kuspadini, H., pasedan, W, F., Kusuma, I, W., 2016, Aktifitas Antioksidan dan
Antibakteri Ekstrak Daun Pometia Winnata. Universitas Mulawarman,
Kalimantan Timur. Vol. 1 (1), 26-34.
Kusumayanti dan Agustini, N.W.R., 2007, Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari
Mikroalga (Porphyridium cruentum), Biodiversitas, Fakultas MIPA
Universitas Negeri Solo, 8(1), hal. 48-53.
Lucida H., Bakhtiar, A., dan Putri, W.A., 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik
Mulut dari Katekin Gambir, J. Sains Tek. Far., 12(1), pp. 1-7
McMurry, J. and Fay, R.C. 2004. McMurry Fay Chemistry (4th edition). Belmont,
CA: Pearson Education International.
Mutia, dkk, 2017, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Singkong
(Manihot esculenta Crantz) terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus Secara in Vitro, Bandung.
Nurdiana A.R, 2013. Potensi ekstrak daun singkong (Manihot esculenta) terhadap
jumlah neutrofil pada proses penyembuhan luka tikus wistar (Ratus
norvegiccus). Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Najlah FL. 2010. Efektivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putih (Psidium
guajava linn) pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% terhadap zona radikal
bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pratiwi, D., 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari, PT Kompas Media
Nusantara, Jakarta. .
Ramadhan, 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune, Jakarta
Rikomah, S, E., Elmitra., Yunita, D, G, 2007. Efek Ekstrak Etanol Daun Singkong
(Manihot Utilisima pohl) Sebagai Obat Alternatif Antirematik Terhadap
Rasa Sakit Pada Mencit. Akademi Farmasi Al-Fatah, Bengkulu. Vol3 (2),
133-138.
Tortora. G.J., Funke, B.R., dan Case, C.L., 2010. Microbiology: An Introduction
Media Update, 10th ed., Benjamin Gumming, New York, pp. 572-773.
Lampiran 13 Uji pH
94