Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BENTUK BENTUK SEDIAN FARMASIS


( BENTUK CAIR )

DISUSUN OLEH:
DWI PUTRI ANGRAENI ( PO714251231011 )
NUR REZKY AULIA ( PO714251231027 )
NURUL AFLAH ( PO714251231030 )
PUTRI AFIFAH AULIA ( PO714251231031 )
RAINY AYUERA NOVARISTY ( PO714251231033 )
SHIREN AMIRA MAISURA ( PO714251231038 )
SRI MAULIDIA ( PO714251231041 )

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena
tanga Rinat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Apt Arisanty,S.Si.,M.Si sekalu dosen
Farmasetika Dasar yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data- data dalam pembuatan makalah Dalam makalah ini kami menjelaskan
Bentuk-bentuk Sediaan Farmasis
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahu.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
RUMUSAN MASALAH 2
TUJUAN PENULISAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
DEFINISI SEDIAAN CAIR 4
JENIS-JENIS SEDIAAN CAIR 6
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SEDIAAN CAIR 7
CONTOH SEDIAAN CAIR 8
BAB III PENUTUP 9
KESIMPULAN 9
SARAN 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sediaan farmasi merupakan obat, obat tradisional dan kosmetika yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi.1 Sediaan farmasi antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul. Sediaan
setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair
yaitu suspensi, larutan, eliksir dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan
dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya. Untuk mengetahui kualitas
keamanan mutu dari sediaan farmasi dapat dilihat dari stabilitasnya.
Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di apotek, instalasi kesehatan, maupun
toko obat adalah sediaan cair atau liquid dengan berbagai fungsi pembuatan. Sediaan yang
ditawarkan sangat beragam mulai dari pemilihan zat aktif serta zat tambahan seperti bahan
pengisi, pemanis, pengawet dan sebagainya Pemilihan zat tambahan yang tepat dapat
membuat sediaan liquid tetap stabil dalam penyimpanan dengan jarak waktu yang telah
ditentukan.
Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal
kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain
itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi
dengan penggunaan sendok takar. Sediaan liquid lebih banyak digunakan pada bayi, anak-
anak dan lanjut usia yang sukar minum obat, seperti tablet dan pil yang memiliki rasa pahit
atau tidak enak. Selain itu, sediaan liquid juga lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh. Namun,
sediaan liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba sehingga tumbuh jamur pada
sediaan. Tidak dapat dibuat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air, dan bagi obat
yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar ditutupi.
Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak digeluti
oleh sebagian besar produsen. Sehingga terkait itu semua, seorang farmasis harus mengetahui
cara pembuatan obat yang baik dalam memproduksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari sediaan cair (liquid)?


