Anda di halaman 1dari 15

Large Volume Parenteral

(I.V Infus dan Total Parenteral Nutrition)


A. Pengertian Parenteral Volume Besar
Suatu sediaan steril berupa larutan bebas pirogen sedapat mungkin dibuat isotonis
terhadap darah yang disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak yang
dikemas dalam wadah kapasitas 100-1000 ml. yang digunakan untuk memperbaiki gangguan
elektrolit cairan tubuh yang serius yang menyediakan nutrisi dasar dan digunakan sebagai
pembawa untuk bahan-bahan obat.

B. Syarat-syarat Parenteral Volume Besar


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Steril
Bebas Pirogen
Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
Dikemas dalam wadah dosis tunggal
Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
Isotonis dan isohidris

C. Klasifikasi Parenteral Volume Besar


Secara umum, parenteral volume besar dibagi menjadi 5 jenis diantaranya
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cairan Infus
Parenteral Total Nutrisi
Intravena Antibiotik
Analgesik Pasien kontrol
Cairan dialisis
Larutan Irigasi

D. Tujuan penggunaan infus


Cairan intravena umumnya digunakan untuk sejumlah kondisi klinik. Ini meliputi:

Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit


Memperbaiki gangguan dalam cairan
Bahan untuk menyediakan nutrisi dasar
Bahan untuk praktek penyediaan nutrisi parenteral total
Digunakan sebagai pembawa untuk bahan obat lain

E. Contoh Formula I.V Infus


R/ NaCl

0,8

KCl

0,03

CaCl2 . 2H2O

0,04

MgCl2

0,02

Dekstrosa qs (ad isotonis)


Aqua pi ad 500 ml
*dibuat 1000 mL

R/ Na laktat

0.31

NaCl

0.6

KCl

0.03

CaCl2.2H20

0.01

Aqua p.i

ad

100.0 mL

*dibuat 500.0 mL tiap botol

Fungsi bahan yang digunakan antara lain :

Sodium ( Natrium/ Na+)


Natrium berfungsi mempertahankan keseimbangan air, pengatur utama volume cairan
ekstraseluler, mempengaruhi volume cairan intraseluler, sebagai hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot.

Potassium ( Kalium/ K+ )
Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari cairan sel.
Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot,
intestinal, dan jaringan paru; metabolisme protein dan karbohidrat.

Calsium ( Kalsium / Ca 2+)


Berfungsi untuk transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah, katalisatos kontraksi otot dan
kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang dan
gigi.
2

Magnesium ( Mg2+)
Berfungsi pada aktivitas enzim, metabolisme karbohidrat dan protein.

Chlorida (Klorida/ Cl-)


Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah.

Laktat
Berfungsi sebagai sumber energi yang melalui proses glukoneogenesis untuk menjadi
glukosa

Dekstrosa (Glukosa )
Merupakan karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi dan menjadi pengisotonis
pada formula ini
Perhitungan Tonisitas untuk formula
R/ NaCl

0,8

KCl

0,03

CaCl2 . 2H2O

0,04

MgCl2

0,02

Dekstrosa qs (ad isotonis)


Aqua pi ad 500 ml
*dibuat 1000 mL
Larutan yang isotonis yaitu NaCl 0,9% (0,9 gram dalam 100 ml)
Larutan dibuat pada 1000 mL, maka isotonisitasnya :
0,9% x 1000mL

=9g

Ekuivalensi isotonisitas bahan dengan NaCl

Kadar NaCl pada formula = 8,524


Bobot NaCl yang harus ditambahkan
= kadar isotonis kadar NaCl
= ( 9 8,524 ) gram
= 0,476 gram
Jadi, 1 gr dekstrosa setara dengan 0,18 gr NaCl, maka 0,476 gram NaCl setara
dengan = (0,476 /0,18) x 1 = 2,644 gram dekstrosa yang harus ditambahkan untuk
menggantikan NaCl 0,476 gram
Cara Pembuatan
1. Skala Laboratorium
Tonisitas formula dihitung, jika masih hipotonis, dihitung banyaknya dekstrosa yang
dibutuhkan untuk menjadi isotonis

