DISUSUN OLEH:
1. Andriyani (201808A002)
2. Anik Tri Winarti (201705003)
3. Anis Eka Wulandari (201705004)
Pembimbing I Pembimbing II
(Heni Eka Puji Lestari, S.ST.,M.Kes) (Adhin Al Kasanah, S.Kep., Ns., M.Kep)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata dapat
kami selesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu
kalancaran pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yaitu :
1. Zaenal Abidin,S.KM.,M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
12. Mbah Go selaku tuan rumah selama kami tinggal di Desa Gunungan.
ii
13. Seluruh masyarakat Desa Gunungan, Kecamatan Kartoharjo Kabupaten
Magetan
14. Ibu Indah dan keluarga selaku Kader yang membantu kelompok 6 di Desa
Gunungan, Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan
15. Mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang mengikuti kegiatan
KKN.
Laporan Pelaksanaan Kegiatan KKN ini telah kami susun seoptimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Oleh
karena itu, kami mohon saran dan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan
laporan ini.
Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknnya oleh Mahasiswa,
Dosen Pembimbing, Pembimbing Lapangan, Penguji dan berbagai pihak yang
terkait.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
iv
5.2 Saran.........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
DAFTAR TABEL
v
Tabel 3.2. Wilayah Kerja Puskesmas Kartoharjo......................................................16
Tabel 3.3 Jumlah KK tiap RT Kecamatan Kartoharjo..............................................20
Tabel 3.4 Sampel Tiap RT di Desa Gunungan..........................................................22
Tabel 3.5 Analisis Prioritas Masalah dan metode USG............................................23
DAFTAR LAMPIRAN
vi
Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)..........................................................31
Lampiran 3 Leaflet...................................................................................................37
Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan...........................................................................38
Lampiran 5 Berita Acara..........................................................................................39
Lampiran 6 Absensi kegiatan...................................................................................40
Lampiran 7 Lembar konsultasi.................................................................................43
Lampiran 8 Hasil survey kuisioner..........................................................................45
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana intervensi pengetahuan masyarakat tentangmendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat yang benar dan
tepat?
1.2.2. Bagaimana penerapan pengobatan tradisional berupa sari jahe
terhadap masyarakat hipertensi di Desa Gunungan Kec. Kartoharjo
Kab. Magetan?
2
1.3.2. Manfaat
KKN mempunyai tiga kelompok sasaran, yaitu mahasiswa, masyarakat
dan Pemerintah Daerah, serta Perguruan tinggi
1.3.2.1. Masyarakat Desa Gunungan
a. Mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada di Desa
Gunungan, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, sehingga
diharapkan adanya perubahan perilaku bagi masyarakat.
b. Masyarakat dapat lebih menyadari akan pentingnya hidup sehat dan
perilaku sehat.
c. Pihak pamong dan perangkat Desa Gunungan membantu dalam hal
pengambilan kebijakan.
d. Guna pengembangan kesehatan di lingkungan Desa Gunungan,
Masyarakat diharapkan dapat lebih memanfaatkan Pelayanan
Kesehatan yang ada di Desa Gunungan.
1.3.2.2. Puskesmas Kartoharjo
a. Memberikan informasi kesehatan di Desa Gunungan.
b. Dapat mengembangkan suatu progam pengembangan desa terutama
dalam bidang kesehatan.
1.3.2.3. Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman belajar bermasyarakat
b. Memperoleh pengalaman dalam penerapan ilmu secara multi disiplin
pada kehidupan masyarakat yang komplek.
1.3.2.4. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
a. Mendapatkan masukan dalam pengembangan tridharma yang adaptif
terhadap kompleksitas permasalahan kesehatan
b. Media promosi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun secara langsung
ke masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Obat ituakan bersifat sebagai obatapabila tepat digunakan
dalampengobatan suatu penyakitdengan dosis dan waktu yangtepat. Jadi bila
digunakan salahdalam pengobatan atau denganmelewati dosis lazim
akanmenimbulkan keracunan. Biladosisnya lebih kecil maka tidakmemperoleh
penyembuhan.Obat-obat bebas dapatdibeli tanpa resep dokter diapotik dan toko
obat. Biasanyaobat bebas dapat mendoronguntuk pengobatan sendiri.Semakin
banyaknya obat yangberedar di pasaran memberikanalternatif pilihan yang luar
biasa banyaknya bagi masyarakatyang kadang-kadangpemilihannya bukan
didasarkanpada pertimbangan ilmiah,tetapi hanya pertimbangankebiasaan atau
saran darikerabat. Hal ini membahayakanbagi masyarakat, karenapenggunaan
suatu jenis obatselalu diikuti dengan adanyaefek samping yang terkadangakibat
lebih jauhnya tidakterpikirkan oleh penggunanya.Terlebih fanatisme terhadap
suatu merk banyak terjadi dimasyarakat. Di kalanganmasyarakat juga telah lama
beredar anggapan bahwa obatyang manjur adalah obatdengan nama dagang
denganharga yang mahal Kondisi seperti ini sangatberbahaya, karena meskipun
obat tersebut termasuk jenisobat bebas, tetap sajamempunyai efek samping
yangkadang-kadang kurang diperhatikan oleh masyarakat,terutama masyarakat
awam yang tidak mempunyai bekalpengetahuan tentang obat-obatan (Sambara
dkk, 2014).
