AULIANA REZKY
B1A119321
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
i
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Farmasi Pada Universitas Megarezky
AULIANA REZKY
B1A119321
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Pada hari ini Jumat Tanggal 18 Agustus 2023, bertempat di ruang Apoteker
Universitas Megarezky, telah dilaksanakan ujian sidang skripsi sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana Farmasi terhadap
mahasiswa atas nama :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
(L.) MERR & PERRY)”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan strata-1 jurusan farmasi. Tak lupa pula penulis panjatkan shalawat
dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, berupa motivasi,
tercinta, ayahanda Haerulla dan ibunda Nurlina atas dukungan secara doa dan
finansial serta nasehat kepada penulis, dan ucapan terimakasih pula untuk saudara
kuliah dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan restunya.
Kemudian dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Sri Wahyuningsih, S.Si.,M.Si
selaku pembimbing I dan Ibu Putri Indah Sari, S.Farm.,M.Si. selaku pembimbing
1. Ibu Hj. Suryani, SH.,MH. selaku ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega
Rezky Makassar.
Universitas Megarezky.
4. Bapak apt. Ahmad Irsyad Aliah, S. Farm.,M.Si selaku Ketua Program Studi
S1 Farmasi.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah
selama ini.
6. Teruntuk saudara dan saudari tercinta, Afsana, Ade Yusril, Muh Ade
7. Kepada saudara dan saudari yang tidak sedarah, Achmad Pinto Setiawan,
Hadija, Supiana Doni, Nayla Fara Dhila yang selalu bersama-sama dalam
satu persatu.
ii
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
Penulis
Auliana Rezky
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR ISTILAH........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penelitian...........................................................................6
D. Manfaat Penelitian.........................................................................6
B. Simplisia........................................................................................10
C. Ekstraksi.........................................................................................13
D. Flavonoid.......................................................................................29
E. Antioksidan....................................................................................32
F. Spektrofotometri UV-Vis..............................................................39
G. Kerangka Teori..............................................................................43
H. Kerangka Konsep...........................................................................44
I. Variabel Penelitian.........................................................................45
J. Hipotesis........................................................................................45
A. Desain Penelitian...........................................................................46
v
D. Populasi dan Sampel......................................................................47
E. Prosedur Kerja...............................................................................47
B. Pembahasan ..................................................................................59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................68
B. Saran .............................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daun Jambu Bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry).........7
Gambar 7. Antioksidan.....................................................................................36
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR ISTILAH
Abs : Absorbansi
C : Celsius
Cm : Centimeter
G : Gram
L : Liter
M : Meter
mL : Mililiter
nm : Nanometer
P. a : Pro Analisis
V : Volume
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kondisi normal, tubuh kita menghasilkan radikal bebas yang merupakan
hasil samping dari reaksi oksidasi. Namun, apabila reaksi oksidasi terjadi secara
berlebihan di dalam tubuh maka akan menghasilkan radikal bebas yang bersifat
reaktif. Radikal bebas ini sendiri dapat menjadi awal dari berbagai penyakit
karena sifatnya yang sangat aktif tersebut sehingga kemudian dapat merusak
Keberadaan radikal bebas berlebih dapat memicu kerusakan pada DNA, lipid,
mellitus, kanker dan aterosklerosis, selain itu kondisi ini juga menyebabkan sel-
sel tubuh mengalami degenerasi, proses metabolisme terganggu dan respon imun
radikal bebas dalam tubuh dapat dilihat dari aktivitas enzim antioksidan dan kadar
penyakit jantung koroner dan stroke. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa
resiko penyakit kronis akibat senyawa radikal bebas dapat dikurangi dengan
polifenol dan flavonoid (Verdiana et al., 2018). Ada juga beberapa senyawa
1
organik yang dapat kita peroleh dari tumbuh-tumbuhan (Hasyim Ibroham dkk.,
2022).
Senyawa flavonoid dimana suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal
Merr & Perry) memiliki potensi sebagai sumber antioksidan. Ekstrak etanol daun
jambu bol memiliki nilai IC50 rata-rata sebesar 37,67 ppm (Nurhasnawati dkk.,
2017). Ekstrak daun jambu bol memiliki nilai IC50 rata-rata sebesar 3.297± 2.595
µg/mL (Zaen & Ekayanti, 2022). Ekstrak metanol biji jambu bol memiliki nilai
IC50 aktivitas antioksidan sebesar 1,627 ppm (Devitria dkk., 2022). Ekstrak etanol
2
kayu batang jambu bol memiliki nilai IC50 rata-rata sebesar 40.12 0.60 ppm
kuantitas komponen kimia yang dapat disari dari tanaman agar menghasilkan
flavonoid total. Contohnya pada ekstrak daun binjai (Mangifera caesia) dimana
menghasilkan kadar flavonoid total tertinggi adalah metode soxhlet dengan nilai
156,8 µg/mg sedangkan untuk metode maserasi magnetik stirrer diperoleh hasil
pada daun sirsak (Annona muricata L.) dimana hasil penelitian menunjukkan
tertinggi diperoleh dari metode refluks dengan nilai IC50 7.04 ppm (Amelia, 2021).
pada daun kersen (Muntingia calabura L.) dimana hasil penelitian menunjukkan
3
bahwa metode ekstraksi secara perkolasi diperoleh lebih tinggi, yaitu dengan IC 50
Penelitian ini menggunakan dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan refluks.
menggunakan efek panas (Amelia, 2021). Adanya pengaruh perlakuan panas pada
senyawa yang tidak larut di dalam kondisi suhu kamar, sehingga aktivitas
Menggunakan metode ini membuat proses ekstraksi dapat dilakukan dalam waktu
magnetik stirrer dan refluks. Metode maserasi magnetik stirrer dipilih karena
dapat menarik semua metabolit sekunder termasuk yang tidak tahan terhadap
senyawa aktif (Rosita et al., 2017) dan juga pengadukan menggunakan magnetik
4
sehingga aktivitas penarikan senyawa lebih maksimal atau memberikan
dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat (Susanto et al., 2018).
Telah ada penelitiannya sebelumnya oleh Zaen (2022), mengenai analisis kadar
flavonoid total dan aktivitas antioksidan dari jambu bol (Syzygium malaccense L.