Semua bahan dilarutkan dalam aqua panas

pH diatur antara 5-7

Sisa aqua ditambahkan sampai volume yang diinginkan

Larutan dimasukkan kedalam botol infus, ditutup dan disegel, lalu disterilisasi dengan
autoclave pada suhu 121C selama 20 menit
4


Setelah sterilisasi berakhir, botol dikeluarkan dan diberi etiket

Sediaan dievaluasi pH, kebocoran, adanya partikel


2. Skala Industri
Infus diisi dengan metode blow-fill-seal

Sterilisasi final (autoclaving)

Evaluasi (pH, partikel asing, kebocoran, endotoksin/pirogen)

Diberi label yang sesuai


F. Kombinasi Parenteral dengan Obat/Sediaan Obat
Pemberian infuse jarang diberikan sendiri tetapi biasa sebagai pembawa, tetapi biasa
dikombinasikan dengan sediaan parenteral yang mengandung obat. Penambahan obat lain ke
dalam cairan infuse perlu diperhatikan masalah kestabilan dan tak tercampurkannya. Selain
incompabilitasnya, juga masalah presipitan yang dapat mengiritasi vena.
Incompabilitas Intravena

Incompabilitas Farmakologik, jika 2 atau 3 jenis obat diberikan bersamaan sehingga


menyebabkan antagonis atau memberikan efek sinergis. Antagonis, misalnya
kloramfenikol dan penisilin, penisilin dan kortison. Atau sinergis, seperti ion kalsium
dan digoxin. Hal ini tidak dianjurkan untuk mencampur di infus atau suntik dengan
obat lain: seperti adrenomimetiki, garam natrium ampicillin, Amfoterisin B, Asam
askorbat,

Vitamin

B,

phytomenadione,

dipyridamole

(kurantil),

natrium

oksiferriskorbon, fenotiazina derivatif (chlorpromazine, dan lain-lain.), furosemid,


etamsylate, aminofilin (aminofilin). Zat ini dinyatakan oleh reaktivitas. Interaksi
mereka dengan bahan lain yang mengarah ke inaktivasi.

Incompabilitas Fisis, terjadi perubahan penampakan larutan larutan seperti perubahan


warna, kekeruhan atau endapan, terbentuk gas, dan lain-lain. Misalnya garam kalsium
mengendapkan Natrium Bikarbonat, garam asam seperti Dramamin-HCl akan

mengendap dalam pH alkali.


Incompabilitas kimiawi, yaitu terjadi degradasi, hidrolisis, oksidasi-reduksi, atau
reaksi kompleks, seperti perubahan suasana asam-basa larutan/sediaan.

G. Pengertian Nutrisi Parenteral Total


Nutrisi parenteral total atau yang lebih dikenal dengan istilah TPN (total parenteral
nutrition) digunakan untuk memberikan dukunagn nutrisi dalam jangka waktu lama bagi
pasien-pasien yang tidak mampu mengkonsumsi makan per oral dan tidak dapat menjalani
pemberian nutrisi enteral. Karena TPN merupakan cara pemberian nutrisi yang mahal,
memerlukan monitoring yang terus menerus dan berpotensi untuk menimbulkan komplikasi
infeksi, metabolic serta mekanis, tindakan ini hanya dilakukan bila cara pemberian nutrisi
yang lain (oral atau enteral) tidak adekuat atau merupakan kontraindikasi sementara
dukungan nutrisi dalam waktu yang lama sangat dibutuhkan
Pertimbangan dalam pemberian TPN:
- Meningkatkan clinical outcome
- Meningkatkan status nutrisi penderita
- Memberikan kesempatan untuk melakukan tindakan bedah/tindakan medis lainnya
- Diberikan hanya bila ada indikasi
- Diberikan sesuai dengan kebutuhan penderita
- Diberikan seaman mungkin/bebas komplikasi
- Dibuat komposisi yg semurah mungkin
Perbedaan PPN dan TPN
Peripheral (PPN) Central atau Total (TPN)
Bantuan parenteral jangka pendek (sampai 2 minggu) Untuk penggunaan jangka panjang,
Larutan hipotonik (900 mOsm/L) Larutan hipertonik (>900 mOsm/L) dapat menyebabkan
flebitis sehingga harus membatasi osmolalitas larutan TPN
Intravenous Sites :
- PPN diberikan melalui peripheral vena.
Intravenous Sites :
- Diberikan melalui central venous,bila konsentrasi > 10% glukosa.
- Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai < 4minggu. Jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access device.

