Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN OBAT


KUMUR EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L)
TERHADAP Streptococcus mutans

ASFIRA
NIM :B1A119367

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY
MAKASSAR
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mulut ialah sesuatu hal berarti untuk manusia paling utama

dalam pergaulan tiap hari. Bermacam permasalahan yang behubungan dengan

mulut kerap terjalin dalam kehidupan manusia, antara lain bau mulut serta

periodontal yang diakibatkan oleh plak gigi. (Apriyanti Anastasia, 2018).

Plak gigi terbentuk oleh biofilm yang menutupi permukaan gigi.

Biofilm merupakan lapisan lendir yang terdiri dari jutaan sel bakteri, saliva

dan sisa makanan. Pembentukan biofilm tidak terkendali, akan mudah

menebal di permukaan gigi yang disebut dengan plak.

(Christin Natalia, 2019).

Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah

Streptococcus mutans. Bakteri ini dapat membentuk koloni yang menempel

erat pada permukaan gigi serta memiliki kemampuan buat memfermentasikan

sukrosa jadi asam, merendahkan pH permukaan gigi dan menimbulkan

mineralisasi gigi. (Apriyanti Anastasia, 2018).

Penyakit gigi serta mulut khususnya plak gigi kerap tidak dipedulikan

dari warga serta pemerintah karena tidak sering membahayakan jiwa,

sementara itu kesehatan gigi memiliki kedudukan berarti dalam upaya

kenaikan derajat kesehatan masyarakat. Cara yang lain buat menghindari plak

gigi serta kurangi munculnya penyakit karies gigi (gigi berlubang) yaitu

dengan memakai obat kumur. Obat kumur ialah larutan air yang digunakan

1
2

selaku pembersih untuk tingkatkan kesehatan rongga mulut, estetika serta

keseragaman napas. (Fitri Handayani, 2016).

Bahan aktif formula obat kumur yang bersifat antibakteri bisa berasal

dari bahan kimia ataupun bahan alam. Dalam hal ini masyarakat cendrung

melakukan pengobatan secara tradisional (back to nature) hingga bahan alam

jadi sorotan terkenal. Salah satu bahan alam yang bisa digunakan selaku

bahan aktif obat kumur yaitu daun mengkudu. (Apriyanti Anastasia, 2018).

Tumbuhan mengkudu (Morinda citrifolia L) belakangan ini menjadi

terkenal. Tumbuhan ini banyak ada di Indonesia selaku tumbuhan liar

ataupun tumbuhan pekarangan yang dimanfaatkan selaku sayuran ataupun

tumbuhan obat. Khasiatnya yang bisa mengobati bermacam penyakit pada

manusia mendesak banyak peneliti buat melaksanakanriset tentang isi

tumbuhan mengkudu dan khasiatnya. Zat yang dikandung dalam tumbuhan

mengkudu yang berfungsi selaku antibakteri seperti flavonoid, antrakuinon

dan tannin. Zat ini teruji bisa menekan perkembangan bakteri Streptococcus

mutans, Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Staphylococus aureus,

Bacillus subtilis, serta E.coli (Made Sumitha, 2013).

Daun mengkudu memiliki manfaat yang besar dalam menghambat

maupun membunuh bakteri Streptococcus mutans dan belum ada

pemanfaatan ekstrak daun mengkudu sebagai bahan aktif pada sediaan obat

kumur ini dapat menjaga kesegaran nafasdan menghambat maupun

membunuh mikroba penyebab bau mulut serta efektif dalam menjangkau

bagian gigi yang tidak bisa dibersihkan dengan menyikat gigi.


3

Berdasarkan penelitian Isyami pada tahun 2015 menunjukkan bahwa

ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi yang digunakan yaitu 2%; 2,5%;

3%, 3,5% menunjukkan semakin tinggi pemberian ekstrak maka semakin

sedikit pertumbuhan koloni streptococcus mutans (Isyami 2015). Berdasarkan

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun mengkudu

mempunyai pengaruh antibakteri terhadap Stresptococcus mutans.

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian

tentang formulasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dalam

bentuk sediaan mouthwash yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang adapun rumusan masalah dari penelitian

ini yaitu:

1. Apakah ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dapat dibuat

dalam bentuk sediaan obat kumur?

2. Apakah sediaan mouthwash ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia

L) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dapat

dibuat dalam bentuk sediaan obat kumur

2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun mengkudu (Morinda

citrifolia L) terhadap Streptococcus mutans dalam sediaan obat kumur


4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi untuk penelitian lanjutan tentang obat kumur ekstrak

herbal sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut

2. Sebagai informasi dan juga edukasi bagi masyarakat mengenai obat

kumur ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) yang dapat

menurunkan akumulasi plak dan juga dapat menjadi tambahan

kebersihan rongga mulut.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L)

1. Morfologi tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L)

Tanaman mengkudu termasuk dalam tanaman yang berbentuk

perdu atau termasuk pohon kecil yang memiliki arah tumbuh

membengkok, rata-rata memiliki tinggi mencapai 3-8 m, terdapat banyak

cabang dan ranting yang berbentuk persegi empat. Letak daun saling

berhadapan secara bersilang, bertangkai, berbentuk bulat telur lebar

hingga berbentuk elips, memiliki panjang 10-40 cm. Mengkudu memiliki

daun yang tebal, mengkilap, berwarna hijau tua, tepi daun rata, tulang

daun menyirip, ujung meruncing, dan menyempit pada bagian pangkal

(Nirawati, 2016).

Tanaman mengkudu memiliki bunga yang letaknya berada pada

ketiak daun, dengan jumlah sekitar 5-8 berkumpul membentuk bonggol,

serta mahkota bunga yang berbentuk tabung. Bunganya seperti terompet,

berwarna putih, dan memiliki bau yang harum. Buah dari tanaman

mengkudu bertangkai, berbentuk bulat agak lonjong dengan panjang 5

hingga 10 cm, termasuk kedalam buah buni majemuk, tetapi permukaan

pada buah mengkudu berbenjol-benjol atau tidak rata dengan warna hijau

pekat dan tekstur keras ketika masih muda. Berbeda dengan buah yang

telah masak akan berwarna kuning kotor atau kuning pucat disertai bau

yang busuk dan berair dan biji yang berwarna hitam (Nirawati, 2016).

5
6

Gambar 1. Daun Mengkudu ( Morinda citrifolia L)

Sumber: dokumentasi pribadi

2. Taksonomi mengkudu (Morinda citrifolia L)

Klasifikasi dari tanaman mengkudu (Morinda citrifoliaL) antara

lain (NCBI, 2019):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridiplantae

Superdivision : Embryophyta

Division : Magnoliophyta

Subdivision : Spermatophytina

Class : Magnoliopsida

Superorder : Asteranae

Order : Gentianales

Family : Rubiaceae

Genus : Morinda

Species : Morinda citrifolia L.