Merr & Perry) dengan metode ekstraksi maserasi secara konvensional. Kebaruan
dari penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu pada penelitian ini menggunakan
dua metode ekstraksi yaitu metode maserasi dengan magnetic stirrer (Macerator-
flavonoid total dan aktivitas antioksidan dari ektrak daun jambu bol (Syzygium
malaccense (L.) Merr & Perry). Aktivitas antioksidan ekstrak diuji menggunakan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
dan refluks terhadap kadar flavonoid total dari ekstrak daun jambu bol
5
2. Berapa besar aktivitas antioksidan pada ekstrak daun jambu bol (Syzygium
malaccense L. Merr & Perry) dengan metode maserasi magnetik stirrer dan
refluks?
C. Tujuan Penelitian
magnetic stirrer dari ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense L. Merr
& Perry).
ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense L. Merr & Perry) dengan
D. Manfaat Penelitian
lanjut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Klasifikasi daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry)
Gambar 2.1 Daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnopoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Karang bunga muncul pada bagian ranting yang tak berdaun (sering pula
7
pada cabang tidak jauh batang utama), bertangkai pendek dan
berbilangan 4, bergaris tengan 5-7 cm; tabung kelopak panjang 1,5-2 cm;
helai mahkota putih, lonjong, bundar telur atau bundar, 1,5-2 cm; benang
sari banyak, panjang s/d 3,5 cm; panjang tangkai putik 3-4,5 cm. Buah
buni berbentuk bulat sampai lonjong, dengan garis tengah 5-8 cm, merah
tua, kuning keunguan, atau keputihan. Danging buah padat, tebal 0,5-25
cm, putih dengan banyak sari buah dan wangi yang khas, asam manis
c. Nama daerah
stokes. Nama umum tanaman ini yaitu jambu bol (Indonesia), Mountain
bol adalah Jambu Ripuh (Aceh), Dharsana (Madura), Jambu Bol (Sunda,
8
Indonesia dikenal juga sebagai jambu bol, termasuk dalam famili
efek menurunkan kadar gula dan kadar kolesterol. Akar pohon jambu bol
tumbuhan, baik batang, daun, buah dan bagian lainnya akan memiliki
mengandung senyawa yang sama atau afinitas kimia yang sama, tetapi
buah dan sayuran. Bagian daging buah, biji dan daun jambu bol (S.
senyawa dalam kayu batang jambu bol diharapkan akan sama dengan
9
kandungan dalam bagian daun, buah dan kulit batang serta memiliki
B. Simplisia
industri, bahan tumbuhan yang digunakan dalam bentuk simplisia, yaitu bahan
mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh dan bagian
tanaman.Simplisia hewani yaitu simplisia yang dapat berupa hewan utuh, bagian
dari hewan atau zat berguna yang dihasilkan hewan, tetapi bukan berupa zat kimia
murni.Simplisia pelikan atau mineral yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah secara sederhana belum berupa
herbal/tradisional yang belum diolah dengan segala macam cara, kecuali berupa
a. Penggolongan Simplisia
1) Simplisia nabati
Eksudat tumbuhan sendiri merupakan isi sel dari tanaman yang keluar
10
secara spontan atau dengan suatu cara sengaja dilepaskan dari sel.
2) Simplisia Hewani
1) Sortasi Basah
didapatkan herba yang layak untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan
secara manual.
2) Pencucian
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Pencucian dilakukan
11
sesingkat mungkin agar tidak menghilangkan zat berkhasiat dari
tumbuhan tersebut.
3) Perajangan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis
4) Pengeringan
a. Dikering anginkan
5) Sortasi Kering
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan
secara manual.
simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang bersifat tidak beracun dan tidak
12
serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada simplisia.
300C).
C. Ekstraksi
1. Definisi Ekstraksi
prinsip kelarutan like dissolve like dimana suatu pelarut polar akan
melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa
non polar. Tujuan ekstraksi yaitu untuk menarik atau memisahkan senyawa
2. Metode Ekstraksi
1) Maserasi
13
tertentu selama 4-10 hari. Proses maserasi dilakukan di tempat yang
dari metode maserasi adalah efektif untuk senyawa yang tidak tahan
14
diperoleh ekstrak kental etanol. Alkohol suku rendah, seperti
dengan pelarut yang kepolarannya berbeda, seperti etil asetat dan air
untuk dapat menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
antara larutan di luar dan di dalam sel. Prinsip ekstraksi atau proses
tekanan antara di dalam dan di luar sel. Hal ini dapat menyebabkan
15
dalam larutan penyari atau pelarut organik. Pemilihan pelarut untuk
alam yang ada pada ektraksi tidak menjadi terurai, akan tetapi waktu
16
rusaknya senyawa-senyawa dalam tanaman yang bersifat termolabil
pada maserasi adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Pilihan utama
a) Maserasi konvensional
17
Maserasi konvensional merupakan metode ekstraksi yang
Faktor yang paling penting di tahap ini adalah rasio antara berat
18
terlindung dari cahaya. Penambahan tahapan ultrasonikasi
2017).
19
kejenuhan pelarut yang besar. Teknologi yang digunakan untuk
Dkk., 2020).
2) Perkolasi
20
serbuk kasar. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi
yang cukup lama, dan kontak antara padatan dengan pelarut tidak
21
Gambar 2.4 Ekstraksi dengan cara perkolasi
Sumber : (Batubara & Wahyuni, 2022)
1) Sokletasi
2) Refluks
22
tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat
23
singkat, terjadi kontak langsung dengan pelarut secara terus
didalam oven kurang lebih 5 hari untuk mengurangi kadar air yang
24
Gambar 2.6 Ekstraksi dengan cara Refluks
alat yang sederhana dengan biaya murah dan waktu ektraksi yang
melarutkan oligomer yang lebih rendah. Metode ini juga hanya dapat
Bachmid, 2016).
Untuk dua pelarut yaitu pelarut air dan aseton lebih cocok
maserasi dan sokletasi karena pada metode refluks ekstrak pelarut air
2014).
