Anda di halaman 1dari 13

Tugas Individu

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT ANTI VIRUS DAN ANTI JAMUR

OLEH :

NAMA : DARSIA

NIM : O1A1 17 012

KELAS : A

DOSEN : MUHAMMAD ILYAS YUSUF, S.Farm., M.Farm., Apt

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr,Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
”Obat Anti virus dan Obat Anti jamur” .
Diharapkan Makalah ini apat memberikan informasi dan pembelajaran kepada
kita semua. saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Saya ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Kendari, 12 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang...............................................................................................................

Rumusan Masalah..........................................................................................................

Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Obat Anti virus dan Anti jamur...................................................................

Obat Anti virus dan Anti Jamur....................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh
Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemminng berhasil mengisolasi
senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn.P. Notatum. Dengan
penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena
dapat meningkatkan angka kesemmbuhan yang sangat bermakna. Kemudian
terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk
pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai
dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena
penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini terjadi tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan
mengetahui pengguanaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan
diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan
untuk menguasai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis
saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata
mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba. Dimulai dengan
mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan
farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk
mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati
sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah kesemua jenis mikroba
dan termasuk didalamnya adalah antibiotik,anti jamur, anti parasit, anti protozoa,
anti virus, dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat anti virus dan obat anti jamur?
2. Apa saja obat anti virus dan anti jamur?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan obat anti virus dan anti jamur.
2. Untuk mengetahui obat anti virus dan anti jamur

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat Anti virus dan Obat Anti jamur