7

3. Kandungandaun Mengkudu (Morinda citrifolia L)

Daun mengkudu juga dipercaya mempunyai banyak manfaat yang

dapat dijadikan sebagai antibakteri dan obat. Tubuh juga membutuhkan

kandungan nutrisi yang terkandung pada daun mengkudu seperti mineral,

morida diol, dan asetil ester. Flavonoid termasuk golongan senyawa fenol

yang termasuk ke dalam senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri, sehingga kandungan protein sitoplasma yang bersifat fisika serta

kimiawi dapat diubah dan dinding sel bakteri dapat terdenaturasi melalui

ikatan hidrogen yang berikatan bersama protein. (Nirawati, 2016).

Kandungan kimia yang terdapat dalam mengkudu diantaranya

asam organik, senyawa fenolik, alkaloid, glikosida, polisakarida, lignan,

ester asam lemak, vitamin dan mineral yang diisolasi dari buah, akar dan

daun mengkudu. Senyawa fenolik yang terdapat dalam buah mengkudu

adalah tannin, flavonoid, alizarin, antrakuinon, damnacanthal,

morindone, morindin, acubin, asperuloside, rutin dan skopoletin.

(Sari Dalen A, 2018).

4. Manfaat daun Mengkudu (Morinda citrifolia L)

Daun mengkudu juga mempunyai manfaat lain tidak hanya

digunakan sebagai obat dan antibakteri, yakni dapat dimanfaatkan untuk

kesehatan dan kecantikan sebagai sayuran untuk dikonsumsi. Karena daun

mengkudu juga berfungsi sebagai obat jerawat, antiseptic, meningkatkan

kekuatan tulang serta pembersih darah (Mahtuti dan Ibadillah, 2017).


8

5. Mekanisme Daun Mengkudu sebagai Antibakeri

Hasil uji fitokimia terhadap daun mengkudu didapatkan beberapa

senyawa aktif yang terkandung dalam daun mengkudu yang terdiri atas

senyawa alkaloid, saponin, tanin, steroid, flavonoid, polifenol dan kuinon.

Sabirin et al. (2013) juga menyatakan bahwa bahan aktif yang terdapat

pada daun mengkudu yaitu saponin, triterpen, tanin, alkaloid, steroid dan

flavonoid.

Efek yang dihasilkan oleh senyawa aktif dalam daun mengkudu

diantarannya adalah saponin sebagai antibakteri, tanin sebagai hemostatik

serta astringensia, alkaloid berguna sebagai analgetik, dan senyawa

steroid sebagai antiinflamasi, sedangkan flavonoid sebagai antioksidan

dan antiinflamasi (Sabirin et al., 2013).

Menurut Afiff dan Amilah (2017), senyawa aktif yang bersifat

bakterisidal dalam daun mengkudu memiliki metode tersendiri dalam

menghambat pertumbuhan bakteri. Alkaloid berfungsi sebagai obat dan

aktivator kuat bagi sel imun yang dapat menghancurkan bakteri, virus,

jamur, dan sel kanker (Wahyuni et al., 2018).

Mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri

yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri yang

mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya

berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam

nukleat dan nukleotida (Afiff dan Amilah, 2017). Flavonoid

menyebabkan kerusakan struktur protein yang terkandung didalam


9

dinding sitoplasma bakteri dengan mengubah sifat fisik dan kimiawi

sitoplasma yang mengandung protein dan mendenaturasi dinding sel

bakteri sehingga mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel

bakteri dan menyebabkan lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk

secara utuh dan dapat menimbulkan kematian pada sel tersebut (Afrina et

al., 2018).

Mekanisme triterpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan

porin pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer

yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin yang merupakan pintu

keluar masuknya senyawa sehingga mengurangi permeabilitas membran

sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri kekurangan nutrisi dan

menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Afiff dan

Amilah, 2017).

Mekanisme kerja kuinon sebagai antibakteri dalam menghambat

pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara membentuk senyawa kompleks

yang bersifat irreversible dengan residu asam amino nukleofilik pada

protein transmembran pada membran plasma, polipeptida dinding sel,

serta enzim-enzim yang terdapat pada permukaan membran sel, sehingga

mengganggu kehidupan sel bakteri (Sapara et al., 2016).

6. Peranan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Antibakteri

Efek antibakteri pada ekstrak mengkudu diduga berkaitan dengan

senyawa fenol yang dikandungnya. Senyawa fenol yang terdapat dalam

mengkudu diantaranya adalah antrakuinon, acubin, alizarin, tannin dan


10

flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa yang mempunyai efek

antibakteri yang paling banyak terdapat pada mengkudu. Kandungan

flavonoid pada mengkudu lebih aktif untuk membunuh pertumbuhan

bakteri Gram positif daripada bakteri Gram negatif, seperti Streptococcus

mutans. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa aktif flavonoid yang

bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan

yang juga bersifat polar pada bakteri gram positif dibandingkan dengan

lapisan lipidyang non polar, sehingga menyebabkan aktivitas

penghambatan pada bakteri gram positif lebih besar dari pada gram

negatif. Mekanisme kerja flavonoid sebagai bakterisida terhadap

pertumbuhan Streptococcus mutans yaitu mengganggu fungsi dinding sel

sebagai pelindung dari lisis osmotik sehingga berakibat pada kematian

sel bakteri. Tannin memiliki kemampuan untuk menghentikan sintesis

glukan oleh Streptococcus mutans. Antibakteri tannin berinteraksi secara

langsung dengan membran protein bakteri sehingga menghambat

perlekatan sel bakteri pada permukaan gigi dan menghambat kerja enzim

glukosiltransferase dan amilase yang dihasilkan oleh Streptococcus

mutans. (Sari Dalen A, 2018).

B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan

suatu pelarut cair (Tambun, Limbong, Pinem, & Manurung, 2016). Ekstraksi
11

juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating

agent. (Anonim, 2015).

Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan

terlepas.Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan

proses ekstraksi yaitu ekstraktan/menstrum yaitu pelarut/campuran pelarut

yang digunakan dalam proses ekstraksi, dan yang dimaksud dengan rafinat

yaitu sisa/residu dari proses ekstraksi (Departemen Kesehatan RI, 2015).

Ekstraksi yang benar dan tepat tergantung dari jenis senyawa, tekstur,

dan kandungan air bahan tumbuhan yang akan diekstraksi (Putra et al., 2014).

Ekstraksi efektif apabila komponen aktif dari tanaman tidak kehilangan

efektivitasnya dan memiliki kemurnian tinggi, untuk itu diperlukan proses

ekstraksi yang lebih baru dan lebih baik.

(Sofyana et al., 2013).