Energi dan protein disediakan oleh PPN terbatas karena dekstrosa dan asam amino
berkontribusi signifikan terhadap osmolaritas, Elektrolit juga berkontribusi untuk osmolaritas
Dapat menambah larutan yang lebih tinggi osmoralitasnya ke dalam vena sentral.
Indikasi Total Parenteral Nutrisi
1) Malnutrisi berat dengan penurunan berat badan sebesar 10% atau lebih
2) Kelainan saluran cerna: obstruksi, peritonitis, ganguan pencernaan dan absorpsi,
fistula enterokutaneus, muntah-muntah dan diare yang kronis, ileus paralitik yang
lama, enteritis radiasi, reseksi usus halus yang luas serta pancreatitis akut yang berat.
3) Kebutuhan suplementasi jika asupan oral tidak mencukupi pada pasien-pasien kanker
yang menjalani terapi yang agresif (terapi radiasi maupun kemoterapi).
4) Sesudah pembedahan atau cedera, khususnya luka bakar yang luas, fraktur multiple
atau sepsis.
5) Gagal jantung, hati, ginjal yang akut dengan perubahan kebutuhan akan asam amino.
6) Pasien penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome)
7) Transplantasi sumsum tulang.
Kontraindikasi Total Parenteral Nutrisi
1. Saluran GI berfungsi dan dapat dilalui
2. Pasien mengambil diet oral
3. Prognosis tidak menjamin dukungan gizi yang agresif (sakit parah)
4. Resiko melebihi manfaat
5. Pasien diharapkan untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu 14 hari
Komposisi Total Parenteral Nutrition
TPN ditujukan untuk menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan seperti pada diet
normal. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien secara individual. TPN terdiri
dari air, protein, karbohidrat, lemak, elektrolit, trace elements, dan vitamin.
1. Air
Kebutuhan air pada dewasa normal adalah 30-35 ml/kg/hari. Pasien dengan kondisi tertentu
seperti diare, muntah, berkeringat, dan demam memerlukan jumlah air yang lebih besar.
Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh beberapa penyakit seperti gangguan jantung, saluran
pernafasan, hati, dan ginjal.
2. Energi dan Nitrogen
Kebutuhan energi pada pasien sulit ditentukan dan kemungkinan dapat mencapai
12000 kJ/hari. Kebutuhan energi meningkat pada pasien dengan luka bakar, sepsis,
7

pireksia dan trauma sehingga pasien perawatan intensif membutuhkan energi dalam
jumlah besar.

Sumber energi
Glukosa adalah sumber karbohidrat yang paling banyak dipilih. Larutan glukosa pekat

diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan diberikan dalam bentuk infus melalui vena
sentral untuk menghindari trombosis. Emulsi lemak menyediakan asam lemak esensial bagi
tubuh dan berguna sebagai pembawa vitamin larut lemak. Intralipid adalah emulsi lipid/water
yang menyediakan sumber energi 4600 kJ/L (10%) atau 8400 kJ/L (20%). Meskipun lipid
tidak lazim digunakan sebagai sumber energi, sebaiknya diberikan setidaknya tiap minggu
untuk mencegah defisiensi asam lemak.

Sumber nitrogen
Satu gram nitrogen setara dengan 6,25 gram protein, yang setara dengan 5-6 gram

asam amino. Albumin dibutuhkan jika terjadi hipoalbuminemia yang sering terjadi pada
pasien dalam kondisi sakit kritis.

