Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID”

Disusun oleh :
Kelompok
1. Anike pratiwi setiyadi ( 30318009 )
2. David hermawan ( 30318019 )
3. Elva restu maulyana ( 30318036 )
4. Evi rohmani ningsih ( 30318038)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATANBHAKTI WIYATA

KEDIRI

2018/2019
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat-nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah teknologi sediaan semisolida dan liquida ini dengan tepat
waktu.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan juga sebagai laporan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlihat
dalam proses pembuatan makalah teknologi sediaan semisolida & liquida.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan bagi para pembaca,menambah wawasan serta pengalaman. Sehingga nantinya
kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Sebagai penyusun kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang


terkandung didalamnya.oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini.

Kediri, maret 2019

penyusun
Daftar isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 TAHAPAN-TAHAPAN PREFORMULASI


2.2 PERBEDAAN ELIXIR DAN MIXTURA
2.3 CONTOH FORMULASI ELIXIR DAN MIXTURA
2.4 MACAM-MACAM KEGAGALAN ATAU KETIDAKSTABILAN
PADA EMULSI

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam
mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat.
Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap
industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua
industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang
memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan.

Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing
dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan
pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah
dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk dapat
menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan cpob (cara pembuatan obat yang baik).
Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui cpob ini, yang kemudian lebih dikenal
dengan cpob terkini atau cgmp (current gmp).

produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri,
tidak perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan
menerapkan dan memahi dasar – dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk
obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik dapat meliputi peracikan obat atas permintaan
tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam
skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersedia.

sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertibangkan dan
diperhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan
aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah
preformulasi sediaan farmasi.

pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat – sifat fisika kimia zat aktif serta
bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan
suatu bentuk sediaan farmasi.

1.2. Rumusan masalah

a. bagaimana tahapan-tahapan formulasi?

b. Apa perbedaan elixir dan mixtura?


c. apa contoh formulasi elixer dan mixtura?

d. Apa penyebab emulsi tidak stabil dan mengalami kegagalan?

1.3. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui tahapan-tahapan formulasi


b. Untuk mengetahui perbedaan elixir dan mixtura
c. Untuk mengetahui contoh formulasi elixir dan mixtura
d. Untuk memahami penyebab emulsi tidak stabil yang mengalami kegagalan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tahapan-Tahapan Preformulasi

Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya sebelum dan formulasi yang
artinya perumusan atau penyimpanan. Dibidang farmasi preformulasi dapat diartikan
sebagai langkah awal yang akan dilakukan ketika membuat formula suatu
obat. Preformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi
yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi
penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi. Preformulasi meliputi
pengkajian tentang karakteristik atau sifat-sifat dari bahan obat dan bahan tambahan obat
yang akan diformulasi.

Tahap Preformulasi
• Survey terhadap produk sejenis
• Study pustaka tentang sifat fis-kim z a, sediaan, formula, serta metode produksi
• Informasi supplier bahan baku
• Info sifat fisika-kimia bahan baku dari supplier (bandingkan)
Output: rancangan formula meliputi : z.a, z.tambahan,

Tahap reformulasi skala labolatorium


 Dibuat beberapa formula dari hasil rancangan penelitian/study pustaka
 Formula dibuat skala lab. Kira-kira 5-10 kg bahan tiap batch, sebanyak 3 batch.
 Untuk sediaan cair kira-kira 500 ml
 Analisa hasil apakah memenuhi parameter yang ditetapkan (uji stabilitas : kimia dan
fisika)
 Hasil baik jika tiap batch yang dibuat memenuhi parameter yang ditetapkan
Dipilih formula yang terbaik

Tahap skala produksi (trial skala produksi/trial up)


 Bila hasil scaling up baik, maka dilakukan peningkatan kapasitas menjadi 3 batch
(skala produksi)
 Hasil dikatakan baik jika ke 3 batch memenuhi parameter yang ditetapkan
 Pada tahap ini dilakukan validasi proses dan uji stabilitas produk yang dihasilkan
 Butuh waktu lama
2.2 Perbedaan Elixir Dan Mixtura
mixtura adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat
yang dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, ataupun cairan
dengan ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dalam maupun obat luar contoh : obh,
benadryl sirup dan kalpanax (obat luar). Syarat sediaan mixtura yang baik yaitu harus
homogen dan tidak boleh ada endapan.

Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :


A. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
B. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
C. Dosis takaran tepat
D. Penyimpanan yang sesuai

Keuntungan sediaan cair :


1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan kecepatan
absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan
suspensi,
keseragaman dosis tergantung pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga yang
di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat
di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.

Kerugian sediaan cair :


1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan
parenteral).
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang berfungi
sebagai kosolven.
Bila dibandingkan dengan syrup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental,
karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif debanding dengan syrup
dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Karena elixir bersifat
hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun
alkohol dalam larutan elixir. Di samping itu elixir mudah dibuat larutan elixir, maka
itu elixir lebih disukai dibanding syrup. Banyaknya jumlah etanol yang ada di dalam
elixir berbeda sekali. Kadar etanol yang rendah adalah 3 % dan yang tertinggi dapat
sampai 44 %. Biasanya elixir mengandung antara 5-10 % etanol.
pemanis yang digunakan biasanya gula atau sirup gula, tapi kadang-kadang
digunakan sorbitol, glycerinum dan saccharinum (terbatas).
Elixir untuk obat
Seperti : dexamethasone elixir, acetaminophen elixir, diphenhydramin hcl elixir,
reserpine elixir, diguxin elixir, dan sebagainya.
Elixir bukan obat
Elixir bukan obat digunakan untuk :
1. Menghilangkan rasa tidak enak
2. Untuk pengenceran elikxir untuk obat

Dalam pengenceran eliksir untuk obat dengan elixir bukan obat, harus diperhatikan bahwa
kadar etanol sama, juga bau dan rasanya tidak saling bertentangan dan semua zat yang
terkandung dapat saling tercampur baik secara fisika maupun kimia. Contoh : compound
benzaldehyde elixir, iso-alcoholic elixir, dan aromatic elixir

2.3 Contoh Formulasi Elixir Dan Mixture


formulasi elixir

R/ Phenobarbital 80 ml (20 mg / 5 ml)


m.f. elixir
S.t.dd.cth I

Pro : Siti Wanda


Jl. Soetomo Gang 2 Samarinda

I Resep Asli / Standar


1. Resep Standar
R/ Phenobarbital 80 ml (20 mg / 5 ml)
2. Kelengkapan Resep
- Nomor telepon tempat praktek dokter tidak tertera
- Paraf dokter tidak tertera
3. Penggolongan Obat
O :-
G : Phenobarbital
W:-
B :-
4. Komposisi Bahan
Dalam 80 ml mengandung:
- Phenobarbital 320 mg
- Ethanol 10 ml
- Gliserin 4 ml
- FD & C Yellow 4 ml
- Oleum Citri 3 tetes
- Aqua 62 mg

II Uraian Bahan
1. Phenobarbital
a. Sinonim : Fenobarbital, Luminal (FI III, 481)
b. Farmakologi : Mencegah timbulnya mutual listrik abnormal didalam pangkal dalam SSP
(OOP V, 394)
c. Khasiat : Hipnotikum, sedativum (FI III, 481)
d. Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih berbau, rasa pahit. (FI III, 481)
e. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P, dalam etr P, dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbon. (FI III, 481)
f. Dosis : DL 1x : 15 mg – 20 mg
1h : 45 mg – 80 mg (FI III, 964)
DM 1x : 300 mg
1h : 600 mg (FI III, 980)
g. Inkompatibilitas : -

2. Gliserin
a. Sinonim : Glycerolum, Gliserol (FI III, 271)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pemanis (FI III, 271)
d. Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah memadat membentuk massa
hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o. (FI III, 271)
e. Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, prtaktis tidak larut
dalam kloroform P dan dalam minyak lemak. (FI III, 271)
f. Konsentrasi : 5% (Scoville’s, 504)
g. Inkompatibilitas : -

3. Etanol
a. Sinonim : Aethanolum, Alkohol (FI III, 65)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut (FI III, 65)
d. Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. (FI III, 65)
e. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofm P dan dalam eter P. (FI III, 65)
f. Konsentrasi : -
g. Inkompatibilitas : -

4. FD & C Yellow
a. Sinonim : Tartrazin (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 175)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pewarna
d. Pemerian : -
e. Kelarutan : -
f. Dosis : -
g. Inkompatibilitas : -

5. Oleum Citri
a. Sinonim : Minyak Jeruk (FI III, 452)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pengaroma (FI III, 452)
d. Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, rasa pedas dan agak
pahit. (FI III, 452)
e. Kelarutan : Larut dalam 12 bagian etanol (90%)P, larutan agak beropalesensi dengan
etanol mutlak P. (FI III, 452)
f. Konsentrasi : 0,2% - 0,3% (The Art Science and Technologi of Pharmaceutical
Coumpounding, 99)
g. Inkompatibilitas : -

6. Aqua
a. Sinonim : Air Suling (FI III, 96)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut (FI III, 96)
d. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. (FI III,
96)
e. Kelarutan : -
f. Dosis : -
g. Inkompatibilitas : -

III Perhitungan Dosis


1. Phenobarbital
DL dewasa 1x : 15 mg – 20 mg
1h : 45 mg – 80 mg
DM dewasa 1x : 300 mg
1h : 600 mg
Dosis dalam resep :

1x : x 0,32 g = 0,2 g = 20 mg
1h : 20 mg x 3 = 60 mg

Kesimpulan : Dosis dalam resep terapi

IV Penimbangan Bahan

1. Phenobarbital : x 20 mg = 320 mg = 0,32 g

2. Ethanol : x 25 bagian etanol = 9,8 ml = 10 ml


3. Gliserin : 5% x 80 ml = 4 ml
4. Ol. Citri : 0,2% x 80 ml = 0,16 ml x 20 tetes = 3 tetes
5. FD & C Yellow : 0,01% x 80 ml = 0,008 g = 8 mg

Pengenceran : x 25 ml = 4 ml
6. Aqua : 80 ml – (0,32 g + 10 ml + 4 ml + 1 ml +4 ml)
: 60,68 ml
: 61 ml
V Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan, kalibrasi botol 80 ml.
2. Dibuat larutan FD & C Yellow didalam erlenmeyer, dengan mengambil 50 mg FD & C Yellow
dan air 25 ml, kemudian diambil 4 ml dari larutan.
3. Dilarutkan Phenobarbital dengan etanol dalam Erlenmeyer sampai homogen, dimasukkan digelas
kimia.
4. Ditambahkan Gliserol dan FD & C Yellow kedalam gelas kimia, diaduk hingga homogeny,
dimasukkan dalam botol.
5. Ditambahkan Oleum Citri, dan air sampai tanda batas, tutup dan kocok. Beri etiket.
VI Penandaan
Etiket Putih

Formulasi Mixtura

Dari resep diatas, dilakukan analisis terlebih dahulu :

1. Merupakan formula umum


2. tres de die cochlear unum : tiga kali sehari satu sendok makan (15 ml)
3. Berat badan : 42 kg; 19 tahun
4. Ditambahkan 0,1 g Gardenal

Dicari tahu terlebih dahulu kandungan dari formula Mixtura Bromstorum dalam Formularium
Nasional atau Formularium Indonesia.

1. 300 ml Mixtura Bromstorum SF mengandung :


2. Kalium Bromida (KBr) 4 g
3. Natrium Bromida (NaBr) 4 g
4. Amonium Bromida (NH3Br) 2 g
5. Air Minyak Permen (Aqua Menthae Pipperitae) 50 ml
6. Aqua ad 300 ml

Karena dalam resep hanya diminta 100 ml Mixtura Bromstorum, maka dikonversi bahan menjadi
untuk 100 ml

100 ml Mixtura Bromstorum SF mengandung :

1. Kalium Bromida (KBr) 1,33 g


2. Natrium Bromida (NaBr) 1,33 g
3. Amonium Bromida (NH3Br) 0,67 g
4. Air Minyak Permen (Aqua Menthae Pipperitae) 16,67 ml
5. Aqua ad 100 ml

Setelah diketahui bahan-bahan yang akan digunakan, maka dicek apakah terjadi inkompabilitas antar
bahan.

Terjadi inkompabilitas pada campuran (KBr + NaBr + NH3Br), menjadi basah. Sehingga untuk
melarutkan ketiga bahan tersebut, dapat dilakukan dengan memasukkan terlebih dahulu air suling ke
dalam erlemayer, kemudian baru ditambahkan ketiga bahan tersebut, dan digojog hingga larut.

PERHITUNGAN DOSIS

KBr

DL : 0,05-2/1,5-6 g
DM : 2/6 g

Konversi DM & DL :

DL : 42/68 kg x 0,05-2/1,5-6 g : 0,0388-1,235/0,926-3,705 g


DM : 42/68 kg x 2/6 g
: 1,235/3,705 g

1 kali pakai : 15/100 x 1,33 g = 0,1995 g (Berefek)


% 1 kali pakai : 0,1995/1,235 g x 100% = 16,15% (≠ OD)

1 hari pakai : 0,1995 g x 3 kali = 0,5985 g (≠ Berefek)

Karena dosis tidak memberikan efek, maka perlu ditingkatkan dosis sampai 3 g

1 kali pakai : 15/100 x 3 g = 0,45 g (Berefek)


% 1 kali pakai : 0,45/1,235 g x 100% = 36,42% (≠ OD)

1 hari pakai : 0,45 g x 3 kali = 1,35 g (Berefek)


% 1 hari pakai : 1,35/3,705 x 100 % =36,42% (≠ OD)

NaBr

DL : 0,05-2/1,5-6 g
DM : 2/6 g

Konversi DM & DL :
DL : 42/68 kg x 0,05-2/1,5-6 g
: 0,0388-1,235/0,926-3,705 g
DM : 42/68 kg x 2/6 g
: 1,235/3,705 g

1 kali pakai : 15/100 x 1,33 g = 0,1995 g (Berefek)