Adapun jenis-jenis darimetode ekstraksi yaitu :

1. Ekstraksi secara dingin

Metode ini dapat diartikan tidak ada proses pemanasan selama

proses ekstraksi berlangsung, gunanya untuk menghindari rusaknya

senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi

dingin yaitu maserasi dan perkolasi.

a. Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dengan

cara melakukan perendaman sampel dengan menggunakan pelarut


12

organic pada suhu ruangan. Maserasi adalah metode ekstraksi

sederhana paling banyak digunakan baik untuk skala kecil maupun

skala industri, dilakukan proses perendaman sampel untuk menarik

komponen yang diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu

(Putra, 2014). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari (Afifah,2012). Proses perendaman ini

dengan tujuan untuk melunakkan dan menghancurkan dinding sel

tanaman sehingga melepaskan senyawa fitokimia terlarut

(Azwanida, 2015).

b. Metode perkolasi

Metode ini merupakancara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip

ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan

dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk

tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel

simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke

bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan

penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Dirjen POM, 2014).

2. Ekstraksi secara panas

Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung.Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi


13

komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan, seperti glikosida,

saponin, dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih yang

tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-

pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel

untuk melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara

panas antara lain (Tobo, 2011) :

3. Ekstraksi refluks

Ekstraksi refluks adalah metode ekstraksi yang dilakukan pada

titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu

dengan adanya pendingin balik (kondensor). Secara umumnya dilakukan

tiga sampai lima kali pengulangan proses pada rafinat pertama.

Kelebihan metode refluks ini yaitu padatan yang memiliki tekstur kasar

dan tahan terhadap pemanasan langsung yang dapat diekstrak dengan

metode ini.Kelemahan metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut

yang banyak (Irawan, B., 2010).

4. Ekstraksi dengan alat soxhlet

Ekstrasi sokletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap

cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh

pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan

selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati

pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna

yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon
14

(diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis) yang tidak memberikan

noda lagi. (Dirjen POM, 2014).

5. Ekstraksi infusa

Adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada suhu

96-98ºC selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96 ºC tercapai).

Beberapa infusa tercelup dalam tangas air, cara ini sesuai untuk simplisia

yang bersifat lunak seperti bunga dan daun.

6. Ekstraksi dekok

Adalah cara ekstraksi yang mirip dengan ifusa. Hanya saja waktu

ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai titik didih

air.

7. Ekstraksi destilasi (penyulingan)

Merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa

yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan

senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilasi air

dan senyawa yang diekstraksi (Hanani, 2015).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Ekstraksi sebagai berikut:

(Ubay, 2011).

1. Jenis pelarut

Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat

terlarut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi.

2. Suhu
15

Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat

terlarut ke dalam pelarut.

3. Rasio pelarut dan bahan baku

Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula

jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin

meningkat.

4. Ukuran partikel

Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku

semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila

ukuran partikel semakin kecil.

5. Pengadukan

Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi

antara pelarut dengan zat terlarut.

6. Lama waktu

Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih

banyak, karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.

Dalam penelitian ini menggunakan ekstrak kering daun mengkudu

dengan metode maserasi. Maserasi salah satu jenis metoda ekstraksi dengan

sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi

pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali.

Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk

senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014).

Dalam proses maserasi dapat dilakukan modifikasi diantaranya :


16

1. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan

lemah, yaitu pada suhu 40–50°C. Cara maserasi ini hanya dapat

dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu

proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

3. Remaserasi

Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di

maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan

dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

4. Maserasi Melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan

penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu

mengalir kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan

melarutkan zat aktifnya.

5. Maserasi Melingkar Bertingkat

Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan

secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila

keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi

melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :


17

a. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai

dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali,

jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.

b. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan

penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar

memberikan hasil penyarian yang maksimal.

c. Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari

serbuk simplisia yang baru, hingga memberikan sari dengan

kepekatan yang maksimal.

d. Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil

yang lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah

pelarut yang sama (Anonim. 2011).

C. Obat Kumur

1. Definisi Obat kumur

Obat kumur adalah larutan atau cairan yang digunakan untuk

mencuci mulut.Fungsi obat kumur secara umum adalah untuk

menghilangkan atau membunuh bakteri, sebagai astringen, penghilang

bau mulut dan memiliki efek terapeutik untuk mengurangi infeksi dan

mencegah terjadinya karies. Obat kumur sangat diperlukan untuk

membantu kerja pembersihan rongga mulut secara mekanis. Berkumur

dengan obat kumur dapat menghilangkan bakteri di bagian interdental

yang tidak terjangkau oleh sikat gigi. Adapun mekanisme kerja obat
18

kumur yaitu berfungsi membantu membersihkan rongga mulut secara

kimiawi.(Ovie Endang Saputri, 2018).

Menurut American Dental Association (ADA), tujuan

menggunakan obat kumur adalah untuk menghilangkan sementara bau

mulut atau menyegarkan nafas, membantu mencegah kerusakan gigi,

mengurangi plak dan mencegah atau mengurangi gingivitis. ADA juga

menyarankan pemakaian obat kumur dilakukan dua kali dalam sehari

setelah menyikat gigi. (Ovie Endang Saputri, 2018).

Mekanisme kerja obat kumur adalah membersihkan rongga mulut

secara mekanik dan kimiawai. Efek mekanik didapat dari gerakan

dinamis saat berkumur, sedangkan efek kimiawi didapat dari bahan aktif

yang terdapat dalam obat kumur yang bersifat antibakteri.

(Sari Dalen A, 2018).

2. Jenis Obat kumur

Obat kumur dapat dibedakan berdasarkan cara pemakaiannya dan

bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan cara

pemakaiannya dikenal dua macam obat kumur yaitu obat kumur pra-

penyikatan dan obat kumur konvensional. (Mardiana, 2017).

a. Obat kumur pra penyikatan

Obat kumur pra penyikatan merupakan obat kumur yang

penggunaannya sesaat sebelum menyikat gigi (pre brushing

rinse).Dasar pemikiran penggunaan obat kumur pra-penyikatan

adalah untuk melonggarkan perlekatan plak sehingga lebih mudah


19

tersingkirkan pada waktu penyikatan gigi. Beberapa contoh obat

kumur prapenyikatan adalah :

- Plax, komposisi sodium benzoate, polysurbate, gliserin, etanol dan

sodium lauryl sulfat.

- Antiplak dari Ultra Fresh, komposisi dari etanol dan setil

peridinium.

- Obat kumur anti plak dari Pepsodent, komposisi zinc sulfat

heptahidrat, natrium fluorida dan etanol.

b. Obat kumur konvensional

Obat kumur konvensional merupakan obat kumur yang biasa

digunakan setelah menyikat gigi.Contohnya seperti obat kumur

dengan berbagai macam merek dagang yang beredar dipasaran.