3. Pelarut
25
Pelarut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu polar dan non
polaritasnya.
paparan yang berulang kali. Juga terjadi dermatitis kontak, seperti orang
Pelarut dapat juga diklasifikasikan atas dasar jenis bahan kimia yaitu (Salami,
2022) :
a. Pelarut Organik
molekulnya. Pelarut organik memiliki dua sifat yaitu polar dan non-polar
konduktor yang baik. Contoh pelarut jenis ini adalah senyawa yang
26
b. Pelarut Non-Organik
polar sehingga tidak larut dalam pelarut organik dan non-polar. Larutan
baik. Contoh pelarut jenis ini adalah amonia dan asam sulfat.
a. Pelarut Polar
Sehingga dapat mengikat senyawa aktif yang bersifat polar maupun non-
polar. Sifat pelarut dalm melarutkan, Pelarut pelarut polar melarutkan zat
menarik ion yang, pengurangan gaya tarik menarik ion yang berlawanan
reaksi asam basa, semakin banyak jumlah gugus polar dalam molekul,
kelarutan zat tersebut semakin besar, semakin besar gugus non polar atau
dan hanya dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa yang bersifat non-
rendah, melarutkan zat non polar dengan tekanan internal yang sama, zat
terlarut berada dalam larutan berdasarkan gaya van der waals lemah, tidak
27
dapat memecah ikatan kovalen, tidak dapat membentuk ikatan
banyak jumlah gugus polar dalam moelkul, kelarutan zat tersebut semakin
kecil, semakin besar gugus non polar atau semakin banyak rantai, cabang,
diantara pelarut polar dan non-polar. Pelarut ini biasanya digunakan untuk
tumbuhan. Jenis-jenis pelarut yang dikenal dalam Lontar Usada Bali antara
lain: air dingin, air panas, cuka, arak dan minyak kelapa. Air adalah pelarut
digunakanlah pelarut air panas. Air panas merupakan pelarut yang dapat
28
Garam Organik
50 Gliko Gula, Tanin
30 Metil dan Etil Alkohol Minyak Jarak, Wask
Aldehida, Keton dan Resin, Minyak Menguap
20 Alkohol Tinggi, Eter Elektrolit Lemah
Ester dan Oksidan Termasuk Barbiturat,
Alkaloid dan Fenol
5 Heksana, Benzena, Kar- Minyak Tetap (Fixed
bon Tetraklorida, Etil Oil), Lemak, Petrolatum,
Eter, Petroleum Eter Parafin, dan
0 Minyak Mineral dan Hidrokarbon lain
Minyak Sayur Tetap
D. Flavonoid
1. Flavonoid
pada tanaman serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk
disajikan secara luas di alam. Hingga saat ini, lebih dari 9000 flavonoid telah
29
mg, terutama terdapat dalam suplemen makanan termasuk teh, anggur merah,
dan warna ungu dari buah, bunga, dan daun. Flavonoid termasuk dalam famili
makanan, yang memiliki manfaat biologis bagi manusia secara luas. Cara
yang besar karena menghasilkan flavonoid baru, yang tidak ada di alam.
reaksi dengan hasil yang sangat baik. Aspergillus niger adalah salah satu
30
flanonon, dan 4'- hydroxy flavonon. Hydroxylation flavon oleh mikroba
biasanya terjadi pada posisi orto gugus hidroksil pada cincin A dan posisi C-
4 dari cincin B dan mikroba hidroksilasi umum (Bustanul & Sanusi, 2018).
dibandingkan dengan induknya dengan demikian, ini adalah salah satu cara
yang paling efektif untuk mengubah produk alami menjadi penemuan obat
dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah. Manfaat flavonoid
31
tubuh manusia flavonoid berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik
2015).
2022).
E. Antioksidan
1. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang memiliki satu atau lebih elektron tidak
berpasangan pada orbit terluarnya, dan memiliki sifat yang sangat labil dan
reaktif. Radikal bebas memiliki peran penting dalam kerusakan jaringan dan
yang masuk ke dalam tubuh dapat menyerang senyawa yang rentan, seperti
lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit. Hal ini
32
alami dari enzim-enzim seperti katalase, superoksida dismutase (SOD),
2020).
terjadi setiap saat di dalam tubuh membentuk radikal bebas yang sangat
reaktif yang dapat merusak struktur dan fungsi sel. Reaktivitas radikal bebas
ini dapat dihambat oleh antioksidan yang melengkapi sistem imun (Aklimah
2. Antioksidan
untuk melakukan reaksi berantai radikal bebas. Antioksidan ini menunda atau
bebasnya. Antioksidan ini aman dapat berinteraksi dengan radikal bebas dan
dkk., 2022).
33
Mekanisme kerja dari antioksidan untuk mengurangi senyawa radikal
diaktifkan untuk mengikat ion logam pada tubuh manusia untuk mencegah
digunakan untuk pengkhelatan ion logam yaitu Fe2+ dan Cu2+ yang berperan
sampel (ekstrak) terhadap radikal bebas DPPH. DPPH akan bereaksi dengan
yang lebih stabil. Senyawa peredaman radikal bebas yang bereaksi dengan
34
DPPH akan menjadi radikal baru yang lebih stabil atau senyawa bukan
DPPH akan berubah menjadi senyawa difenil pikril hidrazin yang warnanya
karena DPPH hanya dapat dilarutkan dalam pelarut organik sehingga agak
Prinsip kerja metode DPPH adalah adanya atom hidrogen dari senyawa
ungu menjadi kuning (senyawa radikal bebas te– reduksi oleh adanya
35
Gambar 2.7 Reaksi DPPH dengan Senyawa Antioksidan
absorbansi akibat perubahan warna larutan warna DPPH, dimana DPPH akan
semakin besar pula peredaman warna ungu dari DPPH sehingga nilai
36
Metode pengujian antioksidan sebagai berikut (Aryanti dkk, 2021) :
DPPH merupakan suatu radikal bebas sintetik yang dapat larut dalam
senyawa polar seperti etanol dan metano. DPPH akan bereaksi dengan dua
cara yaitu mekanisme donor atom hidrogen dan donor elektron, dimana
DPPH yang bersifat radikal akan mengambil atom hidrogen dari senyawa
faktor, selain itu pelarut DPPH juga harus selalu dibuat baru. Prinsip kerja
acid) sebagai penghasil radikal bebas. ABTS adalah substrat dari enzim
radikal. Reagen ABTS memiliki ciri kimia yang stabil, dapat larut dalam air
kepada radikal bebas yang ditandai dengan pemudaran warna dari warna biru
37
3. Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)
uji FRAP yaitu reagen bersifat kurang stabil sehingga harus dibuat baru dan
harus segera digunakan, selain itu metode FRAP tidak spesifik dimana
potensial reduksi rendah dari Fe3+/Fe2+ dapat terdeteksi oleh metode ini.
dengan perubahan warna menjadi biru dan dapat diukur pada panjang
kerja metode FRAP yaitu dengan cara menginaktivasi radikal bebas dengan
transfer elektron.
sederhana antara antioksidan dengan radikal bebas, yang dapat diukur melalui
reduksi ion cupric (Cu2+) menjadi cuprous (Cu+) dengan cara donor elektron
cukup selektif karena memiliki nilai potensial reduksi yang rendah, cepat,
pereaksi lebih stabil, bisa didapat dari pereaksi lain (DPPH, ABTS), dapat
38
fisiologis, selain itu metode ini mudah, sederhana, terpercaya, dengan sedikit
dengan cara donor hidrogen dalam meredam radikal peroksil yang dilihat
sulit dalam praktiknya, sensitif terhadap suhu rendah yang dapat menurunkan
reproduktifitas pengujian.