Umumnya masyarakatkurang memahami bahwa obatselain
menyembuhkan penyakit,juga mempunyai efek sampingyang merugikan
kesehatan. Bahaya ikatan dari obat seringtimbul pada penyalahgunaanobat,
misalnya terlalu seringdan sembarangan minum obattanpa
pemeriksaandokter/nasihat dokter atauminum obat terlampaubanyak/takaran yang
salah.Segi-segi negatif obat perludiketahui masyarakat. Salahsatu cara yang bisa
ditempuhadalah dengan menyediakaninformasi yang seluas-luasnyamengenai
masalah obat.Masalahobat pada dewasa iniberkembang sangat pesat danrumit,
oleh karena itu perluadanya pengawasan terhadapobat agar jangan sampai
timbulsalah penggunaan ataupenyalahgunaan. Masalah sikappengobatan sendiri
olehmasyarakat perlu menjadiperhatian, perlu adanyainformasi yang benar
bagimasyarakat (Sambara dkk, 2014).
5
2.2 Bahaya penggunaan antibiotik jangka panjang
Antibiotik adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian tertentu
mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotika tidak
efektif untuk melawan virus. Antibiotik selain membunuh mikroorganisme atau
menghentikan reproduksi bakteri juga membantu sistem pertahanan alami tubuh
untuk mengeleminasi bakteri tersebut (Fernandez, 2013).Masalah terbesar dalam
penggunaanantibiotik ternyata bukanlah kesalahan dalam menentukandosis, lama
pemberian, atau jenis antibiotik,melainkan pada hal yang lebih mendasar, yaitu
pengenalanada tidaknya indikasi pemberian antibiotik.Frekuensi kesalahan
dosis/rute/interval, lama, dan jenisantibiotik jauh lebih kecil. Hal ini karena
umumnyahanya tersedia panduan penggunaan antibiotik untukkasus yang telah
jelas diagnosisnya, yang cukup rincidosis, rute, interval, pilihan jenis dan lama
terapinya.Sementara itu tidak tersedia panduan untuk kasus yangbelum jelas
diagnosisnya. Banyak peneliti mendapatkan bahwasebagian besar penyebab
penggunaan antibiotik olehdokter adalah karena kekhawatiran tidak
mengenaliadanya infeksi bakterial sehingga semua pasien dengandemam diberi
antibiotik. Dokter merasa lebih baikkeliru meresepkan antibiotik untuk penyakit
viraldari pada keliru tidak memberikan antibiotik padapenyakit bakterial, tanpa
memikirkan akibatnya padaproblem munculnya resistensi antibiotik. Hal ini
terutamaterjadi pada kasus rawat jalan, karena umumnyasarana diagnostik
terbatas, dan dokter tidak dapatmemantau penderita setelah pasien pulang,
tetapihal ini mestinya tidak terjadi pada pasien rawat inapyang dapat dipantau 24
jam dan sarana diagnostiknya lebih lengkap (Farida dkk, 2008).
Antibiotik merupakan golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan
dengan resep dokter dan diperoleh di apotek. Jika dalam menggunakan antibiotik
tidak memperhatikan dosis, pemakaian dan peringatan maka dapat menimbulkan
efek yang berbahaya bagi tubuh. Menurut penelitian, 92% masyarakat Indonesia
tidak menggunakan antibiotik secara tepat. Penggunaan antibiotik akan
menguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan dan dikonsumsi sesuai
dengan aturan. Namun, sekarang ini antibiotik telah digunakan secara bebas dan
luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian tanpa aturan.
6
Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik akan
berkurang. Beberapa variabel yang berpengaruh terhadap penggobatan sendiri
adalah pendidikan, pekerjaan, persepsi sakit, pengetahuan tentang penggobatan
sendiri, biaya obat, sikap terhadap pengobatan sendiri dan nasihat orang lain
(referensi) (Yarza dkk, 2015).
Pengunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan
resistensi.Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan
melemahkandaya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain berdampak pada
morbiditas danmortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan
sosial yangsangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit,
tetapi lambatlaun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya
Streptococcuspneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Ketersediaan antibiotik untuk pengobatan sendiri dapat meningkat danmencakup
penggunaan oral atau topikal. Pemakaian antibiotik yang tidak perludapat
mengakibatkan masyarakat menggunakan obat dengan indikasi yang tidakjelas,
sehingga dapat memberikan kontribusi perkembangan resistensiantimikroba.
Penyalahgunaan antibiotik, termasuk kegagalan dalam terapi, overdosis, atau
penggunaan kembali antibiotik yang tersisa, dapat berpotensimengekspos pasien
untuk mengoptimalkan dosis terapi antibiotik. Ada beberapaantibiotik yang tidak
cukup untuk membunuh bakteri menular, sehinggaberpotensi membuat
lingkungan sekitar menjadi resisten dengan antibiotic tersebut. Mikroorganisme
yang resisten terhadap beberapa agen antiinfeksimenjadi meningkat di seluruh
dunia (Fernandez,2013).
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta-laktam
(penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase),
basitrasin, dan vankomisin.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein, misalnya aminoglikosid,
kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),
klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
7
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya
trimetoprim dan sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya kuinolon,
nitrofurantoin.
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2406/MENKES/PER/XII/2011, Faktor-Faktor yang Harus
Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik antara lain sebagai berikut :
1. Resistensi Mikroorganisme Terhadap Antibiotik
a. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan
daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.
2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada selbakteri.
4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibatperubahan sifat
dinding sel bakteri.
5) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segeradikeluarkan dari
dalam sel melalui mekanisme transport aktifke luar sel.
b. Satuan resistensi dinyatakan dalam satuan KHM (Kadar HambatMinimal)
atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) yaitu kadarterendah
antibiotik (µg/mL) yang mampu menghambat tumbuhdan berkembangnya
bakteri. Peningkatan nilai KHMmenggambarkan tahap awal menuju
resisten.
c. Enzim perusak antibiotik khusus terhadap golongan beta-laktam,pertama
dikenal pada Tahun 1945 dengan nama penisilinase yangditemukan pada
Staphylococcus aureus dari pasien yangmendapat pengobatan penisilin.
Masalah serupa juga ditemukanpada pasien terinfeksi Escherichia coli
yang mendapat terapiampisilin (Acar and Goldstein, 1998). Resistensi
terhadapgolongan beta-laktam antara lain terjadi karena perubahan
ataumutasi gen penyandi protein (Penicillin Binding Protein, PBP).Ikatan
obat golongan beta-laktam pada PBP akan menghambatsintesis dinding sel
bakteri sehingga sel mengalami lisis.
8
d. Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisaterjadi
dengan 2 cara, yaitu:
1) Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebutberbiak
secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat),
maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebutdipenuhi oleh bakteri resisten.
Jika seseorang terinfeksi olehbakteri yang resisten maka upaya
penanganan infeksi denganantibiotik semakin sulit.
2) Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melaluiplasmid. Hal
ini dapat disebarkan antar kuman sekelompokmaupun dari satu orang
ke orang lain.
e. Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten:
1) Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaanantibiotik
secara bijak (prudent use of antibiotics).
2) Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapatdiatasi dengan
meningkatkan ketaatan terhadap prinsipprinsip kewaspadaan standar
(universal precaution).
2. Faktor Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamikantibiotik
sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosisantibiotik secara tepat.
Agar dapat menunjukkan aktivitasnya sebagaibakterisida ataupun
bakteriostatik, antibiotik harus memilikibeberapa sifat berikut ini:
a. Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat
ikatanspesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein).
b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakintinggi
kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada selbakteri.
c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktuyang
cukup memadai agar diperoleh efek yang adekuat.
d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlahminimal obat
yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhanbakteri.
3. Faktor Interaksi dan Efek Samping Obat
9
Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obatlain
atau makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan.Efek dari
interaksi yang dapat terjadi cukup beragam mulai dari yangringan seperti
penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsihingga meningkatkan efek
toksik obat lainnya. Sebagai contohpemberian siprofloksasin bersama dengan
teofilin dapatmeningkatkan kadar teofilin dan dapat berisiko terjadinya
hentijantung atau kerusakan otak permanen. Demikian juga
pemberiandoksisiklin bersama dengan digoksin akan meningkatkan efek
toksikdari digoksin yang bisa fatal bagi pasien.
4. Faktor Biaya
Antibiotik yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik,
obatmerek dagang, obat originator atau obat yang masih dalam lindungan
hakpaten (obat paten). Harga antibiotik pun sangat beragam. Peresepan
antibiotik yang mahal, dengan harga di luar batas kemampuankeuangan pasien
akan berdampak pada tidak terbelinya antibiotik olehpasien, sehingga
mengakibatkan terjadinya kegagalan terapi. Setepat apapun antibiotik yang
diresepkan apabila jauh dari tingkat kemampuankeuangan pasien tentu tidak
akan bermanfaat.
5. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:
a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan polakepekaan
kuman terhadap antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebabinfeksi.
c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologidan
keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective danaman.
2.3 Isu strategis : Bagaimana menyikapi pengobatan tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Sambara
10
dkk, 2016). Pengobatan tradisional awalnya dikenal dengan ramuan jamu-jamuan,
hingga saat ini jamu masih diyakini sebagai obat mujarab untuk mengobati
berbagai penyakit bahkan telah dikembangkan dalam industri modern.
Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik berbeda-bedapada
suatu wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya merupakan warisan secara turun-
temurun. Hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui jenis-jenis tumbuhan
obat (Nurrani, 2013).
Pengobatan tradisional yang berasal dari tanaman merupakan manifestasi
dari partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan problematika kesehatan
dan telah diakui peranannya oleh berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) merekomendasi
penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk kronis,
penyakit degeneratif dan kanker. Masyarakat Indonesia secara turun temurun telah
memanfaatkan keunggulan tanaman obat untuk mengobati penyakit degeneratif.
Saat ini masyarakat perkotaan telah menyadari pemanfaatan tanaman obat untuk
mengobati penyakit degeneratif yang diderita baik oleh dirinya sendiri dan
keluarga. Terdapat beberapa jenis tanaman obat yang dapat bermanfaat untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit degeneratif, seperti kayu manis yang
mengandung senyawa antioksidan yang dapat mencegah penyakit degeneratif
seperti kanker, jantung koroner, hipertensi dan diabetes (Dwisatyadini, 2017).
11
BAB 3
ANALISIS MASALAH
12
3. Jenis Puskesmas : Non Perawatan
Jumlah Bed :6
3.1.2. Visi, Misi, Dan Strategi Puskesmas Kartoharjo
Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan
nasional, dimana derajad kesehatan sangat menentukan sekali dalam
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sebagai modal dasar
pembangunan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang mampu hidup produktif secara sosial dan
ekonomis ( UU RI No.23 Tahun 1992 ), untuk mewujudkannya diperlukan
perencanaan yang strategis, mantap, terpadu dan berkesinambungan.
1. Visi Puskesmas Kartoharjo :
“Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Kartoharjo Mandiri Untuk Hidup
Sehat”
2. Misi Puskesmas Kartoharjo :
a. Mendorong terwujudnya Kecamatan Kartoharjo Mandiri Untuk Hidup
sehat.
b. Meningkatkan upaya Pengendalian Penyakit dan Penanggulangan Masalah
Kesehatan.
c. Mewujudkan,Memelihara dan Meningkatkan upaya kesehatan yang
bermutu merata dan terjangkau.
d. Meningkatkan dan Mendayagunakan sumberdaya Kesehatan.
e. Memantapkan Manajemen Kesehatan yang dinamis dan Akuntabel.
3. Strategi Puskesmas Kartoharjo
a. Peningkatan kuwalitas Pelayan Kesehatan.
b. Mempermudah Akses Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat.
c. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan.
d. Pemberdayaan Masyarakat
e. Pengembangan biaya kesehatan
13
4. Kebijakan Puskesmas Kartoharjo
Sesuai sop sk kepala puskesmas kartoharjo.
5. Motto
Keramahan dan kesabaran adalah jiwa kami.
Tabel 3.1 Jenis Tenaga Kerja Puskesmas Kartoharjo
NO JENIS TENAGA JUMLAH
1 KESEHATAN 1 Dokter Umum : PNS 1
PTT 0
2 Dokter Gigi : PNS 1
PTT 0
3 Perawat : S1-KEPERAWATAN 0
AKPER 13
SPK 0
4 Perawat Gigi : 1
Bidan (tidak tms
5 bidan) AKBID 10
P2B : 0
6 Bidan di Desa/Polindes PNS : AKBID : 5
P2B : 0
PTT : AKBID : 1
P2B : 0
7 Apoteker/S1 Farmasi : 0
8 Asisten Apoteker : 1
14
Analis
9 Farmasi/AKAFARMA : 0
10 Analis Lab : D 3 ANALIS : 1
SPAK : 0
11 Gizi : D IV GIZI : 0
AKZI : 1
SPAG : 0
12 Sanitasi : SPPH : 0
AKL : 1
13 S1-Kesmas : 1
14 Lain-lain : 12
NON
2 KESEHATAN 1 Pekarya/PCCP : 2
2 TU/ADMINISTRASI : 4
3 Keuangan : 0
4 Sopir : 1
5 Pesuruh 2
6 Penjaga Malam 1
J U M L AH 59
Sumber : Puskesmas Kartoharjo per Bulan Desember Tahun 2018
15
Pendu Rumah
(km2) duk KK RTM Tangga Pddk/km2
1 KARTOHARJO 3.14 3,323 1,263 186 3 1,058
2 MRAHU 1.57 1,596 628 110 3 1,016
3 KLURAHAN 1.17 887 326 60 3 758
4 PENCOL 1.56 1,315 462 105 3 843
5 SUKOWIDI 3.35 2,542 913 111 3 759
6 NGELANG 2.64 1,813 597 100 3 687
7 JAJAR 2.46 1,949 650 89 3 792
8 GUNUNGAN 2.38 2,867 876 151 3 1,204
9 JERUK 1.1 1,470 512 105 3 1,336
10 KARANGMOJO 2.23 2,325 875 100 3 1,042
11 BAYEM WETAN 1.99 1,727 485 128 3 868
BAYEM
12 TAMAN 1.44 1,945 792 173 3 1,351
25.03 23,759 8,379 1,418 3 949
Sumber : Data Proyeksi Penduduk BPS Jawa Timur Tahun 2014 s/d 2020
16
3.1.3. Analisis Situasi Desa Gunungan Kecamatan Kartoharjo
1. Segi SDM
Desa Gunungan Kecamatan Kartoharjo terletak di daerah dataran
rendah dengan jumlah penduduk berjumlah 3065 jiwa, dangan 1540 jiwa
laki-laki dan 1525 jiwa perempuan dengan 1003 KK.