Misalnya: listerine, systema, minosep dan betadine gargel.

(Mardiana, 2017).

3. Komposisi sediaan Mouthwash

Komposisi dalam sediaanmouthwash mengandung beberapa

bahan aktif untuk menunjang fungsi dari obat kumur tersebut. Komposisi

dari obat kumur antara lain:

a. Zat aktif: yaitu untuk mencegah dan mengobati bau mulut serta

mencegah kerusakan gigi dan penyakit periodontal lainnya.

Contoh: senyawa fenolik, antimikroba, flourida dan garam zinc.

(Muthia Rachma, 2010)


20

b. Pemanis: yaitu pemberi rasa untuk menutupi rasa pahit yang tidak

diinginkan, dan memberikan rasa manis pada suatu sediaan.

Contoh: sukrosa, manitol, gliserin, sorbitol dan pemanis buatan

seperti sodium sakarin. (Nia Yuniarsih, 2017).

c. Surfaktan: yaitu bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan

larutan dan berfungsi membantu pengangkatan plak, sisa makanan

dari gigi. Surfaktan dapat berinteraksi dengan kotoran-kotoran pada

gigi membentuk misel, sehingga proses ini membantu pencegahan

plak pada gigi .

Contoh: sodium lauril sulfat

d. Humektan: yaitu suatu bahan yang dapat mempertahankan

kelembapan dan sekaligus mempertahankan air yang ada pada

sediaan. Humektan berfungsi menjaga kelembapan dan mencegah

terjadinya pengerasan. Humektan dalam kadar tinggi umumnya

digunakan pada obat kumur non alkohol.

Contoh: sorbitol, propilenglikol, dan gliserol. (Nia Yuniarsih, 2017).

e. Pengawet yaitu untuk mencegah kerusakan produk, mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dalam obat kumur.

Contoh: natrium benzoat, asam benzoat, ethyl paraoxybenzoate.

f. Penyegar rasa/ flavouring agen: yaitu untuk memberi rasa sejuk dan

segar, menutupi rasa yang tidak enak dari komponen obat kumur

yang lain, mengurangi rasa atau efek terbakar dari pemakaian

alkohol dalam obat kumur.


21

Contoh: peppermint oil, menthol, sodium saccharin dan oleum

menthe. (Muthia Rachma, 2010).

g. Pelarut: yaitu memberi efek menyegarkan di mulut, menurunkan titik

beku saat formulasi, pengawet pad produk untuk menghindari

pertumbuhan mikroba.

Contoh: etanol. (Muthia Rachma, 2010).

4. Evaluasi sediaan mouthwash

a. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan bentuk, warna,

bau dan rasa (Handayani, Warnida, & Nur, 2016).

b. Pengukuran pH

Setiap sampel obat kumur diukur nilai pH-nya, menggunakan

pH universal. pH antara 6 –7 masuk dalam pH standar mulut.

(Hidayanto, Manikam, Pertiwi, & Harismah, 2017).

c. Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan viskometer ostwald,

karena viskometer ini cocok untuk mengukur viskositas larutan

newtonian. Viskometer ini mampu menghitung vikositas dari cairan

yang ditentukan dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi

cairan tersebut untuk melewati antara 2 tanda ketika mengalir karena

gravitasi melalui viskometer oswaltd. Waktu alir cairan yang diuji

dibandingkan denganwaktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang

viskositasnya sudah diketahui untuk lewat 2 tanda (Nurhadi, 2015).


22

Nilai viskositas mouthwash ditentukan oleh konsentrasi bahan

yang dikandungnya, seperti gliserin yang memiliki viskositas 1143

cps (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009). Viskositas suatu formulasi

sangat mempengaruhi terhadap tingkat kekentalan produk tersebut

saat digunakan berkumur di dalam mulut. Semakin dekat tingkat

viskositas suatu produk formulasi dengan tingkat viskositas air,

maka semakin mudah dan nyaman produk tersebut digunakan untuk

berkumur. Tingkat viskositas air murni adalah 1002cP.

(Lukas, 2012).

D. Mulut

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem

pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran

dari kelenjar liur di pipi, di bawah lidah dan di bawah rahang mengalirkan

air liur ke dalam mulut.

Di dasar mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan

mencampur makanan. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang

terdapat di permukaan lidah. Pengecapan terdiri dari manis, asam, asin

dan pahit.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan dan dikunyah oleh gigi

belakang (geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah

dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai

mencernanya.
23

Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa

menyebabkan pembusukan gigi dan gangguan lainnya. Ludah juga

mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah

protein dan menyerang bakteri secara langsung. (Muthia Rachma, 2010)

E. Plak gigi

1. Definisi

Plak adalah lendir yang melekat pada permukaan gigi. Dalam

plak ini terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut, dimana plak ini

tempat bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa setelah

makan kita harus meniadakan plak, karena plak merupakan awal

terjadinya karies gigi. (Ni Made Sirat, 2013).

Plak gigi disebut juga sebagai deposit lunak yang membentuk

biofilm yang menempel di permukaan gigi ataupun permukaan keras

lainnya di rongga mulut.Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan

semprotan air tetapi harus lebih spesifik, sebab plak dental adalah matriks

yang terorganisir yang berasal dari glikoprotein saliva dan produk


24

mikroba ekstraselular dalam bentuk biofilm yang melekat erat pada

permukaan di rongga mulut. (Sari Dalen A, 2018).

Berdasarkan letak dari permukaan gigi, plak terbagi menjadi plak

supragingiva dan subgingiva. Plak supragingiva ditemukan pada

permukaan gigi di atas margin gingiva. Plak subgingiva ditemukan pada

permukaan gigi di bawah margin gingiva, diantara gigi dan jaringan

sulkus gingiva. Komposisi utama plak gigi adalah mikroorganisme.

Dalam satu miligram plak gigi terdapat sekitar 2 x 108 bakteri.Selain

terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit,

partikel-partikel sisa makanan, garam anorganik yang terdiri atas

kalsium, fosfat dan fluor. Bakteri yang terdapat pada permukaan luar gigi

terdiri atas bakteri jenis aerob, sedangkan bakteri yang terdapat pada

permukaan dalam gigi terdiri atas bakteri anaerob. (Sari Dalen, 2018).

2. Tahap dan Proses pembentukan plak

Pertumbuhan dan kematangan plak gigi disebabkan oleh

lingkungan rongga mulut yang hangat dan basah. Aspek vital yang

menentukan pertumbuhan dan perkembangan plak gigi adalah pH saliva,

suhu dan reaksi kimia tertentu seperti reaksi redoks. Saliva normal

memiliki pH berkisar antara 6-7. Setiap perubahan nilai pH akan

merangsang pembentukan biofilm dan plak. Lingkungan rongga mulut

berfungsi sebagai tempat ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan

bakteri. Faktor lainnya yaitu, nutrisi berupa protein dan asam amino
25

dalam saliva meningkatkan kemampuan bakteri dalam berkolonisasi

membentuk plak.(Nila Kasuma, 2016).

Perubahan suhu dapat menyebabkan relokasi spesies dominan.

Suhu normal rongga mulut berkisar antara 37̊ C. Reaksi kimia dari

rongga mulut juga mendukung pembentukan biofilm dan plak. Salah

satunya adalah reaksi redoks yang terjadi pada bakteri aerob

menyebabkan oksigen tetap stabil sehingga bakteri dapat bertahan hidup.

Plak gigi terbentuk melalui mekanisme dengan beberapa jenis mikroba

yang berbeda spesies.(Nila Kasuma, 2016).

Rongga mulut memiliki flora normal yang tersebar pada mukosa

oral, permukaan gigi, dan batas mukogingiva. Pada kondisi spesifik, flora

normal dapat memicu karies atau penyakit periodontal. Plak terbentuk

melalui empat proses yaitu initial adherence, lag phase, rapid growth,

dan steady state.

a. Initial adherence

Pada fase ini, pembentukan pelikel karena adanya adhesi

reversibel yang melibatkan interaksi fisikokimia jangka panjang

yang lemah antara permukaan sel dan pelikel sehingga menyebabkan

perlekatan. Kemudian dimediasi oleh adhesin-reseptor yang lebih

kuat. Kejadian ini disebut dengan co-adhesi yang menghasilkan

kemampuan invasi sekunder ke sel tubuh. Bakteri mulai melekat

pada permukaan gigi. Fase awal dalam tahap ini ditandai dengan

terbentuknya plak supragingiva dimulai dengan acquired


26

pellicleyang disebabkan oleh penumpukan komponen saliva

padapermukaan gigi. Pembentukan ini dimulai 1 jam setelah

prosespembersihan gigi.

b. Lag Phase

Pada fase ini terjadi perubahan ekspresi genetik dan

pertumbuhanbakteri akan melambat. Setelah terjadi perlekatan

mikroba dipermukaan gigi,bakteri akan membentuk koloni yang

mensekresi subtansi polimer ekstraseluler (EPS) untuk membentuk

biofilm. EPS mengandung enzim anti-mikroba yang akan melindungi

biofilm dari stimulus lingkungan. Interaksi biokimia yang terjadi

diperlukan untuk mengkatabolisme kompleks glikoprotein rongga

mulut pada rantai makanan bakteri.

c. Rapid Growth

Pada tahap ini, bakteri berkembang dengan cepat dan

mensekresikan polisakarida esktraseluler yang akan membentuk

matriks pada biofilm. (Nila Kasuma, 2016).

3. Kontrol Plak

Pencegahan penyakit gigi dan mulut berkaitan dengan

pengontrolan plak. Kontrol plak adalah membuang plak mikroba secara

teratur dan mencegah akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva.

Kontrol plak merupakan cara yang efektif untuk merawat dan mencegah

gingivitis dan pencegahan penyakit periodontal. Kontrol plak disebut


27

sebagai tindakan pencegahan untuk menghilangkan plak gigi dan

mencegah dari rekurensi penyakit.(Sari Dalen A, 2018).

Kontrol plak dapat dilakukan melalui cara mekanis dan kimiawi.

Kontrol plak secara mekanis dapat berupa penyikatan gigi, penggunaan

dental floss, pembersihan dengan sikat interdental dan perawatan oleh

dokter gigi, sedangkan secara kimiawi dapat berupa penggunaan pasta

gigi dan obat kumur.Kontrol plak secara mekanismempunyai kelemahan

karena sangat tergantung dari individu yang melakukannya, terutama di

bagian interproksimal sehingga diperlukan bahan antimikroba untuk

dipakai sebagai bahan antiplak, yang salah satunya dapat ditemukan

dalam bentuk obat kumur. Penggunaan obat kumur sebagai kontrol plak

secara kimiawi dapat menjadi cara tambahan untuk meningkatkan

kesehatan rongga mulut, terutama bagi individu yang tidak dapat

menyikat gigi dengan efektif ataupun bagi individu yang membutuhkan

penggunaan yang mudah dengan cara berkumur tanpa bantuan tenaga

professional. (Sari Dalen A, 2018).

F. Antibakteri

1. Pengertian Antibakteri

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan

atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme

mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit

pada makhluk hidup lain karena memiliki kemampuan menginfeksi,

mulai dari infeksi ringan sampai infeksi berat bahkan kematian.


28

Oleh karena itu, pengendalian yang tepat perlu dilakukan agar

mikroorganisme tidak menimbulkan kerugian.Beberapa agen

antimikroba merupakan antibiotik.Walaupun semua antibiotik

merupakan agen antimikroba, namun tidak semua agen anti mikroba

merupakan antibiotik.Antibiotik adalah suatu metabolit yang diperoleh

atau dibentuk oleh berbagai jenis mikroorganisme, yang dalam

konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme

lain. (Florensia, 2018).

Antibakteri yang ideal harus memiliki kualitas sebagai berikut :

a. Membunuh atau menghambat pertumbuhan patogen

b. Tidak menyebabkan kerusakan pada inang

c. Tidak menyebabkan reaksi alergi pada inang

d. Tetap stabil saat disimpan baik dalam bentuk padatan maupun cair

e. Bertahan pada jaringan khusus pada tubuh dalam waktu yang cukup

lama sehingga menjadi efektif

f. Membunuh patogen sebelum mengalami mutasi dan menjadi resisten

Antibakteri harus dapat menghambat atau membunuh patogen

tanpa merugikan inang. Oleh karena itu, antibakteri harus menyasar pada

proses metabolisme atau struktur yang dimiliki oleh patogen tapi tidak

dimiliki oleh inang. Menurut Radji (2011), berdasarkan mekanisme

kerjanya dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme, antibakteri

digolongkan sebagai berikut:

a. Antibakteri yang dapat menghambat sintesis dinding sel


29

Dinding sel bakteri sangat penting untuk mempertahankan

struktur sel bakteri. Oleh karena itu, zat yang dapat merusak dinding

sel akan melisiskan dinding sel sehingga dapat mempengaruhi

bentuk dan struktur sel, yang pada akhirnya dapat membunuh sel

bakteri tersebut

b. Antibakteri yang dapat menganggu atau merusak membran sel

Membran sel mempunyai peranan penting dalam mengatur

transportasi nutrisi dan metabolit yang dapat keluar masuk sel.

Membran sel juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya respirasi

dan aktivitas biosintesis dalam sel. Beberapa jenis antibakteri dapat

mengganggu membran sel sehingga dapat mempengaruhi kehidupan

sel bakteri.

c. Antibakteri yang dapat menganggu biosintesis asam nukleat

Proses replikasi DNA di dalam sel merupakan siklus yang sangat

penting bagi kehidupan sel. Beberapa jenis antibakteri dapat

mengganggu metabolisme asam nukleat tersebut sehingga

mempengaruhi seluruh fase pertumbuhan sel bakteri.

d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein

Sintesis protein merupakan suatu rangkaian proses yang

terdiri atas proses transkripsi (yaitu DNA ditranskripsi menjadi

mRNA) dan proses translasi (yaitu mRNA ditranslasi menjadi

protein). Antibakteri dapat menghambat proses-proses tersebut

akan menghambat sintesis protein.


30

Daya antibakteri dapat ditentukan berdasarkan nilai KHM dan

KBM terhadap pertumbuhan suatu bakteri. Konsentrasi minimal yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan banteri dikenal sebagai

konsentrasi/ kadar hambat minimal (KHM). Konsentrasi minimal yang

diperlukan untuk membunuh 99,9% pertumbuhan bakteri dikenal sebagai

konsentrasi bunuh minimal (KBM) (Forbes, 2007).

Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai

antibakteri jika pada konsentrasi rendah memiliki daya hambat yang

besar. MenurutHapsari (2015), kriteria kekuatan antibakteri adalah

sebagai berikut:

d. Diameter zona hambat > 20 mm : daya hambat sangat kuat

e. Diameter zona hambat 10-20 mm : daya hambat kuat

f. Diameter zona hambat 5-10 mm : daya hambat sedang

g. Diameter zona hambat 0-5 mm : daya hambat lemah

Mekanisme kerja antrakuinon sebagai antibakteri dalam

menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara membentuk

senyawa kompleks yang bersifat irreversible dengan residu asam amino

nukleofilik pada protein transmembran pada membran plasma,

polipeptida dinding sel, serta enzim-enzim yang terdapat pada permukaan

membran sel, sehingga mengganggu kehidupan sel bakteri.

(Sapara et al., 2016).


31

G. Bakteri Streptococcus Mutans

Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri yang mendapat

perhatian khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan

karies gigi. Bakteri ini memiliki kecenderungan berbentuk coccus dengan

formasi rantai panjang apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti

Brain Heart Infusion (BHI) Bort, sedangkan bila ditanam di media agar

memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan.

(I Gusti Agung, 2017).

Gambar 2. Streptococcus mutans

Sumber : (I Gusti Agung, 2017)

Klasifikasi Streptococcus mutans

Kingdom : Monera

Division : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Famili : Streptococcaceae

Genus :Streptococcus

Species :Streptococcus mutans


32

H. Kerangka Teori

Daun mengkudu Plak Gigi Komposisi sediaan


(Morinda citrifolia L) obat kumur

Kandungan senyawa Mikroorganisme Makanan


kimia Manis

Gliserin,
Streptococcus Terjadi Sorbitol,
Flavonoid
mutans pemebentukan Plak pipermint oil.
oleh bakteri

Tannin

Antrakuinon

Fenol

Antibakteri
33

I. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Ekstrak etanol daun


mengkudu 2%

Ekstrak etanol daun Aktivitas Antibakteri


Sediaan obat Streptococcus
mengkudu 2,5% kumur mutans

Ekstrak etanol daun


mengkudu 3%

J. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, hipotesis dari

penelitian ini adalah adanya aktivitas sebagai antibakteri ekstrak daun

mengkudu (Morinda citrifoliaL) untuk meningkatkan daya hambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sehingga memiliki potensi

untuk dikembangkan menjadi sediaan obat kumur.


34

K. Definisi Operasional

1. Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif yang berbentuk bulat,

tidak bergerak, tidak berspora, dan bersifat fakulatif anaerob.

2. Daun mengkudu adalah bagian dari tanaman mengkudu yang letak daun

berhadapan secara bersilang, daun yang tebal dan mempunyai manfaat

sebagai obat dan antibakteri.

3. Ekstrak etanol daun mengkudu adalah ekstrak yang mengandung zat aktif

sebagai antibakteri dengan menggunakan metode maserasi.

4. Sediaan obat kumur ekstrak daun mengkudu adalah sediaan obat kumur

yang dibuat dari campuran ekstrak daun mengkudu, pemanis, humektan,

dan penyegar rasa, yang kemudian dilakukan uji antibakteri terhadap

bakteri streptococcus mutans.

5. Efektifitas antibakteri ekstrak etanol daun mengkudu adalah kemampuan

ekstrak daun mengkudu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans

yang ditentukan dengan diameter zona hambatan pertumbuhan

Streptococcus mutans.

6. Diameter zona hambat adalah diameter tempat dimana tidak terdapat

pertumbuhan bakteri akibat antibakteri atau antimikroba pada media agar.


35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu eksperimental laboratorium

dengan melakukan penelitian untuk mengetahui formulasi dan uji aktivitas

antibakteri ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L)terhadap

streptococcus mutans. Metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas

antibakteri menggunakan metode difusi agar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2021 di

Laboratorium Teknologi Farmasi, Fitokimia, dan Mikrobiologi Jurusan

Farmasi Universitas Megarezky.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, batang

pengaduk, botol 100 ml, cawan petri, corong, erlenmeyer, gelas ukur, gelas

piala, inkubator (Fiber Scientific),jangka sorong, jarum ose, kertas perkamen,

kertas indikator pH universal,kapas steril, Laminar Air Flow Cabinet

(AstecHLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba), mortir, oven (Memmert),

penangas air (Yenaco),pinset, pipet mikro (Eppendorf), rotary evaporator

(Haake D), sendok tanduk, stamfer, tabung reaksi, timbangan analitik, toples

kaca, tissu,dan viskometer ostwald.

31
32

Bahan yang digunakan yaitu daun mengkudu(Morinda citrifolia L),

air suling,biakan streptococcus mutans,etanol 96%,gliserin,media Nutrient

Agar (NA),NaCl 0,9%, paper disc,Peppermint oil, dan sorbitol.

D. Prosedur kerja

1. Pengolahan simplisia

a. Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun

mengkudu. Sampel daun mengkudu diambil dalam bentuk segar di

Desa Timbuseng, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa. Daun

mengkudu dipetik pada pagi hari jam 07.00 WITA secara manual.

b. Pengolahan sampel

Daun mengkudu dicuci bersih terlebih dahulu dengan air

mengalir untuk menghilangkan kotoran yg melengket, kemudian

ditiriskan lalu di gunting-gunting kecil sesuai dengan derajat halus

kemudian di timbang untuk mendapatkan berat basah, kemudian di

keringkan dengan cara di angin-anginkan kan terhindar dari cahaya

matahari sampai kering (jika diremas daunnya patah-patah)

2. Ekstraksi daun mengkudu (metode maserasi)

Sampel yg telah kering ditimbang 500gr kemudian dimasukkan

dalam bejana maserasi, kemudian tambahkan cairan penyari sampai

bahan uji terendam sempurna yaitu cairan penyari lebih kurang 3cm

diatas permukaan simplisia. diamkan ditempat gelap selama 5 hari sambil

sesekali diaduk, kemudian di saring dengan kain flanel kemudian


33

ampasnya di re maserasi kembali 2 kali. ekstrak yg diperoleh disatukan

kemudian di uapkan dalam rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental,

dilanjutkan penguapan di waterbath hingga diperoleh ekstrak padat.

