Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KAPITA SELEKTA

“Rangkuman Teori Pertemuan 1-12”

Disusun Oleh:
Reyhan Muhammad Wahid Fadhilah
P17335119062

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Rasulullah SAW, beserta
keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman, aamiin. maka pada hari
ini makalah untuk mata kuliah Kapita selekta yang berjudul “Rangkuman Teori Pertemuan 1-
12” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Secara garis besar, makalah ini berisi tentang materi dari pertemuan pertama sampai
pertemuan 12 mata kuliah kapita selekta yang telah dirangkum secara lebih singkat dan padat
agar lebih dapat dimengerti oleh mahasiswa.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Apt. Elvi Trinovani yang telah
membimbing serta senantiasa menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni. Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari menyadari, makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini .

Garut, 19 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH KAPITA SELEKTA 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 4
Latar belakang 4
Rumusan masalah 5
Tujuan 5

BAB II 7
1.Peranan dan pengembangan obat 7
2. Penggunaan Obat geriatri pada Kondisi Khusus 10
3. Bahan Tambahan Pangan 13
4. Tantangan Tenaga Kesehatan Di Dunia Kerja 17
5. Vaksin dan distribusinya 19
6. Pengelolaan Obat Sitostatika 24
7. Pengembangan Produk Baru di Industri Farmasi 28
8. Mengenal HKSA dan Docking Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri Di Bidang
Farmasi 31
9. Manfaat Vaksinasi Bagi Kesehatan Masyarakat 33
10. Penelitian Kimia Bahan Alam 37
11. The Amazing Monascus 39
12. Farmakologi Molekuler 40

BAB III 41
1. Kesimpulan 42

3
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Reformasi pendidikan melalui pelaksanaan desentralisasi pendidikan dalam rangka


otonomi daerah yang telah berjalan beberapa waktu ini telah menentukan sosok dan kinerja
sistem pendidikan nasional di masa akan datang. Tujuan utama reformasi pendidikan adalah
membangun suatu sistem pendidikan nasional yang lebih baik, lebih mantap, dan lebih maju
dengan mengoptimalkan serta memberdayakan potensi daerah dan faksi-faksi masyarakat
lokal. Sebab pendidikan merupakan struktur pokok yang memberikan fasilitas bagi warga
masyarakat untuk bisa menentukan barang dan jasa yang diperlukan. Bahkan secara makro,
pendidikan merupakan jantung sekaligus tulang punggung masa depan bangsa dan negara.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu bangsa
sangat ditentukan keberhasilan dalam memperbaiki dan memperbarui sektor pendidikan.
Dengan begitu, pendidikan tersebut dilakukan manusia dalam rangka memperbaiki dan
meningkakan taraf hidupnya melalui proses pendidikan.Fakta tersebut kemudian
berkembang dalam masyarakat sekarang yang akhirnya menuntut pendidikan untuk terus
melakukan pembenahan. Melalui pembenahan tersebut akan terwujud tujuan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat


untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih
baik. Tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat menjadi hal yang
harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya dalam pembangunan di
bidang kesehatan. Dunia farmasi yang mempelajari tentang obat-obatanm tentu tidak lepas
dari masalah kesehatan. Peran farmasis dari tahun ketahun dituntut untuk semakin lebih
professional dan mampu mengikuti perkembangan jaman. Farmasis harus mampu
menciptakan iklim pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk membahas mengenai materi perkuliahan
mata kuliah Kapita Selekta 2021, dimana terdiri dari 12 materi yaitu Peranan dan
Pengembangan Obat, Penggunaan Obat Polifarmasi pada Pasien Geriatri, Bahan Tambahan
Pangan, Tantangan Tenaga Kesehatan di Dunia Kerja, Produksi dan Distribusi Vaksin,
Pengelolaan Obat Sitostatika di Rumah Sakit, Pengembangan Produk-Produk baru di Industri
Farmasi, Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) dan Penambahan Molekuk
(Docking) dalam Menghadapi Era Revolusi Industri di Bidang Farmasi, Manfaat Vaksinasi
bagi Kesehatan Masyarakat, penelitian Kimia Bahan Alam dalam Rangka Pengembangan
Senyawa Bioaktif Antikanker, Monascus dan Konsep Dasar Farmakologi.

Bahan Tambahan Pangan (BTP) digunakan dalam suatu makanan yang ditujukan
untuk meningkatkan mutu dari makanan, membuat makanan menjadi lebih berkualitas, lebih
menarik, serta rasa dan teksturnya akan lebih sempurna, zat-zat BTP ditambahkan ke dalam

4
makanan dapat dalam jumlah sedikit namun hasilnya kaan memuaskan bagi konsumen. BTP
sudah lama digunakan dalam pembuatan suatu makanan, BTP yang berasal dari tumbuhan
tidak akan menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
sedangkan BTP yang bukan berasal dari bahan alam atau sering disebut sebagai zat aditif
sintesis, jika diberikan dalam bentuk berlebih dapat menimbulkan beberapa efek samping
(Rahayu dkk, 2016)

Vaksin merupakan salah satu temuan yang paling efektif dan efisien dalam
pencegahan suatu panyakit. Di masa lalu, vaksin dapat dikembangkan melalui serangkaian
langkah dan cara yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, namun saat ini dengan
keadaan mendesak seperti kebutuhan akan vaksin COVID-19, maka ilmu-ilmu yang belum
pernah ada sebelumnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam pengembangan vaksin
sehingga vaksin dapat dibuat dengan waktu yang lebih cepat dan dengan hasil yang lebih baik
(Aditama, 2020)

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai masalah
berikut:

1. Seperti apa peran dan pengembangan obat serta dunia farmasi saat ini?
2. Bagaimana penggunaan obat polifarmasi pada pasien geriatric?
3. Apa itu bahan tambahan pangan?
4. Seperti apa tantangan tenaga kesehatan di dunia kerja?
5. Distribusi dan Produksi Vaksin?
6. Pengelolaan Obat Sitostatika di Rumah Sakit?
7. Pengembangan Produk-Produk Baru di Industri Farmasi?
8. Bagaimana hubungan kualitatif struktur aktivitas (HKSA) dan penambahan molekul
dalam menghadapi era revolusi industri di bidang farmasi?
9. Bagaiamna manfaat vaksinasi bagi kesehatan masyarakat?
10. Bagaimana penelitian kimia bahan alam dalam rangka pengembangan senyawa
bioaktif antikanker?
11. Materi tentang Ekstrak Angkak (Monascus purpureus).
12. Seperti apa farmakologi molekuler itu?

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui peranan dan
pengembangan obat, dapat mengetahui cara-cara penggunaan obat polifarmasi pada pasien

5
geriatri, dapat mengetahui bahan tambahan pangan, dapat mengetahui mekanisme atau kaitan
antara tantangan tenaga kesehatan di dunia kerja, dapat mengetahui aturan penggunaan,
produksi dan distribusi vaksin, mengetahui pengelolaan obat sitostatika di rumah sakit,
mengetahui pengembangan produk-produk baru di industri farmasi, mengetahui hubungan
kualitatif struktur aktivitas (HKSA) dan penambahan molekul dalam menghadapi era revolusi
industri di bidang farmasi, mengetahui manfaat vaksinasi bagi kesehatan masyarakat,
mengetahui penelitian kimia bahan alam dalam rangka pengembangan senyawa bioaktif
antikanker, mengetahui farmakodinamika, molecular dan konsep dasar farmakologi dan
mengetahui apa itu the amazing monascus.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1.Peranan dan pengembangan obat

Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan,
penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Obat bersifat
penyembuhan dan toksik.

Ilmu yang mempelajari masalah penggunaan obat

● Farmakologi : Ilmu yang mempelajari mekanisme kerja obat dalam menimbulkan


efek biologis (efek terapi) dan efek samping obat dan penggolongan obat berdasarkan
cara kerjanya
● Farmakokinetik: Ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi (ADME)
● Farmakodinamik: Ilmu yang mempelajari cara kerja obat dan efek obat terhadap
fungsi berbagai organ dan pengaruh obat thdp reaksi biokimia
● Ilmu farmakoterapi: Ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk penyembuhan
penyakit
● Ilmu Toksikologi: Ilmu yang mempelajari keracunan oleh berbagai bahan kimia
terutama obat

Penggolongan obat berdasarkan sumbernya

❖ Obat alamiah : obat yang terdapat di alam yaitu pada tanaman, hewan dan mineral.
Contoh : kuinin, atropin, minyak ikan, belerang, kalium bromida.
❖ Obat semisintetik : obat hasil sintesis yang bahan dasarnya terdapat di alam. contoh :
morfin menjadi kodein.
❖ Obat sintetik murni : obat yang bahan dasarnya tidak berkhasiat, setelah disintesis
akan didapatkan senyawa dengan khasiat farmakologis. Contoh : analgetika,
antihistamin, dan diuretik

Macam-macam efek obat

7
Efek obat dapat bersifat lokal dan sistemik. Onset dan durasi efek obat terhadap tubuh
dipengaruhi oleh formulasi obat dan cara pemberian obat.

1) Efek Terapi
● Terapi kausal: obat yang meniadakan penyebab penyakit
● Terapi simtomatik: obat yang menghilangkan atau meringankan gejala penyakit
● Terapi substitusi: obat yang menggantikan zat yang dibutuhkan oleh tubuh
2) Efek samping : efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi
3) Efek teratogenik : efek obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu hamil
mengakibatkan cacat pada janin.
4) Efek toksik : efek yang tidak diinginkan dan lebih berat dari efek samping. Kejadian
efek toksik dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan
5) Efek idiosinkrasi : efek suatu obat secara kualitatif berlainan sekali dengan efek terapi
normalnya

Pengembangan obat adalah usaha penemuan obat baru pada umumnya besifat coba-
coba (trial and error). Biaya pengembangan obat baru sangat mahal dan memakan waktu
yang lama sehingga perlu adanya pengembangan obat secara terarah (rancangan obat
rasional).