F. Spektrofotometri UV-Vis
cepat cepat jika dibandingkan dengan metode lain (Handoyo et al., 2020).
39
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisa spektroskopi
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blangko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blangko ataupun
berdasarkan absorbansi foton. Agar sampel dapat menyerap foton pada daerah
UV-VIS (panjang gelombang foton 200 nm – 700 nm), biasanya sampel harus
spektrofotometer dalam analisis kimia didasarkan pada acuan ISO 17025, Good
40
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik
melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (I), sebagian
dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus tersebut
kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan alat untuk analisa suatu
unsur yang berkadar rendah baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, pada
dari suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan
(Irawan, 2019)
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan adalah
lampu wolfram.
41
3. Sel absrobsi, pada pengukuran di daerah tampak menggunakan kuvet kaca
atau corex, tetapi untuk pengkuran pada UV menggunakan sel kuarsa karena
4. Detektor radiasi yang dihubngkan dengan sistem meter atau pencatat. Peranan
42
G. Kerangka Teori
Daun
Jambu Bol
(Syzygium
Ekstrak Maserasi
Daun Metode
Jambu Bol ekstraksi Refluks
Skrining
Fito Kimia
Metode
DPPH
Spektrofoto
metri UV -
Analisis
Data
43
H. Kerangka Konsep
Masalah
Judul
1. Apakah terdapat perbedaan
Pengaruh Perbedaan Metode metode ekstraksi maserasi dan
Maserasi Dan Refluks Terhadap refluks terhadap kadar flavonoid
Kadar Flavonoid Total Dan total dan aktivitas antioksidan
Aktivitas Antioksidan dari dari ekstrak daun jambu bol
Ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense L. Merr &
(Syzygium malaccense L. Merr & Perry)?
Perry) 2. Berapa besar kadar flavonoid
total dan akitivitas antioksidan
Tujuan dari ekstrak daun jambu bol
1. Untuk mengetahui perbedaan (Syzygium malaccense L. Merr &
kadar flavonoid total dan Perry)dengan metode maserasi
aktivitas antioksidan dari ekstrak dan refluks?
daun jambu bol (Syzygium
malaccense L. Merr & Perry) Variabel
dengan menggunakan metode
maserasi dan refluks.
2. Untuk mengetahui besar
kandungan kadar flavonoid total Variabel Bebas Variabel Terikat
Daun jambu bol Analisis kadar
dan akitivitas antioksidan dari
(Syzygium flavonoid total dan
ekstrak daun jambu bol malaccense L. Merr aktivitas antioksidan
(Syzygium malaccense L. Merr & Perry)
& Perry)Skeels) dengan metode
maserasi dan refluks.
Hasil
44
I. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas
antioksidan ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr &
Perry).
J. Hipotesis
Tidak ada pengaruh dari perbedaan metode ekstraksi maserasi dan refluks
terhadap kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu
terhadap kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
perbandingan metode refluks dan maserasi magnetic stirrer ekstrak daun jambu
Makassar
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu aluminium foil, blender,
(Pyrex), gelas kimia (Pyrex), kaca arloji, kertas saring, krus porselen, kuvet,
2. Bahan
2% (AlCl3), aquadest, daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr &
46
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu bol
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu bol
E. Prosedur Kerja
1. Pengumpulan Sampel
2. Penyiapan Simplisia
Sampel daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry) diambil
sebanyak kurang lebih 500 gram kemudian daun jambu bol putih (Syzygium
malaccense (L.) Merr & Perry). Setelah itu dicuci bersih dengan
anginkan selama kurang lebih 7 hari sehingga didapatkan daun jambu bol
yang telah kering, sampel yang sudah kering dirajang dan siap untuk
diekstraksi.
47
3. Skrining Fitokimia
a. Flavonoid
atau jingga.
b. Fenol
kemudian ditambahkan 3 tetes larutan besi (III) 1%. Uji positif fenol
memberikan warna hijau, merah, merah, ungu, biru, atau hitam yang
kuat.
c. Tanin
kemudian ditambahkan 3 tetes larutan besi (III) 10%. Warna biru tua atau
d. Saponin
ml, lalu dikocok dengan kuat. Kemudian ditambakan 1 tetes HCl pekat
jika timbul busa. Uji positif pada saponin yaitu akan terbentuk busa.
e. Alkaloid
48
Diambil 3 tetes esktrak ditempatkan pada plat tetes dan ditambahkan
endapan putih.
F. Pembuatan Ekstrak
1. Metode Refluks
Daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry) ditimbang
sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam labu alas bulat, ditambah 1000 mL
etanol 70 % lalu dipanaskan pada suhu 50°C selama 3 jam. Uap pelarut yang
menuju labu alas bulat dan akan menyari kembali sampel yang berasal dari
labu alas bulat. Proses ini terus berlangsung secara berkesinambungan hingga
Sebanyak 100 gram serbuk kering daun jambu bol (Syzygium malaccense
(L.) Merr & Perry) dimasukkan dalam glass beaker, kemudian ditambahkan
malaccense (L.) Merr & Perry). Ekstrak dikeringkan pada suhu kamar hingga
bebas pelarut.