Kemudian , ekstrak yang diperoleh ditimbang untuk menentukan


ekstrak diperoleh
rendamennya dengan rumus: 100 %.
berat simplisia

3. Formulasi Sediaan Mouthwash Ekstrak daun mengkudu(Morinda

citrifolia L)

Formulasi mouthwash menggunakan ekstrak daun mengkudu,

sorbitol, gliserin, air suling dan peppermint oil. Untuk jumlah konsentrasi

ekstrak daun mengkudu yang digunakan yakni sebesar 2%, 2,5%, 3%.

Komposisi formula obat kumur dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Formulasi Sediaan Obat kumur

Konsentrasi %
Bahan Kontrol Formula 1 Formula 2 Formula 3
Negatif
Ekstrak - 2 2,5 3
Etanol Daun
mengkudu
Gliserin 5 5 5 5
Sorbitol 8 8 8 8
Peppermint 0,15 0,15 0,15 0,15
oil

Air suling ad 100mL 100 mL 100 mL 100 mL

4. Pembuatan Mouthwash Ekstrak Daun mengkudu (Morinda citrifolia L)


34

Dimasukkan ekstrak daun mengkudu di dalam mortir dan

ditambahkan gliserin kemudian di gerus hingga larut.Ditambahkan

sorbitol ke dalam mortir kemudian digerus hingga

homogen.Ditambahkan peppermint oil.Ditambahkan air suling ke dalam

mortir secukupnya lalu di gerus hingga bisa dituang.Disaring dan

dimasukkan ke dalam botol kemudian dicukupkan air suling hingga 100

mL ke dalam botol kemudian tutup botol dengan rapat.

5. Pengujiaan Sediaan Obat kumur Ekstrak Daun mengkudu (Morinda

citrifolia L)

a. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau

dan rasa (Pradewa, 2008).

b. Uji pH

Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH

Universal.Kertas pH Universal dicelupkan ke dalam mouthwash

selama beberapa menit kemudian dicocokan dengan warna indicator,

sesuai dengan pH mulut netral yaitu 6-7.

c. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas sediaan menggunakan viskometer Ostwald.

Sejumlah cairan dimasukkan ke dalam A, kemudian dengan

caramenghisap atau meniup, cairan dibawa ke B, sampai melewati

garis m. Cairan dibiarkan mengalir secara bebas dan waktu yang

diperlukan untuk mengalir dari garis ke n diukur. Waktu yang


35

diperlukan sediaan untuk mengalir dihitung menggunakan stopwatch.

Pengukuran viskositas diulang masing-masing 3 kali untuk setiap

sediaan.Dihitung waktu yang diperlukan untuk mengalir. Viskositas

dihitung dengan rumus :


η2 ρ2 𝑡2
=
η1 ρ1 𝑡1

Keterangan:

η1 = viskositas air (cp)

η2 = viskositas zat cair yang dicari (cp)

ρ1 = massa jenis air (g/ml)

ρ2 = massa jenis zat cair yang dicari (g/ml)

t1 = waktu alir air (detik (s))

t2 = waktu alir zat yang dicari (detik (s)

d. Pengujian kestabilan fisik

Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan cara Cycling test.

Sediaan larutan mouthwash disimpan pada suhu 4̊ C selama 12 jam

lalu keluarkan dan tempatkan pada suhu 40̊ C selama 12 jam.

Perlakuan ini adalah satu kali siklus. Percobaan diulang sebanyak 6

siklus.

6. Uji aktivitas antibakteri mouthwash ekstrak daun mengkudu terhadap

streptococcus mutans

a. Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan di dalam autoklaf pada suhu 121̊ C

selama 15 menit.Sebelumya alat-alat tersebut telah dicuci bersih,


36

dikeringkan dan dibungkus dengan menggunakan kertas (Entjang,

2001).

b. Pembuatan media NA

Sebanyak 2 gram nutrient agar dilarutkan dengan air suling

hingga 100 mL dalam labu erlenmeyer kemudian dipanaskan

hingga larut. Setelah itu disterilkan selama 15 menit pada suhu

121o C dalam autoklaf

c. Pembuatan Medium Agar Miring

Dituangkan media NA yang telah dibuat sebanyak 5 ml pada

masing-masing 3 tabung reaksi steril dan ditutup dengan alumunium

foil. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121̊ C

selama 15 menit, kemudian dibiarkan pada suhu ruangan dan

letakkan dengan posisi miring sampai media memadat. Media Agar

miring digunakan untuk inokulasi bakteri (peremajaan bakteri).

d. Inokulasi Bakteri pada Media Agar Miring

Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan

pada media agar miring dengan cara menggores menggunakan jarum

ose. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37̊ C selama 24 jam.

e. Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (Larutan Mc. Farland)

Larutan H2SO4 sebanyak 9,5 ml dicampurkan dengan larutan

BaCl2.2H2O sebanyak 0,5 ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok

sampai terbentuk larutanyang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai

standar kekeruhan suspensi bakteri uji


37

f. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Bakteri uji yang telah diinokulasi pada media agar miring

kemudian diambil dengan kawat ose steril lalu disuspensikan ke

dalam tabung yang berisi 2 ml larutan NaCl 0,9 % (0,18 g dilarutkan

dalam 20 ml air) hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan

standar kekeruhan larutan Mc. Farland.

g. Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi

Disiapkan cawan petri, dituang medium NA sebanyak 10 mL

ke dalam masing-masing cawan petri sebagai lapisan pertama,

kemudian didinginkan hingga memadat dan lapisan kedua sebanyak

5 mL untuk lapisan kedua ditambahkan suspensi mikroba uji

sebanyak 1 ose. Didinginkan hingga memadat. Ditempelkan paper

disk yang telah direndam dalam sediaan obat kumur ekstrak daun

mengkudu dengan konsentrasi 2%, 2,5%, 3%, kontrol positif

(Betadine gargel) dan kontrol negatif pada cawan petri yang berisi

medium NA dan biakan streptococcus mutans, kemudian diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37̊ C, lalu diukur zona hambatnya dari

masing-masing konsentrasi.

E. Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif berupa data hasil evaluasi sediaan obat kumur pada uji

organoleptis, uji pH dan uji viskositas , data yang telah dikumpulkan akan
38

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data kuantitatif berupa data hasil uji

antimikroba menggunakan metode ANOVA.Data diolah dengan

menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS 20 (Statistical

Produk and Servis Solution). (Fitri Handayani, 2016).