Rancangan Obat Rasional adalah Usaha untuk pengembangan obat yang telah ada,
yang sudah diketahui struktur molekul dan aktivitas biologisnya, atas dasar penalaran yang
sistematik dan rasional, dengan mengurangi faktor coba-coba seminimal mungkin. Tujuan
rancangan obat rasional yaitu untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik
dengan biaya yang layak secara ekonomi, efek samping yang minimal, bekerja lebih selektif,
masa kerja lebih lama dan meningkatkan kenyamanan pemakaian obat.

Tujuan rancangan obat rasional

1. Mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik dengan biaya yang layak
secara ekonomi
2. Efek samping yang minimal
3. Bekerja lebih selektif
4. Masa kerja lebih lama dan meningkatkan kenyamanan pemakaian obat

Skema pengembangan obat baru dan tahap-tahap uji klinik

8
1. Pencarian senyawa aktif
2. Penapisan farmakologi
3. Uji farmakologis lanjut
4. Uji klinik fase I (keamanan)
● Dilakukan terhadap beberapa volunter sehat
● Uji klinis fase I meliputi: uji farmakologi klinik, studi metabolik, studi efikasi,
dan studi farmakokinetik, uji toksisitas kronik, uji karsionogenik.
● Penentuan dosis efikasi
5. Uji klinik fase II (efikasi)
● Dilakukan terhadap penderita/pasien dalam jumlah terbatas (50-300 orang)
● Tujuan untuk melihat efek keamanan obat
● Pengembangan formulasi
● Stabilitas obat
● Proses ini memerlukan waktu antara 3 sampai 6 tahun
6. Uji klinik fase III (efikasi multi-center)
● Dilakukan percobaan klinis pada volunter yang sehat dan pasien dengan
desain double blind
● Tujuan untuk evaluasi efikasi, toleransi obat, monitoring efek samping
● Dilakukan uji produksi dalam skala besar
● Hasil dari uji klinis fase III adalah dokumen evaluasi terapeutik dan klinik
7. Hasil uji klinis fase III menentukan bisa tidaknya obat baru beredar di pasaran
8. Aplikasi obat baru
9. Pemasaran obat
10. Uji klinik fase IV (post marketing)
● Dilakukan setelah obat beredar di pasaran
● Tujuan untuk memastikan keamanan obat dan memantau resiko-resiko yang
mungkin terjadi akibat penggunaan obat.

Contoh hasil rancangan OBAT rasional

➔ Pralidoksim: digunakan sebagai obat penunjang atropin pada pengobatan keracunan


oleh senyawa organofosfat
➔ Asiklovir: senyawa antivirus yang efektif terhadap herpes
➔ Brokresin: antihistamin

9
➔ Kaptopril: antihipertensi
➔ Alfa Metildopa : antihipertensi

2. Penggunaan Obat geriatri pada Kondisi Khusus

Geriatri merupakan seseorang yang berusia di atas 60 tahun. Pada orang geriatri,
terjadi perubahan fisiologis dan farmakologisnya. Sehingga, penggunaan obat pada pasien
geriatri biasanya menggunakan dosis untuk anak karena pasien geriatri mengalami penurunan
fungsi tubuh sehingga dapat menimbulkan efek samping apabila suatu dosis diberikan terlalu
tinggi. Terdapat perubahan pada pasien geriatri yang dapat menyebabkan beberapa efek
signifikan pada penggunaan obat, yaitu diantaranya komplikasi penyakit, masalah gizi,
berkurangnya pendapatan, penurunan kepatuhan (terutama untuk long life teraphy), dan
perubahan respon farmakologis seperti misalnya reseptor berkurang.

Pada geriatrik ini terjadi perubahan fisiologis dan farmakologi sehingga dapat
meningkatkan efek samping. Selain itu masalah yang umum dialami oleh lansia, yaitu
perubahan sistem imun cenderung menurun, perubahan sistem integument yang
menyebabkan kulit kering dan gatal, pada kardiovaskuler yaitu perubahan elastisitas arteri
yang dapat memperberat kerja jantung, serta kemampuan penglihatan dan pendengaran
(Bandiyah, 2009). Sehingga sangat penting dan perlu diperhatikan untuk pasien geriatrik
dalam penanganan atau penggunaan obatnya, karena pasien geriatrik menderita berbagai
macam penyakit. Perubahan pada pasien geriatrik terutama efek fisiologinya memberikan
efek yang signifikan pada penggunaan obat. Perubahan yang dialami, seperti komplikasi
penyakit, masalah gizi (motilitas usus lambat), berkurangnya pendapatan, penurunan
kepatuhan (terutama pengobatan jangka panjang), dan perubahan respon farmakologis.

Menurut WHO, geriatri merupakan orang yang berusia diatas 60 tahun. Didunia terdapat
geriatric sekitatr 200jt jiwa. Banyak terjadi perubahan fisiologi dan farmakologi pada seorang
geriatric yaitu dengan efek samping obat yang meningkat.

● Kasus
1. Lambung sakit karena pct, caffein, digabung dengan sesuatu yang asam.
2. Keuntungan dan kerugian obat, berubah seiring berubahnya usia. Manfaat
semakin menurun jika usia semakin bertambah, dan resikonya meningkat.
Sasaran terapi untuk menurunkan resiko baik efek terapi maupun efek toksik.
3. Dosis harus diatur sesuai dengan keadaan pasien geriatri.

10
● Kesulitan
1. Tidak bisa diukur efek obatnya, bisa jadi obatnya banyak, efeknya sedikit
2. Sulit di prediksi obat yang terjadi, ketika menggunakan obat polifarmasi
3. Hati hati menggunakan efek terapi yang sempit.
4. Pasien akan kesulitan dalam penggunaan obat
● Perubahan pada pasien geriatri
1. Penurunan fungsi organ belum diketahui (Biasanya penelitiannya
menggunakan rekayasa genetik)
2. Penumpukan lemak di beberapa jaringan, mempengaruhi efek atau kerja obat
3. Menurunkan stem dan perkursor sel (sel cadangan, dapat berubah menjadi sel
sel di dalam tubuh) jadi mengalami kerusakan
4. Prostaglandin (mediator kimia/ hormon normal) mengalami penurunan. Maka
akan terjadi gastritis. Pada saluran cerna akan meningkatkan sel pariental.
5. Penurunan aliran darah ke hati, maka masa hati turun sebanyak 40% dan
mempengaruhi metabolisme. Penurunan metabolisme akan menyebabkan efek
samping lebih kuat karena obat lebih lama di dalam darah.
6. Metabolisme dalam LDL akan menurun.
7. Masa ginjal akan mengalami penurunan.
8. Kemampuan menahan air akan menurun, maka darahnya akan lebih encer dan
terjadi hipertensi dan penyakit jantung.
9. Penurunan masa otot karena resistensi insulin
10. Perubahan growth hormon
● Perubahan Farmakokinetik
1. Absorpsi lebih lama untuk merespon
2. Sulit makan maka mengalami penurunan nutrisi
3. Banyak mengkonsumsi obat over the counter seperti anasida dan laksatif
4. Pengosongan lambung lebih lambat, terutama pada pasien diabetes melitus
5. Peningkatan kadar volume distribusi, maka banyak obat yang menempel di
lemak. Dan obat hidrofilik volumenya meningkat.
● Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusui
1. Resiko pada siklus reproduksi fertiliisasi- implantasi menyebabkan resiko
spontan/reabsorpsi hasil fertilisasi

11
2. Resiko pada bayi yang belum lahir, menyebabkan perkembangan embrio dan
pembentukan organ, gangguan pada fase fertilisasi minggu ke8 yaitu abnormal
struktur
3. Ibu dan bayi, pada proses melahirkan caesar akan menekan kesadaran atau
bahkan apnea bayi yang baru lahir.
● Tujuan pengobatan pada kehamilan, bayi dan ibu menyusui:
1. Penyakit akut atau trauma selama kehamilan
2. Penyakit kronis dan disabilitas seperti HIV, DM, Hipertensi, Epilepsi,
Migraine, Gangguang Mental, dan Arterial Fibration
3. Penyakit terkait kehamilan, laktasi, dan emergensi
4. Terapi untuk fetus
● Pertimbangan dalam emilihan obat pada kehamilan, bayi dan menyusui:
1. Perubahan fisiologi mempengaruhi kinetik dan kerja obat.
2. Toksisitas obat selama kehamilan
3. Molekul obat/ metabolit obat melewati plasenta
4. Ekskresi obat melalui air susu ibu
5. Keamanan obat selama kehamilan dan menyusui
● Perubahan fisiologis
1. Kadar progesteron meningkat, menyebabkan penurunan motilitas saluran
cerna dan mengakibatkan konstipas dan heart burn. Peningkatan HCG
menyebabkan mual dan muntah. Serta mempengaruhi kecepatan dan
perpanjangan absorpsi obat secara oral.
2. Perfusi paru paru meningkat, sehingga aliran darah alveolar pulmonary
meningkat, menyebabkan kenaikan absorpsi obat melalui rute pulmonari .
3. Distribusi obat dipengaruhi peningkatan volume plasma menjadi peningkatan
volume distribusi.
4. Peningkatan volume plasma menyebabkan peningkatan CO mengakibatkan
peningkatan aliran darah ke ginjal.
5. Plasenta pada trimester pertama menyebabkan resiko terategenik unuk obat
tertentu.
➔ Toksisitas obat selama kehamilan
● Trimester pertama terjadi perkembangan emrio dan
pembentukan organ.
● Obat yang dapat menyebabkan wthdrawal syndrom pada bayi
yang baru lahir (Barbiturat, benzodiapin, analgetik opioid,
antidepresan trisiklik).