49
G. Penetapan Kadar Flavonoid Total
membaca larutan baku kuarsetin dengan konsentrasi 100 ppm pada panjang
digunakan untuk mengukur serapan dari sampel ekstrak daun jambu bol
standar kuersetin dan dilarutkan dalam 10 mL etanol p.a. Dari larutan standar
asetat 120 mM. Sampel diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar.
mM. Sampel diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar. Absorbansi
50
ditentukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang
dan dilarutkan dengan etanol p.a sampai tanda batas dengan menggunakan
labu ukur 50 mL, sebagai larutan stock lalu disimpan dalam labu ukur
Spektrofotometer UV-Vis.
kontrol positif (K+) sebanyak 10 mg lalu dilarutkan dengan etanol p.a hingga
larutan DPPH Selanjutnya di vortex dan didiamkan ditempat gelap, pada suhu
51
37°C selama 30 menit kemudian absorbansinya di ukur dengan
Dibuat larutan stok 100 ppm dengan menimbang sampel ekstrak daun
daun jambu bol (Syzygium malacensse L.)Merry & Perr) sebanyak 10 mg lalu
gelombang maksimum.
52
Keterangan :
IC50 = 50 – a
Keterangan :
Y : % Inhibisi
b : Slope (Kemiringan)
X : Konsentrasi
53
BAB IV
A. Hasil
54
3. Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin
Kuarsetin 403,70
Keterangan :
nm : Nanometer
55
0,4210
0,4596
100 ppm 0,4502 0,4600
0,4602
Keterangan :
ppm : Part per million
r2 : Regresi linier
SD : Standar deviasi
KURVA QUERSETIN
0.5
ABSORBANSI (Y)
56
7. Penetapan Antioksidan Vitamin C
Kurvat Vitamin C
100
ABSORBANSI (Y)
80
60 f(x) = 1.85130134580313 x + 48.8067098211923
R² = 0.996953382652496 Series2
40 Linear (Series2)
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
KONSENTRASI (X)
57
IC : Inhibitor concentration
SD : Standar deviasi
KURVA REFLUKS
Absorbansi (y) 80
60 f(x) = 0.372663049841926 x + 31.8059404394833
R² = 0.990456732838713
40 Series2
20 Linear (Series2)
0
10 30 50 70 90 0
11
Konsentrasi (x)
KURVA MASERASI
80
Absorbansi (y)
Konsentrasi (x)
58
B. Pembahasan
identifikasi atau ada/tidaknya unsur/zat di dalam suatu bahan. Pada penelitian ini
untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita
analisa. Pada penelitian ini dilakukan uji kuantitas berupa pengujian kadar
flavonoid total yang bertujuan untuk mengetahui jumlah flavonoid total dalam
Pada penelitian ini dilakukan uji kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan
dari ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry)
maserasi magnetic stirrer. Pada penelitian ini menggunakan sampel daun jambu
bol karena jambu bol merupakan sumber antioksidan yang baik sehingga memiliki
Musthapa, 2019).
Penelitian ini diawali dengan proses ekstraksi daun jambu bol (Syzygium
malaccense (L.) Merr & Perry) dengan metode refluks dan maserasi magtetic
Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan
59
senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Pada penelitian ini dilakukan
metode dingin, yang dimana metode panas merupakan metode ekstraksi yang
beberapa simplisia bersifat relatif stabil dan juga dapat teruarai tergantung dari
ekstraksi yang dilakukan pada titik didih pelarut, selama waktu dan jumlah pelarut
adalah terjadinya kontak langsung dengan pelarut secara terus menerus, pelarut
yang digunakan lebih sedikit, dan waktu yang lebih singkat karena sudah terjadi
kontak antara pelarut dengan sampel pada saat pencampuran sehingga efektif dan
lebih lama agar terjadi kontak antara pelarut dengan sampel. Metode maserasi
MS) yang diprediksi dapat menjadi solusi terhadap kejenuhan proses ekstraksi
60
2020). Tujuan diciptakan alat ini yaitu untuk memaksimalkan proses ekstraksi
dengan sistem magnetik dipilih karena dianggap mudah dalam pembuatan dan
terjadinya kejenuhan pelarut dalam sistem maserasi (Zaini Dkk., 2020). Hadirnya
yang dianggap kurang efektif karena memiliki efisiensi yang rendah dalam
pada metode maserasi magnetic stirrer dapat memperbesar hasil ekstraksi. Hal ini
dalam larutan semakin besar sehingga tumbukan antara satu molekul dengan
molekul yang lain (frekuensi tumbukan) akan semakin besar, hal ini menyebabkan
kontak antara padatan dengan pelartnya semakin baik. Dari kedua metode
etanol 70 % karena etanol dapat menarik senyawa aktif yang lebih banyak
dibandingkan dengan jenis pelarut organik lainnya, etanol memiliki titik didih
yang rendah yaitu 790 C sehingga memerlukan panas yang lebih sedikit
yang aman atau tidak bersifat beracun apabila dikonsumsi karena rendahnya
tingkat toksisitas dibanding pelarut lain. Penggunaan etanol yang sangat luas
dikarenakan etanol relatif tidak toksik dibandingkan dengan aseton dan metanol.
Alasan lain pemilihan etanol 70% karena senyawa flavonoid umumnya dalam
61
bentuk glikosida yang bersifat polar sehingga dilarutkan dengan pelarut yang
bersifat polar, dan etanol 70% adalah pelarut yang bersifat polar, tingkat
polaritasnya lebih tinggi dari etanol 96%. Berdasarkan hasil ekstraksi dari kedua
metode tersebut, maka diperoleh persen rendemen sebesar 9,27 % pada metode
refluks dan 13,77 % pada metode maserasi magnetic stirrer. Perbedaan persen
membantu mempercepat proses ekstraksi, namun pada suhu ekstraksi yang terlalu
tinggi dan waktu ekstraksi yang terlalu lama serta melampui batas optimum yang
oksidasi. Komponen bioaktif seperti flavonoid tidak tahan terhadap suhu tinggi
Dari hasil uji skrining fitokimia menggunakan tabung reaksi yang telah dilakukan,
dimana ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) pada pengujian
Dragondraf dan mayer hasil yang diperoleh terjadi perubahan warna menjadi
mengandung saponin karena adanya busa yang terjadi. Pada senyawa fenol
62
menggunakan tabung reaksi, positif mengandung fenol karena terjadi perubahan
biru kehitaman.
daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry) dengan metode
instrumen yang paling sering diterapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi
kadar flavonoid total bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kadar flavonoid
total yang terkandung dalam ekstrak daun jambu bol (Syzygium malaccense (L.)
Merr & Perry) sehingga potensi tumbuhan ini sebagai bahan baku obat untuk
kuarsetin merupakan senyawa yang paling luas penyebarannya yang terdapat pada
tumbuhan, kuarsetin dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-70 % dari
flavonoid dan kuarsetin juga merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid
63
mg, dan dilarutkan hingga 100 mL menggunakan etanol p.a, etanol digunakan
sebagai pelarut karena relatif tidak toksik dibandingkan dengan aseton dan
persen kadar. Larutan baku dibuat beberapa deret konsentrasi yaitu konsentrasi
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 ppm dan diukur serapannya pada
0,003x + 0,1536 dengan nilai r 2 = 0,9951. Dari hasil pengukuran maka dapat
disimpulkan bahwa kurva baku memiliki hubungan yang linier antara konsentrasi
dengan absorbansi karena hubungan linier yang ideal dicapai apabila nilai r 2 =
0,99 sampai 1.
dengan cara menimbang sampel sebanyak 0,01 gram dan dilarutkan dengan etanol
pada sampel metode maserasi sehingga diperoleh kadar flavonoid total sebesar
metode bisa saja disebabkan karena pengaruh suhu. Suhu yang terlalu tinggi dan
64
waktu ektraksi yang terlalu lama dapat menyebabkan hilangnya senyawa-senyawa
pada larutan karena terjadi proses oksidasi. Suhu yang tinggi dapat dapat
flavonoid tidak tahan terhadap suhu tinggi diatas 500C, sehingga mengalami
aromatik yang terkonjugasi. Sistem aromatik terkonjugasi mudah rusak pada suhu
tinggi. Selain itu, beberapa golongan flavonoid memiliki ikatan glikosida dengan
molekul gula. Ikatan glikosida akan mudah rusak atau putus pada suhu tinggi.
perbedaan struktur terutama pada substitusi karbon pada gugus aromatik sentral
2016).
sampel yang sering digunakan adalah metoda DPPH. Kelebihan dari metode ini
sendiri adalah lebih mudah diterapkan karena senyawa radikal yang digunakan
dari metode ini adalah radikal DPPH hanya dapat dilarutkan dalam media organik,
tidak pada media yang bersifat air sehingga membatasi kemampuannya dalam
65
Pengujian selanjutnya adalah uji aktivitas antioksidan menggunakan metode
peredaman radikal bebas DPPH. Metode DPPH merupakan metode yang dapat
biaya yang mahal. DPPH juga merupakan senyawa radikal bebas yang stabil
sehingga apabila digunakan sebagai peraksi dalam uji penangkapan radikal bebas
cukup dilarukan dan bila disimpan dalam keadaan kering dengan kondisi
sebanyak 2 mL, dan di inkukbasi selama 30 menit yang bertujuan agar reaksi
antara larutan DPPH dengan etanol p.a berlangsung sempurna. Kemudian diukur
aman dan tidak menimbulkan toksisitas. Pengujian dilakukan dengan cara dibuat
yang bertujuan agar reaksi antara larutan DPPH dengan etanol p.a berlangsung
66
sempurna. Kemudian diukur serapannya panjang gelombang 517,55 nm.
Berdasarkan hasil perhitungan peredaman radikal bebas maka diperoleh nilai IC50
sebesar 0,644412 mg/L dan dapat dikategorikan dalam kategori sangat kuat
cara dibuat seri konsentrasi yaitu konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 ppm. Dari
selama 30 menit yang bertujuan agar reaksi antara larutan DPPH dengan etanol
diperoleh nilai IC50 sebesar 48,81674 mg/L dan dapat dikategorikan dalam
dilakukan dengan cara dibuat seri konsentrasi yaitu konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100
diinkubasi selama 30 menit yang bertujuan agar reaksi antara larutan DPPH
maka diperoleh nilai IC50 sebesar 38,47087 mg/L dan dapat dikategorikan dalam
67
Aktivitas antioksidan (nilai IC50) berbanding lurus dengan dengan kandungan
fenolik dan flavonoid dimana jika kandungan fenolat dan flavonoid semakin
tinggi, maka aktivitas antioksidan yang terjadi juga semakin tinggi. Hal ini sesuai
dengan hasil pengujian kadar flavonoid total yang menunjukkan bahwa kadar
flavonoid total pada metode maserasi lebih besar dibandingkan dengan metode
refluks.
mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif. Mekanisme kerja dari flavonoid
hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas. Flavonoid
erythroid 2 relates factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan
dalam sintesis enzim antioksidan endogen seperti misalnya gen SOD (superoxide
dismutase).
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengujian kadar flavonoid total dari ekstrak daun jambu bol dengan
2. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak daun jambu bol dengan
metode Refluks diperoleh nilai IC50 sebesar 48,81674 mg/L sedangkan pada
B. Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
Aklimah, M., & Ekayanti, M. (2022). Analisis Flavonoid Total Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Syzygium Aromaticum Dan Syzygium Polyanthum.
10(2).
Arnanda, Q. P., & Nuwarda, R. F. (2019). Penggunaan Radiofarmaka Teknesium-99M
dari Senyawa Glutation dan Senyawa Flavonoid Sebagai Deteksi Dini Radikal
Bebas Pemicu Kanker. Farmaka, 17(2), 236–243.
Aryanti, R., Perdana, F., & Syamsudin, R. A. M. R. (2021). Telaah Metode Pengujian
Aktivitas Antioksidan pada Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze): Study of
Antioxidan Activity Testing Methods of Green Tea (Camellia sinensis (L.)
Kuntze). Jurnal Surya Medika (JSM), 7(1), 15–24.
Badaring, D. R., Sari, S. P. M., Nurhabiba, S., Wulan, W., & Lembang, S. A. R.
(2020). Uji ekstrak daun maja (Aegle marmelos L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Indonesian Journal of Fundamental
Sciences, 6(1), 16.
Bahriul, P., Rahman, N., & Diah, A. W. M. (2014). Uji aktivitas antioksidan ekstrak
daun salam (Syzygium polyanthum) dengan menggunakan 1, 1-difenil-2-
pikrilhidrazil. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 143–149.
Bustanul, A., & Sanusi, I. (2018). Struktur, bioaktivitas dan antioksidan flavonoid.
Jurnal Zarah, 6(1), 21–29.
Devitria, R., Juariah, S., & Putri, L. (2022). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Biji Jambu Bol (Syzygium Malaccense L) Dengan Metode Dpph (2, 2-Diphenyl-
1-Picrylhidrazil). Klinikal Sains: Jurnal Analis Kesehatan, 10(1), 45–52.
Faisal, H. (2019). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus
esculentus L. Moench) Dengan Metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil) dan
Metode ABTS (2, 2-azinobis-(3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid). Ready
Star, 2(1), 1–5.
Firdaus, N., Chusnah, M., & Purbowo, P. (2022). Identifikasi Morfologi Vegetatif dan
Generatif Varietas Jambu Bol Gondang Manis dan Jambu Jamaika di Desa
Gondang Manis Kecamatan Bandar Kedungmulyo Jombang. AGROSAINTIFIKA,
4(2), 266–272.
Handoyo, M. S., Ruslin, R., Asriyanti, A., & Djuwarno, E. N. (2020). Identifikasi Jamu
yang Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 2(2), 65–72.
Hasanah, M. H. (2020). Perbedaan Daya Antioksidan Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
calabura L.) yang diekstraksi dengan Metode Perkolasi dan Soxhletasi. Jurnal
Penelitian Farmasi Indonesia, 9(2), 61–65.
70
Hasyim Ibroham, M., Jamilatun, S., Dyah Kumalasari, I., Dahlan, A., Ringroad
Selatan, J., Banguntapan, K., Bantul, K., & Istimewa Yogyakarta, D. (2022).
Seminar Nasional Penelitian Lppm Umj Website:
Http://Jurnal.Umj.Ac.Id/Index.Php/Semnaslit A Review: Potensi Tumbuhan-
Tumbuhan Di Indonesia Sebagai Antioksidan Alami.
Http://Jurnal.Umj.Ac.Id/Index.Php/Semnaslit
Irawan, A. (2019a). Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil
Pengukuran Dalam Kegiatan Penelitian Dan Pengujian. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 1–9.
Irawan, A. (2019b). Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil
Pengukuran Dalam Kegiatan Penelitian Dan Pengujian. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 1–9.
Irianti, T., Puspitasari, A., Machwiyyah, L., & Rabbani, H. R. (2022). The activity of
radical scavenging of 2, 2-diphenyl-1-pycrilhydrazil (DPPH) by ethanolic extracts
of mengkudu leaves (Morinda citrifolia L.), brotowali stem (Tinospora crispa L.),
its water fraction and its hydrolized fraction. Majalah Obat Tradisional, 20(3),
140–148.
Kiswandono, A. A. (2011). Skrining senyawa kimia dan pengaruh metode maserasi
dan refluks pada biji kelor (moringa oleifera, lamk) terhadap rendemen ekstrak
yang dihasilkan. Jurnal Sains Natural, 1(2), 126–134.
Lutfiah, L., & Cindy, T. (2022). Aplikasi Kamus Simplisia Dan Resep Obat
Tradisional (Sidota) Berbasis Android. Jurnal Sains dan Informatika, 8(1), 61–69.
https://doi.org/10.34128/jsi.v8i1.369
Nanda Pratama, A., & Busman, H. (2020). Potential of Soybean Antioxidant (Glycine
Max L) on Capturing Free Radicals. 11(1), 497–504.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.333
Nenden, F., & Musthapa, I. (2019). Jurnal Ilmiah Farmako Bahari The Utilization of
Jambu Bol (Syzygium malaccense (L). Merr. & Perry) Stem as a New Source of
Antioxidants. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 10(1). www.journal.uniga.ac.id
Nisa, F. K., Kasmui, K., & Harjito, H. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Pada
Modifikasi Senyawa Khrisin Dengan Gugus Alkoksi Menggunakan Metode
Recife Model 1 (RM1). Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences,
38(2), 160–168.
Nurhasnawati, H., Sukarni, & Handayani, F. (2017). Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Jambu Bol (Syzygium malaccenseL.). Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1).
Pamungkas, P. E., & Yuniarti, R. (2022). Formulasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak
Etanol Daun Jambu Bol (Syizigium Malaccense (L.) Merr) Dan Uji Aktivitas
71
Antibakteri Terhadap Staphylococcus Epidermidis. Journal of Health and
Medical Science, 1(1). https://pusdikra-publishing.com/index.php/jkes/home
Putra, A. A. B., Bogoriani, N. W., Diantariani, N. P., & Sumadewi, N. L. U. (2014).
Ekstraksi zat warna alam dari bonggol tanaman pisang (Musa paradiasciaca L.)
dengan metode maserasi, refluks, dan sokletasi. Jurnal Kimia, 8(1), 113–119.
Sahumena, M. H., Ruslin, R., Asriyanti, A., & Djuwarno, E. N. (2020). Identifikasi
Jamu yang Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-
Vis. Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 2(2), 65–72.
Sari, A. N. (2017). Potensi antioksidan alami pada ekstrak daun jamblang (Syzigium
cumini (L.) Skeels). EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), 107–112.
Sari, A. N., Biologi, P., Sains, F., Uin, T., Raniry, A., & Aceh, B. (2017). Potensi
Antioksidan Alami Pada Ekstrak Daun Jamblang (Syzigium Cumini (L.) Skeels).
18(2). Http://Eksakta.Ppj.Unp.Ac.Id
Susanto, H., Winarso, R., & Wibowo, R. (2018). Rancang Bangun Menara Refluks
Pada Destilator Bioethanol Kapasitas 5 Liter/Jam Berskala Umkm. Jurnal
CRANKSHAFT, 1(1).
Susanty, & Bachmid, F. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks
terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.) (Susanty,
Fairus Bachmid). 5.
Syamsul, E. S., Ajrina Amanda, N., & Lestari, D. (2020). Perbandingan Ekstrak Lamur
Aquilaria Malaccensis Dengan Metode Maserasi Dan Refluks. JURNAL RISET
KEFARMASIAN INDONESIA, 2(2).
Tristantini, D., Ismawati, A., Tegar Pradana, B., & Gabriel Jonathan, J. (t.t.). Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengujian Aktivitas Antioksidan
Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (Mimusops elengi L).
Verawati, V., Sari, T. M., & Savera, H. (2020). Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi
terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kadar Fenolat Total dalam Ekstrak Daun
Kelor (Moringa oleifera Lam.). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 17(1), 90–97.
Verdiana, M., Widarta, I. W. R., & Permana, I. (2018). Pengaruh jenis pelarut pada
ekstraksi menggunakan gelombang ultrasonik terhadap aktivitas antioksidan
ekstrak kulit buah lemon (Citrus limon (Linn.) Burm F.). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan, 7(4), 213–222.
