Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN IV

INFUS INTRAVENA

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori dan cara


pembuatan infus intravena

2. Mahasiswa mampu membuat sediaan infus intravena.

B. DASAR TEORI

Cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian


sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Kegunaan infus intravena :

1. Pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan


2. Untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap
yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa
penyembuhan atau setelah operasi

3. Sebagai pembawa obat-obat lain


Persyaratan infus secara umum adalah kandungan bahan obat yang
sesusai dengan yang dinyatakan dalam etiket, penggunaan wadah
yang cocok dan tersatukan tanpa terjadi reaksi

Beberapa faktor yang paling menentukan adalah bebas kuman, bebas


pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral, isotonis,
isohidris dan bebas bahan melayang

Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja


obat yang cepat dibandingkan cara cara pemberian lain dan tidak
menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat.

Kerugiannya yaitu : obat yang diberikan sekali lewat itravena maka


obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan
untuk obat bila diberikan per-oral misalnya dengan cara dimuntahkan.

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian


cairan infus adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan


komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)

3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur


(paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada


dehidrasi)
5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan


cairan tubuh dan komponen darah)

Jenis Cairan Infus:

1. Cairan hipotonik:

osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+


lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel
“mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

1. Cairan Isotonik:
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya
adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).

1. Cairan hipertonik:

osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”


cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid:

bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan


(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang
singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

1. Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh
darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar
pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS

ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:


gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

 Na 130 mEq
 K 4 mEq

 Cl 109 mEq

 Ca 3 mEq

 Asetat (garam) 28 mEq


Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir


pada pasien yang mengalami gangguan hati

2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi


asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu


tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran

4. Mempunyai efek vasodilator

5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 %


sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan
tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

KA-EN 1B

Indikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum


diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan
oral tidak memadai, demam)
2. < 24 jam pasca operasi

3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.


Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100
ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan
lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air


dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air


dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium 20 mEq/L

4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400


kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak


2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L

 Cl 20 mEq/L

 Laktat 10 mEq/L

 Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia


kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:
1.
o Na 30 mEq/L

o K 8 mEq/L

o Cl 28 mEq/L

o Laktat 10 mEq/L

o Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare

3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis


diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Indikasi:

1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat

3. Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita


diabetik
2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti
tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein

3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

4. Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi:

1. Stres metabolik berat


2. Luka bakar

3. Infeksi berat

4. Kwasiokor

5. Pasca operasi

6. Total Parenteral Nutrition

7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600

Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI


2. Penderita GI yang dipuasakan
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma
dan pasca operasi)

4. Stres metabolik sedang

5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik


ringan
2. Nitrisi dini pasca operasi

3. Tifoid

cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian


sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian


cairan infus adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan


komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur
(paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada


dehidrasi)

5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan


cairan tubuh dan komponen darah)

Jenis Cairan Infus:

1. Cairan hipotonik:

osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+


lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel
“mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
1. Cairan Isotonik:

osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian


cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya
adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).

1. Cairan hipertonik:

osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”


cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid:

bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan


(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang
singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
1. Koloid:

ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak


akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh
darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar
pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS

ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:


gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

 Na 130 mEq
 K 4 mEq

 Cl 109 mEq

 Ca 3 mEq

 Asetat (garam) 28 mEq


Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir


pada pasien yang mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu


tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran

4. Mempunyai efek vasodilator

5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 %


sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan
tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

KA-EN 1B

Indikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum


diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan
oral tidak memadai, demam)
2. < 24 jam pasca operasi

3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.


Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100
ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan
lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air


dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air


dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium 20 mEq/L

4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400


kcal/L
KA-EN 4A

Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak


2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L

 Cl 20 mEq/L

 Laktat 10 mEq/L

 Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia


kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:
1.
o Na 30 mEq/L

o K 8 mEq/L

o Cl 28 mEq/L

o Laktat 10 mEq/L

o Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare

3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis


diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Indikasi:

1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat

3. Asidosis metabolik
MARTOS-10

Indikasi:

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita


diabetik
2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti
tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein

3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

4. Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi:

1. Stres metabolik berat


2. Luka bakar

3. Infeksi berat

4. Kwasiokor

5. Pasca operasi

6. Total Parenteral Nutrition

7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI


2. Penderita GI yang dipuasakan

3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma


dan pasca operasi)