12
3. Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan kimia alami atau sintetis, yang
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang ditambahkan dalam makanan pada waktu
pengolahan supaya performa makanan tersebut baik (warna menarik dan seragam, awet,
empuk, dsb). Bahan Tambahan Pangan (food additives, pengawet, pewarna, pengental,
pemanis). Boraks tahun 1904 dan formalin tahun 1906 dinyatakan berbahaya di amerika dan
di indonesia dilarang untuk makanan pada tahun 1988. Penderita penyakit asma dapat
kambuh jika mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa sulfit. Organ hati
merupakan saringan dalam tubuh yang akan rusak jika banyak menampung racun.

Sebanyak 95-99% anak anak di dunia mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna
sintetis asal ter batu bara, dan 4 juta anak usia 12 tahun terhitung dapat mengkonsumsi 1/2kg
senyawa pewarna sintetis

Bahan Kimia dan makanan:

1. Kontaminan - bahan yang secara tidak sengaja terkandung dalam Makanan(cemaran,


bahan kimia, obat obatan, dll)
2. Ingredient - bahan atau komposisi utama pada makanan
3. Processing aid - ditambahkan untuk memperoleh fungsi khusus yang selanjutnya
dibuang, namun terkadang residunya masih tertinggal
4. BTP - ditambahkan dalam jumlah sedikit untuk menghasilkan fungsi khusus
5. Bahan kimia pertanian
6. Pupuk
7. Vitamin dan mineral
8. Obat obatan hewan
9. Bahan kemasan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan kimia alami atau sintetis yang
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang ditambahkan dalam makanan pada waktu
pengolahan supaya performa makanan tersebut baik (warna menarik, seragam, awet empuk
dsb). Jenis jenis BTP antara lain:

1. Intentional
➢ langsung sengaja ditambahkan
➢ BTP yang diizinkan permenkes 722 (1988) antioksidan, antikempal, pengatur
keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi,
pemantap,pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa dan aroma,
penguat rasa dan sekuestran
2. Processing aids

13
Bahan pembantu pengolahan seperti enzim, pelarut, lubrikan, pencuci dan
lain-lain.

3. Unintentional

Tanpa sengaja masuk ke dalam makanan termasuk kategori kelompok kontaminan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Alamiah
2. Sintetis
● Kelebihan : Lebih pekat, lebih stabil, lebih murah
● Kekurangan : Dapat berpengaruh pada kesehatan jika salah proses, bahannya
● berbahaya dan karsinogenik
● Penggunaan BTP untuk minuman kurang lebih sama seperti pada makanan namun
● perbedaannya hanya pada beberapa BTP yang mempunyai kekhusussan untuk masing
● masing jenisnya

BTP UNTUK INDUSTRI MINUMAN

1. Antioksidan: asam askorbat (juices, jam, marmalade, jelly)


2. Pengatur Keasaman: asam fumarat, asam laktat, asam malat, asam sitrat, asam tartrat,
bikarbonat, dll.
3. Pemanis Buatan: sakarin, siklamat, sorbitol, dl.
4. Pengemulsi, pemantap, pengental: Agar, alginat, acetylated ditarch glycerol, modified
starches, sucrose esters, furcelaran, gelatin, gums, carageenan, lecithins, CMC, mono-
& diglycerides, pectin, polysorbates, microcrystalline cellulose, sorbitan monostearat,
dll.)
5. Pengawet Benzoates, propinates, sulfur dioxides/sulphites, sorbates, paraben, dll.
6. Pengeras: kalsium karbonat, khlorida, posfat, dll.
7. Pewarna: Pewarna sintetis dan pewarna alam.
8. Penguat rasa : glutamat, inosinat, guanylat, ribonucleotide.
9. Perisa (Flavorings): Berbagai macam yang natural maupun turunan.
10. Processing aids: Enzima, activated charcoal, dll

PENOMORAN BTP

● INTERNASIONAL: INS (International InternasionalNumbering System)

PEWARNA:

- Color Index (CI) Codex-3 digit

14
- Amaran Cl 16185

● UNI EROPA (EEC): Kode Nomor E - Pektin


● Amerika Serikat FD&C - Amaran FD&C No. 2 E440

A. PEWARNA

Pewarna adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk meningkatkan atau
memberi warna, mengembalikan warna asli yang hilang sewaktu pengolahan dan
penyimpanan, dan membuat warna produk olahan menjadi seragam. Pewarna sintesis tidak
diizinkan untuk digunakan dalam daging segar, daging ayam, ikan, buah-buahan dan sayu-
sayuran.

Jenis pewarna makanan :

● Dyes merupakan senyawa organik sintesis dan pewarna makanan yang paling murah
dan ekonomis
● Lakes dibuat melalui pengendaan soluble dyes pada substrat aluminium hidroksida
yang kemudian dikeringkan dan digiling menjadi serbuk halus. Berfungsi sebagai
pigmen yang tidak perlu dilarutkan, cocok untuk mewarnai makanan dengan kadar air
rendah. Umunya stabil terhadap panas, cahaya dan perubahan pH.

Pewarna adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk:

➔ Meningkatkan atau memberi wana


➔ Mengembalikan wama yang hilang sewaktu pengolahan dan penyimpanan kepada
wana aslinya
➔ Membuat warna produk olahan menjadi seragam
➔ Pewarna sintetis tidak diizinkan untuk digunakan dalam daging segar, daging ayam
(unggas), ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran.
➔ Memberikan karakteristik warna yang diinginkan pada makanan.

B. PEMANIS BUATAN

Pemanis buatan adalah BTP yang dapat memberikan rasa manis pada makanan, yang
tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Menurut Permenkes No.722 (1988) tentang
BTP: aspartam (hanya dalam bentuk sediaan), Sakarin (dan garam natrium), Siklamat (garam
Natrium dan kalium), da Sorbitol. Pemanis buatan yang sudah mendapat persetujuan BPOM
Depkes yaitu, Isomalt, acesulfam, maltitol, xylitol, mannitol, alitam, dan sukralosa.

Pemanis buatan yang sudah mendapat persetujuan Dijen POM Depkes (izin Khusus):

● Isomalt

15
● Acesulfam K
● Maltitol
● Xylitol
● Mannitol
● Alitam
● Sukralosa

Keamanan Acesulfame-K (Ace-K):

FDA menyimpulkan bahwa keamanan Ace-K konsisten dengan hasil penelitian dari negara-
negara lain. SCF Eropa telah menguji ulang pemanis ini dan mengkonfirmasi keamanannya.
Tidak ada masalah terhadap Kesehatan manusia dan telah 15 tahun digunakan di banyak
negara.

Ace-K tidak dipecah oleh tubuh dan dibuang melalui ginjal. Senyawa ini tidak mempunyai
pengaruh terhadap serum glukosa, kolesterol atau trigliserida sehingga penderita diabetes
aman menggunakan produk yang memakain Ace-K dalam dietnya.

Masalah dalam penggunaan pemanis buatan:

1) Aspartam tidak tahan panas (hilang flavournya)

2) Sakarin akan pahit jika mengalami pemanasan

Sugar alcohol (polyols) Memiliki struktur kimia mirip gula dan alkohol tetapi tidak
mengandung etanol seperti pada minuman beralkohol. Karena kebanyakan polyols
mempunyai kemanisan setengah dari gula pasir. Tidak dimetabolisme dan tidak diserap
dengan sempurna oleh tubuh sehingga hanya memberikan sedikit kalori. Sering
dikombinasikan dengan pemanis buatan. Secara alami terdapat pada buah dan sayur.

C. ANTIOKSIDAN

Antioksidan adalah BTP yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi yang
digunakan untuk mencegah oksidasi dalam makanan olahan yang disebabkan kontak
makanan dengan oksigen dari udara. Oksidasi dapat menyebabkan ketengikan dan perubahan
warna. Contoh untuk minuman yaitu Asam askorbat dan asam erithorbat

D. FLAVORING/ PERISA

Flavoring atau perisa adalah BTP berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa
ajudan perisa yang digunakan untuk memberi flavor, dengan pengecualian rasa asin, manis
dan asam. Tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlakukan
sebagai bahan pangan.

16
4. Tantangan Tenaga Kesehatan Di Dunia Kerja

Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu yang diselenggarakan di perguruan tinggi berbentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute, dan universitas. Bentuk penyelenggaraan pendidikan
vokasi terdiri dari program diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Pendidikan vokasi
menganut system terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan,
pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill.
Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja

Untuk menyiapkan SDM bidang kesehatan untuk era society 5.0, hal yang
diperhatikan adalah prioritas utama di perguruan tinggi, begitu juga kementerian adalah
menciptakan SDM yang unggul untuk pemimpin masa depan dan proses utamanya adalah
pembinaan, pembelajaran, dan pencetakan karakter.

a. Tantangan pelayanan kesehatan pada era disrupsi

● Pelayanan kesehatan yang berkualitas


● Melaksanakan fungsi social
● Meningkatkan kompetensi pelayanan kesehatan
● Penggunaan teknologi informasi
● Meningkatkan tata kelola sarana pelayanan dan tata kelola manajerial yang baik
● Melakukan inovasi dalam pelayanan kesehatan di Era JKN.

b. Menyiapkan SDM Bidang Kesehatan untuk era SOCIETY 5.0

● Reorientasi kurikulum
● Menerapkan system pengajaran Hybrid/blended learning
● Disarankan PT mempunyai unit yang secara khusus memberikan layanan life-long
learning

c. Aktivitas untuk mendorong keunggulan spesifik

● Penguatan kurikulum
● Magang mahasiswa ditempat bekerja
● Mengidentifikasi dan mengembangkan produk/jasa hasil teaching factory yang
mendorong keunggulan spesifik politeknik

d. Aktivitas untuk meningkatkan nilai tawar

● Membangun kemitraan PT dengan industry


● Meningkatkan kompetensi dosen vokasi dan tenaga pendidikan

17
e. Program KEMENKES dalam pembangunan kesehatan

● Program Indonesia sehat: paradigm sehat, penguatan yankes, JKN

f. Penguatan pelayanan kesehatan

● Peningkatan akses: pemenuhan tenaga, peningkatan sarana pelayanan primer,


pemenuhan prasarana pendukung, inovasi pelayanan di tempat terpencil.
● Peningkatan mutu: penyediaan SOP, peningkatan kemampuan nakes, program dokter
layanan primer, dan program akreditasi
● Regionalitas rujukan
● Penguatan dinkes, kab/kota, provinsi: sosialisasi, advokasi, capacity building
● Dukungan lintas sektor

g. Permasalahan tenaga kesehatan 1)