2. Apa jenis-jenis dari sediaan cair?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari sediaan cair?

4. Apa saja contoh dari sediaan cair?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui defenisi dari sediaan cair

2. Mengetahui jenis jenis sedian larutan

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sediaan cair

4. Mengetahui apa saja contoh sediaan cair


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI SEDIAN CAIR


. Sediaan farmasis adalah produk-produk yang berisi zat-zat obat atau bahan-bahan
farmasi lainnya yang telah diolah menjadi bentuk yang siap digunakan atau diaplikasikan
oleh pasien. Sediaan farmasi mencakup berbagai bentuk seperti tablet, kapsul, cairan oral,
sirup, salep, krim, injeksi, dan lebih banyak lagi. Tujuannya adalah untuk memberikan
cara yang nyaman, aman, dan efektif dalam memberikan obat kepada pasien. Sediaan
farmasi dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik fisik, kimiawi, dan
farmakologis dari bahan-bahan yang digunakan, serta metode administrasi yang paling
sesuai untuk mencapai hasil terapeutik yang diinginkan.
Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat di
aplikasikan. Sediaan cair atau liquid lebih banyak di minati oleh kalangan anak-anak dan
lanjut usia karena lebih mudah di konsumsi. Sediaan cair memiliki keunggulan dalam hal
kemudahan pemberian obat dan dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan
dosis lebih mudah di variasi dengan penggunaan sendok takar.
Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau
lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang homogen pada saat
diaplikasikan. Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi cairnya, memiliki keunggulan
terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberan obat terkait sifat
kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih
akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar.
Namun, bentuk sediaan ini tidak sesuai untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air.
Dengan kemasan botol dan penggunaan sendok takar untuk sediaan oral, maka tingkat
kepraktisan bentuk sediaan ini relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan solid.
Terkait daya lekat dan ketahanan pada permukaan kulit, bentuk sediaan liquid relative
lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan semisolid. Hal ini terutama berhubungan
dengan tingkat viskositas dari kedua bentuk sediaan tersebut. Ragam bentuk sediaan liquid
yang akan didiskusikan dalam makalah ini adalah larutan, emulsi dan suspensi.
Dengan demikian pembuatan sediaan li’uid dengan aneka fungsisudah banyak
digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yangditawarkanpun sangat beragam mulai
dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga
merk yang digunakanpun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan
liquid.

2.2 JENIS JENIS SEDIAN CAIR


1. SEDIAAN CAIR ORAL
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma,pemanis atau pewarnayang larut dalam air atau
campuran kosolven-air.
Macam macamnya:
1. Potiones (obat minum)
2. Elixir : Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan
tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut digunakan
campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol 90% dengan kadar 5-
15%.
3. Sirup: Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat
dengan zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis. Sukrosa yang
digunakan dalam bentuk sirup simplex yang mengandung 65% sukrosa
dalam larutan nipagin 0,25%.
4. Guttae (drop): Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan
lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan.

2. SEDIAAN CAIR TOPIKAL


Sediaan cair yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali juga pelarut
lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk
penggunaan topikal pada mukosa mulut.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL:
1. Collyrium (kolirium)
 Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis,
digunakan untuk membersihkan mata, dapat mengandung zat dapar dan
zat pengawet.
 Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet digunakan paling lama
24 jam setelah botol dibuka tutupna.
 Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama tujuh hari
setelah botol dibuka.
2. Guttae ophthalmicae (tetes mata)
 Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata
 Hanya boleh digunakan selama 30 hari setelah tutupnya dibuka.
 Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau kepermukaan
selaput bening mata.
3. Gargarisma (Gargle)
Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan harus
diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptik. Digunakan untuk
pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan, juga digunakan untuk
merawat atau mengubah faring dan nasofaring dengan menekan udara dari
paru-paru akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan.
4. Mouthwash (Pencuci mulut)
 Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam mulut
tetapi tidak sampai tenggorokan.
 Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan mulut
dan memperbaiki bau.
5. Guttae Na sales (Tetes Hidung)
 Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat
ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi,
pendapar dan pengawet.
 Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa.
 Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal
atau antiseptik.
6. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)
 Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa
larutan/suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam
telinga.
 Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang
mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada
liang telinga.
7. irigationes (irigasi)
 Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan
luka terbuka atau rongga-rongga tubuh.
 Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan parenteral
8. Inhalatoines (Inhalasi)
 Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih
bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau
mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
 Sediaan dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan ke dalam saluran pernapasan.
 Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga
dapat mencapai bronkioli.
 Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
9. Epithema (Obat Kompres)

 Cairan yang dipakai untuk endapatkan rasa dingin pada tempat-


tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose
 Digunakan untuk luka bernanah.
10. Lotion
 Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit
(Ansel, 1989; Anonim, 1995).
 Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak
larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan
menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi.
 Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air.
11. Linimentum (Liniment)
 Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit.
 Liniment dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam minyak/lemak
atau berupa emulsi, yaitu hasil proses penyabunan yang banyak
mengandung air sehingga bila dioleskan pada kulit memberikan
perasaan sejuk.

3. SEDIAAN CAIR REKTAL/VAGINAL

1. Lavament/Clysma/Enema
 Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna untuk
membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik
 Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau
pembersih feces sebelum operasi.
 Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient sedatif,
antelmintik, dll.
 Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada umur dan
keadaan penderita.
2. Douche
 Larutan zat dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam
vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan,
karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik.
 Biasanya berupa larutan kental yang diencerkan seperlunya sebelum
digunakan.

4. SEDIAAN INJEKSI (INJECTIONES)


Sediaan steril,berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan
dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit
atau selaput lendir.
SYARAT UTAMA: Obat tersebut harus steril dan disimpan dalam wadah
yang menjamin sterilitas.

2.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SEDIAN CAIR


 KELEBIHAN
Sediaan cair memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi pilihan yang
populer dalam industri farmasi:
1. Penyerapan Cepat: Sediaan cair dapat diserap lebih cepat oleh tubuh dibandingkan
dengan sediaan padat, seperti tablet. Ini dapat menghasilkan onset efek yang lebih
cepat, penting dalam situasi darurat atau ketika efek yang cepat diinginkan.
2. Dosis yang Tepat: Cairan memungkinkan dosis yang lebih tepat untuk pasien,
terutama anak-anak atau orang tua yang mungkin memiliki kesulitan menelan tablet
atau kapsul.
3. Penyesuaian Dosis: Dosis cair lebih mudah untuk disesuaikan berdasarkan kebutuhan
pasien, seperti pada anak-anak dengan berat badan yang berbeda atau pasien dengan
kondisi medis tertentu.
4. Penggunaan yang Mudah: Sediaan cair biasanya lebih mudah untuk diminum atau
diambi, terutama oleh pasien yang kesulitan menelan atau memiliki masalah
kesehatan tertentu.
5. Variasi Rasa: Cairan dapat diformulasikan dengan berbagai rasa yang lebih disukai
oleh pasien, membuatnya lebih mudah diterima oleh anak-anak atau orang yang
sensitif terhadap rasa obat.
6. Pemberian yang Fleksibel: Sediaan cair dapat diberikan melalui berbagai metode,
seperti oral, suntikan, atau pemberian topikal, memberikan fleksibilitas dalam
penggunaan dan penyesuaian tergantung pada kondisi medis pasien.
7. Peningkatan Kelarutan: Bahan-bahan yang sulit larut dalam bentuk padat dapat larut
lebih baik dalam bentuk cairan, meningkatkan efektivitas dan ketersediaan bahan aktif
dalam tubuh.
8. Stabilitas: Sediaan cair sering kali lebih stabil dan memiliki masa simpan yang lebih
lama dibandingkan dengan bentuk padat, terutama ketika bahan-bahan tertentu
cenderung mengalami degradasi.
9. Administrasi ke Pasien yang Kritis: Pasien kritis atau yang memerlukan perawatan
intensif sering kali memerlukan obat dalam bentuk cair untuk memastikan penyerapan
dan dosis yang tepat.

 KEKURANGAN
Meskipun memiliki banyak kelebihan, sediaan cair juga memiliki beberapa kekurangan yang
perlu dipertimbangkan:
1. Stabilitas: Sediaan cair cenderung lebih tidak stabil daripada sediaan padat. Mereka
rentan terhadap degradasi kimia, oksidasi, atau pemisahan fase, yang dapat
mengurangi efektivitas dan kualitas produk.
2. Kontaminasi dan Pengawet: Cairan memiliki potensi lebih tinggi untuk
terkontaminasi oleh mikroorganisme, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Penggunaan bahan pengawet sering diperlukan untuk menjaga kestabilan dan
mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur.

3. Pembangunan dan Penyimpanan: Sediaan cair sering memerlukan penyimpanan dan


pengangkutan yang lebih hati-hati, terutama jika perlu menjaga suhu dan kondisi
lingkungan tertentu agar tetap stabil.
4. Dosis yang Tepat: Meskipun sediaan cair memungkinkan dosis yang lebih tepat, ada
risiko kesalahan dosis jika tidak diukur dengan benar. Hal ini dapat berdampak pada
efektivitas dan keselamatan pengobatan.
5. Rasa dan Aroma: Meskipun variasi rasa bisa menjadi kelebihan, beberapa sediaan cair
memiliki rasa atau aroma yang tidak enak, yang dapat membuat pasien enggan
mengonsumsinya.
6. Keterbatasan Stabilitas Kimia: Beberapa bahan obat mungkin tidak stabil dalam
bentuk cairan, atau mereka mungkin bereaksi dengan bahan lain dalam formulasi.
7. Keterbatasan dalam Pengemasan: Sediaan cair mungkin memerlukan pengemasan
yang lebih rumit dan mahal untuk mencegah kebocoran atau kontaminasi.
8. Kesesuaian dengan Beberapa Pasien: Beberapa pasien mungkin memiliki alergi atau
sensitivitas terhadap bahan-bahan tertentu dalam sediaan cair.
9. Biaya Produksi: Produksi sediaan cair mungkin lebih mahal dibandingkan dengan
sediaan padat, terutama karena proses formulasi yang lebih rumit dan kebutuhan akan
pengawet.

2.4 CONTOH DARI SEDIAN CAIR


Beberapa contoh sediaan cair meliputi:
1. Sirup:
Sediaan cair sirup adalah bentuk farmasi yang mengandung zat obat dalam bentuk
larutan yang terdiri dari zat obat yang dilarutkan dalam air gula atau campuran air dan
gula. Cairan manis yang mengandung obat terlarut, biasanya digunakan untuk
pemberian oral, terutama pada anak-anak.
Sediaan cair sirup harus memenuhi beberapa syarat agar aman, stabil, dan mudah
dikonsumsi oleh pasien. Berikut adalah beberapa syarat utama untuk sediaan cair
sirup: kehomogenan, stabilitas fisik, kelarutan, rasa dan aroma, pengawetan, labelling
yang jelas, kemasan yang aman, toleransi pasien, dan konsistensi konsentrasi.
Kelebihan sediaan sirup yaitu kemudahan konsumsi, penyerapan cepat, pengaturan
dosis, penggunaan dalam terapi anak, fleksibilitas dosis, penggunaan pada pasien
kritis, rasa yang menyenangkan, penggunaan herbal dan vitamin, varietas rasa dan
aroma. Kekurangan sediaan sirup yaitu kadandungan gula, rasa dan aroma, stabilitas,
pengawetan, umur simpan, efek pencernaan, dan dosis yang akurat.
Cara pembuatannya yaitu persiapan bahan, pembuatan larutan zat obat, pembuatan
sirup, campuran zat obat dan sirup, penyesuaian rasa dan warna, pengawetan,
pengemasan, labelling, dan penyimpanan.
Contoh sediaan sirup diantaranya sediaan sirup obat, sediaan sirup suplemen
herbal, sediaan sirup nutrisi, sediaan sirup buah, dan sediaan sirup tidur.

2. Larutan:
Sediaan cair larutan adalah bentuk farmasi yang terdiri dari zat obat yang dilarutkan
dalam cairan pelarut. Dalam sediaan ini, zat obat dan pelarut tercampur secara merata,
membentuk solusi homogen. Bentuk ini umumnya digunakan untuk obat-obatan yang
membutuhkan penyerapan cepat dalam tubuh atau untuk bahan yang sulit atau tidak
dapat diubah menjadi sediaan padat. Campuran homogen antara zat terlarut dan
pelarut, seperti larutan garam fisiologis atau larutan obat tetes mata.
Syarat sediaan cair larutan yaitu kemurnian zat obat, kelarutan, stabilitas kimia,
kehomogenan, kekerasan air, pengawetan, pengemasan yang aman, penyimpanan
yang sesuai, labelling yang jelas, dan kemasan penggunaa.
Kelebihan sediaan cair larutan diantaranya penyerapan cepat, kemudahan
konsumsi, fleksibilitas dosis, pemberiaan yang konsisten, penggunaan pada pasien
kritis, penggunaan pada pasien yang sistem pencernaan tidak normal, penggunaan
herbal dan vitamin. Kekurangan sediaan cair larutan diantaranya stabilitas kimia,
umur simpan pendek, pengaweta, rasa dan aroma, kompatibilitas bahan,
pengangkutan dan penyimpanan, dan risiko berkelanjutan.
Cara membuat sediaan cair larutan yaitu persiapan bahan, pengukuran zat obat,
persiapan cairan pelarut, pencampuran zat obat dengan cairan pelarut, penambahan
bahan tambahan, pengujiaan ph, pengemasan dan penyimpanan, labelling, dan
pemeriksaan visual.
Macam-macam sediaan cair larutan diantaranya sediaan cair larutan injeksi,
sediaan cair larutan infus, sediaan cair larutan mata dan telinga, sediaan cair larutan
nasal, sediaan cair larutan inhalasi, dan sediaan cair larutan suplemen.

3. Suspensi:
Sediaan cair suspensi adalah bentuk farmasi yang terdiri dari partikel zat obat yang
tidak terlarut dalam cairan pelarut. Dalam sediaan ini, partikel-partikel tersebut
terdispersi secara merata dalam cairan, tetapi mereka cenderung mengendap atau
terpisah secara bertahap jika larutan dibiarkan diam. Suspensi adalah salah satu
bentuk yang memungkinkan zat obat yang kurang larut untuk tetap terdistribusi
merata sebelum penggunaan. Untuk menjaga suspensi tetap terdispersi, suspensi perlu
diaduk sebelum digunakan. Campuran tidak homogen antara partikel padat yang
terdispersi dalam cairan, seperti suspensi antibiotik.
Syarat-syarat sediaan suspensi yaitu disperse partikel yang merata, ukuran partikel
yangs sesuai, pengadukan sebelum penggunaa, stabilitas partikel, kelarutan yang
cukup, penggunaan bahan pengental, penyimpanan yang tepat, labelling yang jelas,
kualitas bahan obat, kompatibilitas bahan, dan ketahanan terhadap kontaminasi.
Kelebihan sediaan cair suspense diantaranya pemberiaan zat obat yang kurang
larut, penggunaan pada anak-anak dan lansia, penyesuaian dosis, dan efeknya cepat.
Kekurangan sediaan cair farmasi diantaranya ketidakstabila, kesulitan dalam
pengukuran dosis yang tepat, tingkat kebersiahan, rasa dan aroma yang mungkin tidak
enak, dan penggunaan bahan pengental.
Cara pembuatan sediaan cair suspensi yaitu persiapan bahan, pengukuran zat
obat, pembuatan suspense, pengentalan, pengemulsi, pengujian visual, labelling, dan
intruksi penggunaa.
Contoh sediaan cair suspense diantaranya sediaan cair suspense oral, sediaan cair
suspense mata, sediaan cair suspense telinga, sediaan cair suspense inhalasi, sediaan
cair suspense pupuk, dan sediaan cair suspense kimia.

4. Emulsi:
Emulasi adalah proses di mana dua atau lebih cairan yang umumnya tidak campur
tangan (seperti minyak dan air) dicampur menjadi satu larutan homogen. Biasanya,
emulsi terjadi karena adanya agen pengemulsi yang membantu menjaga cairan tetap
tercampur dalam bentuk yang stabil. Campuran stabil antara dua cairan yang biasanya
tidak dapat dicampur, seperti minyak dan air dalam susu magnesium hidroksida.
Syarat sediaan cair emulsi Bahan-Bahan yang Tidak Campur: Emulsi terjadi
ketika dua atau lebih cairan yang umumnya tidak saling bercampur (seperti minyak
dan air) dicampur bersama. Ini memerlukan adanya agen pengemulsi, seperti lecithin
atau gum arab, untuk membantu menjaga campuran cairan tetap stabil.
Homogenitas: Emulsi harus tetap dalam bentuk campuran yang homogen, artinya
partikel-partikel cairan terdispersi secara merata dalam cairan lainnya.
Kelebihannya yaitu Dapat menggabungkan bahan-bahan yang biasanya tidak
bercampur, seperti minyak dan air. Meningkatkan stabilitas campuran cairan yang
sulit untuk tetap tercampur secara alami. Kekurangannya yaitu Memerlukan agen
pengemulsi yang mungkin dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa individu.
Stabilitas emulsi bisa menjadi masalah jika tidak dijaga dengan baik.
Cara pembuatan sediaan emulsi Campurkan bahan-bahan yang ingin diemulsi,
seperti minyak dan air.Tambahkan agen pengemulsi seperti lecithin atau gum arab,
sesuai dengan petunjuk atau perbandingan yang ditentukan. Campurkan bahan dengan
agen pengemulsi dengan baik, biasanya melalui proses pengadukan atau
homogenisasi. Pastikan emulsi tetap stabil dan homogen setelah proses pembuatan.
Kemas dalam wadah yang sesuai.
Contoh sediaan emulsi diantaranya Minyak zaitun dan air dalam sediaan kulit.
Suspensi minyak dan air dalam obat batuk, dan Salep emulsi untuk perawatan kulit.

5. Solusi oral:
Solusi Oral adalah bentuk obat yang dimaksudkan untuk diminum melalui mulut.
Ini bisa berupa sirup, tetes, atau larutan yang diambil melalui mulut dan dicerna oleh
tubuh. Solusi oral sering digunakan untuk mengadminisrasi obat-obatan dalam bentuk
yang mudah dikonsumsi. Cairan obat yang diencerkan dalam air atau pelarut lainnya
untuk pemberian oral.
Syarat sediaan cair oral Cairan yang Dikonsumsi Melalui Mulut, Solusi oral adalah
bentuk obat yang dimaksudkan untuk diminum melalui mulut.
Tersedia dalam Bentuk Cairan, Solusi ini berbentuk cairan, seperti sirup atau larutan.
Aman untuk Konsumsi, Solusi oral harus mengandung bahan-bahan yang aman untuk
dikonsumsi dan harus sesuai dengan pedoman kesehatan dan regulasi yang berlaku.
Kelebihannya yaitu Mudah dikonsumsi dan diadminisrasi, Cocok untuk berbagai
kelompok usia, terutama anak-anak yang mungkin kesulitan menelan pil, Dapat
dicerna lebih cepat daripada bentuk obat lainnya. Kekurangannya yaitu Beberapa
orang mungkin memiliki kesulitan menelan cairan tertentu. Efek obat mungkin
memerlukan waktu lebih lama untuk dirasakan dibandingkan dengan beberapa bentuk
pengobatan lainnya.
Cara pembuatan sediaan solusi oral Larutkan obat atau bahan aktif dalam cairan
seperti air atau alkohol, sesuai dengan instruksi atau perbandingan yang ditentukan.
Pastikan larutan benar-benar tercampur dan homogen. Jika diperlukan, tambahkan
pemanis, perasa, atau pewarna untuk meningkatkan rasa atau penampilan. Saring
larutan untuk menghilangkan partikel yang tidak larut. Kemas dalam botol atau wadah
yang sesuai.
Contoh sediaan oral diantaranya Sirup obat batuk untuk anak-anak. Larutan
antiseptik mulut untuk kumur-kumur, dan Cairan penenang oral (misalnya, obat
penenang atau antidepresan).

6. Infus:
Infus adalah proses pemberian cairan, zat gizi, atau obat-obatan ke dalam tubuh
seseorang melalui aliran darah. Infus biasanya dilakukan dengan memasukkan jarum
ke dalam pembuluh darah, seperti pembuluh vena, dan menghubungkannya ke alat
yang mengatur laju dan jumlah cairan atau obat yang masuk ke dalam aliran
darah.Cairan obat yang diinfuskan melalui intravena (IV) untuk memberikan obat
secara langsung ke dalam aliran darah.
Syarat sediaan infus Pemasukan Cairan Melalui Vena, Infus melibatkan pemasukan
cairan, zat gizi, atau obat-obatan langsung ke dalam aliran darah seseorang melalui
vena. Peralatan Infus, Proses ini memerlukan jarum dan selang yang ditempatkan
dalam pembuluh vena, serta alat pengatur laju infus. Sterilitas, Infus harus dilakukan
dengan prosedur yang sangat steril untuk mencegah infeksi.
Kelebihannya yaitu Memberikan akses cepat dan langsung ke dalam aliran darah.
Cocok untuk memberikan cairan, zat gizi, atau obat-obatan dalam jumlah besar atau
dalam kondisi darurat. Kekurangannya yaitu Memerlukan pemasangan jarum dan
selang, yang bisa menimbulkan risiko infeksi atau kerusakan pembuluh darah.
Harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan memerlukan peralatan khusus serta
tenaga medis yang terlatih.
Cara pembuatan sediaan infus Siapkan cairan yang akan diinfuskan, seperti larutan
garam atau obat-obatan yang telah dilarutkan. Persiapkan peralatan infus, termasuk
jarum dan selang yang steril. Menyambungkan jarum ke vena pasien, dan
menghubungkannya ke alat pengatur infus. Atur laju dan jumlah cairan yang akan
diinfuskan sesuai dengan petunjuk medis. Monitor pasien selama infus berlangsung
untuk memastikan tidak ada komplikasi.
Contoh sediaan infus diantaranya Larutan elektrolit untuk pemberian cairan
intravena, Obat antiinfeksi intravena, Infus nutrisi untuk pasien yang tidak dapat
makan atau minum.

7. Tincture:
Tincture adalah cairan yang mengandung ekstrak tumbuhan atau bahan lainnya
yang dilarutkan dalam alkohol. Tincture u mumnya digunakan untuk pengobatan
herbal atau homeopati, di mana komponen aktif dari tumbuhan diekstraksi ke dalam
alkohol untuk penggunaan tertentu.Cairan obat yang mengandung zat aktif yang
diekstraksi dengan alkohol atau pelarut lainnya.
Syarat sediaan tincture Ekstraksi dengan Alkohol, Tincture mengandung bahan-
bahan yang diekstraksi dari tumbuhan atau bahan lain dengan menggunakan alkohol
sebagai pelarut. Perbandingan Bahan dan Alkohol, Proporsi antara bahan ekstrak dan
alkohol biasanya ditentukan dalam pembuatan tincture.
Tujuan Penggunaan, Tincture umumnya digunakan untuk tujuan pengobatan atau
homeopati.
Kelebihannya yaitu Alkohol sebagai pelarut dapat menghasilkan ekstraksi yang
kuat dari bahan tumbuhan, Tincture cenderung memiliki umur simpan yang lebih
lama daripada produk herbal lainnya. Kekurangannya yaitu Tidak cocok untuk
individu yang memiliki masalah dengan alkohol, seperti alkoholisme atau sensitivitas
terhadap alkohol. Dosis yang tepat mungkin lebih sulit diukur dibandingkan dengan
bentuk dosis lainnya.
Cara pembuatannya Siapkan bahan herbal atau bahan lain yang akan diekstraksi.
Untukmerendamnya.Biarkan bahan meresap dalam alkohol selama beberapa waktu,
biasanya beberapa minggu.
Setelah ekstraksi selesai, saring campuran untuk memisahkan cairan tincture dari
bahan padat. Kemas tincture dalam botol yang kedap udara dan simpan di tempat
yang sesuai.
Contoh sediaan tincture diantaranya Tincture Valerian untuk meredakan
kecemasan atau insomnia, Tincture Echinacea untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, dan Tincture Hawthorn untuk dukungan kesehatan jantung.

