DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
ANGGHIA ZHAVIRA PUTRI (21484011069)
DESI SETIYANI (21484011075)
MADAYANI WULANDARI (21484011093)
SARIFAH NURIYAH (21484011117)
SESILIA RETCIANA NATA (21484011119)
DOSEN PENGAMPU :
Apt. Hayatus Sa’adah, M.Sc.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalam nya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................. 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Bahan Pembentuk Sediaan
2.2.1 Bahan Utama
A. Water-soluble Vehicle
1. Water for Injection (WFI)
Water for Injection merupakan air yang sudah dipurifikasi
dengan destilasi atau dengan reverse osmosis dan memenuhi standar
keberadaan total solid, di mana tidak lebih dari 1 mg/100 mL water
for injection, serta tidak mengandung bahan tambahan. Water for
injection tidak harus steril, tetapi harus bebas dari pirogen. WFI ini
digunakan untuk produksi sediaan injeksi yang disterilisasi akhir,
WFI harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu di
bawah atau di atas rentang suhu di mana mikroba dapat tumbuh.
Wadah yang digunakan umumnya berbahan kaca atau glass liend
yang steril dan bebas pirogen, dan air ini digunakan dalam waktu 24
jam.
2. Sterile Water for Injection (SWFI)
Sterile water for injection dikemas untuk dosis tunggal dan
tidak lebih dari 1 L. Air sudah disterilisasi dan sudah terbebas dari
pirogen namun memiliki jumlah endotoksin yang masih
diperbolehkan, yaitu tidak lebih dari 0,25 endotoksin unit per
mililiter. Selain itu, SWFI tidak mengandung antimikroba dan bahan
tambahan lainnya. SWFI mungkin mengandung lebih banyak total
solid dibandingkan dengan WFI karena leaching dari wadah selama
sterilisasi. SWFI digunakan sebagai pelarut, pembawa, atau diluen
untuk sediaan injeksi yang telah disterilisasi. SWFI juga banyak
digunakan untuk rekonstitusi.
3. Bacteriostatic Water for Injection (BWFI)
Bacteriostatic water for injection merupakan SWFI yang
mengandung satu atau lebih agen antimikroba yang sesuai. Dikemas
dalam syringe atau vial yang tidak lebih dari 30 mL. Pada label
kemasan harus dicantumkan nama dan proporsi dari agen
antimikroba. Kelebihan dari BWFI adalah dengan adanya
antimikroba, maka dimungkinkan untuk dosis ganda. Akan tetapi
karena adanya antimikroba, penggunaan hanya diperbolehkan dalam
volume kecil untuk mencegah toksisitas dari antimikroba. Perlu
diperhatikan kompatibilitas obat dengan antimikroba yang
terkandung. Persyaratan labeling USP mewajibkan dicantumkan
"Tidak Untuk Neonatus", karena toksisitas dari bakteriostat benzyl
alkohol. Hal ini terjadi karena neonatus memiliki kapasitas
detoksifikasi pada hati yang terbatas.
4
4. Sodium Chloride Injection/NaCl Injection
Injeksi NaCl merupakan larutan steril isotonis. Injeksi
NaCl tidak mengandung antimikroba, tetapi mengandung 154 mEq
untuk masing-masing ion natrium dan ion klorida per liter. Injeksi
NaCl dapat digunakan sebagai pembawa larutan steril atau suspensi
obat untuk administrasi parenteral, seperti untuk rekonstitusi serta
untuk kateter atau IV-line flush.
5. Bacteriostatic Sodium Chloride Injection
Bacteriostatic Sodium Chloride Injection merupakan
larutan isotonik steril yang mengandung antimikroba. Pada label
perlu dicantumkan nama dan proporsi antimikroba dan "Tidak
Digunakan untuk Neonatus" serta tidak dikemas dalam wadah lebih
dari 30 mL. Bila digunakan sebagai pembawa, perlu diperhatikan
kompatibilitas obat dengan antimikroba dan juga dengan NaCl.
Bacteriostatic Sodium Chloride Injection juga dapat digunakan
untuk flush kateter atau IV-line.
6. Ringer's Injection
Ringer's Injection merupakan larutan steril dari NaCl, KCl,
dan CaCl dalam WFI. Ketiga agen ini dibuat dalam konsentrasi
yang menyerupai cairan fisiologis. Ringer's Injection dapat
digunakan dengan obat atau digunakan tunggal sebagai penambah
elektrolit menambahkan cairan plasma
7. Lactated Ringer's Injection
Lactated Ringer's Injection memiliki tiga agen yang sama
dengan Ringer's Injection, yaitu NaCl, KCl, dan CaCl namun
dengan jumlah yang berbeda dan juga mengandung sodium laktat.
Injeksi ini digunakan untuk menambahkan elektrolit dan juga
sebagai systemic alkalizer.
B. Water-miscible Vehicles
Pelarut ini digunakan terutama untuk melarutkan obat
tertentu dalam sebuah vehicle dan untuk mengurangi hidrolisis. Water
miscible co-solvents dapat menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan misalnya untuk injeksi intramuskular ditemukan dapat
menyebabkan kerusakan otot. Disebabkan karena adanya
keterbatasan dengan jumlah pelarut yang dapat diberikan karena
masalah potensi toksisitas seluler yang lebih besar untuk hemolisis
dan potensi terjadinya drug precipitation di area injeksi intramuskular
ditemukan dapat menyebabkan kerusakan otot.
5
C. Non- aqueous Vehicle
A. Pengawet
6
mikroba secara tidak sengaja selama penarikan produk. Sediaan
multi-dose dengan pengawet memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan sediaan single dose, yaitu :
B. Buffer
Kontrol terhadap PH sangat penting pada praformulasi
sediaan parenteral karena mempengaruhi solubilitas dan stabilitas,
sehingga sistem buffer pun dibutuhkan. Berikut adalah beberapa
larutan buffer yang dapat digunakan pada sediaan injeksi:
7
C. Antioksidan
Air mengandung jumlah oksigen yang signifikan, untuk
mencegah oksidasi oleh oksigen, udara dalam sediaan seringkali
diganti dengan nitrogen. Sehingga jumlah oksigen yang terlarut
dapat ditekan sampai dibawah 1 ppm. Langkah pengisian nitrogen
adalah sebagai berikut:
1. Tiupkan gas nitrogen pada vial kosong
2. Isi vial dengan obat
3. Tiupkan kembali gas nitrogen
4. Tutup vial dengan stopper
Diharapkan nitrogen akan menyelimuti obat sehingga
mencegah pengambilan kembali oksigen. Namun bila nitrogen
tidak cukup, dapat ditambahkan sodium bisulfat, sodium
metabisulfat, askorbat, sodium sulfit, atau tiogliserol. Metode lain
untuk mencegah oksidasi adalah menghindari formulasi dengan
pH tinggi, temperatur tinggi, penambahan logam berat,
penambahan peroksida, dan paparan cahaya yang lama.
D. Stabilizer
Stabilizer digunakan untuk mempertahankan molekul
seperti protein untuk memertahankan strukturnya, terutama ketika
melalui freeze-drying. Stabilizer yang baik berupa disakarida,
seperti sukrosa atau trehalosa. Melokul ini akan menyelimuti
protein dan menstabilkan struktur secara termodinamika via
entropi dan ikatan hidrogen dengan protein eksterior. Surfaktan
merupakan penstabil emulsi termasuk pada sediaan parenteral.
Surfaktan yang digunakan untuk sediaan injeksi adalah polisorbat
non ionik, yaitu tween 20 dan tween 80.
E. Bulking agent
Bulking agent digunakan spesfik pada produk dengan
jumlah kecil dan akan melalui freeze-drying. Hal ini disebabkan,
dengan jumlah yang terlampau kecil seringkali menyulitkan untuk
melihat keberadaan produk dan terlihat seperti vial kosong.
Sehingga dengan adanya penambah massa produk, produk tersebut
dapat terlihat mengisi vial. Selanjutnya, bulking agent membantu
mempertahankan produk tetap pada vial, khususnya pada proses
penyemprotan freeze-drying agar tidak keluar dari vial dan
mempengaruhi dosis terapi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut United States Pharmacopeiea, Small Volume Parenteral
(SVP) adalah Injeksi (suntikan) yang dikemas dalam wadah yang berlabel
dengan isi 100 ml atau kurang sedangkan Large Volume Parenteral (LVP)
adalah injeksi (suntikan) yang dimaksudkan untuk penggunaan intravena dan
dikemas dalam wadah yang berlabel dengan isi 100 ml atau lebih.
3.2. Saran
Makalah ini disusun untuk meningkatkan pemahaman mengenai
sediaan parenteral volume kecil dan besar atau Small Volume Parenteral dan
Large Volume Parenteral, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Sediaan Steril yang dalam pembuatannya dikerjakan dalam waktu yang
cukup singkat sehingga informasi yang tertera masih belum cukup lengkap.
Penulis menyarankan pembaca untuk tetap mencari informasi lebih lanjut
mengenai SVP dan LVP, karena seiring perkembangan zaman akan terdapat
penemuan- penemuan yang memperkaya ilmu mengenai SVP dan LVP yang
lebih aktual.
9
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V., Popovich, N.G., Ansel, H.C. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage
Formsand Drug Delivery System 9th Ed. Philadelphia. Lippincott Williams
& Wilkins.
Chopra, Arun. Large Volume Parenterals [Online]. Available at
http://www.authorstream.com/Presentation/arunchopra-1553314-large-
volume-parentral/.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV.
Jakarta: Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia.
Meyer, B., Ni, A., Hu, B., & Shi, L. (2007). Antimicrobial preservative use in
parenteral products: Past and present. Journal Of Pharmaceutical Science,
96(12), 3155-3167.
Sacha, Gregory A. 2011. Characteristics and Requirements for Large Volume
Parenterals (LVPS). BioPharma Solution.
USP 38. 2014. The United States Pharmacopeia and National Formulary
Deutscher Apotheker Verlag.
10