● Jumlah tenaga kesehatan masih kurang


● Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata
● Mutu atau kualitas yang belum memadai
● Kualifikasi tenaga kesehatan masih banyak yang belum D-III

h. Regulasi terkait tenaga kefarmasian 1)

● UU No. 36 Tahun 2014 pasal 44 ayat 1 dan pasal 46 tentang tenaga kesehatan
● PP No. 51 Tahun 2009 pasal 52 ayat (2) tentang pekerjaan kefarmasian
● Permenkes No. 889/Menkes/Per/V/2011 pasal 1
● Permenkes No. 31 Tahun 2016 pasal 17
● Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/X tahun 2002 tentang kewajiban asisten apoteker

i. Tantangan tenaga kesehatan tingkat global 1)

➔ WTO (world trade organization) menerapkan pendidikan sebagai salah satu


komponen penting dalam sektor tersier
➔ Indonesia terikat dengan semua perjanjian yang mengatur tata perdagangan barang,
jasa dan trade related intellectual property rights (TRIPS) atau atas kepemilikan
intelektual yang terkait dengan perdagangan
➔ Dalam mengantisipasi globalisasi di bidang pendidikan, maka Dikti Kemendikbud
berupaya menetapkan KKNI, sehingga tenaga kesehatan Indonesia siap menghadapi
masuknya tenaga kesehatan asing dengan standar dan kualifikasi internasional dan
sebaliknya

j. Pelayanan Profesional Tenaga Kesehatan Masyarakat 1)

● Memformulasikan kebijakan kesehatan bekerja sama dengan masyarakat dan


pemerintah untuk menyusun dan mengawal kebijakan public sehingga menyelesaikan
masalah kesehatan

18
● Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan penduduk seperti persoalan
kesehatan
● Menggerakan kemitraan dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan
● Mengembangkan kebijakan dan perencanaan untuk mendukung adanya upaya
kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat

Aspek-aspek mengenai kebijakan peningkatan tenaga kesehatan, yaitu peningkatan mutu,


pendidikan, pelatihan dan distribusi. Aspek peningkatan mutu, meliputi mutu, hubungan
internasional, beasiswa, dan pembinaan profesi. Aspek Pendidikan, meliputi akreditasi,
peningkatan dosen, peningkatan sarana prasarana, dan kemitraan. Aspek pelatihan, meliputi
CPD, leadership, program, dan hiap/ajak. Aspek distribusi, meliputi penempatan, retensi dan
karier.

Dari kebijakan tersebut muncul beberapa permasalahan tenaga kesehatan, yaitu


jumlah tenaga kesehatan masih kkurang, distribusi tenaga kesehatan yang tidak
merata,mutu/kualitas yang belum memadai, serta kualifikasi tenaga kesehatan masih banyak
yang belum D-III.

5. Vaksin dan distribusinya

Vaksin

Vaksin adalah Virus dan bakteri yang dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang untuk jangka waktu yang cukup
Panjang. Proses pemberian vaksin kedalam tubuh disebut vaksinasi, vaksinasi adalah
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) system
imun dalam tubuh. Vaksinasi adalah sebagai upaya pencegahan primer yang sangat handal,
untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi

Prosedur vaksinasi mulai dari penyiapan dan membawa vaksin, mempersiapkan anak
dan orangutan, Teknik penyuntikan yang aman, pencatatan, pembuangan limbah, sampai
pada Teknik penyimpnanan dan penggunaan vaksin dengan benar. Dengan prosedur
vaksinasi yang benar diharapkan akan diperoleh kekebalan yang optimal, penyuntikan yang
man, kejadian ikutan pasca imunisasi yang minimal, serta pengetahuan dan kepatuhan
orangtua pada jadwal vaksinasi

Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tuhuh. Jika terpapar oleh
antigen, baik secara ilmiah maupun melalui pemberian vaksin, jika seseorang yang sudah

19
divaksin terinfeksi oleh antigen yang sama, akan lebih mudah bagi system imun untuk
mengenali antigen tersebut. Selain itu, respon imun pada paparan yang kedua lebih baik
daripada respon imun pada paparan pertama.

Jenis vaksin menurut teknologi pembuatannya:

1) Vaksin hidup (live attenuated vaccine)

Merupakan vaksin yang dihasilkan dengan cara melemahkan virus dan mengadaptasi
pertumbuhan pada suhu tertentu. Merupakan modifikasi vaksin yang pertama kali
dikembangkan oleh E.jenner yang mengembangkan vaksin cacar dari cowpox.

2) Vaksin inaktif (killed vaccine)

Merupakan vaksin yang dihasilkan dengan mengaktifkan virus dalam larutan


formalin. Misalnya vaksin polio salk, vaksin campak edmonston.

3) Vaksin kombinasi

Merupakan vaksin yang dibuat dengan tujuan mengurangi banyaknya suntikan yang
diberikan kepada anak yang divaksin. Vaksin kombinasi biasanya berisi lebih dari dua jenis
antigen

4) Formulasi vaksin baru

Merupakan vaksin yang dibuat dengan meningkatkan dosisnya sehingga dapat


diberikan dengan satu kali suntikan saja. Antigen dibuat sebagai suatu kapsul yang dibungkus
oleh suatu polimer yang dapat mengontrol besarnya dosis antigen yang dibebaskan dalam
jaringan, seperti yang dilakukan dengan cara vaksinasi konvensional yang diberikan berulang
kali dengan interval waktu tertentu.

A. Produksi Vaksin

1. Penyiapan Media (Media Preparation)

Penyiapan media adalah proses pengambilan bibit vaksin terbaik, bisa melalui virus
ataupun bakteri agar jumlahnya memenuhi kebutuhan pembuatan vaksin. Penyiapan media
juga mencakup virus/bakteri dan media tumbuhnya itu sendiri. Penumbuhan media juga
dikenal sebagai Seed preparation, yakni proses mengumpulkan bibit dasar vaksin berupa

20
bakteri, virus, organisme mati, rekombinan DNA, toksin atau protein dalam media kultur dan
disimpan dalam suhu -70 C.

2. Inokulasi & Kultivasi

Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri


maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang dibuat, dalam kasus
vaksin ini adalah pemindahan virus yang sudah dimatikan atau dilemahkan ke dalam media
baru.

3. Panen (Harvest)

Proses Panen atau harvest adalah proses memanen virus dan bakteri yang ditanam
dalam media dalam jumlah tertentu, apabila virus/bakteri telah memenuhi standar jumlah dan
kondisi, maka virus/bakteri tersebut dapat dipanen

4. Inaktivasi (Inactivation)

Inaktivasi adalah proses pelemahan virus atau bakteri agar dapat digunakan sebagai
vaksin, biasanya inaktivasi menggunakan bahan kimia tertentu dan juga panas agar vaksin
yang dituju bisa tidak aktif atau lemah.

5. Pemurnian (Purification)

Adalah proses pemurnian virus/bakteri yang sudah tumbuh, dalam proses pemurnian
ini virus/bakteri dihilangkan zat-zat yang tidak relevan dengan produk vaksin, Filtrasi
dilakukan dengan memberikan tekanan tertentu agar larutan yang ingin dimurnikan masuk
melalui membran penyaringan, “dicuci” hingga jutaan kali sehingga pada akhirnya yang
tersisa hanyalah komponen yang diinginkan

6. Formulasi (Formulation)

Adalah tahap memformulasi bulk vaksin atau vaksin yang telah dimurnikan dengan
zat – zat tambahan, seperti : Preservative, Adjuvant, Stabilizer

7. Final Produk (Filling & Packaging)

Adalah proses pengisian vaksin kedalam kemasan dan juga pemasangan label pada
kemasan vaksin. Contoh kemasan vaksin seperti: vial, ampul, Uniject dan prefilled syringe

21
B. Tipe Vaksin

1. Generasi pertama

Vaksin generasi pertama menggunakan mikroba pathogen yang dilemahkan telah


banyak digunakan, namun dengan alas an keamanan maka dikembangkanlah vaksin generasi
kedua, vaksin generasi pertama seringkali bermutasi Kembali menjadi virulen yang
menimbulkan efek tidak diinginkan pada sel inang. Contoh vaksin generasi pertama seperti
OPV dan MMR

2. Generasi kedua

Vaksin generasi kedua adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme yang


dimatikan dengan zat kimia tertentu, biasanya menggunakan formalin atau fenol, dalam
penggunaannya vaksin ini sering mengalami kegagalan tidak menimbulkan respon imun
tubuh.

3. Generasi ketiga

Untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terjadi pada penggunaan vaksin generasi
pertama dan kedua, dikembangkan vaksin generasi ketiga, yaitu vaksin rekombinan subunit
protein. Vaksin subunit protein dibuat melalui teknik DNA rekombinan untuk memproduksi
fragmen antigenik dari mikroorganisme.

4. Generasi keempat

Seiring dengan kemajuan teknologi DNA rekombinan, maka dikembangkan vaksin


generasi keempat yaitu vaksin DNA.

C. Proses Pengembangan Vaksin

Proses pengembangan vaksin biasanya berlangsung duabelas sampai dua puluh tahun yang
terbagi dari berbagai tahap:

● Pengembangan vaksin baru


● Uji Preklinik
● Uji Klinis I – III
● Registrasi

22
● Post Marketing Surveillance (PMS)

D. Siklus Pengembangan Vaksin

Dalam pengembangan vaksin memiliki beberapa siklus yang harus dilewati, yaitu Research
and development dan Clinical development.