8. Sirup ekspektoran:
Sirup Ekspektoran adalah bentuk obat yang umumnya digunakan untuk meredakan
batuk dengan mengeluarkan lendir atau dahak dari saluran pernapasan. Sirup
ekspektoran mengandung bahan-bahan yang merangsang produksi lendir atau
membantu melonggarkan lendir yang ada sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui
batuk.Cairan obat yang membantu mengencerkan dahak dan memfasilitasi
pengeluaran dari saluran pernapasan.
Syarat sediaan sirup ekspektoran yaitu Bahan Ekspektoran, Sirup ini mengandung
bahan-bahan yang merangsang produksi lendir atau membantu melonggarkan lendir
di saluran pernapasan. Penting untuk Batuk, Biasanya digunakan untuk meredakan
batuk dengan cara membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan.
Kesesuaian Dosis dan Instruksi, Harus diberikan sesuai dengan dosis dan instruksi
yang benar untuk memastikan efektivitas dan keamanan.
Kelebihannya yaitu Membantu mengurangi batuk dengan merangsang produksi
lendir atau melonggarkan lendir di saluran pernapasan. Mudah dikonsumsi, terutama
oleh anak-anak atau orang yang kesulitan menelan pil. Kekurangannya yaitu Efek
ekspektoran mungkin tidak sama efektifnya bagi semua orang. Beberapa sirup
ekspektoran mengandung gula tambahan yang dapat menjadi masalah bagi individu
dengan kondisi tertentu, seperti diabetes.
Cara pembuatannya yaitu campurkan bahan-bahan aktif, seperti bahan
ekspektoran dan pemanis seperti gula atau sirup, dalam jumlah yang sesuai. Panaskan
campuran hingga larut dan tercampur dengan baik. Tambahkan bahan lain seperti
perasa atau pewarna jika diperlukan. Biarkan campuran mendingin dan pastikan
konsistensinya sesuai dengan yang diinginkan. Kemas dalam botol atau wadah yang
sesuai.
Contoh sediaan ekspektoran diantaranya Sirup batuk dengan bahan ekspektoran
untuk membantu mengeluarkan lendir. Sirup herbal dengan bahan-bahan alami yang
membantu meredakan gejala pernapasan. Sirup batuk yang juga mengandung
antihistamin untuk meredakan gejala alergi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sediaan cair dalam industri farmasi adalah bentuk obat atau produk farmasi dalam
bentuk cairan, seperti sirup, suspensi, atau larutan. Meskipun memiliki beberapa kekurangan,
sediaan cair memiliki sejumlah kelebihan yang signifikan, termasuk penyerapan cepat,
kemampuan dosis yang tepat, kemudahan penggunaan, variasi rasa, dan pemberian yang
fleksibel. Namun, perlu diperhatikan stabilitas, risiko kontaminasi, pengangkutan dan
penyimpanan yang hati-hati, serta kebutuhan pengawet. Dengan memahami dan
mempertimbangkan aspek-aspek ini, sediaan cair dapat menjadi pilihan yang efektif dan
bermanfaat dalam pengembangan dan penggunaan produk farmasi.
Sediaan larutan memiliki kelebihan yaitu dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan,
dapat diberikan dalam larutan encer, kerja obat lebih cepat, dan mudah di beri zat tambahan.
Sedangkan kekurangannya antara lain salah satu komposisi atau zat di dalam larutan ada
yang tidak stabil, rasa dan bau sukar ditutupi.

3.2 SARAN
Dalam peningkatan praktik farmasi, penting untuk memilih bentuk sediaan cair dengan bijak.
Makalah ini memberikan saran penting untuk panduan dalam pemilihan ini. Pemahaman jenis-jenis
sediaan cair dan tentu setiap memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
Hairul Nisi “Sediaan cair farmasi” diakses pada 11 Agustus 2023
Hesti Riana ”Produksi sediaan farmasi” diakses pada 11 Agustus 2023

Anda mungkin juga menyukai