Wulansari, A. N. (2018). Alternatif cantigi ungu (Vaccinium varigiaefolium) sebagai
Antioksidan. Farmaka, 16(2).
72
Yulianti, I., Santoso, J., & Kusnadi. (2021). Identifikasi Tanin Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Benalu Mangga (Dendrophthoe Petandra)
Menggunakan Metode Maserasi Dan Sokletasi. Jurnal parapemikir PHB.
Zaen, D. M., & Ekayanti, M. (2022). Penetapan Flavonoid Total Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Dari Daun Jambu Air (Syzygium Aqueum), Daun
Jambu Bol (Syzygium Malaccense) Dan Daun Jamblang (Syzygium Cumini).
Jurnal Kedokteran Universitas Palangka Raya, 10(2), 15–18.
https://doi.org/10.37304/jkupr.v10i2.5531
Zaini, M., Hidriya, H., & Japeri, J. (2020). Pengembangan Macerator-Magnetic Stirrer
Berbasis Arduino Uno. Jurnal Instek (Informatika Sains Dan Teknologi), 5(2),
188–198.
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
3. Ektraksi Daun Jambu Bol Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry)
73
- Di cuci
- Dikeringkan
- Diserbukkan
- Di saring
- Dipekatkan dengan rotary
Ekstrak Kental
2) Metode Refluks
74
- Dimasukkan dalam labu alas bulat
- Ditambahkan 1000 mL etanol 70 %
- Dipanaskan pada suhu 50°C selama 3 jam
Filtrat
10 mg kuarsetin
Panjang gelombang
maksimum kuaersetin
75
2) Pembuatan Kurva Baku Standar Kuersetin
10 mg kuersetin
76
3) Penetapan kadar flavonoid total
DPPH padatan 5 mg
77
2) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH
Panjang Gelombang
Maksimum DPPH
Vitamin C
Larutan Pembanding
- Diukur absorbansi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis
78
4) Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Bol
79
B. Perhitungan
a) Metode refluks
9,27 gram
Persen rendemen = x 100%
100 gram
= 9,27%
13,77 gram
Persen rendemen = x 100%
100 gram
= 13,77%
80
V1 = 3 mL
4) 40 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 40 ppm
V1. 100 ppm = 400
V1 = 4 mL
5) 50 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 50 ppm
V1. 100 ppm = 500
V1 = 5 mL
Konsentrasi
Metode Absorbansi (y) Rata-rata SD
(mg/mL)
0,3675
Maserasi 0,3671 0,3673 0,071233333 0,0002
0,3673
0,3014
Reflux 0,3015 0,3015 0,049288889 0,0001
0,3015
Konsentrasi(mg/mL) x V (mL)
KTF = x FP
g sampel
Konsentrasi (x) = y = bx + a
= 0,003 + 0,1536
0,2137
=x
0,003
81
71,23333333
X=
1000
= 0,0713333333 mg/mL
0,071233333 mg /mL x 10 mL
KTF = x1
0,01 g
2) Sampel refluks
Konsentrasi (x) = y = bx + a
= 0,003 + 0,1536
0 ,147866667
=x
1000
49,28888 9
X=
1000
= 0,049288889 mg/mL
0,049288889 mg /mL x 10 mL
KTF = x 100%
0,01 g
SD = √ ¿ ¿ ¿
SD = √ ¿ ¿ ¿
= 0,0002
b) Refluks
82
SD = √ ¿ ¿ ¿
= 0,000057735
= 0,0001
83
V1. 100 ppm = 10 mL. 12 ppm
V1. 100 ppm = 120
V1 = 1,2 mL
5) 16 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 16 ppm
V1. 100 ppm = 160
V1 = 1,6 mL
1) 20 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 20 ppm
V1. 100 ppm = 200
V1 = 2 mL
2) 40 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 40 ppm
V1. 100 ppm = 400
V1 = 4 mL
3) 60 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 60 ppm
V1. 100 ppm = 600
V1 = 6 mL
4) 80 ppm
84
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 80 ppm
V1. 100 ppm = 800
V1 = 8 mL
5) 100 ppm
V1. ppm1 = V2. ppm2
V1. 100 ppm = 10 mL. 100 ppm
V1. 100 ppm = 1000
V1 = 10 mL
1) 20 ppm
2) 40 ppm
3) 60 ppm
85
V1. 100 ppm = 10 mL. 60 ppm
V1. 100 ppm = 600
V1 = 6 mL
4) 80 ppm
5) 100 ppm
50−a
IC50 =
b
a) Pembanding vitamin C
Konsentrasi Absorbansi
% Inhibisi IC50 SD
(ppm) Blanko Sampel
2 0,400367 53,12049
6 0,349767 59,04531
8 0,854033 0,3117 64,86086 0,739128 0,085567
12 0,245233 77,31548
16 0,1833 80,73065
Rata-rata 0,298073
86
SD = √ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿¿
=
√ 0,029287
5−1
= 0,085567
b) Sampel refluks
Konsentrasi Absorbansi
% Inhibisi IC50 SD
(ppm) Blanko Sampel
20 0,521267 38,96413
40 0,448667 47,46497
60 0,854033 0,402733 52,84337 48,81674 0,101128
80 0,3144 63,18645
100 0,270133 68,3697
Rata-rata 0,3914
SD = √ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿¿
=
√ 0,040908
5−1
= 0,101128
Konsentrasi Absorbansi
% Inhibisi IC50 SD
(ppm) Blanko Sampel
20 0,854033 0,487567 42,91011 38,47087 0,102711
40 0,416933 51,18067
87
60 0,367933 56,91815
80 0,283667 66,78506
100 0,230267 73,03774
Rata-rata 0,357273
SD = √ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿¿
=
√ 0,042198
5−1
= 0,102711
C. Gambar Penelitian
1. Persiapan Sampel
jhjhj
uuuuuu
88
jhjhj
uuuuuu
uuuuuu
2. Ekstraksi
uuuuuu
jhjhj
89
Gambar 6: Bobot sampel refluks Gambar 7: Proses refluks
uuuuuu
jhjhj
uuuuuu jhjhj
3. Skrining Fitokimia
90
uuuuuu jhjhj
uuuuuu jhjhj
uuuuuu
91
uuuuuu
jhjhj
uuuuuu jhjhj
uuuuuu Jhjhj
Gambar 21: Larutan stok refluks Gambar 22: Bobot sampel maserasi
92
uuuuuu
5. Aktivitas Antioksidan
uuuuuu Jhjhj
93