a. Obat Anti virus
Virus merupakan parasit intraseluler obligat. Mikro-organisme ini
tidak mempunyai dinding dan membran sel dan tidak mengalami metabolisme.
Reproduksi virus menggunakan mekanisme metabolik pejamu dan sedikit obat
yang cukup selektif untuk menghambat replikasi virus tanpa merugikan pejamu.
Misalnya, virus tidak dipengaruhi oleh obat antimikroba. Namun, beberapa obat
dapat membedakan antara reaksi selular dan virus yang efektif, dan relatif toksik
(Mycek dkk., 2001).
Pengembangan obat anti virus baik sebagai pencegahan maupun terapi
belum dapat mencapai hasil yang diinginkan , karena obat-obat anti virus selain
menghambat dan membunuh virus, juga meusak sel-sel hospes dimana virus
berada. Sejumlah obat anti virus sudah banyak dikembangkan tetapi hasilnya
belum memadai karena toksisitasnya sangat tinggi. Hanya beberapa anti virus
yang saat ini digunakan, antara lain idoksuridin pada penggunaan topikal dan
herpes simplex conjungtivitis serta asiklovir.
b. Obat Anti jamur
Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel,
seperti cedawan,dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada
permukaan tubuh yang bisa menyebaban infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina.
Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea. Infeksi umum
yang ada pada mulut dan vagina disebut sariawan. Hal in di sebabkan oleh
Candida. Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis jamur.
Sejumlah candida pada umumnya tinggal dikulit. Obat jamur = anti fungi= anti
mikotik yaitu obat yang digunakan untuk membunuh atau mennghilangkan
jamur. Obat anti jamur terdiri dari beberapa kelompol yaitu : kelompok polyne
(amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketakonazol, ekanazol),
allilamin (terbinafin), grieseofulvin, dan flusitosin.
Obat –obat anti jamur juga disebut dengan obat anti mikotik, dipakai
untuk mengobati dua jenis infeksi jamur sistemik pada paru-paru atau system
saraf pusat. Infeksi jamur dapat ringan, seperti pada tinea pedis atau berat, seperti
pada paru-paru atay jamu seperti candidaa spp, (ragi), merupakan bagian dari
floara normal pada mulut, kulit, usus halus dan vagina (Jordan, 2002).
2.2 Obat Anti virus dan Anti jamur
a) Obat Anti virus
Salah satu obat ant virus yaitu Ribavirin. Ribavirin (rye ba VYE rin)
merupakan analog sintesis guanosin. Efektif terhadap virus RNA dan DNA.
Obat ini adalah antivirus yang digunakan dalam kombinasi dengan interferon
untuk mengobati hepatitis C berkelanjutan. infeksi jangka panjang hepatitis C
menyebabkan pembengkakan hati yang dapat menyebabkan kondisi hati yang
serius seperti jaringan parut, kanker, dan kegagalan organ. Ribavirin bekerja
dengan mengurangi jumlah virus hepatitis C dalam tubuh Anda, yang dapat
membantu memulihkan hati Anda. Namun, obat ini bukan obat untuk infeksi
hepatitis C, dan tidak mencegah penyebaran Hepatitis C ke orang lain melalui
kontak seksual atau kontaminasi darah (misalnya, berbagi digunakan jarum).
Gunakan obat ini lewat mulut seperti yang diarahkan oleh dokter,
biasanya dua kali sehari dengan makanan selama 24 sampai 48 minggu. Obat
ini harus ditelan seluruhnya. Jangan menghancurkan, merusak atau
mengunyah kapsul. Dosis dan lamanya pengobatan tergantung pada usia
penderita, berat badan, kondisi medis, dan respon terhadap terapi. Obat
antivirus bekerja dengan baik ketika jumlah obat dalam tubuh disimpan pada
tingkat yang konstan. Oleh karena itu, gunakan obat ini pada interval jarak
waktu yang merata. Perlu di ingat untuk menggunakannya pada waktu yang
sama setiap hari. Minum banyak air saat menjalani perawatan dengan obat ini.
Hal tersebut akan mengurangi risiko efek samping yang serius.
Dosis : Dewasa : Dosis Normal Untuk Orang Dewasa Penderita
Hepatitis C Kronis: Kapsul, cairan langsung minum – dalam
kombinasi dengan penginterferon alfa-2b:
Kurang dari 66 kg: 400 mg diminum langsung dua kali sehari.
66-80 kg: 400 mg diminum langsung di pagi hari dan 600 mg
di malam hari.
81-105 kg: 600 mg diminum langsung dua kali sehari \
Lebih besar dari 105 kg: 600 mg diminum langsung di pagi hari
dan 800 mg di malam hari.
Cara kerja : Cara kerja obat ini dipelajari hanya untuk virus influenza.
Ribavirin pertama diubah menjadi derivat 5’-fosfat, hasil utama
berupa senyawa ribavirin trifosfat (RTP), yang di postulasikan
bersifat antivirus dengan menghambat sinstesis mRNA virus.
[Catatan : Rhinovirus dan enterovirus, yang mempunyai
preformed mRNA dan tidak perlu mensintesis mRNA dalam
sel pejamu untuk memulai infeksi, adalah relatif resisten
terhadap kerja ribavirin].
Spektrum antivirus : Ribavirin digunakan untuk mengobati bayi-bayi dan
anak-anak dengan infeksi RSV yang berat. [Catatan : tidak
diindikasikan untuk penggunaan pada orang dewasa]. Respons
yang baik dari hepatitis A akut dan influenza A dan B, juga
pernah dilaporkan. Ribavirin dapat menurunkan mortalitas dan
viremia demam Lassa.
Farmakokinetik : Ribavirin efektif diberikan peroral dan intravena. Terakhir
digunakan sebagai aerosol untuk kondisi infeksi virus
pernapasan tertentu, seperti pengobatan infeksi RSV. Penelitian
distribusi obat pada primata menunjukkan retensi dalam semua
jaringan kecuali otak. Obat dan metabolismenya dikeluarkan
dalam urine.
Efek samping : efek samping dilaporkan pada penggunaan oral atau
suntikkan ribavirin termasuk anemia tergantung dosis pada
penderita demam Lassa. Peningkatan bilirubin juga telah
dilaporkan. Aerosol dapat lebih aman meskipun fungsi
pernapasan pada bayi dapat memburuk cepat setelah permulaan
pengobatan aerosol dan karena itu monitoring sangat perlu.
Karena terdapat efek teratogenik pada hewan percobaan,
ribavirin dikontraindikasikan pada kehamilan.
b) Anti jamur
Salah satu obat anti jamur yaitu Flusitosin. Flusitosin (floo SYE toe seen) (5-
FC) adalah suatu antimetabolit pirimidin sintetik yang digunakan hanya dalam
bentuk kombinasi dengan amfoterisin untuk mengobati mikosis sistemik dan
meningitis yang disebabkan oleh Criptococcus neoformans dan Kandida.
Flusitosin digunakan untuk mengobati infeksi jamur serius di dalam tubuh. Obat
ini termasuk kelas obat yang dikenal sebagai obat antijamur. Obat ini sering
digunakan dengan obat lain. Ia bekerja dengan memperlambat pertumbuhan
beberapa jenis jamur.
Minum obat ini lewat mulut, biasanya 4 kali sehari (setiap 6 jam), atau seperti
yang diarahkan oleh dokter. Untuk mengurangi sakit perut, jangan menelan
semua kapsul untuk satu dosis pada saat yang sama. Cara terbaik adalah untuk
menelan kapsul untuk setiap dosis selama 15 menit sampai dosis penuh diambil.
Dosis didasarkan pada kondisi medis penderita, berat badan, dan respon terhadap
pengobatan. Obat ini bekerja paling baik bila jumlah obat dalam tubuh berada
pada tingkat yang konstan. Oleh karena itu, minum obat ini pada interval waktu
yang merata. Perlu di ingat untuk mengonsumsi obat pada waktu yang sama
setiap hari. Lanjutkan penggunaan obat ini sampai dosis yang ditentukan selesai,
bahkan jika gejala hilang setelah beberapa hari. Menghentikan pengobatan terlalu
dini memungkinkan jamur untuk terus tumbuh, yang dapat mengakibatkan
kembalinya infeksi.
Dosis : Dosis Normal untuk Orang Dewasa Penderita Candida
Infeksi Saluran Kemih: Infeksi serius karena tarikan rentan
Candida dan / atau Cryptococcus (termasuk septicemia,
endokarditis, infeksi sistem kemih, meningitis, dan infeksi
paru): 50 sampai 150 mg / kg / hari secara oral terbagi
dalam dosis setiap 6 jam (dalam hubungannya dengan
amfoterisin B) Atau, Infectious Diseases Society of
America (IDSA) menganjurkan dosis 100 mg / kg / hari
secara oral dibagi dalam 4 dosis (dalam hubungannya
dengan amfoterisin B atau flukonazol).
Mekanisme kerja : Obat ini memasuki sel melalui enzim permease sitosin
spesifik dan enzim ini tidak dijumpai dalam sel mamalia.
Obat ini kemudian dirubah secara bertahap menjadi asam 5-
fluorodeoksiuridilat ; nukleotida palsu ini menghambat
timidilat sintetase, sehingga meniadakan asam timidilat
organisme, suatu komponen esensial DNA. Pirimidin tak
alamiah juga dimetabolisme menjadi nukleotida (5-FUTP)
dan bergabung kedalam RNA jamur sehingga merusak
sintesis asam nukleat dan protein. Kombinasi flusitosin dan
amfoterisin B bersifat sinergistik.
Spektrum anti : Flusitosin adalah fungistatika dan efektif mengobati kromo-
Jamur blastomikosis dan dalam bentuk kombinasi, efektif untuk
kandidiasis dan kriptokokosis.
Resistensi : resistensi dapat berkembang selama pengobatan dan dengan
alasan ini flusitosin tidak diberikan secara tunggal sebagai
obat antimikotik kecuali untuk. Laju kejadian sel jamur yang
resisten lebih rendah dengan kommbinasi amfoterisin B
dibandingkan flusitosin tunggal. Menurunnya kadar setiap
enzim dalam perubahan 5-FC menjadi 5-FU atau
meningkatkan sintesis sitosin dapat mencegah resistensi.
Farmakokinetik : Flusitosin diabsorbsi dengan baik pada pemberian oral, di
distribusikan keseluruh cairan serebrospinalis (CSS). 5
Fluorourasil dapat dideteksi pada pasien dan mungkin
disebabkan oleh metabolisme 5-FC oleh bakteri intestinum.
Ekskresi kedua obat ini dan metabolitnya melalui filtrasi
glomerulus dan dosis harus disesuaikan pada penderita
gangguan ginjal.
Efek samping : beberapa dari efek samping ini mungkin berkaitan dengan
Pembentukan 5-FU oleh organisme intestinal dari 5-FU.
a. Toksisitas hematologik : Flusitosin menyebabkan
neutropenia, trombositopenia reversibel dan biasanya
menyebabkan penekanan sumsum tulang. Perlu
perhatian yang serius pada penderita yang mendapatkan
radiasi atau kemoterapi dengan obat-obat yang menekan
sumsum tulang.
b. Gangguan hati : gangguan hari reversibel dengan
elevasi transaminase serum dan alkalin fosfatase dapat
terjadi.
c. Gangguan saluran cerna : mual, muntah dan diare
sering terjadi, da enterokolitis berat dapat terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Obat antivirus adalah salah satu kelas anti mikroba, kelompok yang lebih
besar yang juga termasuk antibiotik (juga disebut anti bakteri), antijamur, dan
antiparasit. Sedangkan Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang
terdiri dari sel, seperti cedawan,dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat
berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebaban infeksi kulit, kuku,
mulut atau vagina.
2. Salah satu contoh obat antivirus adalah Ribavirin, obat ini adalah antivirus
yang digunakan dalam kombinasi dengan interferon untuk mengobati hepatitis
C berkelanjutan. Sedangkan salah satu contoh obat antijamur adalah
Flusitosin, obat inii digunakan untuk mengobati infeksi jamur serius di dalam
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Mycek, M.J, Richard, A.H., Pamela, C.C., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar
Edisi 2, Widya Medika : Jakarta.
https://hellosehat.com/obat/flucytosine/
https://hellosehat.com/obat/ribavirin/

Anda mungkin juga menyukai