3. Nutrisi mikro
Elektrolit, vitamin, mineral, dan trace elements penting untuk menyediakan sumber
nutrisi menyeluruh dan mencegah ketidakseimbangan atau defisiensi yang mungkin timbul.
Larutan elektrolit untuk nutrisi parenteral mengandung Na, K, Ca, Mg, Cl, dan asetat
dalam berbagai konsentrasi, atau berupa garam elektrolit tunggal. Larutan asam amino dapat
mengandung klorida dan asetat, atau fosfat, dan ada yang mengandung berbagai jenis
elektrolit. Jumlah tiap-tiap elektrolit yang ditambahkan bersifat individual bergantung
kebutuhan pasien.
Vitamin dibutuhkan tubuh dalam proses metabolisme. Vitamin-vitamin larut air
seperti asam askorbat, vitamin B6, niasin, riboflavin, dan vitamin B12 biasanya tersedia
dalam bentuk injeksi tunggal. Sedangkan vitamin larut lemak, seperti vitamin A, D, E, K
dapat ditambahkan ke dalam formulasi nutrisi parenteral.
8

Trace elements esensial dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil, yaitu zink, tembaga,
mangan, besi, krom, molibdenum, dan selenium. Trace elements ini berperan sebagai
kofaktor dalam sistem enzim.
4. Bahan tambahan lain
Insulin dibutuhkan bila glukosa hipertonik diberikan terkait insulin endogen yang
tidak memadai atau adanya resistensi insulin.
Parenteral nutrisi total dibagi 2 formula yaitu
1. Larutan TPN 2-in-1 ( Karbohidrat dan Asam Amino )
2. Larutan TPN 3-in-1 ( Karbohidrat , Asam Amino dan Lipid )

Larutan TPN 2-in-1 ( Karbohidrat dan Asam Amino )

Larutan TPN 3-in-1 ( Karbohidrat , Asam Amino dan Lipid )

Larutan TPN 3 in 1 ini sering digunakan dengan komposisi :

Contoh Formulasi TPN


Contoh yang ada dipasaran dimana tiap kandungan aqua p.i ad 1000 cc sebagai berikut:
R/ Aminofusin L-600

R/ Pan Amin G:

Asam amino = 50 gram

Asam amino = 27,2 gram

Karbohidrat

= 100 gram

Karbohidrat

= 50 gram

Na+

= 40 mmol

Na+ dan K+

= tidak ada

K+

= 30 mmol

Osmolaritas

= 507 mOsm

Osmolaritas

= 1.100 mOsm

10

H. Konsep Formulasi LVP


Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan
parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat, asam
amino, vitamin dan mineral.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan
osmosa atau osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah
perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2
komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.
Kasus ini dapat dibuktikan dengan cara menaruh RBC di dalam larutan injeksi
natrium klorida 0,9% dan diamati di bawah mikroskop, apakah ada perubahan RBC secara
fisika. Dari pengamatan tidak terlihat adanya perubahan secara fisika sehingga larutan
dinamakan isotonis. Beberapa terminologi yang sering digunakan dalam menilai tonisitas
larutan dapat dilihat pada Tabel:
Osmolaritas (mosmol/liter)
>350
329-350
270-328
250-269
0-249

Tonisitas
Hipertonis
Agak hipertonis
Isotonis
Agak hipotonis
Hipotonis

Tonisitas seperti yang dinyatakan dalam bentuk angka, hanyalah salah satu
pertimbangan karena ada pula masalah lain yang dapat berpengaruh. Sebagai contoh, larutan
1,85% urea adalah isotonis, akan tetapi sangat tidak sesuai (tidak boleh) diberikan pada
kecepatan pemberian infus normal karena dapat menyebabkan hemolisis yang akan merusak
kesetimbangan nitrogen dalam tubuh. Suatu larutan asam amino yang hipertonis pada 850 m
osm/liter diperlukan untuk memperpanjang hidup dan masalah tonisitas dapat diatasi jika
larutan infus diberikan secara perlahan-lahan ke dalam vena besar di mana tersedia cukup
volume darah untuk menjamin pengenceran. Larutan hiper dan hipotonis dapat digunakan
jika diberikan secara perlahan-lahan. Kecepatan perpindahan air ke dalam atau ke luar sistem
vaskular ditentukan oleh kecepatan pemberian, kecepatan difusi solut, dan tonisitas dari
larutan.

Parameter fisika-kimia
1. Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat

sediaan

parenteral

volume besar mudah larut.


2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpengaruh pada darah.
pH darah normal 7.5-7.45.
3. Pembawa
Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat juga dipakai emulsi lemak intravena
yang diberikan sendiri atau kombinasi dengan asam amino atau dekstrose. Zat
pembawa yang digunakan dalam sediaan infus yaitu zat yang berbentuk larutan (air)
atau yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan steril adalah aqua pro injeksi
untuk melarutkan zat aktif dan zat tambahan.
Semua komponen dilarutkan, dan hasil larutan air yang diperoleh haruslah
jernih dan biasanya tidak berwarna. Larutan emulsi intravena, yang merupakan suatu
LVP yang dapat diberikan dalam bentuk tersendiri ataupun kombinasi dengan asam
amino dan dekstrosa dan diberikan untuk nutrisi total secara parenteral, adalah
kekecualian (ada batasan ukuran partikel emulsi). Asam amino esensial, fosfolipid
telur, gliserin, dan air untuk injeksi dihomogenisasi untuk menghasilkan emulsi yang
stabil dengan ukuran partikel sekitar 0,05 m dapat pula diberikan dalam bentuk
infus.
4. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu mempengaruhi kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin yang harus
disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar seperti
gelas, plastik dan tutup karet.
Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson, jarang ditambahkan
pada sediaan parenteral volume besar. Semua aditif yang ditambahkan hanyalah yang
diperlukan saja, untuk menjaga efektivitas produk dan tidak boleh membahayakan pasien.
Beberapa logam seperti besi, tembaga, atau kalsium yang dapat diikat oleh agen pengkhelat
membentuk senyawa larut atau akan membentuk senyawa yang akan mengendap selama
tahap pemurnian, kadang-kadang berada dalam jumlah yang kecil dalam kompenen larutan
LVP. Antioksidan seperti natriumbisulfit atau natriummetabisulfit, adakalanya ditambahkan
untuk melindungi bahan aktif dari kerja oksigen dari dalam larutan atau ruang udara di bagian

atas kontener. Keberadaan oksigen walaupun dalam jumlah kecil dapat mempercepat
pembentukan warna atau penguraian 5% dekstrose dalam Infus Ringer Laktat atau larutan
asam amino. Karena itu, ada kalanya sangat diperlukan menghilangkan oksigen dari dalam
air atau pada ruangan bagian atas kemasan dengan cara mengganti atau mengalirkan udara
inert nitrogen selama proses pembuatan.
I. Kondisi Pasien Yang Mempengaruhi Formulasi LVP
a. Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari peningkatan dalam volume cairan sistem
sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar .
b. Perkembangan potensial trombophlebitis
c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi
septik
J. Pertimbangan Dalam Admixture LVP
a) Jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak
b)
c)
d)
e)

digunakan melalui intravena daripada melalui subkutan


Cairan yang disuntik pada volume besar harus relative lebih cepat
Pembuatan cairan dapat segera dicapai efek sistemik
Level darah dari obat yang terus menerus disiapkan
Harus secara langsung karena untuk membuka vena pada pemberian obat rutin dan
mampu digunakan dalam situasi darurat

K. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Sistem Produksi LVP


1. Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus terlalu kental maka akan
susah menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi
yang diinginkan akan lambat pula .
2. Kelarutan
Kebanyakan solut yang digunakan dalam larutan LVP sangat larut
dibandingkan dengan konsentrasi terapeutik yang diperlukan. Jadi, masalah kelarutan
jarang menimbulkan masalah dalam formulasi, dan begitu sudah berada dalam
larutan, komponen formulasi masih akan tetap berada dalam bentuk terlarut pada
kondisi penyimpanan dan penanganan normal. Akan tetapi, ada laporan tentang
terjadinya kristalisasi dalam larutan yang sangat pekat seperti manitol. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya penurunan kelarutan jika botol infus didinginkan, dan
kristal akan segera terlarut kembali jika botol dihangatkan. Kelarutan manitol adalah
13 gram per 100 mL air pada suhu 14C, dan pada leaftlet kemasan untuk larutan