% 1 kali pakai : 0,1995/1,235 g x 100% = 16,15% (≠ OD)

1 hari pakai : 0,1995 g x 3 kali = 0,5985 g (≠ Berefek)

Karena dosis tidak memberikan efek, maka perlu ditingkatkan dosis sampai 3 g

1 kali pakai : 15/100 x 3 g = 0,45 g (Berefek)


% 1 kali pakai : 0,45/1,235 g x 100% = 36,42% (≠ OD)

1 hari pakai : 0,45 g x 3 kali = 1,35 g (Berefek)


% 1 hari pakai : 1,35/3,705 x 100 % =36,42% (≠ OD)

NH3Br

DL : 0,5/1,5 g
DM : 1/3 g

Konversi DM & DL :

DL : 42/68 kg x 0,5/1,5 g
: 0,308/0,926 g
DM : 42/68 kg x 1/3 g
: 0,617/1,852 g

1 kali pakai : 15/100 x 0,67 g = 0,1005 (≠ Berefek)

Karena dosis tidak memberikan efek, maka perlu ditingkatkan dosis sampai 3 g

1 kali pakai : 15/100 x 3 g = 0,45 g (Berefek)


% 1 kali pakai : 0,45/1,235 g x 100% = 36,42% (≠ OD)

1 hari pakai : 0,45 g x 3 kali = 1,35 g (Berefek)


% 1 hari pakai : 1,35/3,705 x 100 % =36,42% (≠ OD)

Gardenal/Luminal/Phenobarbital

DL : 15-30/45-90 mg
DM : 300/600 mg
Konversi DM & DL :

DL : 42/68 kg x 15-30/45-90 mg
: 9,26-18,52/27,79-55,58 mg
DM : 42/68 kg x 300/600 mg
: 185,29/370,58 g

1 kali pakai : 15/100 x 100 mg = 15 g (Berefek)


% 1 kali pakai : 15/185,29 mg x 100% = 8,09% (≠ OD)

1 hari pakai : 15 mg x 3 kali = 45 mg (Berefek)


% 1 hari pakai : 45/370,58 x 100 % =12,14% (≠ OD)

PERHITUNGAN BAHAN

Setelah didapatkan dosis yang paling sesuai dan dapat memberikan efek farmakologi, dihitung jumlah
bahan yang akan ditimbang.

KBr = 3 g

NaBr = 3 g

NH3Br = 3 g

Gardenal = 0,1 g

Air Minyak Permen = 16,67 ml

Air Suling ad 100 ml

CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan
3. Dikalibrasi botol sampai 100 ml
4. Dilarutkan Gardenal dengan Air secukupnya dalam erlenmayer (I)
5. Dimasukkan KBr, NaBr, NH3Br dalam erlenmayer berisi air secukupnya (II)
6. Dicampurkan (I) dan (II), homogenkan
7. Ditambahkan Air Minyak Permen, homogenkan
8. Disaring masuk ke dalam botol
9. Dicukupkan dengan Air Suling sampai 100 ml (batas kalibrasi)
10. Diberi etiket
11. Dimasukkan dalam sak obat
ETIKET YANG DIGUNAKAN ADALAH ETIKET PUTIH KARENA MERUPAKAN SEDIAAN
PER ORAL.

2.4 Macam-Macam Kegagalan Atau Ketidakstabilan Pada Emulsi


kestabilan emulsi

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan,
lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya.
Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem
dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya london-van der waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,

2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik


yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:

1. Tegangan antarmuka rendah

2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

3. Tolakkan listrik double layer

4. Relatifitas phase pendispersi kecil

5. Viskositas tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang mana ahli
farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam pertanyaan yang
manadianggap penting dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman.
Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, sifat ph, solubility, sifat ph
stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi
selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan – bahan
inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui. Data
yang didapat dari evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan
farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang mengizinkan
pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan – bahan inert yang paling diminati
perkembanganya dalam perkembangan

3.2 Saran
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih
memperbaiki

Daftar pustaka

jelajahanakpharmacist.blogspot.com/2017/04/preformulasi.html

Dasarteorimixtura.blogspot.com

Ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/03/sirub-dan-eliksir.html

Rantysefrani21.blogspot.com/201/elixir.html

https://haifafzrpharmacist.wordpress.com/2015/06/07/formulasi-sediaan-semi-solid-
dan-liquid-cream-mometasone-furoate/

https://frdoom.wordpress.com/2016/11/19/resep-mixtura-bromstorum-sf/

https://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/

Tipsnahu.blogspot.com/2015/01/fenomena-ketidakstabilan-emulsi.html

http://maulidafarmasi.blogspot.com/2011/05/pembuatan-elixir_2201.html

Anda mungkin juga menyukai