1. Research and Development


➔ Find Potential Disease

Menentukan penyakit yang perlu dicegah dengan vaksinasi

➔ Exploratory

Melakukan penelitian awal untuk menentukan jenis virus atau bakteri apa yang dapat
memberikan kekebalan terhadap tubuh manusia. Dalam tahap ini ditentukan kandidat
vaksin (3-5):

➢ Understand the disease


➢ Epid Data
➢ Identify antigen
➔ Vaccine Candidate Design
➔ Vaccine Characterization

Untuk mengetahui imunogenitas pada hewan dan keamanannya (6bulan)

➔ Preclinical Studies
➔ Pilot Scale Manufacturing

Pembuatan vaksin secara skala pilot memperhatikan aspek :

➢ Clinical lots
➢ Current Good
➢ Quality Control (QC)
➢ Quality Service (QS)
➔ Regulatory Approval

23
Melakukan registrasi dan data-data mengenai tingkat keamanan, keampuhan, dan
tingkat imunitas kepada pihak berwenang Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Waktu yang dibutuhkan antara 100-300 hari kerja

➔ Commercial Manufacturing
2. Clinical Development
❖ Phase I

Mengetahui keamanan produk dan efek samping yang dapat ditimbulkan. Dalam tahap ini
sudah mulai diberikan kepada 10 – 100 orang

❖ Phase II

Mencari tahu dan mengevaluasi respon imunitas dengan menambah jumlah responden
menjadi 100 – 300 orang

❖ Phase III

Mengetahui tingkat efikasi vaksin dengan jumlah subjek dihitung secara statistik

6. Pengelolaan Obat Sitostatika

Obat sitostatika sering disebut juga obat antikanker atau antineoplasma. Sediaan
obat sitostatika adalah golongan obat yang digunakan untuk pengobatan kanker. Obat
sitotoksik adalah agen yang ditujukan untuk terapeutik, tetapi tidak terbatas pada
pengobatan kanker saja. Obat ini dikenal sangat toksik bagi sel, terutama melalui aksinya
pada reproduksi sel. Obat sitotoksik adalah senyawa toksik yang diketahui memiliki
potensi karsinogenik, mutagenik dan/atau teratogenik. Apabila kontak langsung dengan
obat/senyawa toksik ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, selaput lendir,
ulserasi dan nekrosis jaringan. Paparan terhadap obat harus diminimalkan, namun
kebutuhan untuk pemeliharaan kondisi aseptik harus dipenuhi. Proses penanganannya
harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Penandaan
pada obat sitotoksik ini diberi warna ungu.

Terdapat beberapa efek samping dari obat sitostatika :

24
1) Efek samping pada pasien Nekrosis pada kulit tempat masuknya obat Hiperurisemia
Mual, muntah, supresi sumsum tulang, alopecia , fungsi reproduktif
2) Efek merugikan pada petugas Selain berkhasiat terhadap sel kanker, juga dapat
berpengaruh pada sel yang normal Kontak langsung dan atau dlm jangka panjang dpt
membahayakan petugas kesehatan Kontak langsung obat kanker menyebabkan iritasi
kulit, mata, membran mukosa, nekrosis , dermatitis , dizziness, nausea dan headache.
Kontak dalam waktu yg lama dan berulang-ulang mengakibatkan karsinogenik,
mutagenic dan teratogenik

Pengelolaan yang dilakukan untuk obat sitostatika, yaitu:

1. Penerimaan dan penyimpanan

Yang dilakukan pada penerimaan, yaitu cek kelengkapan administrasi dan


waspada terhadap kerusakan (kebocoran). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan adalah obat sitotoksik merupakan kelompok ‘high alert medication’,
disimpan dan hanya dapat diakses oleh petugas tertentu, diberi penanda ‘obat sitotoksik’,
penempatan harus diatur agar obat tidak mudah terjatuh, serta bila harus terhindar dari
cahaya, tempat harus tidak tembus cahaya.

2. Penyiapan dan pencampuran

Proses penyiapan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat


suntik, yaitu:

● Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5


benar (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
● Memeriksa kondisi sitostatika yang diterima (nama obat, jumlah, nomor
batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan
● Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas
atau tidak lengkap.
● Menghitung kesesuaian dosis.
● Memilih jenis pelarut yang sesuai.
● Menghitung volume pelarut yang digunakan.
● Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang
perawatan dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan,tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran 24
● Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket.

25
● Melengkapi dokumen pencampuran

Saat mempersiapkan dan memberikan obat harus selalu menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) yang lengkap, sarung tangan ganda dengan salah satu sarung tangan
menutupi gaun, pilih sarung tangan latex atau nitri yang powder free, mengenakan gaun
lengan panjang, tertutup bagian depan, bermanset dan kedap air, jangan menggunakan
gaun yang tidak disposable, menggunakan masker N95, serta menggunakan shoe cover
dan penutup kepala.

3. Pencampuran sitostatika
➔ Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai prosedur tetap
➔ Mencuci tangan sesuai prosedur tetap
➔ Menghidupkan biological safety cabinet(BSC) 5 menit sebelum digunakan.
➔ Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai prosedur tetap
➔ Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sitostatika.
➔ Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sitostatika.
➔ Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
➔ Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
➔ Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC. 10.
➔ Melakukan pencampuran sitostatika secara aseptis.
➔ Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika.
➔ Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat yang harus
terlindung cahaya.
➔ Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus. 14.
➔ Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah
untuk pengiriman.
➔ Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass
box.
➔ Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap

4. Penanganan Transportasi

Pada saat dilakukannya distribusi obat sitostatika harus diperhatikan hal-hal


berikut ini, yaitu transportasi obat sitotoksik harus ditempatkan dalam tempat yang kaku
atau kuat tertutup dan tahan bocor; bila obat sitotoksik yang ditranspor harus terhindar
dari sinar matahari, transfer boxnya juga harus tidak dapat tembus cahaya; transfer box
harus dilabel dengan jelas; dan bila dikhawatirkan ada tumpahan transfer box harus diberi
pengalas yang bersifat adsorben.

26
5. Penangan kecelakaan kerja

Dalam melaksanakan kerja obat sitostatika ini dapat terjadi kecelakaan kerja maupun
tumpahan yang tidak diharapkan, jika terjadi kecelakaan kerja tersebut harus segera
dilakukan penanganan-penanganan.

A.Penanganan tumpahan
● Bilas dengan aquadest.
● Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
● Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
● Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
● Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan dalam
kantong kedua.
● Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk
dimusnahkan dengan incinerator
● Cuci tangan.

B. Membersihkan tumpahan di dalam BSC


➔ Serap tumpahan dengan kasa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan
serbuk.
➔ Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
➔ Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
➔ Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aqua
destilata menggunakan kassa. Buang kasa dalam wadah pada buangan.
➔ Ulangi pencucian 3x.
➔ Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan. 26
➔ Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
➔ Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir
untuk dimusnahkan dengan incenerator.
➔ Cuci tangan.

Pengelolaan Limbah Sitostatika 1.

● Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).


● Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk benda-benda tajam seperti
spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk
limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu)
dan berlogo sitostatika
● Beri label peringatan pada bagian luar wadah.
● Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
● Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC 6. Cuci tangan.

27
7. Pengembangan Produk Baru di Industri Farmasi

Pertumbuhan Industri Farmasi di Indonesia selalu disokong oleh Produk Baru.


Perusahaan farmasi yang memiliki kapabilitas teknologi dan R&D akan dapat menghasilkan
produk-produk inovasi yang unggul dengan pasar yang sangat luas. Agar tetap survive dan
maju, tidak ada pilihan lain bagi industri farmasi Indonesia selain memperkuat kapabilitas
teknologi dan R&D sebagai engine of growth (mesin pertumbuhan).

a) Jenis Industri Farmasi di Indonesia

i) Industri Farmasi Domestik Lokal

Contoh :

- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) : Indofarma, Kimia Farma

- Swasta Nasional : OTTO, Kalbe, Sanbe, dll.

Bergerak terutama pada produksi dan pemasaran branded generic (obat yang
sudah off patent), obat generik dan obat lisensi dari perusahaan farmasi di luar
negeri. Mayoritas Industri formulasi, bukan research-based company. Beberapa
sudah berkembang menjadi Industri Bahan Baku Farmasi dan Kosmetik : Kimia
Farma, Dexa Medica, dll. Pemerintah prioritaskan pengembangan obat atau
produk biologi berbahan baku makhluk hidup melalui Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) : Kalbio, Dexa LBS.

R&D di IFDL, R&D industri farmasi Indonesia tidak feasible untuk diarahkan
pada penemuan obat-obat molekul baru (New Chemical Entity/NCE). Kendala
utamanya adalah besarnya biaya penelitian yang dapat mencapai lebih dari US$
300 juta untuk setiap NCE.

Industri farmasi Indonesia sebagian melakukan pengembangan new delivery


system (NDS), dan penelitian obat herbal (khususnya fitofarmaka).

Khusus Biofarma, melakukan pengembangan produk biologi vaksin dan serum.

Riset yang dilakukan terbatas hanya pada formulasi produk, bukan pengembangan
obat molekul baru.

ii) Industri Farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) : Pfizer, GSK, Abbott,
Novartis, Boehringer, dll.

28
b) New Chemical Entity (NCE) Drug Development

i) Tahap 1 - Penemuan NCE yang prospektif

ii) Tahap 2 - Pengujian Praklinik

iii) Tahap 3 - Pengujian Klinik

iv) Tahap 4 - Persetujuan FDA

v) Tahap 5 - Monitoring keamanan obat di market

c) Tahapan Membuat Produk

i) Pemilihan Bahan Baku

ii) Preformulasi

iii) Formulasi

iv) Uji Stabilitas

v) Scale up

vi) Uji BE (jika dipersyaratkan)

vii) Persetujuan BPOM

viii) Produksi

ix) Distribusi

d) Alur Penembangan Produk Baru

A. Penciptaan Ide

Proses penciptaan ide akan mampu menghasilkan banyak sekali ide produk baru.
Tentu tidak semuanya bisa dilanjutkan ke proses berikutnya

Sumber ide bisa dari berbagai hal :

➔ Dari R&D
➔ Dari karyawan internal (bisa melalui program tertentu, misal SS = sugestion system)
➔ Dari competitor
➔ Dari mitra kerja, seperti distributor.
➔ Dari para pelanggan

29
B. Screening Ide

Tujuannya :

➔ Mendapatkan ide produk yang benar-benar layak untuk diproses ke tahap selanjutnya
➔ Mengurangi biaya proses
➔ Meminimalkan resiko gagal produk
➔ Memilih yang benar-benar bagus dan bisa dikerjakan oleh perusahaan.