39

Lampiran 1

Skema Kerja

Daun Mengkudu
(Morinda Citrifolia L)

Panen Pencucian
Sortasi basah Pengeringan
Sortasi kering

Simplisia Kering
Dihaluskan Penimbangan
Dilakukan Maserasi

Ekstrak Kental

Formulasi Obat kumur

F1 F2 F3

Uji Evaluasi

Fisika Kimia
- Uji Organoleptis - Uji PH
- Uji Viskositas
- Cycling test

Uji Aktivitas

Pengumpulan Data

Pembahasan

Kesimpulan
40

Lampiran 2

Perhitungan Bahan

1. Formula 1

a. Ekstrak etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L) 2%


2
2% = × 100 = 2 g
100

b. Gliserin
5
5% = 100× 100 = 5 mL

c. Sorbitol
8
8%=100× 100 = 8 mL

d. Peppermint oil
0,15
0,15%= 100 × 100 = 0,15 mL

e. Air suling ad 100 mL

2. Formula 2

a. Ekstrak etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L) 2,5%


2,5
2,5% = × 100 = 2,5 g
100

b. Gliserin
5
5% = 100× 100 = 5 mL

c. Sorbitol
8
8% =100× 100 = 8 mL

d. Peppermint oil
0,15
0,15 % = 100 × 100 = 0,15 mL
41

e. Air suling ad 100 mL

3. Formula 3

a. Ekstrak etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L) 3%


3
3% =100× 100 = 3 g

b. Gliserin
5
5% = 100× 100 = 5 mL

c. Sorbitol
8
8% =100× 100 = 8 mL

d. Peppermint oil
0,15
0,15% = 100 × 100 = 0,15 mL

e. Air suling ad 100 mL


42

DAFTAR PUSTAKA

Afifah B.S.,et al. 2012, Acute Toxicity Study of Ethanol Extract of Phyllanthus
acidus (L.) Skeels Leaves In Experimental Animal,2nd International
Seminar on Natural Product Medicines, 22-23.

Anonim, 2015, Bunga Dadap Merah, http://biodiversitywarriors.org/isi-katalog


.php?idk=318&judul=Bunga-Dadap-Merah/CoralTree , diakses tanggal 18
Mei 2021.

Anonim.2011. Ekstraksi
denganMaserasi.(Online). http://mayapusmpuspuspita.wordpress.com.Dia
kses tanggal 18 Mei 2021.

Apriyanti, A. 2017. Formulasi Sediaan Mouthwash Pencegah Plak Gigi Ekstrak


Biji Kakao (Theobroma cacao L) Dan Uji Efektivitas Pada
BakteriStreptococcus mutans. Galenika Journal of Pharmacy Vol. 3.
Fakultas MIPA, Universitas Tadulako, Palu.

Azwanida. (2015). Medicinal & Aromatic Plants A Review On The Extraction


Methods Use In Medicinal Plants , Principle , Strength And Limitation.
Medical & AromaticPlants, 4(3), 3–8. Https://Doi.Org/10.4172/2167-
0412.1000196

Christin, N. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak BuahKecombrang(Etlingera


elatior (Jack) R.M. Smith) DalamBentuk Sediaan Obat Kumur.Program
Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Medan.

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI

Fitri, H. 2016.Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Streptococcus mutans Dari


Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.) Media sains vol.9 Akademi Farmasi Samarinda

Florensia, F. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kirinyu (Chromolaena


odorata) Terhadap Staphylococcus aureus. Program studi Pendidikan
Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan, Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.

Forbes, B.A., Sahm, D,F., dan Weissfeld, A.S. 20117. Bailey and Scott’s
Diagnostic Microbiology 12 edition, Missouri

Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 85- 56.
43

Hapsari, Endah. 2015. Uji Antibakteri Ekstrak Herba Meniran (Phyllianthus


niruri) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereusdan Escheria coli,
Skripsi, Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma : Yogyakarta

I Gusti, A. 2017. Deteksi GEN GTF-B Streptococcus Mutans Dalam Plak Dengan
Gigi Karies Pada Siswa Di SD N 29 Dangin Puri. Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar.

Irawan, B., 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut, Tesis, Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Made, S. 2013Perasan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Menghambat


Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Lab. Mikrobiologi
Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Denpasar

Mahtuti, E.Y., Ibaadillah, A.A., 2017. Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia)


Sebagai Antimicroba Terhadap Streptococcus viridans Secara In Vitro.
Jurrnal Of Nursing Care & Biomoleculer 2(2), 119–126.

Mardiana. 2017. Pengembangan Produk Mouthwash Berbasis Ekstrak Etanol


Bekatul Beras Putih (Oryza sativa L.) Sebagai AntibakteriStreptococcus
mutans danPorphyromonas gingivalis. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin. Makassar.

NCBI, 2019. Taxonomy Browser, Morinda citrifolia (Online). URL


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?id=4352
2 (accessed 20.05.21).

Nila, K. 2016. Plak Gigi, Andalas University Press Jl. Situjuh No. 1, Padang
25129

Nirawati, C., 2016. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Dan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli
SebagaiPenunjang Praktikum Mata Kuliah Mikrobiologi (Skripsi).
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh

Ovie, E. 2018. Pemakaian Obat Kumur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Gigi (Skripsi), Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Budaya di Universitas
Sumatera Utara

Putra et al.2014. “Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang
(Musa Paradisiaca L.) dengan Metode Maserasi, Refluks dan Sokletasi.”
Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.
44

Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Ajar Mahasiswa


Farmasi dan Kedokteran, Jakarta : EGC, pp.10-12, 179-199

Sapara, T. U., Waworuntu, O. dan Juliatri. (2016). Efektivitas antibakteri ekstrak


daun pacar air (Impatiens balsamina L.) terhadap pertumbuhan
Porphyromonas gingivalis. Pharmacon, Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(4): 10-
17

Sari, D. 2018. Efektivitas Obat Kumur Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda


citrifolia) 5% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa
FKG USU

Tambun, R., Limbong, H. P., Pinem, C., & Manurung, E. (2016). Pengaruh
Ukuran Partikel, Waktu Dan Suhu Pada Ekstraksi Fenol Dari Lengkuas
Merah. Jurnal Teknik Kimia Usu, 5(4), 53. Retrieved From
Https://Jurnal.Usu.Ac.Id/Index.Php/Jtk/Article/View/15887

Tobo, F,.Mufidah, Taebe, B., Mahmud, A.I. 2011. Buku Pegangan Laboratorium
Fitokimia 1. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Ubay, bey. 2011. Ekstraksi padat-cair.www.ekstraksi-padat-cair.html diakses


pada tanggal 18 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai