Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN TUMBUHAN

SURUHAN (Peperomia pellucida) TERHADAP KADAR


TRIGLISERIDA DARAH PADA TIKUS WISTAR MODEL
HIPERLIPIDEMIA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
ANIS KHOIRIYAH
I1B015055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2018
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hiperlipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida
serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Maryani, Ulfa, &
Rachmawati, 2016). Gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang olahraga,
diet tinggi kalori, kurang mengkonsumsi air mineral, merokok, dan
mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas. Asam
lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak,
namun apabila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh
hati menjadi bahan untuk pembentukan trigiserida di hati. Apabila kadar
trigliserida dalam serum tinggi (hipertrigliserida), maka akan menimbulkan
berbagai macam penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, sindrom
metabolik, obesitas dan penyakit arteri koroner (Pramono & Harbuwono,
2015). Beberapa penyakit tersebut sering disebut sebagai penyakit tidak
menular (PTM). Salah satu PTM yang paling sering terjadi dan ditakuti adalah
penyakit kardiovaskuler yaitu penyakit jantung koroner, dikarenakan penyakit
ini sering menyebabkan kematian mendadak. Selain itu, trigliserida juga
merupakan salah satu bentuk lipid darah yang berperan dalam pembentukan
aterosklerosis.

WHO memperkirakan, sekitar 23,6 juta jiwa akan meninggal karena


penyakit kardiovaskuler pada tahun 2030. Penyakit Jantung Koroner (PJK) di
Indonesia merupakan penyakit kardiovaskuler yang menepati urutan tertinggi
setelah stroke dengan prevalensi 1,5 % atau sekitar 2.650.340 jiwa. Sedangkan
di Provinsi Jawa Tengah, prevalensi penyakit jantung koroner sebanyak 1,4%
atau sekitar 337.252 jiwa (Riskesdas, 2013). Tingginya kejadian penyakit
jantung salah satunya disebabkan oleh hiperlipidemia, terutama karena
tingginya kadar trigiserida plasma. Solusi yang dapat diterapkan yaitu berupa
terapi, baik terapi farmakologi maupun terapi non-farmakologi.
Terapi farmakologi yang paling sering digunakan dalam pengobatan
dislipidemia adalah golongan statin. Cara kerja statin adalah dengan
menghambat kerja HMG-CoA reduktase, sehingga dapat menurunkan sintesis
kolesterol. Obat ini merupakan obat sintetis yang berperan dalam pencegahan
risiko kelainan kardiovaskular (Wardani, Budirahardjo, & Yuwono, 2016).
Obat golongan statin terbukti dapat menurunkan morbiditas, namun
penggunaan statin juga mempunyai berbagai efek samping seperti gangguan
pencernaan, konstipasi, gatal-gatal, sakit kepala, gangguan fungsi hati, nyeri
otot bahkan menimbulkan resistensi insulin dan naiknya kadar gula darah
(Rofida & Yulia, 2017). Oleh karena itu, perlu adanya terapi lain yang
mempunyai efek samping minimal seperti terapi non-farmakologi.

Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diberikan yaitu dengan


terapi herbal. Terdapat beberapa terapi herbal untuk dislipidemia diantaranya
yaitu ekstrak tauge, buah kurma, ekstrak daun maja, dan kunyit. Beberapa
tanaman tersebut telah diuji mempunyai efek hipolipidemia yang dapat
menurunkan kadar trigliserida dalam darah (Akinyemi et al.,2016; Asghar et
al., 2018; Maris, Normasari, & Riyanti, 2016; Pushpa & Jayachitra, 2015).
Selain itu tanaman yang bisa digunakan untuk dislipidemia adalah tumbuhan
suruhan (Peperomia pellucida). Uji fitokimia menunjukkan bahwa tumbuhan
suruhan (Peperomia pellucida) mengandung beberapa senyawa seperti
alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin (Idris, Olatunji, & Madufor, 2016).
Kandungan alkaloid pada tumbuhan suruhan dapat menghambat kerja enzim
lipase dalam saluran cerna, sehingga penyerapan lemak dalam tubuh
berkurang. Flavonoid bekerja sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan
ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas pada
oksidasi LDL (Prakoso et al., 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Sheikh et al (2013), menunjukkan bahwa


pemberian ekstrak Peperomia pellucida dengan dosis 300 mg/kgBB selama 7
hari mempunyai efek hipolipidemia pada tikus diabetes. Hal itu dikarenakan
kandungan flavonoid dan senyawa fenolik yang terkandung dalam Peperomia
pellucida bersifat hipolipidemik dengan bekerja sebagai inhibitor untuk enzim
seperti hidroksi-metil-glutarium-CoA reduktase, yang berperan dalam
biosintesis kolesterol. Namun pada penelitian ini tidak dijelaskan secara
spesifik mengenai jenis lipid yang diteliti, seperti kolesterol total, HDL, LDL,
atau trigliserida.