perlu diberi catatan/ peringatan bahwa bila larutan melebihi 15% kemungkinan akan
menunjukkan tendensi kristalisasi.
3. Pengontrolan pH
Pengontrolan pH sangat penting ditinjau dari segi: efek pada tubuh jika obat infus
diberikan; efek terhadap stabilitas produk; efek pada sistem kontener-penutup; dan
kemungkinan penguraian pada obat yang ditambahkan (dicampurkan). pH serum darah
biasanya adalah 7,35 7,45 dan efek langsung larutan infus yang diberikan secara intravena
di luar rentang pH ini tergantung pada kapasitas dapar larutan dan jumlah asam lemah atau
basa yang merupakan bagian dari formulasi.
Larutan diencerkan dengan cepat oleh aliran darah, dan sistem dapar tubuh dapat
menjaga pH yang tepat apabila diberikan larutan LVP dengan pH tinggi atau pH rendah. Hal
tersebut tidak selalu mudah, terutama jika larutan didapar. Masalah yang perlu pula
diperhatikan adalah daya tahan dinding vena terhadap aliran larutan yang belum diencerkan.
Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya iritasi oleh larutan dengan pH tinggi atau pH
rendah terhadap dinding vena. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa adakalanya lokasi
infusi perlu dipindah-pindah selama terapi iv jangka panjang. Larutan dengan nilai pH
mendekati atau lebih dari 7,0 mempercepat serangan terhadap gelas (botol infus) dan karena
itu harus dikemas dalam botol gelas tipe 1.
4.

Kerapatan
Kerapatan berpengaruh terhadap ukuran partikel bahan obat. Dalam sediaan LVP

ukuran partikel harus kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung ke dalam vena.
5. Tekanan Uap
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi
kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat diperhatikan karakteristik dari
obat atau bahan obat yang akan disimpan
L. Bahan Aditif Yang Diperlukan Dalam Formulasi LVP
1. Pengawet
Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan untuk mengawetkan sediaan
tersebut. Akan tetapi untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan terjadinya kontaminasi
mikroba sangat kecil dan tidak perlu menggunakan pengawet.
2. Pengisotonis
Tonisitas sediaan = % NaCl sudah termasuk di dalam batas toleransi normal tubuh
yaitu 0,7 1,5 %. Maka iritasi tubuh dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan

tubuh tidak terjadi. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara
dengan 0,9% larutan NaCl atau glukosa, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis
yang sama dengan cairan tubuh. Pengisotonis lain yang bisa digunakan ialah glukosa, gliserin
dan KCl.

Daftar Pustaka
Boylan, James C., 1988, Encyclopedia of pharmaceutical Technology, volume 11, Marcel
Dekker, New York. Pp.201-203, 206, 224-225.
Ferrie, S., etc, 2011, Parenteral Nutrition Manual for Adults in Health Care Facilities,
Dietitians Association of Australia, Australia, p. 9-18.
James-Chatgilaou, 1998, G. Intensive Care. In: Hughes, J. Donelly, R., James-Chatgilaou, G.
(Eds.). Clinical Pharmacy : A Pharmaceutical Approach. South Yarra : Macmillan
Education Australia Pty Ltd.
Lacmann, Leon, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press, Jakarta. Hal. 641, 1296,
1294.
Lucas, stefanus, 2006, Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta. Hal.62-65, 81, 83-84.
Rollins, C.J.,2002, Basic of Enteral and Parenteral Nutrition. In: Wolinsky, I. and Williams,
L. (Eds.). Nutrition in Pharmacy Practice. Washington D.C. : American harmaceutical
Association.
Torce, Salvatore dan Robert S King, 1974, Sterile Dosage Form, Lea Febinger,
Philadelphia.pp.194-196.
Winfield, A. J., Richards, R. M., 2004, Pharmaceutical Practice, Churchill Livingstone,
Philadelphia, p. 258.

Anda mungkin juga menyukai