Dari segi SDM masyarakat Desa Gunungan sebagian besar
berprofesi sebagai petani, pegawai negeri sipil, pedagang barang
kelontong, peternak, montir, tukang batu, tukang cukur, ahli pengobatan
TNI dan wiraswata. Hal ini mempengaruhi keadaan sosial budaya
masyarakat Desa Gunungan, mulai dari kebiasaan dan pola pikir. Desa
Gunungsn yang terbagi menjadi empat wilayah memiliki karakter sosial
budaya yang berbeda-beda di setiap lingkungannya.
Di Desa Gunungan Kecamatan Kartoharjo terdapat Pos Kesehatan
Desa yang berlokasi di Desa Gunungan, Kecamatan Kartoharjo,
Kabupaten Magetan.
2. Segi Pendidikan
Desa Gunungan dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini baik,
hal ini di tunjukkan dengan jumlah penduduk buta huruf, sedangkan
sarana pendidikan formal cukup memadai.
Serta aktifitas kemasyarakatan yang mampu menumbuhkan
kreatifitas, tanggung jawab, dan kemandirian serta penciptaan kesempatan
kerja seluas-luasnya bagi masyarakatnya. Sejalan dengan itu maka
penyediaaan sarana dan prasarana olahraga, sarana organisasi
kepemudaan, keagamaan, perlu terus dikembangkan dan dibenahi
agarmenjadi tempat yang cukup menarik bagi sebagian besar masyarakat
dan pengunjung mengingat kelurahan sarangan adalah tempat wisata.
Disisi lain masalah pendidikan budi pekerti, etika, dan estetika, perlu
dipikirkan kembali untuk menjadi muatan desa, sedang dibidang
keagamaan yang telah ada perlu terus di dukung eksistensi dan
pengembangan serta keberlangsungannya.
17
3.2 Identifikasi Masalah
3.2.1. Metode Desain
Metode yang digunakan dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah
metode survey dengan pendekatan cross sectional berdasarkan tahapan Intervensi
Masalah. Intervensi Masalah diartikan upaya perubahan terencana terhadap
individu, kelompok maupun komunitas. Intervensi merupakan cara atau strategi
memberikan bantuan kepada masyarakat dalam memberikan kesejahteraan
kesehatan.
Intervensi masalah pada umumnya mengarah kepada identifikasi serta
mengatasi dari masalah-masalah kesehatan dalam komunitas secara menyeluruhkj
dalam terminologi angka kematian, angka kesakitan dan mengidentifikasi korelasi
atau hubungannya dengan tujuan untuk mengetahui faktor risiko atau keutuhan
komunitas akan pelayanan kesehatan. Pendekatan Cross Sectional yang
merupakan rancangan penelitian dimana variabel independen dan dependen
diambil dalam periode waktu yang sama. Dimana analisis data bersifat deskriptif
(kualitatif dan kuantitatif).
3.2.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Objek
tersebut dapat berupa manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, serta
peristiwa dan gejala yang terjadi dalam masyarakat atau di dalam alam
(Notoadmojo, 2011).
1. Jumlah Populasi
Populasi pada kegiatan KKN sebanyak 1003 KK. Yang terdiri dari dua dusun
(Dusun Mutur dan Dusun Gunungan) terbagi dalam 20 RT.
Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan menjadi responden, digunakan
metode slovin. Jumlah KK Per lingkungan dan per RT di Desa Gunungan
seperti tabel berikut ini :
18
Tabel 3.3 Jumlah KK tiap RT di Desa Gunungan
Dusun Mutur Dusun Gunungan
(373 KK) (186 KK)
RT 1 53 KK RT 8 44 KK
RT 2 56 KK RT 9 56 KK
RT 3 62 KK RT 10 42 KK
RT 4 48 KK RT 11 39 KK
RT 5 56 KK RT 12 38 KK
RT 6 55 KK RT 13 64 KK
RT 7 74 KK RT 14 43 KK
RT 15 49 KK
RT 16 35 KK
RT 17 36 KK
RT 18 51 KK
RT 19 57 KK
RT 20 45 KK
Sumber : Data Sekunder Desa Gunungan, Kecamatan Kartoharjo, 2019
2. Sampel
Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang dapat
diambil dari suatu populasidan diteliti secara rinci (Sujarweni, 2015). Teknik
pengambilan sampel untuk menentukan ukuran sampel dari populasi,
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
N
n=
N d 2 +1
19
Proses mengambil jumlah responden pada tiap wilayah RT
menggunakan teknik proporsional sampling. Teknik Proporsional Sampling
merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan. Teknik ini digunakan
untuk populasi yang heterogen, namun dasar untuk membuat pemilihan
sampel adalah kewilayahan, dalam satu wilayah terdapat banyak variasi maka
perbedaannya menjadi lebih kecil (Aris, 2011).
1) Dusun Mutur
a. RT 1= 53
b. RT 2= 56
c. RT 3= 62
d. RT 4= 48
e. RT 5 = 56
f. RT 6 = 55
g. RT 7 = 74
2) Dusun Gunungan
a. RT 8 = 44
b. RT 9 = 56
c. RT 10= 42
d. RT 11= 39
e. RT 12= 38
f. RT 13= 64
g. RT 14= 43
h. RT 15= 49
i. RT 16= 35
j. RT 17= 36
k. RT 18= 51
l. RT 19= 57
m. RT 20= 45
Sesuai metode Slovin kami mendapatkan sampel sebagai berikut:
N
n=
N d 2 +1
20
1003
=
1003 ( 0,05 )2+1
1003
¿
3,5075
= 285,95 = 286 Sampel
Dengan metode TeknikProporsional Sampling kami mendapat sampel tiap RT
sebagai berikut :
Jumla h KKperRT
Rumus Proporsional = × Jumla h Sample
TotalKKseluru h des a
Tabel 3.4 Sampel tiap RT di Desa Gunungan Kecamatan Karto Kabupaten
Magetan
No RT RW Jumlah Sampel
1. 001 01 53
X 286 = 15 KK
1003
2. 002 01 56
X 286 = 16 KK
1003
3. 003 01 62
X 286 = 18 KK
1003
4. 004 01 48
X 286 = 14 KK
1003
5. 005 01 56
X 286 = 16 KK
1003
6. 006 01 55
X 286= 16 KK
1003
7. 007 01 74
X 286 = 21 KK
1003
8 008 02 44
X 286 = 12 KK
1003
9 009 02 56
X 286 = 16 KK
1003
10 010 02 42
X 286 = 12 KK
1003
11 011 02 39
X 286 = 11 KK
1003
12 012 02 38
X 286 = 11 KK
1003
13 013 03 64
X 286 = 18 KK
1003
21
14 014 03 43
X 286 = 12 KK
1003
15 015 03 49
X 286 = 14 KK
1003
16 016 03 35
X 286 = 10 KK
1003
17 017 03 36
X 286 = 11 KK
1003
18 018 03 51
X 286 = 14 KK
1003
19 019 03 57
X 286 = 16 KK
1003
20 020 03 45
X 286 = 13 KK
1003
TOTAL 286 KK
22
4. Pembuangan Obat 34 60 54 148 IV
5. Kegunaan Kartu Identitas 30 60 54 144 V
Berobat
Keterangan :
Skala Urgensi Skala Seriousness Skala Growth
1= Tidak Mendesak 1 = Tidak Serius 1=Tidak
Berkembang
2= Kurang Mendesak 2= Kurang Serius 2=Kurang
Berkembang
3= Cukup Mendesak 3= Cukup Serius 3=Cukup
Berkembang
4= Mendesak 4= Serius 4= Berkembang
5= Sangat Mendesak 5= Sangat Serius 5=Sangat
Berkembang
Berdasarkan tabel diatas, 3 prioritas masalah kesehatan di Desa
Gunungan ditentukan sesuai dengan 3 jumlah terbanyak dari hasil USG yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Lansia Hipertensi
2) Pengelolaan Sampah
3) Stunting pada Balita
BAB IV
23
PEMBAHASAN
24
disimpan di suhu kamar dengan memasukkan ke dalam wadah obat, kecuali
sediaan suppositoria disimpan di dalam kulkas.
Dari sini kemudian disusun acara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
dengan melakukan penyuluhan pada masyarakat tentang penerapan DAGUSIBU
serta penggunaan obat tradisional pada penderita hipertensi. Kegiatan penyuluhan
dilakukan di wilayah RT 19 Desa Gunungan dengan menggunakan media leaflet
dan juga alat peraga untuk mempratekkan carapenyimpanan obat yang benar.
Dalam kegiatan tersebut juga diadakan pembagian produk herbal “sari jahe” yang
dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi. Dari
hasil kegiatan penyuluhan didapat ada peningkatan tentang pengetahuan mengenai
DAGUSIBU dan obat tradisional untuk penderita hipertensi.
BAB V
25
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari Diagnosis yang telah kami lakukandi Desa
Gunungan dapat disimpulkan bahwa:
1. Desa Gunungan Kecamatan Kartoharjo terletak di daerah dataran rendah
dengan jumlah penduduk berjumlah 3065 jiwa, dangan 1540 jiwa laki-laki
dan 1525 jiwa perempuan dengan 1003 KK. Dari segi SDM masyarakat
Desa Gunungan sebagian besar berprofesi sebagai petani, pegawai negeri
sipil, pedagang barang kelontong, peternak, montir, tukang batu, tukang
cukur, ahli pengobatan TNI dan wiraswata. Hal ini mempengaruhi keadaan
sosial budaya masyarakat Desa Gunungan, mulai dari kebiasaan dan pola
pikir. Desa Gunungsn yang terbagi menjadi empat wilayah memiliki
karakter sosial budaya yang berbeda-beda di setiap lingkungannya.
2. Menambah pengetahuan masyarakat tentang menggunakan obat yang baik
dan benar, cara membuang nya, dan penerapan obat tradisional dalam
penyakit hipetensi.
5.2. Saran
Dari hasil survey maka penulis dan penyusun memberikan saran untuk
kedepannya dari program studi D3 Farmasi dapat memberikan informasi obat
herbal yang lebih banyak bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
26
Dwisatyadini, M. 017. Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Pencegah An Dan
Pengobatan Penyakit Degeneratif
Sambara, J. Yuliani, N.N. Dan Bureni, Yantri. 2014. Tingkat Pengetahuan Dan
Pemahaman Masyarakat Tentang Penggunaan Obat Yang Benar Di Kota
Kupang Tahun 2014. Jurnal Info Kesehatan, Vol. 12, Nomor 1
Lampiran 1
27
Proposal kegiatan penyuluhan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
SK. MENDIKNAS RI NO. 146/E/0/2011
Rekomendasi : Depkes RI No.HK.03.2.4.1.05232
Kampus : Jl. Taman Praja Kec. Taman Kota Madiun
Telp/Fax. (0351) 491947
Web Site : www.stikes-bhm.ac.id, E-mail : stikesbhm@gmail.com
PROPOSAL
KEGIATAN PENYULUHAN PENERAPAN DAGUSIBU DAN
PENANGANAN HIPERTENSI DENGAN OBAT TRADISIONAL
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
Latar Belakang
DAGUSIBU merupakan suatu program edukasi kesehatan yang telah
dibuat oleh IAI dalam upaya mewujudkan gerakan keluarga sadar obat (GKSO)
sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga
mencapai derajat kesehatan yang tinggi sebagai komitmen dalam melaksanakan
UU No 36 tahun 2009. Perlu adanya pengawasan dan penyampaian informasi
tentang obat untuk pasien atau masyarakat dalam mendapatkan, menggunakan,
menyimpan, dan membuangobat dengan baik. Jika penggunaannya salah, tidak
tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya maka obat dapat
membahayakan kesehatan.(Budiarti, 2016)
Tujuan Kegiatan
a) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan DAGUSIBU dan
penanganan hipertensi dengan obat tradisional di Desa Gunungan Kec.
Kartoharjo Kab. Magetan
b) Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penanganan hipertensi
dengan menggunakan obat tradisional
28
Manfaat kegiatan
a) Masyarakat dapat mengetahui penerapan dagusibu
b) Masyarakat dapat mengetahui penanganan hipertensi dengan obat
tradisional
Sasaran
Masyarakat peserta posyandu lansia
Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari : Selasa
Tanggal : 11 Februari 2020
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Pos II
Lampiran 2
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
29
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENERAPAN DAGUSIBU DAN PENANGANAN HIPERTENSI DENGAN
OBAT TRADISIONAL
30
n 1. Pengertian dagusibu
2. Penanganan hipertensi dengan obat
tradisional
3. Memberi kesempatan peserta untuk
bertanya
3. Penutup 1. Mengadakan Tanya jawab untuk 5 menit
mengetahui seberapa jauh peserta paham
tentang materi yang disampaikan
2. Membagikan produk herbal sari jahe
3. Mengucapkan terimakasih dan salam
penutup
6. Evaluasi
1. Pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 11 Februari 2020
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Posyandu lansia
Jumlah peserta: 70 orang
2. Respon terhadap penyuluhan
Jumlah peserta yang aktif : 5 orang
Jumlah pertanyaan yang diajukan :3
Macam pertanyaan yang diajukan :
a. Berapa lama waktu sirup dapat dikonsumsi setelah botol dibuka?
b. Bagaimana jika obat yang dikonsumsi sudah kadaluwarsa?
c. Selain untuk hipertensi, sari jahe bisa untuk penyakit apa saja?
C. Tinjauan Teori
1. Pengertian Dagusibu
DAGUSIBU merupakan suatu program edukasi kesehatan yang telah dibuat oleh
IAI dalam upaya mewujudkan gerakan keluarga sadar obat (GKSO). Perlu adanya
pengawasan dan penyampaian informasi tentang obat untuk pasien atau masyarakat
dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuangobat dengan baik.
Jika penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya
maka obat dapat membahayakan kesehatan.
a. Mendapatkan Obat (DA)
Masyarakat dapat mendapatkan obat di fasilitas kefarmasian yaitu apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan toko obat.
31
b. Menggunakan obat (Gu)
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya denan dosis tertentu, dan
dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.
Informasi penggunaan obat bagi pasien dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu :
1. Informasi umum cara penggunaan obat
Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket. Penggunaan obat
tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat
bebas dan obat bebas terbatas sertauntuk masalah kesehatan yang ringan.
Waktu minum obat
Pagi : pukul 07.00 – 08.00 WIB
Siang : pukul 12.00-13.00 WIB
Sore : pukul 17.00-18.00 WIB
Malam : pukul 22.00-3.00 WIB
Aturan minum obat
Terdiri dari 1x sehari, 2x sehari, 3x sehari dan 4x sehari
Minum obat sampai habis
Obat harus diminum sampai habis, contohnya obat antibiotik.
Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk
penggunaan secara terus menerus.
Menghentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga
kesehatan terdekat.
Membaca cara penggunaan obat sebelum minum obat dan memeriksa
tanggal kadaluwarsa.
Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
Tanyakan kepada apoteker di apotek atau petugas kesehatan di poskesdes
untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap.
2. Informasi khusus cara penggunaan obat
a. Obat oral
32
Pemberian obat secara oral merupakan pemberian yang paling praktis
dan mudah. Sediaan obat yang dapat digunakan secara oral yaitu tablet,
kapsul, puyer, dan cairan.
b. Obat luar
Obat luar merupakan obat yang diberikan tidak melalui saluran
pencernaan atau bukan melalui mulut. Sediaan obat luar yaitu sediaan
kulit contohnya bedak, lotion, krim dan salep, sediaan obat mata
contohnya obat tetes mata dan bentuk setengah padat (salep mata),
sediaan tetes telinga, sediaan suppositoria, sediaan krim atau salep rectal,
sediaan ovula atau vagina.
c. Menyimpan obat (Si)
Cara menyimpan obat secara umum:
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung
atau ikut aturan yang tertera pada kemasan.
Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu
yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat dan jangan simpan
obat yang telah kadaluarsa.
Cara menyimpan obat berdasarkan bentuk sediaan
Tablet dan kapsul
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk, terlindung dari
cahaya. Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau
lembab.
Sediaan obat cair
Obat cair jangan disimpan dalam lemari pendingin agar tidak beku kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
Sediaan obat krim
Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube, di tempat sejuk.
Sediaan obat vagina atau ovula
Disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.
Sediaan aerosol
33
Sediaan aerosol jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi
karena dapat menyebabkan ledakan.
d. Membuang obat (Bu)
Cara membuang obat sebagai berikut:
Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk obat-obat padat (tablet,
kapsul, dan suppositoria).
Untuk sediaan cair (sirup, suspense, dan emulsi), encerkan sediaan
dicampurkan dengan bahan yang tidak akan dimakan seperti tanah atau pasir.
Buang bersama dengan sampah lain.
Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup botol kemudian dibuang di
tempat, hal ini untuk menghindari penyalahgunaan bekas wadah obat.
Untuk kemasan box, dus, dan tube terlebih dahulu digunting baru dibuang.
2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi mempunyai gejala umum yang
ditimbulkan seperti pusing, sakit kepala, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang. Gejala yang timbul pada penyakit hipertensi dapat dicegah
dengan cara menurunkan berat badan berlebih (obesitas), pembatasan asupan
garam, melakukan olah raga teratur, berhenti merokok dan minum obat secara
teratur
3. Pengertian Obat Tradisional
Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara, obat,
dan pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun
temurun, dan atau pendidikan, pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Tujuan utama pengobatan tradisional menurut WHO yaitu
mengintegrasikan secara tepat obat tradisional dalam sistem pelayanan keehatan
nasional dengan mengembangkan dan melaksanakan kebijakan nasional obat
tradisional dengan berbagai programnya, meningkatkan keamanan, khasiat dan
mutu dengan memperkuat pengetahuan obat tradisonal dan standar jaminan mutu,
meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional terutama untuk
34
masyarakat yang tidak mampu, mempromosikan penggunaan obat tradisional
secara tepat oleh tenaga professional medik maupun konsumen.
4. Pengobatan Hipertensi Dengan Obat Tradisional
Menurut JNC 7 terapi hipertensi terdiri dari terapi non farmakologi dan farmakologi.
a. Terapi Non Farmakologi
1. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Menurunkan berat badan berlebih
3. Olah raga secara teratur dan mengelola stres dengan baik.
4. Menurunkan asupan garam
b. Terapi Farmakologi
1. Pengobatan modern
Jenis obat-obatan farmakologihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7:
Diuretics
Beta blockers
Calcium channel blockers
ACE Inhibitors
Angiotensin Receptor Blocker
2. Pengobatan Tradisional/Herbal
Mengkudu, sebanyak 2 ons dikonsumsi 2x sehari selama satu bulan
mampu menurunkan tekanan darah pada hipertensi.
Daun salam, sebanyak 15 lembar daun salam direbus dalam gelas air
sampai menyisakan 1 gelas air kemudian diminum ½ gelas x sehari
dinilai dapat menurunkan tekanan darah.
Kunyit, mengkonsumsi sebanyak 100mg/kgBB/hari dinilai dapat
menurunkan tekanan darah.
Jahe, sebanyak 4 gram serbuk jahe dilarutkan dalam 200ml air panas dan
dikonsumsi setiap pagi selama 4 minggu dinilai bisa menurunkan tekanan
darah.
Seledri, seledri direbus dalam 1 gelas air hingga tersisa ¾ gelas
dikonsumsi selama 2x sehari dinilai bisa menurunkan tekanan darah
35
Lampiran 3
Leaflet
36
Lampiran 4
Dokumentasi kegiatan
37
Lampiran 5
Berita Acara
38
Lampiran 6
Absensi kegiatan
39
40
41
Lampiran 7
Lembar konsultasi
42
43
Lampiran 8
Hasil survey kuisioner
YA
100%
TIDAK
33%
YA
67%
44
Tindakan keluarga apabila obat kadaluwarsa?
Dijual
Disimpan Dikembalikan ke penjual 1%
1% 7%
Dibuang
91%
Dibakar
16%
Dihancurkan
16%
45
Cara keluarga membuang sirup
Dibakar
8% Dihancurkan
8%
Dibuang ke wastafel
2%
46