Selain itu, pemberian ekstrak Peperomia pellucida juga dapat


menimbulkan efek antiinflamasi yaitu dengan mempercepat penyembuhan
luka pada tikus yang mengalami fraktur. Hal itu disebabkan karena efek dari
mineral yang terkandung dalam ekstrak Peperomia pellucida (Florence et al.,
2017). Beberapa penelitian belum membahas dengan jelas mengenai sifat
hipolipidemia dan dosis yang efektif pada Peperomia pellucida dalam bentuk
seduhan. Selain itu, penelitian tentang Peperomia pellucida terhadap kadar
kolesterol masih sangat jarang ditemui. Penelitian Mazroatul et al (2016),
menunjukkan bahwa ekstrak etanol Peperomia pellucida dengan dosis 300
mg/kg secara signifikan dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL,
namun tidak dapat menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan HDL.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh seduhan
Peperomia pellucida terhadap hipertrigliseridemia serta dosis yang paling
efektif untuk menurunkan kadar trigliserida. Pemilihan dalam bentuk seduhan
karena bentuk tersebut mudah, sehingga masyarakat dapat membuatnya di
rumah.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui “Apakah terdapat
pengaruh pemberian seduhan suruhan (Peperomia pellucida) terhadap kadar
trigliserida darah pada tikus putih model hiperlipidemia?”

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan
suruhan (Peperomia pellucida) terhadap kadar trigliserida darah pada tikus
putih model hiperlipidemia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
a. Mengetahui kadar trigliserida darah pada tikus putih model hiperlipidemia
sebelum diberikan perlakuan.
b. Mengetahui kadar trigliserida darah pada tikus putih model hiperlipidemia
setelah diberikan perlakuan seduhan suruhan (Peperomia pellucida)
dengan dosis 150 mg/kgBB/hari.
c. Mengetahui kadar trigliserida darah pada tikus putih model hiperlipidemia
setelah diberikan perlakuan seduhan suruhan (Peperomia pellucida)
dengan dosis 300 mg/kgBB/hari.
d. Mengetahui kadar trigliserida darah pada tikus putih model hiperlipidemia
setelah diberikan perlakuan seduhan suruhan (Peperomia pellucida)
dengan dosis 600 mg/kgBB/hari.
e. Mengidentifikasi kadar trigliserida darah pada tikus putih model
hiperlipidemia setelah diberikan simvastatin dengan dosis 0,18
mg/200grBB/hari.
f. Mengidentifikasi dosis yang paling efektif dari seduhan suruhan
(peperomia pellucida) untuk menurunkan kadar trigliserida darah.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan dan mendapat hasil keefektifan dari seduhan
daun suruhan (Peperomia pellucida) dalam menurunkan trigliserida darah
khususnya untuk penderita hiperlipidemia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, dapat dijadikan bahan rujukan dan acuan untuk
penelitian selanjutnya mengenai terapi untuk menurunkan kadar
trigliserida darah.
b. Bagi institusi pendidikan, menambah keilmuan mengenai terapi
alternatif untuk menurunkan kadar trigliserida darah menggunakan
seduhan daun suruhan.
c. Bagi masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan mengenai manfaat
seduhan daun suruhan dan memenfaatkannya untuk menurunkan
kadar trigliserida darah dalam bentuk sederhana.
E. Keaslian penelitian
No Judul penelitian Penulis Hasil Persamaan &
Perbedaan
Hypoglicemic, Sheikh et al Pemberian ekstrak Persamaan:
1 anti-inflamatory Peperomia pellucida variabel bebas
and analgesic dengan dosis 300 (Peperomia
activity of mg/kgBB selama 7 hari pellucida)
peperomia mempunyai efek Perbedaan:
pellucida (L.) hipolipidemia pada tikus variabel
HBK diabetes terikatnya yaitu
aktivitas
hipoglikemik,an
tiinflamasi dan
analgesik.
Bentuk sediaan
berupa ekstrak.
Anti- Chasanah Mazroatul, Ekstrak etanol Persamaan:
2 Hypercholesterol Glar Donia Denib, Peperomia pellucida variabel terikat
emia Activity Of Nur Ahmad Habibic, dengan dosis 300 mg/kg (hiperkolesterol
Ethanol Extract Gita Febri Saputrid secara signifikan dapat emia) dan
Peperomia menurunkan kadar variabel bebas
Pellucida (2016) kolesterol total dan LDL, (Peperomia
namun tidak signifikan pellucida)
dapat menurunkan kadar Perbedaan:
trigliserid dan dosis yang
meningkatkan HDL. diberikan dan
bentuk sediaan.
Aqueous extract Tsofack Florence, Pemberian ekstrak Persamaan:
3 of Peperomia Sakouong Talle Peperomia pellucida variabel bebas
pellucida (L.) Suewellyne Huguette, berpengaruh secara (Peperomia
HBK accelerates Donfack Jean Hubert, signifikan terhadap pellucida)
fracture healing Gounoue Kamkumo peningkatan jumlah Perbedaan:
in Wistar rats Raceline, Dzeufiet leukosit pada dosis 100 Variabel
(2017) Djomeni Paul Desire, dan 200 mg/kg, terikatnya yaitu
Kamtchouing Pierre1 peningkatan rata-rata penyembuhan
dan Dimo Theophile jumlah platelet dengan luka pada fraktur
Ngueguim dosis 400 mg/kg, dan bentuk
peningkatan kalsium, dan sediaannya
fosfor. Hasil ini berupa ekstrak.
menunjukkan bahwa,
ekstrak seluruh tanaman
dari P. pellucida
memiliki efek
osteoblastik yang
bertanggung jawab untuk
meningkatkan proses
perbaikan tulang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
1. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan dimana lipid dalam darah mengalami
peningkatan atau gangguan metabolisme kolesterol yang terdiri dari
trigliserida, LDL, HDL dan kolesterol total yang menyebabkan kadar
kolesterol dalam darah meningkat (Listianasari, Dirgahayu, Wasita, &
Patriadi, 2017).
Hiperlipidemia dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu
penyempitan arteri koroner yang diakibatkan karena peningkatan lemak
jenuh. Lemak jenuh tersebut kemudian terkumpul pada dinding arteri dan
menebal sehingga terbentuk permukaan kasar pada dinding arteri dan
menyebabkan penyempitan pada arteri koroner. Hal tersebut dapat
meningkatkan resiko terjadinya penggumpalan darah pada arteri yang
mengalami penyempitan. Apabila hal ini terus berlanjut, maka sirkulasi
darah ke jantung menjadi tidak lancar bahkan terhambat yang
menyebabkan penyakit jantung koroner (Hadil & Hadi, 2017).
Faktor resiko terjadinya PJK diantaranya yaitu seseorang yang
memiliki IMT ≥25 m2, gaya hidup monoton atau kurang aktif, kebiasaan
merokok dan kadar kolesterol serta trigliserida yang tinggi dalam darah
(Hadil & Hadi, 2017).

2. Trigliserida
Trigliserida merupakan ester alkohol gliserol dan asam lemak yang terdiri
dari tiga molekul asam lemak, yaitu lemak jenuh, lemak tak jenuh tunggal
dan lemak tak jenuh ganda. Trigliserida diproduksi di hati dan disimpan
sebagai lemak bawah kulit ataupun organ lain (Watuseke et al., 2016).
Trigliserida secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi makanan
yang mengandung lemak, karbohidrat serta makanan yang mengandung
banyak kalori. Kadar trigliserida akan meningkat apabila seseorang
mengkonsumsi kalori lebih banyak daripada kebutuhan tubuh. Apabila
seseorang mengkonsumsi terlalu banyak kalori, maka tubuh akan
mengubah kalori tersebut menjadi trigliserida yang disimpan dalam sel
lemak. Ketika tubuh membutuhkan energi, maka enzim lipase dalam sel
lemak akan mengubah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol yang
kemudian akan dilepaskan ke pembuluh darah. Trigliserida dikatakan
normal apabila kadarnya dalam darah <175 mg/dL (Arca et al., 2018).

3. Metabolisme trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk lemak utama dalam makanan. Makanan
tinggi kalori yang telah dikonsumsi selanjutnya akan diproses dalam tubuh.
Metabolisme trigliserida dalam tubuh terdiri dari jalur eksogen dan jalur
endogen (Jim, 2013).
Metabolisme trigliserida dalam jalur eksogen berupa kilomikron.
Saat seseorang mengkonsumsi lemak, maka lemak tersebut akan diproses
dalam tubuh. Lemak masuk ke dalam lambung yang kemudian dipecah
oleh empedu menjadi partikel kecil agar dapat di proses oleh enzim
pencernaan. Setelah itu, komponen lemak trigliserida masuk kedalam usus
yang akan dihidrolisis oleh lipase pankreas dan lipase usus menjadi asam
lemak bebas dan monogliserida. Asam lemak bebas dan monogliserida
kemudian masuk ke usus bersama empedu dalam bentuk miselus untuk
diabsorbsi. Empedu dilepas kembali untuk didaur ulang dalam proses
pengangkutan. Asam lemak bebas dalam enterosit akan diubah lagi
menjadi trigliserida, kemudian bersama dengan fosfolipid dan apoprotein
B-48 akan membentuk kilomikron, yang kemudian dilepaskan ke
pembuluh darah. Trigliserida dalam bentuk kilomikron, oleh enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari endotel kapiler di jaringan
jantung, adiposa serta otot rangka akan dihidrolisis melepaskan asam lemak
bebas (free fatty acid, FFA). Asam lemak bebas yang dilepaskan akan
diterima oleh miosit dan adiposit untuk dioksidasi sehingga menghasilkan
energi atau disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Apabila
jumlah asam lemak berlebih, sebagian akan diambil oleh hati sebagai bahan
pembentuk trigliserida (Jim, 2013).
Metabolisme trigliserida dalam hati disebut dengan metabolisme
endogen. Sebagian asam lemak yang disimpan dalam hati kemudian
dimetabolisme menjadi trigliserida dan kolesterol ester. Trigliserida
tersebut kemudian akan diubah dalam bentuk very low density lipoprotein
(VLDL) dengan bantuan enzim microsomal triglyceride transfer protein
(MTP). VLDL kemudian dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase
(LPL) dan hepatic lipase (HL) menjadi intermediate density lipoprotein
(IDL). IDL kemudian dihidrolisis oleh LPL dan HL menjadi LDL. Bentuk
lipoprotein LDL ini merupakan bentuk lemak yang banyak mengandung
kolesterol dan merupakan produk akhir dari metabolisme VLDL (Jim,
2013).

4. Hipertrigliseridemia
Trigliserida dikatakan normal apabila kadarnya <175 mg/dL dalam darah.
Seseorang dikatakan mengalami hipertrigliseridemia berat apabila kadar
trigliserida dalam darah >885 mg/dL, serta hipertrigliseridemia sedang
apabila trigliserida darah 175 – 885 mg/dL. Hasil tersebut dikenal dengan
trigliserida postprandinal karena trigliserida akan mengalami peningkatan
tertinggi pada waktu 4 jam setelah makan. Apabila dilakukan saat puasa
maka normalnya trigliserida darah <150 mg/dL. Peningkatan tersebut
berhubungan dengan asupan makanan, usia, diabetes, indeks massa tubuh
dan genetik (Arca et al., 2018). Kadar trigliserida dalam darah dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diet tinggi karbohidrat,
peningkatan asupan protein dan lemak, usia, genetik, stres, penyakit hati,
dan pengaruh hormon yang ada dalam tubuh (Putri et al., 2015).
Hipertrigliseridemia terdiri dari primer dan sekunder. Dikatakan
hipertrigliseridemia primer apabila berkaitan dengan genetik. Sedangkan
hipertrigliseridemia sekunder apabila berhubungan dengan gaya hidup,
seperti kebiasaan merokok, kurang olahraga, mengkonsumsi alkohol,
obesitas, sindrom metabolik dan seseorang yang menderita diabetes melitus
tipe 2 (Arca et al., 2018).
Penyebab hipertrigliseridemia primer sangat kompleks. Penelitian
menyebutkan bahwa hipertrigliseridemia primer berat berkaitan dengan
mutasi genetik yang mengatur katabolisme trigliserida kaya lipoprotein
seperti LPL, APOC2, APOA5, LMF1 dan GPIHBP1. Sedangkan
hipertrigliseridemia primer sedang dan ringan mempunyai penyebab
multigenik. GPIHBP1 merupakan protein yang dilepaskan pada sel-sel
endotel kapiler. Fungsi dari GPIHBP1 adalah mengikat LPL dan
mengangkutnya ke lumen kapiler untuk menghidrolisis trigliserida.
Apabila seseorang kekurangan GPIHBP1, maka hal tersebut akan
mencegah LPL mencapai lumen kapiler. Kondisi ini menyebabkan kadar
LPL plasma rendah, gangguan hidrolisis trigliserida dan
hipertrigliseridemia berat (Arca et al., 2018; Beigneux et al., 2017).
Hipertrigliserida sekunder berkaitan dengan gaya hidup yang
menyebabkan kadar LDL dalam darah meningkat. Hal tersebut
menyebabkan reseptor LDL akan berkurang dalam menangkap LDL,
sehingga LDL akan lama di sirkulasi. Apabila hal itu terus berlanjut maka
LDL akan mengalami oksidasi, ditangkap oleh makrofag, dan difagositosis
oleh makrofag yang akan menjadi sel busa (foam cell). Sel busa tersebut
tidak bisa dieksresikan, sehingga menumpuk dan mengeras dalam
pembuluh darah (aterosklerosis) yang menjadi pemicu terjadinya artery
coronary disease (CAD) (Arca et al., 2018; Jim, 2013).

5. Tumbuhan suruhan (peperomia pellucida)


a. Deskripsi Peperomia pellucida
Tumbuhan suruhan adalah tumbuhan yang mudah ditemui di daerah
tropis, salah satunya di Indonesia. Tumbuhan ini dapat tumbuh
mencapai 30 – 50 cm, mempunyai daun halus dan tipis yang berbentuk
oval. Tumbuhan suruhan juga digunakan dalam pengobatan tradisional
untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti demam, batuk,
sakit kepala, disuria, konstipasi, kelelahan serta sebagai penyembuhan
luka (Verma, Padalia, Goswami, & Chauhan, 2015).
Menurut Majumder (2012), taksonomi Peperomia pellucida yaitu
sebagai berikut:
 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Tracheobionta
 Superdivisi : Spermatophyta
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Subkelas : Magnoliidae
 Ordo : Piperales
 Family : Piperaceae
 Genus : Peperomia Ruiz & Pav.
 Spesies : Peperomia pellucida (L.) Kunth

Biji

Daun

Batang

Akar

Gambar 2.1 peperomia pellucida

b. Kandungan senyawa pada Peperomia pellucida


Peperomia pellucida mempunyai beberapa manfaat dalam
farmakologi seperti efek hipotensif untuk menurunkan tekanan darah,
efek neurofarmakologi yaitu sebagai depresan, aktifitas
immunostimulator, antimutagenik, anti-angiogenik, mempercepat
penyembuhan pada fraktur, aktifitas gastroprotektif, analgesik,
antipiretik, anti-inflamasi, antimikrobial, antidiabetik, antikanker,
antioksidan, antidiare, antifibrinolitik, memicu pertumbuhan rambut
dan antiosteophorosis (Raghavendra & Prashith, 2018).
Uji fitokimia menunjukkan bahwa Peperomia pellucida
mempunyai beberapa senyawa aktif seperti tanin, alkaloid, flavonoid,
saponin, antraquinones, dan glycosides (Idris, Olatunji, & Madufor,
2016)

6. Hubungan kadar trigliserida darah dengan tumbuhan suruhan


(Peperomia pellucida)
Tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida) mempunyai senyawa aktif
antara lain yaitu tanin, saponin, flavonoid dan alkaloid. Tanin merupakan
salah satu metabolit sekunder dari Peperomia pellucida. Senyawa tanin
yang terkandung dalam Peperomia pellucida dapat menghambat reabsorbsi
lemak di usus dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel
di usus. Apabila lemak yang diserap oleh usus berkurang, maka lemak
dalam darah akan menurun. Hal tersebut menjadikan Peperomia pellucida
memiliki efek hipolipidemia (Ekananda, 2015). Selain itu, tanin juga
merupakan antioksidan yang bekerja sebagai anti radikal bebas dengan
mengaktifkan enzim antioksidan. Tanin dapat mencegah oksidasi dari
LDL, mengurangi lemak dalam tubuh dan mencegah penyakit
kardiovaskuler (Yanti, 2017).
Mekanisme saponin sebagai efek hipolipidemia adalah dengan
menghambat penyerapan asam empedu oleh usus, sehingga asam empedu
akan langsung dieksresi bersama feses. Oleh sebab itu, untuk
mengkompensasi hal tersebut, hati mengkonversi kolesterol dalam plasma
menjadi asam lemak, sehingga kolesterol dalam plasma menurun (Yanti,
2017). Selain itu saponin juga dapat menghambat kerja dari enzim lipase
sehingga kadarlemak dalam tubuh berkurang (Maryani, Ulfa, &
Rachmawati, 2016).
Flavonoid yang bekerja sebagai antioksidan dapat menurunkan
kadar kolesterol dengan cara mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat
menetralisir efek toksik dari radikal bebas pada oksidasi LDL (Prakoso,
Yusmaini, Thadeus, & Wiyono, 2017). Selain itu flavonoid dapat
menurunkan sintesis kolesterol dengan cara menghambat kerja dari enzim
pembentukan kolesterol di hati, yaitu HMG-KoA reduktase. Flavonoid
juga dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus dan produksi lipoprotein
di hati dengan bantuan enzim acyl-coA cholesterol acyltransferase
(ACAT) (Maryani et al., 2016).
Kandungan alkaloid pada ketumpang air dapat menghambat kerja
enzim lipase dalam saluran cerna, sehingga penyerapan lemak dalam tubuh
berkurang (Prakoso et al., 2017).
B. Kerangka teori

Konsumsi makanan tinggi Tumbuhan suruhan


lemak, tinggi kalori dan (Peperomia pellucida)
rendah serat

Tanin Saponin Flavonoid Alkaloid


Trigliserida Kolesterol

Asam lemak dan


monogliserol Bereaksi dengan
protein mukosa Menghambat
dan sel epitel di absorbsi
asam Menghambat
usus
Absorbsi di empedu kerja enzim
lipase
usus halus

Hipertrigliseridemia
Antioksidan
dan anti
radikal
HDL LDL bebas
Sebagai antioksidan
teroksidasi

Terbentuk
sel busa

Aterosklerosis

Keterangan:
: Mengakibatkan
: Menghambat

Gambar 2.2 Bagan kerangka teori (Ekananda, 2015; Idris, Olatunji, & Madufor, 2016;
Maryani, Ulfa, & Rachmawati, 2016; Prakoso, Yusmaini, Thadeus, & Wiyono, 2017; Yanti,
2017).
C. Kerangka konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Seduhan tumbuhan suruhan Trigliserida darah


(peperomia pellucida)

Aktivitas fisik

= Diteliti
= Tidak diteliti (variabel perancu)
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu seduhan Peperomia pellucida dengan dosis
efektif dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus wistar model
hiperlipidemia.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian


Tempat penelitian dan perawatan tikus dilakukan di laboratorium Jurusan
Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
Lokasi pemeriksaan kadar trigliserida darah tikus dilakukan di laboratorium
Ekotoksikologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Pembuatan
seduhan Peperomia pellucida dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman. Penelitian ini dimulai dari bulan September 2018 sampai bulan
Februari 2019.

B. Bahan dan alat penelitian


Bahan yang dibutuhkan dalam penenlitian ini antara lain yaitu tumbuhan
suruhan (Peperomia pellucida), air, simvastatin, reagen trigliserida, dan pakan
standar AD II. Bahan pembuatan high fat diet (HFD) yaitu kuning telur bebek,
minyak jelantah, tepung terigu, lemak sapi dan air panas yang diberikan selama
14 hari (Berawi & Andini, 2013) . Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gunting, timbangan digital, saringan, loyang, oven, spektrofotometer,
blender, alumunium foil, gelas ukur, pipet tetes, sonde lambung, spuit, kertas
saring, sendok, termometer dan kandang hewan coba.

C. Rancangan penelitian
1. Desain penelitian dan sampel
Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan rancangan
ulang (pretest and posttest with control group design) dan pengambilan
sampel dengan teknik simple random sampling (Saryono & Anggraeni,
2013). Kriterian inklusi dari penelitian ini adalah tikus putih jantan galur
wistar yang tidak memiliki kecatatan fisik dengan berat 150-250 gram dan
berusia 8-12 minggu. Kriteria eksklusi yaitu tikus yang sakit dan mati
selama penelitian berlangsung. Hewan coba diperoleh dari Yogyakarta.
Perlakuan yang akan dilakukan yaitu:
a. Kelompok A kontrol sehat, yaitu kelompok yang tidak diberikan diet
tinggi lemak dan perlakuan
b. Kelompok B kontrol negatif, yaitu kelompok yang diberikan diet tinggi
lemak dan tidak diberikan perlakuan.
c. Kelompok C diberikan perlakuan seduhan peperomia pellucida dengan
dosis 150 mg/kgBB/hari.
d. Kelompok D diberikan perlakuan seduhan peperomia pellucida dengan
dosis 300 mg/kgBB/hari.
e. Kelompok E diberikan perlakuan seduhan peperomia pellucida dengan
dosis 600 mg/kgBB/hari.
f. Kelompok F diberikan simvastatin 0,18 mg/200grBB/hari.
Jumlah tikus yang digunakan dihitung menggunakan rumus Federer
ditambah dengan estimasi drop out (DO) 10% (Purnamasari, Sudarmaja, &
Swastika, 2017). Jika dimasukkan kedalam rumus Federer dan hasilnya
ditambah dengan estimasi drop out 10%, maka jumlah tikus yang
dibutuhkan setiap kelompok adalah 6 ekor. Jadi, jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 36 ekor tikus.
Rumus Federer Estimasi DO
𝑛
(𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15 𝑛1 =
1−𝑓
Keterangan:
n = jumlah hewan n1 = jumlah sampel setelah diambil antisipasi DO
t = jumlah perlakuan n = besar sampel sebelum ditambah antisipasi DO
f = perkiraan proporsi DO

2. Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah seduhan Peperomia pellucida
dengan dosis 150, 300 dan 600 mg/kgBB/hari. Variabel terikatnya adalah
perubahan kadar trigliserida darah tikus putih, sedangkan variabel perancu
dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik.
3. Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
Variabel Definisi operasional Cara ukur Hasil Skala
ukur ukur
Seduhan Peperomia pellucida Timbangan mg/cc Rasio
tumbuhan dicuci, dikeringkan digital, gelas
suruhan menggunakan oven, ukur dan pipet
(peperomia dihaluskan lalu diseduh
pellucida) dengan air panas sebanyak
200 ml. Setelah itu
diberikan di hewan
percobaan menggunakan
sonde.
Trigliserida Trigliserida merupakan Spektrofotometer mg/dL Rasio
ester alkohol gliserol dan
asam lemak yang terdiri
dari tiga molekul asam
lemak, yaitu lemak jenuh,
lemak tak jenuh tunggal
dan lemak tak jenuh
ganda. Pemeriksaan kadar
trigliserida darah tikus
diambil melalui plexus
orbitalis.

D. Cara kerja
1. Pengolahan seduhan peperomia pellucida
Pembuatan seduhan Peperomia pellucida berawal dari pengambilan
tanaman, kemudian disortir untuk memilih tumbuhan yang baik lalu dicuci
dengan air mengalir. Setelah itu tumbuhan ditiriskan dan dibiarkan selama
satu hari di tempat terbuka agar kadar airnya berkurang. Langkah
selanjutnya yaitu dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 500 C
selama 3 jam sehingga didapatkan tumbuhan suruhan kering. Setelah
kering, tumbuhan suruhan dihaluskan menggunakan blender hingga
menjadi serbuk. Serbuk tersebut kemudian dikemas menggunakan
alumunium foil untuk diseduh dengan air panas sesuai dengan dosis
masing-masing tikus.
2. Persiapan hewan coba
Hewan coba berupa tikus wistar dikelompokkan menjadi 6
kelompok yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Tikus wistar
ditempatkan pada kandang yang terbuat dari plastik lalu ditutup dengan
anyaman kawat. Kandang tersebut kemudian dialasi dengan sekam kurang
lebih setebal 2 cm untuk memberikan kenyamanan. Sekam diganti dua kali
dalam seminggu agar tetap bersih. Tikus diaklimatisasi selama 7 hari agar
dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Selama proses adaptasi, tikus
diberi pakan standar AD II dan aquades secara ad libitum. Setelah 7 hari,
tikus kemudian diberikan pakan tinggi lemak selama 14 hari pada
kelompok B, C, D, E dan F. Diet tinggi lemak tersebut berupa kuning telur
bebek, minyak jelantah, tepung terigu, lemak sapi yang dicampur
menggunakan air panas (Berawi & Andini, 2013). Pemberian diet tinggi
lemak diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan
sore pada pukul 16.00 WIB.

3. Pengukuran kadar trigliserida serum dan pemberian perlakuan


Kadar trigliserida darah diukur sebelum (pretest) dan setelah
perlakuan (posttest). Pengukuran kadar trigliserida darah saat pretest
dilakukan setelah pemberian diet tinggi lemak selama 14 hari selesai atau
pada hari ke-22. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tikus telah
mengalami hiperlipidemia. Pengambilan sampel darah dilakukan di plexus
orbitalis tikus sebanyak 3 ml. Sampel darah tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam tabung non-EDTA, lalu didiamkan selama 10 menit
agar membeku. Selanjutnya serum dari sampel darah tersebut diambil
dengan cara sentrifugasi selama 20 menit. Setelah itu, serum diperiksa
kadar trigliserida darah melalui metode Trigliserida-PAP. Mulai dari hari
ke-23, tikus diberikan perlakuan selama 14 hari dengan seduhan
Peperomia pellucida sesuai dengan dosis masing-masing kelompok. Pada
hari ke-37 atau setelah perlakuan selesai, kadar trigliserida darah pada
masing-masing kelompok diukur kembali untuk mengetahui perbedaan
sebelum dan sesudah perlakuan apakah terdapat pengaruh yang signifikan
setelah diberikan seduhan Peperomia pellucida selama 14 hari.