C. Ide Produk Baru


➔ Obat Kimia Sintetis (Generik, Branded generik, OTC, Supplement)
➔ Obat Herbal (Jamu, OHT, Fitofarmaka)
➔ Nutraceutical (makanan atau minuman yang memiliki nilai gizi lebih)
➔ Cosmeceutical (skincare atau makeup mengandung bahan aktif)
➔ Obat kuasi (sediaan untuk keluhan ringan: balsem, dll.)

D. Eksekusi Pengembangan Produk Baru


● Ide produk à isi form Usulan Produk Baru
● Form Usulan Produk Baru à approved by Top Management.
● Usulan Produk Baru àdireview beberapa kali/waktu oleh Top Management :
➔ Ide awal.
➔ Sebelum uji BE.
➔ Sebelum registrasi ke BPOM.
➔ Setelah terbit approvable letter (sebelum terbit NIE).
➔ Antisipasi trend pasar

E. Pilih Produk Generik atau Branded Generik


➔ Regulasi BPOM : formula produk Generik harus identik dengan Branded Generic
➔ Keuntungan untuk produsen : kemudahan dan kecepatan proses pengembangan -
produk dan registrasi, meminimalisir inventory bahan baku, mengurangi jumlah
dokumen mutu.
➔ Keuntungan untuk konsumen : tidak ada keraguan atas produk Generic, mendapatkan
harga jauh lebih murah.

F. Eksekusi Pengembangan Produk Baru


➔ Pengisian Formulir Usulan Produk Baru (FUPB)
➔ Persetujuan Usulan Produk Baru (UPB)
➔ Sourcing API (beberapa alternatif)

30
➔ Seleksi API Manufacturer (yang akan di trial)
➔ Pra Formulasià disesuaikan dengan spesifikasi produk.
➔ Pengembangan metode analisa BB dan produk
➔ Trial Skala Lab.
➔ Stress test / stability test
➔ Diperoleh Kandidat Bahan baku dan kandidat formula
➔ Order RM / PM untuk support trial dan uji stabilitas skala PILOT
➔ Trial Skala PILOT
➔ Uji Stabilitas (accelerated and long term)
➔ Validasi Proses Trial Skala PILOT
➔ Melakukan Uji BA/BE di laboratorium terpilih.
➔ Diperoleh Kandidat BB, BK, Produk yang memenuhi spesifikasi/monografi, BE
terhadap Inovator
➔ Menyiapkan dokumen registrasi
➔ Submit Dokumen Registrasi ke BPOM
➔ Paralel Uji Stabilitas produk diteruskan sesuai protokol
➔ Diperoleh Approvable Letter (AL) dari BPOM yang sudah menginformasikan NIE
(No. Izin Edar)
➔ Order Bahan Baku dan Bahan Pengemas (karena sudah ada NIE)
➔ Order tooling machine jika diperlukan
➔ Produksi komersial batch ke-1
➔ Melakukan validasi proses
➔ Uji Stabilitas on going
➔ Menyiapkan sampel produk dan foto produk
➔ Menyiapkan dokumen AL
➔ Submit dokumen AL ke BPOM
➔ Terbit NIE atau NEW PRODUCT LAUNCHING

8. Mengenal HKSA dan Docking Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri Di Bidang
Farmasi

Transport obat itu berkaitan erat dengan interaksinya. Obat akan melalui beberapa
proses, melewati banyak barrier agar dapat mencapai reseptor. Reseptor itu akan menjadi
target obat. Ketika obat sudah sampai ke receptor (binding site) apabila tidak ada interaksi
maka efeknya tidak akan terjadi. Obat itu bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau
bioteknologi, mineral, dan CADD. CADD (Computer Aided Drug Design), merupakan suatu
pendekatan untuk menganalisis bahan-bahan alam kandidat obat dengan menggunakan
komputer (Ooms, 2000). CADD ini meliputi prediksi toksisitas, protein modelling, molecular
dynamic simulation, dan molecular docking. Pendekatan yang sering digunakan yaitu
molecular docking. Dengan CADD maka akan mempercepat proses dari calon obat untuk
menjadi obat.

31
A. Strategi pencarian senyawa obat baru
1. Modifikasi struktur senyawa obat yang sudah ada
2. Screening/penapisan sistematis
3. Pemanfaatan informasi biologis
4. Strategi rasional

B. QSAR (Quantitative Structure Activity Relationship)


QSAR merupakan suatu metode untuk menghubungkan aktivitas biologis dengan
unsur-unsur struktural molekul (analisis Free Wilson), sifat fitokimia molekul (analisis
Hansch) atau berbagai jenis medan pada molekul (3D QSAR), dan statistic sangat berperan
dalam hal ini. Yang diperlukan untuk studi QSAR ini adalah semua analog yang mempunyai
mekanisme sama, yang berikatan dengan cara yang sama, efek penggantian isosterik dapat
diprediksi, afinitas ikatan berkorelasi dengan energy interaksi dan aktivitas biologis
berkorelasi dengan afinitas ikatan. Yang diperlukan untuk studi QSAR adalah sebagai
berikut:

➔ Semua analog yang mempunyai mekanisme yang sama


➔ Semua analog yang berikatan dengan cara yang sama
➔ Efek penggantian isosteric dapat diprediksi
➔ Afinitas ikatan berkorelasi dengan energi interaksi
➔ Aktivitas biologis berkorelasi dengan afinitas ikatan

A. Pendekatan QSAR
1) Pendekatan Hansch, cukup populer : Aktivitas biologis = f (sifat fisika kimia molekul).
2) Pendekatan Free-Wilson
3) Pendekatan mekanika kuantum
4) Pendekatan konektivitas molekul

B. Analisis regresi Menghubungkan antara variabel terikat yi (mengandung kesalahan


eksperimen) dan variabel bebas xi (dapat ditentukan tanpa kesalahan eksperimen)
dengan rumus : y = ax + b (satu variabel) y= axi + bxi + c (lebih dari satu variabel).
Didapatkan model regresi linear hubungan antara log 1/C eksperimen dengan
descriptor log P, EHOMO, dan ELUMO dengan mengikuti persamaan :

9. Manfaat Vaksinasi Bagi Kesehatan Masyarakat

1) Penyakit Covid-19

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme masih
hidup yang dilemahkan atau yang sudah mati tetapi masih utuh bagiannya atau berupa toksin
mikroorganisme yang sudah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan atau

32
mRNA/DNA yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang
akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Covid-19 sedang melanda dunia saat ini, tak terkecuali Indonesia sehingga terhambat
dari segala aspek, baik dunia pendidikan, pariwisata, ekonomi dan lain-lain. Covid-19 ini
adalah penyakit menular yang disebabkan Virus SARS Cov-2. Virus SARS Cov-2 ini baru
diketahui pada Desember 2019 di Wuhan, China. Virus ini masih satu famili dengan virus
penyebab SARS dan MERS, serta virus SARS Cov-2 ini lebih menular dibandingkan dengan
SARS & MERS.Virus SARS Cov-2 ini dapat ditularkan melalui droplet langsung (batuk,
bicara, bersin) dari orang yang sakit kepada orang yang sehat, melalui mulut, hidung, mukosa
mata dengan jarak 1-2 meter; percikan (ludah, ingus, lendir) orang yang sakit menempel
(kontaminasi) pada benda - benda sekitar (meja, kursi tombol lift, komputer, mesin ATM,
dll), tangan orang sehat memegang benda terkontaminasi, kemudian tangan terkontaminasi
tersebut menyentuh area wajah (mulut, mata, hidung); dan juga waspada penularan melalui
udara (terbatas) pada ruang tertutup (ruang RS, transportasi publik, seperti kereta api, bus,
angkot, pesawat, dll.). Yang dapat menularkan virus ini adalah pasien yang mengandung
virus baik bergejala maupun tidak.

A. Cara Penularan Covid-19 dapat berasal dari pasien yang mengandung virus, bergejala
maupun tidak
➔ Melalui droplet langsung (batuk, bicara, bersin) dari orang yang sakit kepada orang
yang sehat, melalui mulut, hidung, mukosa mata dengan jarak 1-2 meter.
➔ Percikan (ludah, ingus, lendir) orang yang sakit menempel (kontaminasi) pada benda -
benda sekitar.
➔ Melalui udara pada ruang tertutup

B. Cara Memastikan Seseorang Sakit Covid-19 (Gejala Covid-19)


➔ Tidak Bergejala, Fit, Sehat.
➔ Demam.
➔ Rasa Lelah.
➔ Nyeri-Sakit Badan.
➔ Batuk Kering.
➔ Sakit Tenggorokan.
➔ Hidung Tersumbat, Pilek.
➔ Nyeri Kepala.
➔ Conjunctivitis.
➔ Diare, Sakit Perut.
➔ Anosmia (Tidak Bisa Membau).

33
➔ Tidak Bisa Merasakan Makanan.
➔ Ruam Kulit.
➔ Pneumonia

C. Strategi Penanganan Covid-19

- 5 M (dilakukan masyarakat)
1. Memakai masker
2. Menjaga jarak
3. Mencuci tangan
4. Menghindari kerumunan
5. Mengurangi mobilitas (Masyarakat)

- 3T (dilakukan pemerintah)à Testing, tracing dan treatment

- Vaksinasi (untuk melengkapi 5M & 3T)

2) Pengembangan Vaksin

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen (berupa mikroorganisme masih
hidup yang dilemahkan; atau yang sudah mati - masih utuh atau bagiannya; atau berupa
toksin mikroorganisme yang sudah diolah menjadi toksoid; atau protein rekombinan, atau
mRNA, atau DNA) yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebelum vaksin diberikan kepada masyarakat melalui proses evaluasi yang ketat dari BPOM
RI meliputi aspek safety, quality, efficacy. Pengembangan Vaksin Baru meliputi : Uji
Preklinik Uji Klinik I – III Registrasi àPost Marketing Surveillance (PMS).

Siklus Pengembangan Vaksin (Research And Development)


1. Find Potential Disease : Menentukan penyakit yang perlu dicegah dengan
vaksinasi
2. Exploratory : Melakukan penelitian awal untuk menentukan jenis virus atau
bakteri apa yang dapat memberikan kekebalan terhadap tubuh manusia. Dalam
tahap ini ditentukan kandidat vaksin (3-5)
3. Vaccine Candidate Design

34
4. Vaccine Characterization : Mengetahui imunogenisitas pada hewan dan
keamanannya (6 Bulan)
5. Preclinical Studies : Safety, Toxicology, Teratology, dan lain-lain
6. Pilot scale Manufacturing : Pembuatan vaksin secara skala pilot
memperhatikan aspek (Clinical lots, Current Good, Manufacturing Practices
(cGMP), Quality Control (QC), Quality Service (QS)).
7. Clinical Development
- Clinical Trial I : Mengetahui keamanan produk dan efek samping yang dapat
ditimbulkan dengan diberikan kepada 10-100 orang
- Clinical Trial II : Mencari tahu dan mengevaluasi respon imunitas dengan
menambah jumlah responden menjadi 100-300 crang
- CLinical Trial III : Mengetahui tingkat efikasi vaksin dengan jumlah subjek
dihitung secara statistik
8. Regulatory Approval : Melakukan registrasi dan data-data mengenai tingkat
keamanan, keampuhan, dan tingkat imunitas kepada pihak berwenang Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM. Waktu yang dibutuhkan antara 100-300
hari kerja
9. Commercial Manufacturing meliputi : Regulasi, Current Good Manufacturing
Practise (cGMP), Quality Control (QC), Quality Management System (OMS), dan
Post Marketing Surveillance (PMS).

3) Proses Produksi Vaksin


1. UP STREAM = Active Pharmaceutical Ingedient (API) à 6 – 8 months
2. DOWN STREAM = Final Product 3 – 4 months

Tahapan produksi :

Persiapan bibit vaksin > Kultivasi > Panen > Inaktivasià Pemurnian (Konsentrat vaksin) >
Formulasi > Filling dan Packaging > Vaksin
4) Mekanisme Kerja Vaksin
➔ Antigen virus / Bakteri yang dimatikan / dilemahkan / komponen diinjeksikan
➔ Mengaktivasi sistem kekebalan tubuh
➔ Membentuk antibodi spesifik
➔ Menimbulkan kekebalan terhadap serangan mikroorganisme tertentu sesuai antigen
vaksin

35
5) Manfaat Vaksinasi
- Bagi Masyarakat pada kekebalan kelompok (Herd Immunity) yaitu untuk
mencegah penyakit menyebabkan kematian/kecacatan.
- Menurunkan kesakitan dan kematian akibat covid-19, mempercepat mencapai
kekebalan kelompok (hard immunity) dalam melindungi kesehatan masyarakat,
melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh menjaga
produktivitas dan meminimalkan dampak sosial dan ekonomi.

6) Sasaran Vaksinasi

Tahapan vaksinasi dibagi 4 dengan pertimbangan ketersediaan vaksin, waktu kedatangan


vaksin, profil keamanan vaksin - UEA.

Sasaran vaksinasi Covid-19

1. Tahap 1 : SDM Kesehatan, yang bekerja pada fasilitas kesehatan.

2. Tahap 2 : Lansia & Petugas pelayanan publik (Guru, TNI, Polri, Transportasi, Pasar).

3. Tahap 3 : Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial dan ekonomi.

4. Tahap 4 : Masyarakat lainnya.

7) Strategi Penyediaan Vaksin Covid-19

a. Jangka pendek à impor produk jadi (Sinovac Biotech Ltd, astrazeneca, sinopharm, astra
zeneca, dll), tech transfer menggunakan bulk vaksin covid-19 Mitra biofarma (Sinovac
Biotech Ltd, China)

b. Jangka menengah à capacity building, pengembangan vaksin dari proses hulu Sinergi
BUMN konsorsium vaksin covid 19 nasional (vaksin merah putih) dengan aspek regulasi
BPOM

8) Aspek Halal Vaksin


● Short Term : Edukasi dan Advokasi, Evaluasi Proses dan Material yang saat ini
digunakan dan Pengajuan sertifikasi dan fatwa halal atas produk eksisting
● Middle Term : Uji coba material pengganti pada produk eksisting, pengembangan
produk vaksin baru

36
● Long Term : Lingkup Nasional (Konsorsium farmasi halal bersama dengan
Kementerian dan Lembaga Terkait) dan Lingkup Global (Harmonisasi kriteria vaksin
dan produk farmasi halal di negara OKI)
9) Distribusi Vaksin Covid-19

BIO FARMA dengan 2D Barcode(Aplikasi Biotracking) untuk pantau suhu, pantau


lokasi, ditransportasikan menggunakan kendaraan berpendingin dan alat pemantau suhu
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan PBF mitra (HUB) diteruskan menuju Dinas Kesehatan
kota/kab dan disalurkan kembali ke Fasyankes.

10. Penelitian Kimia Bahan Alam

Kesehatan merupakan kebutuhan utama manusia dan oleh karenanya perlu adanya obat-
obatan. Di dalam sejarah pengobatan tersebut terjadi beberapa periode pengobatan. Periode pertama
pada tahun 1820-1930, terdiri dari 2 generasi. Generasi pertama terdiri dari alkaloid, yaitu senyawa
metabolit sekunder terbanyak yang memiliki atom nitrogen yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan
dan hewan (Ningrum, dkk., 2016), pengembangannya terjadi tahun 1820 sampai 1880. Setelah itu
muncul generasi kedua yang terdiri dari vaksin, analgesic, kemoterapi, dan obat sulfamida,
pengembangannya terjadi tahun 1880 sampai 1935. Selanjutnya, periode kedua pada tahun 1930-
sekarang, terdiri dari 3 generasi.
Generasi pertama, yaitu alkaloid dimana sumbernya berasal dari alam. Contohnya adalah
emetin untuk disentri amoeba yang dikembangkan oleh P.J.Pelletier pada tahun 1817 yang
strukturnya sangat kompleks. Striknin untuk konvulsan yang juga bersifat toksik ini dikembangkan
oleh Pelletier dan J.B. Caventou tahun 1818. Dan ada juga kuinin ini untuk malaria yang
dikembangkan oleh Pelletier dan Caventou tahun 1820, yang sudah banyak dikembangkan di berbagai
negara.
Generasi kedua adalah obat sulfa yang sumbernya berasal dari bahan-bahan kimia sintesis
yang umumnya senyawa aromatic. Contohnya, yaitu sulfamidokriosoidin (prontosil) ini adalah
antibiotic (antibakteri) yang diteliti atau ditemukan oleh Baeyer tahun 1932. Selain itu ada
sulfanilamide dimana strukturnya sederhana yang bahan bakunya berupa anilin yang disubstitusi
dengan gugus amina yang merupakan antibiotic juga. Sulfanilamide yang digabungkan dengan
trimethoprim ini digunakan untuk infeksi bakteri pada penderita AIDS, yang keduanya banyak
mengandung gugus amina.
Generasi ketiga yang salah satunya adalah antibiotic beta lactam yang bersumber dari alam,
yaitu dari biakan jamur Penicillium bukan dari tumbuhan. Salah satu yang diproduksinya adalah
penisilin F.
Generasi keempat ini perkembangan dari antibiotic beta lactam yang bersumber dari
semisintetis dari biakan jamur Penicillium. Terdapat 2 bahan baku dari jamur Penicillium,yaitu asam
6-aminopenisilat (6-APA) dan asam 7-aminoselfalosporat (7-ACA). Bahan baku 6-APA dengan cara
sintesis menghasilkan amoksisilin dan 7-ACA dengan cara sintesis pula menghasilkan sefadroksil.
Generasi kelima adalah produk bioteknologi dan inhibitor enzim. Produk bioteknologi ini
adalah molekul besar dan bisa disebut biofarmaka (bahan-bahan farmasi yang dihasilkan dari produk
bioteknologi) meliputi protein rekombinan dan non rekombinan; antibody monoclonal; sitokinin;
peptide; vaksin; produk turunan dari darah/plasma; produk turunan asam nukleat; dan kultur

37
sel/jaringan. Molekul yang besar terdiri dari dua, yaitu peptide dan karbohidrat. Selain itu juga ada
inhibitor enzim yang terdiri dari molekul kecil, contohnya tirosin kinase untuk kanker, beta-laktamase
untuk antibiotic, alfa-glukosidase sebagai antidiabetes, tyrosinase untuk kulit dan lain-lain.

JENIS – JENIS TIROSIN KINASE RESEPTOR

● EGFR (epidermal growth factor) : HER1, HER2, HER3, HER4 → penyakit generatif (-)
atau pembentukan tumor (+)
● PDGFR (platelet-derived growth factor) : PDGFR alfa, PDGFR beta → perrtumbuhan dan
perkembangan sel : menuju ke kanker
● IGFR (insulin-like growth factor) : IGFR1R, InsR → homeostatis glukosa : (+) melancarkan
pertumbuhan tumor, (-) diabetes
● VEGF (vascular endothelium growth factor) : KDR → pembentukan saluran darah

JENIS – JENIS TIROSIN KINASE NON-RESEPTOR

● ABL (Abelson murin leukimia ) : ABL1 → kanker Myeloid leukimia


● BRK : BRK pada kanker payudara karena ekspresi berlebihan
● BTK (Bruton tyrosine kinase) : malignasi kanker leukimia sel B
● CSK (C-teminal Scr Kinase) : pada perkembangan berbagai jenis kanker : payudara dan paru-
paru

TKR kanker payudara

Protein Erb : anggota dari TKR EGFR (epidermal growth factor receptor) → kekurangan fungsi →
penyakit degenerative, kelebihan fungsi → tumor (kanker) : contoh Erb (HER2) : kanker payudara

Contoh obat kanker payudara :

· Trastuzumab (menghambat pengikatan sinyal ke reseptor)

· Erlotinib (menghambat reaksi fosforilasi)

INFRASTRUKTUR PENELITI PADA PENCARIAN INHIBITOR TK

(skrining sneyawa lama sebagai inhibitor TKR)

· Liquid Handling

· Detection

· Data Analysis

· TK-1

Senyawa alam sebagai inhibitor tirosin kinase Isolasi Metabolit Sekunder dari :

· Tumbuhan kecapi (Sandoricum koetjape)

38
· Damar “Mata Kucing” (Shorea Javanica)

· Jamur Endofitik Phomopsis sp

11. The Amazing Monascus

Monascus sp. merupakan kapang yang biasa dimanfaatkan sebagai penghasil


angkak yang dapat menghasilkan zat warna sebagai produk metabolit sekunder. Zat
warna Monascus telah lama digunakan sebagai pewarna alami makanan, terutama di
beberapa negara Asia seperti Cina Selatan (Yuliana dkk, 2016). Berbagai spesies kapang
Monascus sp. penghasil angkak yaitu Monascus purpureus, Monascus ruber, Monascus
anka, Monascus pilosus, Monascus floridamus, Monascus pollens dan Monascus
sanguineus. Angkak memiliki beberapa khasiat, diantaranya sebagai obat
hiperkolesterolemia dan antihipertensi. Selain itu, zat warna merah yang dihasilkan oleh
kapang Monascus purpureus juga memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti antikanker
dan antidiabetes, serta aktivitas antimikroba.

Monascus merupakan salah satu jenis kapang phillum Ascomytina yang tergolong
genus Monascus. Pada tahun 1884, nama Monascus pertama kali diperkenalkan oleh
Phillipe van Tieghem dengan nama spesies Monascus ruber. Monascus adalah kapang
merah yang merupakan hasil isolasi dari tanah atau sungai. Dikenal sebagai pewarna
makanan, contoh makanan yang mengandung pewarna dari Monascus adalah sosis,
daging, yogurt, dan untuk pengawet buah dan sayur serta produk ikan. Dikenal juga
sebagai pewarna kosmetik, contohnya pewarna lipstick, pelindung kulit, dan pewarna
kain sutra. Selain itu juga digunakan sebagai antidiabetes, antikolesterol, meningkatkan
imunitas dan lain-lain.Monascus sendiri dapat digunakan sebagai:

1. Pewarna Makanan

Contohnya: Yoghurt, daging, sosis dan untuk pengawet buah dan sayur serta produk ikan.

2. Pewarna Kosmetik

Contohnya : Pewarna lipstik, pelindung kulit dan pewarna kain sutra

39
Mengapa dipilih monascus? Karna monascus merupakan pigmen alami,
antikolesterol, antibakteri, dan juga anticancer. Proses Yang Berpengaruh yaitu :

➔ STRAIN 19 Stain berhasil diidentifikasi dan dikarakterisasi.


➔ MEDIA : Media padat atau cair Media sintetik, alami atau diidentifikasi dan
campuran.
➔ LINGKUNGAN : pH, Suhu, Kelembaban, aerasi.
➔ EKSTRAKSI : Metode Ekstraksi Pemilihan Pelarut.

Contoh Metabolit Sekunder =>

Isolasi : Kromatografi kolom, Kromatografi kertas, HPLC, Capilary Electroforesis.


Identifikasi : NMR, IR, LC-MS, GC-MS, HR-MS, EPR.

12. Farmakologi Molekuler

Farmakologi berasal dari dua kata, yaitu farmakon yang artinya obat/bahan obat
dan logos yang artinya ilmu. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
senyawa yang memiliki aktivitas biologi yang dikenal dengan istilah obat/bahan obat.
Dimana senyawa ini jika dimasukkan ke dalam tubuh akan memberikan aktivitas/efek.
Atau farmakologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek tentang obat dan
interaksinya dengan kehidupan. Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosis, mengobati, mengurangi gejala, dan mencegah penyakit pada manusia
maupun hewan.

Sinonim dari obat adalah medicine yaitu zat kimia yang digunakan untuk
mengobati penyakit ; agent adalah satu jenis obat untuk terapi (misal: antituberkulosis
atau antihipertensi); compound merupakan zat kimia yang digunakan untuk tujuan
farmakologi (prototipe obat); dan substance of abuse adalah zat kimia atau obat yang
digunakan untuk untuk tujuan di luar pengobatan (penyalahgunaan obat). Istilah yang
terkait dengan obat, yaitu Onset, Intensitas, Durasi, Mekanisme kerja obat, Efek obat,
Toleransi, Takifilaksis, Adiksi, Alergi, dan Idiosinkrasi.

Beberapa contoh penjelasan farmakologi molecular

1. Obat yang mempengaruhi sistem saraf :

40
• Analgetika
• Depresan sistem saraf pusat (hipnotika-sedativa, anestetika umum)
• Stimulan sistem saraf pusat
• Obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom

2. Obat yang mempengaruhi sistem kardiovaskular :


• Obat-obat jantung
• Obat-obat hipertensi

3. Antihistamin

Fase obat dalam tubuh terdiri dari fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase
farmakodinamik.

➔ Fase Farmakodinamika : obat berinteraksi dengan reseptornya dalam tubuh, obar agar
dapat bekerja harus mencapai tempat kerjanya
➔ Ilmu farmakodinamika : ilmu tentang kerja obat pada tempat kerjanya.
➔ Farmakologi molekuler : mempelajari penjelasan mekanisme kerja obat pada tingkat
molekul, biasanya mempelajari mekanisme kerja obat pada tingkat sel.
➔ Kerja biologi merupakan semua perubahan dalam sistem biologi yang ditimbulkan
oleh zat aktif e.
➔ Efek obat lokal dan sistemik dari suatu obat tergantung pada rute pemberian dan
formulasi bentuk sediaan

41
BAB III

Penutup

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan:

1. Untuk memperoleh obat yang efektif dan aman, harus melalui serangkaian uji
praklinik dan klinik, melimpahnya SDA Indonesia dan pengalaman dalam
penanganan penakit, perlu penggunaan obat herbal, lalu perlu pemantauan produk
yang mengenai obat sintetik, obat herbal, nutraseutikal, kosmetik, alat kesehatan,
pereaksi diagnostik, dan lain-lain.
2. Melimpahnya sumber daya alam Indonesia dan pengalaman penggunaannya dalam
menangani berbagai penyakit perlu dioptimalkan penggunaan obat herbal
3. Bahan tambahan pangan adalah bahan kimia alami atau sintetis, yang mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi, yang ditambahkan dalam makanan pada waktu
pengolahan supaya performa makanan tersebut baik. Batas penggunaan bahan
tambahan pangan sesuai dengan cara produksi yang baik (GMP) / tidak melebihi
jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keamanan
penggunaan bahan tambahan pangan ini hal penting yang harus diperhatikan.
4. Tantangan pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan harus berkualitas, tenaga
kesehatan harus melaksanakan fungsi sosial, harus mengetahui penggunaan teknologi
informasi, dan melakukan inovasi, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
pembinaan, pembelajaran, dan pencetakan karakter pada perguruan tinggi
5. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme masih
hidup yang dilemahkan atau yang sudah mati. Vaksi diproduksi dengan tahapan
Upstream, Downstream, dan Fill and finish sehingga dapat didistribusikan.
6. Pengelolaan Obat-obatan sitostatika harus diperhatikan dalam penerimaan dan
penyimpanannya. Jika kontak langsung dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata,
dan selaput lendir, dan ulserasi dan nekrosis jaringan.
7. Masyarakat perlu diedukasi sehingga sadar dan mendukung seluruh kebijakan
pemerintah dalam menangani Covid-19.
8. QSAR merupakan suatu metode untuk menghubungkan aktivitas biologis dengan
unsur-unsur structural molekul (analisis Free-Wilson), sifat fisikokimia molekul
(analisis Hansch) atau berbagai jenis medan para molekul (3D QSAR). Metode
docking yaitu metode komputasional yang dapat digunakan untuk menemukan
senyawa penuntun atau desain mengembangkan obat yang sudah ada. Docking
molecular merupakan suatu simulasi secara komputasi yang digunakan untuk
memprediksi ikatan antara obat/ligan dan reseptor dengan memasangkan suatu
molekul kecil pada sisi aktif dari reseptor, yang pada saat ini digunakan dalam proses
penemuan dan pengembangan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik.
9. Manfaat vaksinasi bagi masyarakat (negara) adalah memberikan kekebalan kelompok
bagi negara tersebut.

42
10. Contoh antikanker adalah tirosin kinase, cara kerja dari tirosin kinase adalah
memfosforilasi gugus fosfat. Kinasi merupakan saklar bagi proses transkripsi DNA
dalam proses sintesis protein. Jika tirosin kinase berlebihan akan menyebabkan tumor
dan kanker. Jenis tirosin kinase reseptor adalah EGFR, PDGFR, dan IGFR.
11. Monasqus sp. memiliki beberapa khasiat, diantaranya sebagai obat
hiperkolesterolemia dan antihipertensi. Selain itu, zat warna merah yang dihasilkan
oleh kapang Monascus purpureus juga memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti
antikanker dan antidiabetes, serta aktivitas antimikroba.
12. Farmakologi berasal dari kata farmakon yaitu obat, dan logos yaitu ilmu. Jadi
farmakologi adalah ilmu yang mempelajari aspek tentang obat dan interaksinya
dengan kehidupan.

43

Anda mungkin juga menyukai