4. Stres metabolik sedang

5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik


ringan
2. Nitrisi dini pasca operasi

3. Tifoid

C. FORMULASI LENGKAP

R/ inf. Ringer Asetat

M f da in 500 ml No. I

Resep standar (ISO hal : 243)

R/ Na. Asetat 1,9 g


Cacl2 0,1 g

Kcl 0,15 g

Nacl 3g

Aqua pro injeksi ad 500 ml

Monografi :

1. NATRIUM ASETAT

Pemeriaan : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih tidak


berbau atau sedikit berbau asam asetat

Kelarutan : 1 bagian dalam air, 1 bagian alkohol praktis tidak larut


dalam eter

Khasiat : sebagai campuran dapar

2. NATRIUM KLORIDA (depkes RI, 1995)

Pemeriaan : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur


putih, rasa asin

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam
air mendidih, larut dalam gliseril, sukar larut dalam
etanol

Stabilitas
OTT : larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi,
membetuk dan apabila bereaksi dengan perak, garam
merkuri, agen oksidasi kuat

PH : 6,7-7,7

3. KALIUM KLORIDA (depkes RI , 1995)

Pemeriaan : serbuk bentuk memanjang, prisma/kubus, tidak


berwarna atau serbuk graanul putih tidak berbau rasa
garam, stabil diudara larutan bereaksi netral terhadap
lakmus.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, tidak mudah larut dalam etanol .

Stabilitas

OTT : larutan potasium klorida bereaksi terhadap bromina


berfloride dan dengan campuran atom sulfur dan
permanganate kalium, kehadiran asam klorida, nacl
dan Mgcl menurunkan kelarutan kcl dalam air. Larutan
KCL mengendap dengan garam perak dan lead,
larutan IV kcl OH dengan protein hidrosanlat

PH : 7 untuk larutan pada suhu 150 C

Stabilitas : larutan kcl dapat disterilkan dengan autoklaf atau fltrasi


kcl stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, tempat sejuk dan kering
4. CALSIUM KLORIDA (Depkes RI , 1995)

Pemeriaan : Granul atau serpihan putih keras, tidak berbau

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol dan etanol


mendidih, sangat mudah larut dalam air panas

Stabilitas :

OTT : OTT dengan larutan karbonat, fosfat, sulfat dan tartat


dengan amphotoricin, cepthatolin sodium,
klorefiniramina maleat, tetrasiklin HCL kadang-kadang
OTT yang tergantung pada konsentrasi yang terjadi
dengan sodium bikarbonat

PH : larutan 5 % dalam air memiliki PH 4,5-9,2

Stabilitas : simpan didalam wadah yang tertutup rapat

Khasiat : agen tonisitas

5. CARBO ADSORBEN (Depkes RI, 1995)

Pemeriaan : serbuk hablur bebas dari butiran, hitam, tidak berbau ,


tidak berasa

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

Konsentrasi : 0,1 %

Khasiat : penyerap pirogen


6. AQUA PRO INJEKSI

Organoleptis : cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


berasa

Khasiat : aqua untuk pembuatan injeksi

DAFTAR OBAT

1. Natrium asetat : obat keras


2. Kalium klorida : obat keras

3. Natrium klorida : obat keras

4. Calsium klorida : obat keras

D. PERHITUNGAN TONISITAS

TB FI : III hal 912

1. Na asetat : -0,265o C
2. Cacl2 : -0,2000 C

3. Kcl : -0,439o C
4. Nacl : -0,5760 C

1. Volume sediaan : 500 ml + 2% = 510 ml

2. Jumlah sediaan : 1 botol

3. Total volume : 510 ml x 1 = 510 ml

4. Berat zat aktif

a. Na asetat = 1,9 g x 510 ml / 500 ml = 1,93 g +

= 2,0296 g

b. Cacl = 0,1 g x 510 ml/500ml = 0,102 g + 5%

= 0,107 g

c. Kcl = 0,5 g x 510 ml / 500ml = 0,153 g +5%

= 0,160 g

d. Nacl = 3 g x 510 ml /500 ml = 3,06 g + 5%

= 3,213 g

5. Perhitungan ekivalensi

a. Ekivalensi Na. Asetat = -0,2650C/-0,5760C =0,4600C

 0,460 x 2,0206 = 0,9294 g


b. Ekivalensi cacl2 = -0,2000C/-0,5760C = 0,347

 0,347 x 0,107g = 0,037 g

c. Ekivalensi Nacl = -0,4390C/-0,5760C = 0,762

 0,762 x 0,106 g = 0,121 g

d. Ekivalensi Nacl = -0,5760 C / -0,5760C = 1

 1x 3,213 g = 3,213 g

e. Total : 0,9294 g + 0,037 g + 0,121 g + 3,213 g = 4, 3004 g


(4,9 g)

f. Nacl = 0,9 g / 100 ml x 510 ml = 4,59 g (hipotonis)

Kesimpulan = 4,3 g < 4,59 g = hipotonis

Nacl yang dibutuhkan = 4,59 g - 4,3004 g = 0,2896 g

E. PENIMBANGAN BAHAN

1. Na. Asetat = 0,94294 g (0,93 g)

2. Cacl2 = 0,037 g (0,4 g)

3. Kcl = 0,121 g (0,12 g)

4. Nacl = 3,2139 g + 0,28964 g = 0,288 g = 3,501 g


(3,5 g)

5. Carbo adsoben = 0,5 % = 0,5/100 x 510 ml = 2,55 g


6. Aqua pro injeksi = 500 ml

F. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Beker glass = oven selama 30 menit suhu 1800 C

b. Gelas ukur = autoklaf selama 15 menit suhu


1210 C

c. Cawan porselin = oven selama 30 menit suhu 1800 C

d. Batang pengaduk = oven selama 30 menit suhu 1800 C

e. Erlenmeyer = oven selama 30 menit suhu 1800 C

f. Botol infus+ tutup = oven selama 30 menit suhu 1800 C

g. Corong + kertas saring = autoklaf selama 15 menit suhu 1210

h. Spatel logam = oven selama 30 menit suhu 1800 C

i. Aqua pro injeksi = autoklaf selama 15 menit suhu


1210 C

2. Bahan

a. Natrium asetat

b. Kalsium klorida

c. Natrium klorida

d. Kalsium klorida
e. Carbo adsorben

f. Aqua pro injeksi

G. PROSEDUR PEMBUATAN

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan aqua pro
injeksi 600 ml untuk melarutkan
H. PROSUDER PEMBUATAN

Dipanaskan carbo adsorben dengan cawan porselin diatas api


bunsen, sampai membara

Dilarutkan kedalam klorida kedalam erlenmeyer ad larut sisihkan

Dilarutkan natrium klorida kedalam erlenmeyer ad larut, sisihkan

Dimasukkan campuran larutan kedalam beker gelas aduk ad


homogen dan ditambahkan nacl aduk ad homogen

Ditambahkan carbo adsorben aduk kemudian saring dengan


kertas saring

Dilakukan pengukuran PH dan dilakukan sterilisasi C dan


kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol infus dan
dilakukan sterilisasi akhir autoklaf 1210C selama 15 menit
lalu dilakukan pelabelan
HASIL DAN PEMBAHASAN

No Jenis evaluasi Penilaian

1. Kejernihan sediaan Bening jernih

2. Brosur Rapi

3. Etiket Rapi

4. Kemasan Rapi

5. Kesamaan Seragam

6. Jumlah sediaan 1 boto infus

Pada praktikum kali ini akan membahas tentang sediaan infus adalah sediaan

parenteral yang di masukkan kedalam tubuh melalui suntikan intrafena. Bentuk

sediaan injeksi atau sediaan infus disebut sediiaan parenteral. Sedaan parenteral di

golongkan menjadi dua berdasarkan jumlah volume yang di berikan adalah

sediaan parenteral volume kecil, contohnya injeksi dan sediaan parenteral volume

besar contohnya infus. Sediaan parenteral volume besar adalah produk obat

dengan pembawa air dalam bentuk kontener dosis tunggal, di sterilkan secara
terminaldengan kapasitas 100 mL atau lebih pembuatan sediaan steril yaitu

seduaan infus. Dalam pembuata infus semua alat dan bahan harus sudah di

sterilkan didalam autoklaf agar terbebas dari mikroorganisme yang ada dalam

lingkungan sekitar sesuai dengan buku panduan. Setelah itu praktikan

menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontaminasi bakteri saat

proses pembuatan/ pengerjaan seduaan infus contohnya seperti menggunakan jas

lab, handscoon, masker, penutup kepala. Sediaan yang akan di buat adalah ringer

asetat. Berdaarka literatur fornas ringer asetat terdiri dari Na. Asetat, CaCL, KCL,

NaCl, dari keempat bahan tersebut mempunyai sifat kelarutan. Yaitu larut dalam

air.

Hal yang dilakukan sebelum mengerjakan sediaan ialah mengecek larutan

yang telah dibuat apakah larutan isotonis atau tidak. Pada pemberian intravena

dalam volume kecil, isotonis adalah salah satu syarat yang mutlak, hal ini karena

jumlah cairan tubuh lebih besar dibandingkan jumlah cairan yang dimasukan

sehingga pengenceran yang cepat. Tetapi tidak demikian dengan larutan intravena

dalam volume besar yang diberikan tidak isotonis. Jika dlarutan hipertonis

(tekanan osmotiknya lebih besar dari darah) maka terjadi plasmolisis yaitu

hilangnya air dari sel darah sehingga sel darah akan menggkerut. Jika larutan

hipotonis (tekanan osmotik lebih kecil dari pada darah ) maka yang terjadi

hemolisis yaitu eritrosit akan pecah.hal yang dilakukan Selanjutnya ialah

menyiapkan alat yang akan di gunakan, alat-alat yang di gunakan harus sudah di

sterilkan di autokaf agar alat tidak terontamiasi olah mikroorganisme dan sediaan

yang di hasilkan sesuai dengan syarat yang telah di tentukan. Kemudian di


timbang bahan Na. Asetat sebanyak 0,93 g, CaCl sebanyak 0,4g, KCL, NaCl

sebanyak 3,5g, dan di ambil aqua pro injeksi sebanyak 500 ml setelah bahan

sudah di timbang kemudiaan di timbang Carbo adsorben sebanyak 2,55g, dan

setelah carbo adsorben di timbang kemudian carbo adsorben di [ijarkan di atas

lampu spiritus agar carbo adsoben menjadi aktif

Sehingga dapat di gunakan untuk menyaring sediaan agar bebas dari pirogen,

pirogen adalah sisa metabolisme mikro organisme yang apa bila masuk ke dalam

tubuh dapat menyebabkan demam ).Selagi menunggu carbo adsorben berpijar

yang dilakukan pelarutan bahan bahan yang sudah ditimbang seperti kalium

klorida yang di larutkan dalam aqua pro injeksi sampai larut lalu ditambah dengan

NaCl ke dalam larutan kemudian carbo yang udah berpijar di masukan kedalam

larutan agar pirogen dan sisa sisa partikel terserap ke dalam carbo

adsorben.setelah itu di saring larutan dengan menggunakan kertas saring

penyarinan di lakukan 2 kali agar larutan yang di hasilkan bening jernih. Na Astat

didalam infus sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai sumber natrium dalam

cairan infus untuk mencegah hipotarmenia pada pasien, KCL di dalam infus

sebagai zat penunjang zat aktif untuk diguakan dalam pengobatan hipokalemia

dan kondisi terkait sebagai pengganti elektrolit.. NaCl di dalam infus sebagai zat

aktif yang digunakan dalam terapi intravena sebagai pengganti cairan plasma

isotonik yang hilang atau pengganti cairan pada kondisi alalosis hipokalemia,

aqua pro injeksi di dalam infus berfungsi sebagai pelarut. Sebelum sediaan di

masukan ke dalam botol infuss hal yang dilakukan ialah mengecek PH dari infus
PH yang di dapat dari sediian yang kami buat mendapat PH 7 sehingga sediaan

kami isohidris atau PH yang didapatan sesuai dengan ketentuan yaitu 7.

Setelah melakukan pengecekan PH kemudian larutan di masukan kedalam botol

lalu di beri label kemudian sediaan di masukan ke dalam kemasan.

KESIMPULAN

1. Didalam praktikum ini didapatkan sebuah sediaan infus Nacl


dengan volume 600 ml dan untuk pemakaian 1 botol infus dan
dilebihkan 5 ml untuk ketentuan volume total yang dibuat.

2. Didalam praktikum ini didapatkan hasil kejernihan infus sesuai


standar jernih dari sediaan infus

3. Didalam praktikum ini penambahan Nacl diperhitungan tonisitas


sebesar 0,2 g karna hasil yang didapatkan hipotonis.

I. SARAN

1. Praktikan harus teliti dalam pembuatan sediaan karna rentan


terhadap kontaminasi bakteri
2. Praktikan harus teliti hati-hati dengan alat-alat yang digunakan dan
praktikan harus menggunakan pelindung diri agar meminimalisir
kontaminasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Ansel,1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta : UI press

2. Dirjen POM 1979 Farmakope Indonesia edisi III Jakarta :


Departemen Kesehatan RI

3. Dirjen POM 1995 Farmakope Indonesia edisi IV jakarta :


Departemen Kesehatan RI

4. Anief, Moh.2004.Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press

Anda mungkin juga menyukai