Steril
Bebas Pirogen
Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
Dikemas dalam wadah dosis tunggal
Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
Isotonis dan isohidris
Cairan Infus
Parenteral Total Nutrisi
Intravena Antibiotik
Analgesik Pasien kontrol
Cairan dialisis
Larutan Irigasi
0,8
KCl
0,03
CaCl2 . 2H2O
0,04
MgCl2
0,02
R/ Na laktat
0.31
NaCl
0.6
KCl
0.03
CaCl2.2H20
0.01
Aqua p.i
ad
100.0 mL
Potassium ( Kalium/ K+ )
Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari cairan sel.
Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot,
intestinal, dan jaringan paru; metabolisme protein dan karbohidrat.
Magnesium ( Mg2+)
Berfungsi pada aktivitas enzim, metabolisme karbohidrat dan protein.
Laktat
Berfungsi sebagai sumber energi yang melalui proses glukoneogenesis untuk menjadi
glukosa
Dekstrosa (Glukosa )
Merupakan karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi dan menjadi pengisotonis
pada formula ini
Perhitungan Tonisitas untuk formula
R/ NaCl
0,8
KCl
0,03
CaCl2 . 2H2O
0,04
MgCl2
0,02
=9g
Larutan dimasukkan kedalam botol infus, ditutup dan disegel, lalu disterilisasi dengan
autoclave pada suhu 121C selama 20 menit
4
Setelah sterilisasi berakhir, botol dikeluarkan dan diberi etiket
Vitamin
B,
phytomenadione,
dipyridamole
(kurantil),
natrium
Energi dan protein disediakan oleh PPN terbatas karena dekstrosa dan asam amino
berkontribusi signifikan terhadap osmolaritas, Elektrolit juga berkontribusi untuk osmolaritas
Dapat menambah larutan yang lebih tinggi osmoralitasnya ke dalam vena sentral.
Indikasi Total Parenteral Nutrisi
1) Malnutrisi berat dengan penurunan berat badan sebesar 10% atau lebih
2) Kelainan saluran cerna: obstruksi, peritonitis, ganguan pencernaan dan absorpsi,
fistula enterokutaneus, muntah-muntah dan diare yang kronis, ileus paralitik yang
lama, enteritis radiasi, reseksi usus halus yang luas serta pancreatitis akut yang berat.
3) Kebutuhan suplementasi jika asupan oral tidak mencukupi pada pasien-pasien kanker
yang menjalani terapi yang agresif (terapi radiasi maupun kemoterapi).
4) Sesudah pembedahan atau cedera, khususnya luka bakar yang luas, fraktur multiple
atau sepsis.
5) Gagal jantung, hati, ginjal yang akut dengan perubahan kebutuhan akan asam amino.
6) Pasien penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome)
7) Transplantasi sumsum tulang.
Kontraindikasi Total Parenteral Nutrisi
1. Saluran GI berfungsi dan dapat dilalui
2. Pasien mengambil diet oral
3. Prognosis tidak menjamin dukungan gizi yang agresif (sakit parah)
4. Resiko melebihi manfaat
5. Pasien diharapkan untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu 14 hari
Komposisi Total Parenteral Nutrition
TPN ditujukan untuk menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan seperti pada diet
normal. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien secara individual. TPN terdiri
dari air, protein, karbohidrat, lemak, elektrolit, trace elements, dan vitamin.
1. Air
Kebutuhan air pada dewasa normal adalah 30-35 ml/kg/hari. Pasien dengan kondisi tertentu
seperti diare, muntah, berkeringat, dan demam memerlukan jumlah air yang lebih besar.
Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh beberapa penyakit seperti gangguan jantung, saluran
pernafasan, hati, dan ginjal.
2. Energi dan Nitrogen
Kebutuhan energi pada pasien sulit ditentukan dan kemungkinan dapat mencapai
12000 kJ/hari. Kebutuhan energi meningkat pada pasien dengan luka bakar, sepsis,
7
pireksia dan trauma sehingga pasien perawatan intensif membutuhkan energi dalam
jumlah besar.
Sumber energi
Glukosa adalah sumber karbohidrat yang paling banyak dipilih. Larutan glukosa pekat
diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan diberikan dalam bentuk infus melalui vena
sentral untuk menghindari trombosis. Emulsi lemak menyediakan asam lemak esensial bagi
tubuh dan berguna sebagai pembawa vitamin larut lemak. Intralipid adalah emulsi lipid/water
yang menyediakan sumber energi 4600 kJ/L (10%) atau 8400 kJ/L (20%). Meskipun lipid
tidak lazim digunakan sebagai sumber energi, sebaiknya diberikan setidaknya tiap minggu
untuk mencegah defisiensi asam lemak.
Sumber nitrogen
Satu gram nitrogen setara dengan 6,25 gram protein, yang setara dengan 5-6 gram
asam amino. Albumin dibutuhkan jika terjadi hipoalbuminemia yang sering terjadi pada
pasien dalam kondisi sakit kritis.
3. Nutrisi mikro
Elektrolit, vitamin, mineral, dan trace elements penting untuk menyediakan sumber
nutrisi menyeluruh dan mencegah ketidakseimbangan atau defisiensi yang mungkin timbul.
Larutan elektrolit untuk nutrisi parenteral mengandung Na, K, Ca, Mg, Cl, dan asetat
dalam berbagai konsentrasi, atau berupa garam elektrolit tunggal. Larutan asam amino dapat
mengandung klorida dan asetat, atau fosfat, dan ada yang mengandung berbagai jenis
elektrolit. Jumlah tiap-tiap elektrolit yang ditambahkan bersifat individual bergantung
kebutuhan pasien.
Vitamin dibutuhkan tubuh dalam proses metabolisme. Vitamin-vitamin larut air
seperti asam askorbat, vitamin B6, niasin, riboflavin, dan vitamin B12 biasanya tersedia
dalam bentuk injeksi tunggal. Sedangkan vitamin larut lemak, seperti vitamin A, D, E, K
dapat ditambahkan ke dalam formulasi nutrisi parenteral.
8
Trace elements esensial dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil, yaitu zink, tembaga,
mangan, besi, krom, molibdenum, dan selenium. Trace elements ini berperan sebagai
kofaktor dalam sistem enzim.
4. Bahan tambahan lain
Insulin dibutuhkan bila glukosa hipertonik diberikan terkait insulin endogen yang
tidak memadai atau adanya resistensi insulin.
Parenteral nutrisi total dibagi 2 formula yaitu
1. Larutan TPN 2-in-1 ( Karbohidrat dan Asam Amino )
2. Larutan TPN 3-in-1 ( Karbohidrat , Asam Amino dan Lipid )
R/ Pan Amin G:
Karbohidrat
= 100 gram
Karbohidrat
= 50 gram
Na+
= 40 mmol
Na+ dan K+
= tidak ada
K+
= 30 mmol
Osmolaritas
= 507 mOsm
Osmolaritas
= 1.100 mOsm
10
Tonisitas
Hipertonis
Agak hipertonis
Isotonis
Agak hipotonis
Hipotonis
Tonisitas seperti yang dinyatakan dalam bentuk angka, hanyalah salah satu
pertimbangan karena ada pula masalah lain yang dapat berpengaruh. Sebagai contoh, larutan
1,85% urea adalah isotonis, akan tetapi sangat tidak sesuai (tidak boleh) diberikan pada
kecepatan pemberian infus normal karena dapat menyebabkan hemolisis yang akan merusak
kesetimbangan nitrogen dalam tubuh. Suatu larutan asam amino yang hipertonis pada 850 m
osm/liter diperlukan untuk memperpanjang hidup dan masalah tonisitas dapat diatasi jika
larutan infus diberikan secara perlahan-lahan ke dalam vena besar di mana tersedia cukup
volume darah untuk menjamin pengenceran. Larutan hiper dan hipotonis dapat digunakan
jika diberikan secara perlahan-lahan. Kecepatan perpindahan air ke dalam atau ke luar sistem
vaskular ditentukan oleh kecepatan pemberian, kecepatan difusi solut, dan tonisitas dari
larutan.
Parameter fisika-kimia
1. Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat
sediaan
parenteral
atas kontener. Keberadaan oksigen walaupun dalam jumlah kecil dapat mempercepat
pembentukan warna atau penguraian 5% dekstrose dalam Infus Ringer Laktat atau larutan
asam amino. Karena itu, ada kalanya sangat diperlukan menghilangkan oksigen dari dalam
air atau pada ruangan bagian atas kemasan dengan cara mengganti atau mengalirkan udara
inert nitrogen selama proses pembuatan.
I. Kondisi Pasien Yang Mempengaruhi Formulasi LVP
a. Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari peningkatan dalam volume cairan sistem
sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar .
b. Perkembangan potensial trombophlebitis
c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi
septik
J. Pertimbangan Dalam Admixture LVP
a) Jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak
b)
c)
d)
e)
perlu diberi catatan/ peringatan bahwa bila larutan melebihi 15% kemungkinan akan
menunjukkan tendensi kristalisasi.
3. Pengontrolan pH
Pengontrolan pH sangat penting ditinjau dari segi: efek pada tubuh jika obat infus
diberikan; efek terhadap stabilitas produk; efek pada sistem kontener-penutup; dan
kemungkinan penguraian pada obat yang ditambahkan (dicampurkan). pH serum darah
biasanya adalah 7,35 7,45 dan efek langsung larutan infus yang diberikan secara intravena
di luar rentang pH ini tergantung pada kapasitas dapar larutan dan jumlah asam lemah atau
basa yang merupakan bagian dari formulasi.
Larutan diencerkan dengan cepat oleh aliran darah, dan sistem dapar tubuh dapat
menjaga pH yang tepat apabila diberikan larutan LVP dengan pH tinggi atau pH rendah. Hal
tersebut tidak selalu mudah, terutama jika larutan didapar. Masalah yang perlu pula
diperhatikan adalah daya tahan dinding vena terhadap aliran larutan yang belum diencerkan.
Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya iritasi oleh larutan dengan pH tinggi atau pH
rendah terhadap dinding vena. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa adakalanya lokasi
infusi perlu dipindah-pindah selama terapi iv jangka panjang. Larutan dengan nilai pH
mendekati atau lebih dari 7,0 mempercepat serangan terhadap gelas (botol infus) dan karena
itu harus dikemas dalam botol gelas tipe 1.
4.
Kerapatan
Kerapatan berpengaruh terhadap ukuran partikel bahan obat. Dalam sediaan LVP
ukuran partikel harus kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung ke dalam vena.
5. Tekanan Uap
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi
kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat diperhatikan karakteristik dari
obat atau bahan obat yang akan disimpan
L. Bahan Aditif Yang Diperlukan Dalam Formulasi LVP
1. Pengawet
Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan untuk mengawetkan sediaan
tersebut. Akan tetapi untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan terjadinya kontaminasi
mikroba sangat kecil dan tidak perlu menggunakan pengawet.
2. Pengisotonis
Tonisitas sediaan = % NaCl sudah termasuk di dalam batas toleransi normal tubuh
yaitu 0,7 1,5 %. Maka iritasi tubuh dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan
tubuh tidak terjadi. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara
dengan 0,9% larutan NaCl atau glukosa, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis
yang sama dengan cairan tubuh. Pengisotonis lain yang bisa digunakan ialah glukosa, gliserin
dan KCl.
Daftar Pustaka
Boylan, James C., 1988, Encyclopedia of pharmaceutical Technology, volume 11, Marcel
Dekker, New York. Pp.201-203, 206, 224-225.
Ferrie, S., etc, 2011, Parenteral Nutrition Manual for Adults in Health Care Facilities,
Dietitians Association of Australia, Australia, p. 9-18.
James-Chatgilaou, 1998, G. Intensive Care. In: Hughes, J. Donelly, R., James-Chatgilaou, G.
(Eds.). Clinical Pharmacy : A Pharmaceutical Approach. South Yarra : Macmillan
Education Australia Pty Ltd.
Lacmann, Leon, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press, Jakarta. Hal. 641, 1296,
1294.
Lucas, stefanus, 2006, Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta. Hal.62-65, 81, 83-84.
Rollins, C.J.,2002, Basic of Enteral and Parenteral Nutrition. In: Wolinsky, I. and Williams,
L. (Eds.). Nutrition in Pharmacy Practice. Washington D.C. : American harmaceutical
Association.
Torce, Salvatore dan Robert S King, 1974, Sterile Dosage Form, Lea Febinger,
Philadelphia.pp.194-196.
Winfield, A. J., Richards, R. M., 2004, Pharmaceutical Practice, Churchill Livingstone,
Philadelphia, p. 258.