4. Terminasi hewan coba


Langkah pertama terminasi hewan coba dilakukan dengan
pembiusan etil klorida. Tikus dimasukkan kedalam wadah transparan yang
memiliki lubang kecil, lalu disemprotkan etil klorida kemudian ditutup.
Setelah itu, ditunggu beberapa menit sampai tikus terbius. Setelah tikus
terbius, langkah berikutnya yaitu meletakkan tikus pada papan kemudian
ditutup dengan kain. Tangan kiri memegang leher sampai kepala tikus dan
tangan kanan memegang pangkal ekor tikus, kemudian tarik bagian kepala
dan bagian ekor tikus hingga terjadi dislokasi. Setelah tikus mati, tikus
dikubur dengan kedalaman 50 cm.

E. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelitian dilakukan uji normalitas
menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji homogenitas (Homogenity of variance
test). Apabila hasil dari uji Saphiro-Wilk untuk pretest dan posttest
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan uji homogenitas
menunjukkan varian data homogen (p>0.05), maka dilakukan uji one-way
ANOVA. Setelah itu, apabila hasil uji one way ANOVA menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna (p<0.05), maka langkah selanjutnya yaitu analisis
Post-hoc dengan Least Significant Difference (LSD) untuk mengetahui
perbedaan dari pasangan rata-rata. Hasil uji one way ANOVA pretest dan
posttest yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara kelompok
selanjutnya dilihat selisihnya. Apabila nilai selisih pretest-posttest dilakukan
uji normalitas dan varian data menunjukkan data tidak terdistribusi normal
(p<0.05), maka data ditransformasi dan dilakukan uji normalitas kembali.
Setelah itu apabila hasilnya tetap menunjukkan data tidak terdistribusi normal
(p<0.05), maka dilakukan uji alternatif menggunakan uji Kruskal-Wallis
(p<0.05), dilanjutkan uji statistik Mann-Whitey (Dahlan, 2014).
F. Etik penelitian
Menurut World Medical Association dalam Ridwan (2013), secara umum
etik penelitian kesehatan meliputi respect, beneficiary, dan justice. Respect
yaitu menghormati hak dan martabat makhluk hidup, kebebasan memilih dan
berkeinginan serta bertanggung jawab terhadap dirinya, dalam hal ini yang
dimaksud adalah hewan coba. Beneficiary artinya bermanfaat, artinya
penelitian harus mempunyai manfaat lebih besar bagi manusia dan makhluk
hidup dibandingkan dengan risiko yang diperoleh. Justice yaitu peneliti harus
bersikap adil dalam memanfaatkan hewan coba.
Penelitian yang menggunakan hewan coba juga harus menerapkan prinsip
3R yaitu replacement, reduction dan refinement. Replacement adalah
penggunaan tikus wistar telah dipertimbangkan sedemikian rupa berdasarkan
pengalaman terdahulu ataupun berdasarkan studi litelatur yang tidak dapat
digantikan oleh hewan lain. Reduction artinya peneliti menggunakan tikus
wistar dengan jumlah yang seminimal mungkin, tetapi dapat mengasilkan
penelitian yang optimal. Refinement yaitu memberikan perlakuan terhadap
tikus secara manusiawi agar tidak menyakiti tikus serta kesejahteraan tikus
dapat terjamin sampai akhir penelitian (Ridwan, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Akinyemi, A. J., Oboh, G., Ademiluyi, A. O., Boligon, A. A., & Athayde, M. L.
(2016). Effect of two ginger varieties on arginase activity in
hypercholesterolemic rats. Journal of Acupuncture and Meridian Studies,
9(2), 80–87. https://doi.org/10.1016/j.jams.2015.03.003

Arca, M., Borghi, C., Pontremoli, R., Ferrari, G. M. D., Colivicchi, F., & Desideri,
G. (2018). Hypertriglyceridemia and omega-3 fatty acids : Their often
overlooked role in cardiovascular disease prevention. Nutrition, Metabolism
and Cardiovascular Diseases, 28(3), 197–205.
https://doi.org/10.1016/j.numecd.2017.11.001

Asghar, N., Mushtaq, Z., Arshad, M. U., Imran, M., & Ahmad, R. S. (2018).
Phytochemical composition , antilipidemic and antihypercholestrolemic
perspectives of bael leaf extracts. Lipid in Health and Disease, 17(68), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12944-018-0713-9

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan nasional 2013, 1-384. https://doi.org/1
Desember 2013

Beigneux, A. P., Miyashita, K., Ploug, M., Blom, D. J., Ai, M., Linton, M. F., …
Young, S. G. (2017). Autoantibodies against GPIHBP1 as a cause of
hypertriglyceridemia. New England Journal of Medicine, 376(17), 1647–
1658. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1611930

Berawi, K. N., & Andini, N. A. M. (2013). Pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit
pisang ambon dan kulit pisang kepok terhadap kadar kolesterol total tikus
putih jantan galur sprague dawley: Seminar Nasional Sains & Teknologi V
19-20 November 2013, 549–559. Lampung: Lembaga Penelitian Universitas
Lampung

Dahlan, M.S. (2014). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: Deskriptif, bivariat,
dan multivariat dilengkapi aplikasi menggunakan SPSS. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia

Ekananda, N. (2015). Bay leaf in dyslipidemia therapy. Artikel Review J Majority,


4, 64–69.

Florence, N. T., Talle, S., Huguette, S., Hubert, D. J., Raceline, G. K., Djomeni, D.,
… Theophile, D. (2017). Aqueous extract of Peperomia pellucida ( L .) HBK
accelerates fracture healing in wistar rats. BMC Complementary and
Alternative Medicine, 1–9. https://doi.org/10.1186/s12906-017-1686-3

Hadil, A., & Hadi, A. (2017). Faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner
pada pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh ( Risk factors of
coronary heart disease in Meuraxa hospital of Banda Aceh ). Aceh Nutrition
Journal, 2(1), 32–42.

Idris, O. O., Olatunji, B. P., & Madufor, P. (2016). In vitro antibacterial activity of
the extracts of Peperomia pellucida ( L ). British Microbiology Research
Journal, 11(4), 1–7. https://doi.org/10.9734/BMRJ/2016/21421

Jim, E. L. (2013). Metabolisme lipoprotein. Jurnal Biomedik, 5(3), 149–156.

Listianasari, Y., Dirgahayu, P., Wasita, B., & Patriadi, M. (2017). Efektivitas
pemberian jus labu siam (Sechium edule) terhadap profil lipid tikus (Rattus
novergicus) model hiperlipidemia. Penelitian Gizi dan Makanan, 40(1), 35–
43.

Majumder, P. (2012). Evaluation of taxo-chemical standardization and quality


control parameters of Peperomia pellucida (Family: Piperaceae): A multi
valuable medicinal herb. Journal of Pharmaceutical and Scientific
Innovation, 1(6), 7–12.
Maris, F. N., Normasari, R., & Riyanti, R. (2016). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Tauge (Vigna radiata (L)) terhadap Kadar Serum Trigliserida pada Tikus
Wistar Jantan yang Diinduksi Kuning Telur. E-Jurnal Pustaka Kesehatan,
4(1), 141–145.

Maryani, P. E., Ulfa, E. U., & Rachmawati, E. (2016). Pengaruh ekstrak metanol
daun kayu kuning ( Arcangelisia flava ( L .) Merr .) terhadap kadar kolesterol
total dan trigliserida tikus hiperlipidemia. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(1),
20–26.

Mazroatul, C., Deni, G. D., Habibi, N. A., & Saputri, G. F. (2016). Anti-
hypercholesterolemia activity of ethanol extract Peperomia pellucida.
ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, 12(1), 88–94.

Prakoso, L. O., Yusmaini, H., Thadeus, M. S., & Wiyono, S. (2017). Perbedaan
efek ekstrak buah naga merah ( Hylocereus polyrhizus ) dan ekstrak buah
naga putih ( Hylocereus undatus ) terhadap kadar kolesterol total tikus putih
(Rattus norvegicus). Jurnal Gizi Pangan, 12(3), 195–202.
https://doi.org/10.25182/jgp.2017.12.3.195-202

Pramono, L. A., & Harbuwono, D. S. (2015). Managing hypertriglyceridemia in


daily practice. Indonesian Journal of Internal Medicine, 47(3), 265–271.

Purnamasari, M. R., Sudarmaja, I. M., & Swastika, I. K. (2017). Potensi ekstrak


etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius ROXB.) sebagai
larvasida alami bagi Aedes aegypti. E-Journal Medika, 6(6), 1–6.

Pushpa, I., & Jayachitra, J. (2015). Hypolipidemic and antioxidant activity of


Phoenix dactylifera L . in albino wistar rats. World Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 4(5), 790–798.

Putri, S. R. (2015). Obesitas sebagai faktor resiko peningkatan kadar trigliserida.


Majority, 4(9).

Raghavendra, H. L., & Prasith, K. T. (2018). Ethnobotanical uses , phytochemistry


and pharmacological activities of Peperomia pellucida ( L .) Kunth (
Piperaceae ) -a review. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 10(2), 5–7.

Ridwan, E. (2013). Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian


kesehatan. Journal Indonesian Medical Assosiation, 63(3), 112–116.

Rofida, S., & Yulia, R. (2017). Pengaruh kombinasi daun Annona squamosa L. dan
Persea americana M. terhadap kadar LDL Rattus sp. Prosiding: Peningkatan
Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan, 107–114.

Saryono & Anggraeni, M.D. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sheikh, H., Sikder, S., Paul, S. K., Hasan, A. M. R., Rahaman, M., & Kundu, S. P.
(2013). Hypoglycemic, anti-inflammatory and analgesic activity of
Peperomea pellucida (L.) HBK (Piperaceae). International Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research, 4(1), 458–463.

Verma, R. S., Padalia, R. C., Goswami, P., & Chauhan, A. (2015). Essential oil
composition of Peperomia pellucida (L.) Kunth from India. Journal of
Essential Oil Research, 27(2), 89–95.
https://doi.org/10.1080/10412905.2014.982878

Wardani, C. S., Budirahardjo, R., & Yuwono, B. (2016). Pengaruh pemberian


ekstrak propolis terhadap kadar kolesterol darah tikus wistar jantan setelah
dipapar sidestream cigarette smoke ( Effect of propolis extract on blood
cholesterol level in male wistar rats after being exposed to sidestream
cigarette smoke). E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(3), 540–546.

Watuseke, A. E., Polii, H., Wowor, P. M., Sam, U. (2016). Gambaran kadar lipid
trigliserida pada pasien usia produktif di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado periode November 2014 – Desember 2014. Jurnal
E-Biomedik, 4(2), 2–6.

Yanti, E. P. R. (2017). Efek pemberian ekstrak biji dan ekstrak daun pepaya (Carica
papaya linn) terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida tikus putuh jantan
galurwistar (Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak. Hang Tuah
Medical Journal, 15(1), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai