Dosen Pengampu:
Apt. Novia Maulina, S.Farm., M.Farm.
Anggota Kelompok:
Zakiyyatur RK (17930016)
PRODI FARMASI
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Mahasiswa mampu merancang formula sediaan steril SVP
Mahasiswa mengetahui aspek penting dalam penjaminan mutu
dan kualitas produk steril
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan SVP harus bersifat isotonis dengan darah, air mata, dan cairan
biologi dalam otot, jaringan, serta cairan spinal. Bahan yang digunakan untuk
mengatur tonisistas sangat beragam jenisnya, namun bahan yang sering digunakan
adalah bahan yang bertindak sebagai elektrolit seperti NaCl dan garam natrium
lainnya (Nema, 2010).
Sediaan SVP yang baik harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya seperti
(Niazi, 2004):
Berikut ini adalah prinsip dari formulasi sediaan SVP berdasarkan rute
administrasi (Sacha, 2011):
Solven
Zat pembawa yang berupa aqueous digunakan untuk rute
administrasi intravena dan intraspinal. Sedangkan zat pembawa yang
berupa minyak, larutan kososlven, suspense, dan emulsi, digunakan untuk
rute intramuscular dan subkutan.
Isotonisitas
Sediaan SVP pada rute sunkutan dan intramuscular hatus dibuat
hipertonis untuk memperantarai absirbsi obat karena efusi local cairan
jaringan. Sedangkan pada rute intravena, syarat isotonisitas dirasa kurang
penting selama adminitrasi dilakukan cukup lambat untuk memungkinkan
dilusi atau penyesuaian dalam darah. Kemudian untuk sediaan intraspinal,
sediaan SVP harus dibuat isotonic hal ini dikarenakan sirkulasi cairan
serebrospinal yang lambat karena perubahan tekanan osmotic yang
mendadak dapat menimbulksn efek samping yang parah.
Dapar
Dapar umumnya digunakan untuk menjaga kelarutan dan stabilitas
sediaan. Dapar harus memiliki kapasitas buffer yang memadai untuk
menjaga pH produk pada nilai yang stabil selama penyimpanan. Selain itu,
dapar harus dapat memungkinkan cairan tubuh untuk menyesuaikkan pH
dengan mudah dengan darah setelah pemberian sehingga dipilih pH 7,4
(pH darah)
Antioksidan
Antioksidan ditambahkan kedalam larutan parenteral baik tunggal
maupun kombinasi dengan agen chelating agent (garam EDTA) atau zat
antioksidan lainnya. Penambahan garam EDTA dapat mengikat logam
berat yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi.
Pengawet Antimikroba
Pengawet harus ditambahkan dalam injeksi multidose. Pemilihan
pengawet antimikroba adalah kompatibilitas dan efektivitasnya, pengawet
antimikroba harus digunakan dalam konsentrasi harus serendah mungkin
karena mungkin, karena mempunyai resiko iritasi.
Agen Tonisitas
Sediaan SVP harus dibuat isotonis untuk meminimalkan kerusakan
jaringan dan iritasi, mengurangi hemolysis sel darah, dan mencegah
ketidakseimbangan elektrolit. Contoh agen tonisitas yaitu naCl atau KCl
dan destrosa biasanya dipakai untuk menyesuaikan larutan yang hipotonik.
Ampul
Ampul merupakan wadah gelas yang disegel wadah dosis tunggal
yang dapat berisis bahan padat atau larutan obat jernih atau suspense yang
ditujukan untuk penggunaaan parenteral, ampul biasanya berukuran 1-50
ml.
Vial
Vial adalah wadah dosis ganda yang kedap udara, disegel dengan
tutup karet atau plastic dengan diafragma pada bagian tengah, diracang
untuk pengambilan dosis secara berturut-turut tanpa terjadi perubahan
kekuatan, kualitas, atau kemurnian yang tertinggal
Pre-field syringe
Terdapat dua jenis yaitu:
- Cartidge type package
Berbentuk syringe satuan dengan penggunaan jarum suntik tertentu
- Glass tube
Biasanya diletakkan dalam syringe special yang tepah tersedia jarum
suntik, dalam hal ini peralatan harus langsung dibuang.
Ready-to-mix-system
Terdiri dari inibag yang didesain dengan adanya adaptor yang
berhubungan langsung dengan vial sediaan. Kelebihan penggunaan ini
adalah mengurangi sisa obat dalam wadah kemasan.
2.6 Tinjauan Bahan
2.6.1 Ketorolac
(Chemnet.com)
Nama Kimia 5-Benzoil-2,3-dihidro-1H-pyrrolizine-1-karboksilat compd
asam. dengan 2-Amino-2- (hidroksimetil) -1,3-propanadiol (1:
1)
Struktur
Kimia
Bobot 255.2686
Molekul
Pemerian Berbentuk kristal putih (off-white) , Larutan berwarna jernih
kekuningan
Kelarutan Kelarutan dalam alkohol 3mg/mL pada suhu 23 0C Kelarutan
dalam air lebih dari 500mg/mL pada suhu 230C pKa dalam air
3,54
Titik Didih 493.2°C at 760 mmHg
Titik Lebur 160-161℃
2.6.4 Etanol
(HOPE Edisi 6th )
Nama Kimia Etol Alkohol
Berat Molekul 46,07
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, berbau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap
walaupun pasa suhu rendah dan mendidih pada suhu 78℃
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik
Penyimpanan Dalama wadah tertutup rapat, dan terlindungi dari cahaya
Titik Lebur -114℃
Titik Didih 78℃
3.2 Bahan
1. Ketorolac Tromethamine 3% (w/v)
2. Citric acid 0.1% (w/v)
3. Sodium chloride 0,435 % (w/v)
4. Ethanol 10% (v/v)
5. Water for injection
3.3 Skema Alur Fikir
Sterilisasi
Ketorolac
Tromethamine
Mudah teroksidasi
Asam Sitrat
Hipotonis NaCl
Rumus :
B = 0,9/100 x V – (WxE)
B = 0,9/100 x 1 – 0,00465
B = 0,00896
Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa larutan tersebut dalam
keadaan hipotonis. Hal ini dikarenakan nilai B positif atau 0,9/100 x V > (WxE)
(Nila dan Hartati, 2016). Berdasarkan perhitungan tonisitas, diketahui jika sediaan
injeksi (IM) Ketorolac Tromethamine bersifat hipotonis. Sehingga diperlukan
penambahan NaCl sebagai tonicity adjustment agar sediaan menjadi isotonis.
NaCl yang dibutuhkan :
NaCl = 0,9 % – 0, 465 % = 0, 435 %
Jadi NaCl yang dibutuhkan agar sediaan menjadi isotonis adalah 0,00435 gram
dalam 1 ml sediaan.
Bobot 255.2686
Molekul
Pemerian Berbentuk kristal putih (off-white) , Larutan berwarna jernih
kekuningan
Kelarutan Kelarutan dalam alkohol 3mg/mL pada suhu 23 0C Kelarutan
dalam air lebih dari 500mg/mL pada suhu 230C pKa dalam air
3,54
Titik Didih 493.2°C at 760 mmHg
Titik Lebur 160-161℃
2. Asam Sitrat
(HOPE Edisi 6th )
Nama Kimia Asam Sitrat
Struktur 2-Hydroxy-1,2,3-peopanetricarboxylic acid
Kimia
Bobot 210,1
Molekul
Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul halus,
putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter.
Titik Leleh 100℃
Sifat Kristal Asam sitrat mempunyai bentuk Kristal tidak berwarna atau
Kristal transparan atau Kristal berwarna putih.
Stabilitas Asam sitrat kehilangan air pada saat proses kristalisasi diudara
kering atau saat dipanaskan sekitar suhu 408℃.
3. Sodium Chloride
(Farmakope Indonesia Edisi III hal. 713 dan HOPE Edisi 6th hal. 637)
Nama Kimia Sodium Chloride
BM 58,44
Pemerian Serbuk Kristal putih, tidak berwarna, mempunyai rasa garam
pH 6,7-7,3
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 10 bagian gliserin, larut
dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian pada suhu 100℃
Stabilitas Larutan sodium klorida stabil tetapi dapat menyebabkan
perpecahan partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Dalam
bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadahbtertutup
rapat sejuk dan tempat kering
Titik Lebur 801℃.
4. Etanol
(HOPE Edisi 6th )
Nama Kimia Etol Alkohol
Berat Molekul 46,07
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, berbau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap
walaupun pasa suhu rendah dan mendidih pada suhu 78℃
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik
Penyimpanan Dalama wadah tertutup rapat, dan terlindungi dari cahaya
Titik Lebur -114℃
Titik Didih 78℃
BAB IV
HASIL FORMULASI
4.1 Injeksi (IM) Ketorolac Tromethamine
Injeksi (IM) Ketorolac Tromethamine biasanya digunakan untuk analgesik
(anti nyeri) golongan NSAID. Penggunaan jangka pendek (yaitu sampai 5 hari)
pengelolaan cukup parah, nyeri akut yang membutuhkan analgesik pada tingkat
opiat pada orang dewasa; terutama digunakan dalam kondisi pasca operasi
(Serdons, dkk, 2020).
1. Sterilisasi Alat
Bahan
Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara
parenteral, disuntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam
atau melalui kulit atau selaput lendir. Berdasarkan ukurannya injeksi dibagi
menjadi dua yaitu larutan intravena volume besar dan injeksi volume kecil.
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan
dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Injeksi volume kecil
adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 mL atau kurang
(Depkes RI, 2014).
Injeksi merupakan salah satu contoh sediaan dengan rute pemberian secara
parenteral, untuk mendapatkan formula sediaan parenteral yang baik maka harus
mempertimbangkan alasan penggunaan bahan tambahan (eksipien). Bahan
tambahan yang digunakan untuk sediaan parenteral ditujukan untuk beberapa
alasan yaitu: (1) mempertahankan kelarutan obat; (2) mempertahankan stabilitas
fisika dan kimia sediaan; (3) mempertahankan sterilitas sediaan jika sediaan
dikemas dalam wadah dosis ganda atau (4) meningkatkan kenyamanan pada saat
penghantaran sediaan kepada pasien misalnya mengurangi iritasi (Lukas, 2006).
Setelah proses sterilisasi alat selesai, meja kerja juga dilakukan sterilisasi
dengan teknik aseptik yakni menyemprotkan etanol 70 % pada permukaan meja.
Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga
sterilitas untuk mencegah kontaminasi yang tidak diinginkan. Dasar digunakannya
teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung
mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan,
mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroorganisme
yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu
percobaan. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang digunakan
terhadap agen pengontaminasi (Hafsan, 2014). Penggunaan alkohol 70% ini
sesuai dengan literatur Rizan dan Diyah (2015) yang menyebutkan bahwa alkohol
akan lebih efektif dalam membunuh mikroorgaanisme dengan konsentrasi 70%,
karena dapat mendenaturasi protein, melarutkan lemak yang berpengaruh pada
membrane sel dan kapsul beberapa jenis virus, serta mempunyai aktifitas sebagai
bakterisida yang dapat membunuh bakteri dalam bentuk vegetatifnya.
Ruang kerja yang digunakan untuk pekerjaan aseptis adalah ruang steril,
ruangan ini harus senantiasa bersih, dinding dan lantai bersihkan setiap pagi
dengan zat anti kuman/desinfektan. Pada ruang kerja ini terdapat Laminar Air
Flow Cabinet sebagai alat utamanya. Alat ini pun harus dalam kondisi steril. Cara
melakukan teknik aseptis pada alat ini adalah sebagai berikut (Hafsan, 2014):
Setiap bahan dilarutkan ke dalam WFI. NaCl dilarutkan dalam WFI (1:2,8ml)
sedangakn asam sitrat dilarutkan dalam WFI (1:1 ml). Sedangkan zat aktifnya,
yakni Ketorolac Tromethamine dilarutkan terlebih dahulu ke dalam1,31 ml etanol
yang sebelumnya telah dilarutkan terlebih dahulu dengan WFI dan
dihomogenkan. Ketorolac Tromethamine dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol
karena etanol berperan sebagai cairan pembawa serta mampu meningkatkan
kelarutan Ketorolac Tromethamine dalam WFI (Mursyidi, 2002). Serta ketorolac
sendriri memiliki sifat basa dengan pH 6,9-7,9 atau bahkan ada yang mengatakan
6-8,5, sangat sulit untuk meningkatkan kelarutan dengan memberikan adjust ph
(Howard dan Gould, 1985). Sehingga ditambahkan dengan kosolvent seperti
etanol. Setelah semua zat terlarut sempurna, selanjutnya dilakukan sterilisasi awal
di mana larutan Ketorolac Tromethamine dengan metode filtrasi, untuk menyaring
pirogen yang mungkin saja terkontaminasi selama proses penimbangan hingga
pencampuran.
Sedangkan, untuk larutan Citric acid dan Sodium chloride disterilisasi awal
menggunakan autoklaf atau sterilisasi basah. Sterilisasi ini menggunakan air jenuh
bertekanan pada suhu 121℃ selama 15 menit dan dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan
tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110℃ dan 121℃.
Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan
yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium
yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet (Ratna, 1993).
Hal inilah yang menjadi dasar penambahan HCl dan NaOH agar ketika
sediaan tidak berada pada rentang yang ada maka akan ditambahkan HCl untuk
penambahan asam dan NaOH untuk penambahan basa. Konsentrasi yang
digunakan juga merupakan konsentrasi yang biasa digunakan sebagai penambah
basa atau asam yaitu 0,1 N (Pratiwi dan Nuryanti, 2019). Dan untuk pelarut yang
digunakan ialah WFI atau Water for Injection yang merupakan air murni yang
diproses dengan destilasi atau proses pemurnian lain untuk menghilangkan bahan
kimia hasil metabolit mikroba dan pathogen, sehingga memang dapat digunakan
untuk pelarut injeksi (Depkes RI, 1979).
Prosedur :
Dibuat larutan standar dan serial larutan untuk kurva standar. masing-
masing larutan standar dimasukkan ke dalam vial HPLC menggunakan
injeksi penyaring.Vial diletakkan dalam alat HPLC dan amati waktu
retensi serta luas area dibawah kurva pada panjang gelombang
sesuai.Kemudian dipreparasi larutan sampel dan dimasukkan ke dalam vial
HPLC, Kemudian dideteksi atau diukur dengan HPLC.
Hasil : Penetapan kadar sampel sediaan injeksi ketorolac disesuaikan
dengan hasil komatogram standar. Perhitungan kadar ditetapkan dengan
kurva kalibrasi, jika kadarnya sama atau sangat mendekati maka sediaan
sudah sesuai.
a. Uji fertilitas: Inokulasi duplo wadah tiap media secara terpisah dengan 10 hin
gga 100 mikroba viable dari tiap galur pada table
Parameter keberhasilan: Media uji memenuhi sayrat jika terjadi pertumbuha
n yang nyata dalam semua wadah media yang diinokulasikan dalam kurun wak
tu 7 hari
b. Uji sterilitas: Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan lalu diinkubasi
pada suhu 2 sampai 25°C. Volume tertentu spesimen ditambahkan volume
tertentu media uji, diinkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati
pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-
3atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari
masa uji.
Parameter keberhasilan: Tidak adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruh
an dan atau pertumbuhan pada permukaan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini antara lain :
1. Small Volume Parenteral (SVP) adalah merupakan sediaan injeksi
(suntikan) yang dikemas dalam wadah yang berlabel dengan volume
tidak lebih dari 100 ml. Pada percobaan ini, dibuat sediaan ketorolac
injeksi intramuskular volume kecil atau biasa dikenal pula dengan
small volume parenteral (SVP). Formulasi yang digunakan ialah,
Ketorolac Tromethamine sebagai zat aktif, Citric acid sebagai
antioksidan, Sodium chloride sebagai larutan pengisotonis, Etanol
sebagai larutan pembawa dan Co-solvent serta WFI sebagai pelarut.
Sediaan dibuat sebanyak 10 ampul dengan berat 30 mg/ml.
2. Penjaminan mutu sediaan steril tidak cukup hanya mengandalkan pada
suatu pengujian tertentu saja, namun seluruh proses harus dikendalikan
dan dipantau secara cermat dalam keadaan steril agar kualitas sediaan
steril yang dibuat bagus. Untuk menjamin Sediaan injeksi ketorolac
disini dilakukan sterilisasi dan evaluasi sediaan secara fisika, kimia
dan biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Howard J.R, dan Gould P.L. 1985. The use of co-solvents in parenteral
formulation of low-solubility drugs. International Journal of
PJmrmaceuties, Vol. 25
Nila, Aster dan Hartati. 2016. Teknik Sediaan Tablet, Steril dan Pelayanan
Farmasi. Depok: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Tenaga Kependidikan Bisnis
dan Pariwisata.
Perry dan Potter, 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
Pratiwi, Hening dan Nuryanti. 2019. Petunjuk Praktikum Sediaan Farmasi Steril
(FAM 162408). Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman
Ratna. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia