KELOMPOK : K-I-1
I. Tujuan :
1. Menentukan formula sediaan yang sesuai untuk obat tetes mata ofloxacin 0,3%
2. Menentukan hasil evaluasi obat tetes mata ofloxacin 0,3%
II. Pendahuluan
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat
mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas,
kebutuhan akan dasar kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet)
sterilisasi dan kemasan yang tepat (Farmakope Indonesia V, hal 48).
Syarat obat tetes mata yang harus dipenuhi :
1. Steril
2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata
3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
4. Stabil secara kimia.
Ofloxacin digunakan sebagai zat aktif obat tetes untuk mengobati konjungtivitis dan ulkus
kornea yang disebabkan oleh bakteri. Ofloxacin aktif melawan Chlamydia trachomatic dan
beberapa jenis Mycobacterium (Martindale 36th edition, hal 310-311).
III.Preformulasi Zat Aktif
Pemerian
Bubuk kristal atau kristal berwarna putih kekuningan pucat hingga putih
Kelarutan
Stabilita
Panas
Hidrolisis
Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan : asam lemah
Bentuk sediaan : larutan
FA 3132 Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
1/9
Penyelesaian Masalah
Mengatur tonisitas dengan penambahan NaCl
Preformulasi
Pemerian: hablur putih, bau lemah, larutan
(1 dalam 100) bereaksi agak basa terhadap
lakmus.
1.
Benzentonium klorida
2.
NaCl
3.
4.
2/9
pecahan
hablur.
Bila
Jumlah
Ofloxacin
0,3 %
2.
Benzetonium klorida
0,02%
3.
NaCl
0,9%
4.
5.
HCl
NaOH
6.
q.s
q.s
Add hingga
VII.
a.
Fungsi
Antibakteri untuk mengibati
konjungtivitis dan ulkus kornea.
(Martindale 36th edition, hal 310-311).
Bahan pengawet (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, hal 59).
pengatur tonisitas (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, hal 635)
Pengatur pH
Pengatur pH
100%
Pelarut
3/9
Ofloxacin
Jumlah zat yang digunakan : 0,3% = 3 mg/ mL
Ekivalensi NaCl, E
= 0,094
Jumlah NaCl yang setara 17
dengan
ofloxacin =
NaCl 0,9%
=
1 mLditambahkan
= 0,009 gram adalah
= 9 mg
sehingga
jumlah
NaClyang
9 mg (0,0165 + 0,282) = 8,7015 mg/mL sediaan
b.
Osmolaritas
Perhitungan : tidak menggunakan perhitungan osmlaritas karena sediaan yang dibuat
hanya menggunakan volume yang kecil
Kesimpulan :
Sediaan bersifat isotonis
Perhatian yang harus dicantumkan dalam informasi obat : Penyimpanan di wadah tertutup
rapat dan suhu ruang. Jangan digunakan setelah 30 hari dibuka.
c.
Dapar
Tidak menggunakan dapar karena pH sediaan sudah isohidris dengan pH air mata.
Jumlah
1
Gelas ukur 10 mL
4/9
4
5
6
7
4
4
3
3
Batang pengaduk
Spatula
Pipet tetes
Karet pipet tetes
Gelas kimia 10
mL
Kaca arloji
10
Kapas
Secukupnya
11
Kain lap
12
Corong
13
Buret 100 mL
14
15
Aluminium foil
Syringe
secukupnya
2
16
Vial 100 mL
17
Karet vial
Filter membrane
0,45m dan
0,22m
18
5
4
b. Wadah
No
Nama alat
Wadah obat tetes
1
mata 10 mL
Jumlah
5
Nama bahan
Ofloxacin
Benzetonium klorida
NaCl
NaOH
HCl
Aqua pro injectione
5/9
X. Prosedur Pembuatan
RUANG
PROSEDUR
1. Alat-alat yang dibutuhkan disterilisasi dengan caranya masingRuang sterilisasi
masing.
(grey area)
2. Satu gelas kimia 100 mL ditara pada batas 60 mL.
1. Bahan-bahan yang diperlukan ditimbang, yakni ofloxacin
sebanyak 180 mg, benzetonium klorida 12 mg, dan NaCl
Ruang
sebanyak 522,1 mg, dengan menggunakan kaca arloji steril.
penimbangan
2. Bahan-bahan yang sudah ditimbang ditutup menggunakan
aluminium foil.
1. Meja pencampuran dibersihkan (dilap) terlebih dahulu
menggunakan etanol 70%.
2. Ofloxacin dilarutkan dalam 1,8 mL NaOH 1 M dan larutan
dituangkan dalam gelas kimia 100 mL yang sudah ditara. Kaca
arloji dan gelas kimia 10 mL dibilas dengan 1 mL aqua pro
injection dan air bilasan dimasukkan ke dalam gelas kimia 100
mL.
3. Benzetonium klorida dan NaCl yang sudah ditimbang
dilarutkan menggunakan aqua pro injection masing-masing
sebanyak 3 mL dan 5 mL ke dalam gelas kimia 10 mL.
Ruang
4. Benzetonium klorida dicampurkan dengan larutan ofloxacin
pencampuran
dalam gelas kimia 100 mL.
(Kelas C)
5. Larutan NaCl dituangkan ke dalam larutan tersebut. Gelas
kimia 10 mL dibilas dengan aqua pro injection 1 mL.
6. Larutan dalam gelas kimia 100 mL diaduk dengan
menggunakan batang pengaduk.
7. Dilakukan In Process Control yang meliputi pengecekan pH
sediaan. pH sediaan yang tidak mencapai 6,8 diatur
sedemikian rupa dengan penambahan HCl 1 M atau NaOH 1
M hingga mencapai pH yang diinginkan.
8. Jika pH larutan ofloxacin telah mencapai pH yang diinginkan,
aqua pro injection ditambahkan hingga mencapai batas
kalibrasi.
1. Tombol blower dan lampu (bukan UV) dinyalakan.
2. Meja pencampuran di ruang LAF dilap menggunakan etanol
Ruang LAF
70%.
(Kelas A)
3. Larutan dimasukkan ke dalam flakon 500 mLuntuk dilakukan
sterilisasi bulk.
1. Vial disterilisasi bulk menggunakan autoklaf pada suhu 121oC
Ruang sterilisasi
selama 15 menit
(grey area)
2. Setelah disterilisasi, vial dimasukkan kembali ke dalam ruang
LAF melalui pass box.
Ruang LAF
1. Buret terlebih dahulu dibilas menggunakan etanol, kemudian
(kelas A)
dibilas lagi menggunakan aqua pro injection sebanyak tiga
kali.
2. Larutan di dalam vial dimasukkan ke dalam buret 100 mL.
3. Larutan di dalam buret dimasukkan ke dalam wadah obat tetes
FA 3132 Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
6/9
Ruang evaluasi
(grey area)
Keterangan : Prosedur lengkap dan detail disertai kapan akan dilakukan IPC
XI. IPC dan Evaluasi Sediaan
No
Jenis evaluasi
Prinsip evaluasi
Jumlah
sampel
Hasil
pengamatan
Syarat
IPC
Pengecekan pH
Uji Volume
Terpindahkan
(Farmakope
Indonesia ed.
IV, 1995, hal
1089)
Uji partikulat
(Farmakope
Indonesia ed.
IV, 1995, hal
981-985)
Mengecek pH sediaan
dengan menggunakan
pH meter untuk
mengetahui nilai pH
sediaan sesuai dengan
pH target
Evaluasi Sediaan
Menuang isi sampel
secara perlahan-lahan
untuk menghindari
pembentukan
gelembung udara dari
tiap wadah ke dalam
gelas ukur kering
terpisah dengan
kapasitas gelas ukur
3
tidak lebih dari dua
setengah kali volume
yang diukur dan telah
dikalibrasi, lalu
didiamkan selama 30
menit. Setelah itu
dilakukan pengukuran
volume
Partikel pengotor
3
cairan dihitung dengan
system elektronik
yang dilengkapi sensor
cahaya redup atau
dilihat dengan latar
belakang hitam
pH meter yang
digunakan
harus steril.
Volume rata
rata larutan
yang diperoleh
dari 10 wadah
tidak kurang
dari 100% dan
tidak ada
satupun
volume wadah
yang kurang
dari 95% dari
volume yang
dinyatakan
dalam etiket
Jumlah ratarata partikel
yang
dikandung
tidak lebih dari
10.000 tiap
wadah yang
setara atau
lebih besar dari
10m diameter
7/9
sferik sefektif
dan tidak lebih
dari 1000 tiap
wadah sama
atau lebih
besar dari
25m diameter
sferik.
Menggunakan pH
Uji penetapan
indikator. pH sediaan
pH sediaan
yang ingin dicapai
(Farmakope
yaitu 6,8.
Indonesia ed.
Maka berdasarkan pH
IV, 1995, hal
indikator sesuaikan
1039)
warna dengan pH yang
diharapkan.
Menggunakan metode
teknik penyaringan
membran dan metode
inokulasi.Pertumbuhan
mikroba uji dari
Uji Sterilitas
membran yang
(Farmakope
digunakan untuk
Indonesia ed.IV,
menyaring bahan
halaman 856)
diikuti cairan
pengencer dan
pembilas yang telah
diinokulasi secara
visual.
Penetapan
kejernihan
(Farmakope
Indonesia ed.
IV, 1995, hal
881)
Uji efektivitas
pengawet
antimikroba
(Farmakope
Indonesia ed.
IV, 1995, hal
855)
pH=6,2-6,8
Media harus
tetap jernih
Kejernihan
sediaan sama
dengan air atau
pelarut yang
digunakan
Jumlah bakteri
viable pada
hari ke 14
berkurang
hingga tidak
lebih dari 0,1%
dari jumlah
awal.
8/9
Uji penetapan
potensi
antibiotik
(Farmakope
Indonesia ed.
IV, 1995, hal
1519)
Digunakan penetapan
dengan lempeng
silinder yang
berdasarkan difusi
antibiotik, mikroba
yang ditambahkan
dihambat
pertumbuhannya pada
daerah berupa
lingkaran di sekeliling
silinder yang berisi
larutan antibiotic.
Diameter
hambatan yang
terbentuk pada
agar yakni
lebih kurang
14 mm 16
mm.
Kesimpulan :
Sediaan memenuhi syarat / tidak memenuhi syarat
XII. Daftar Pustaka
America Society of Health-System Pharmacist. 2008. AHFS Drugs Information. Amerika :
ASHS Hospital Formulary Service. Hal 390.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 48, 49,50, 112, 113, 130, 584, 585,
589, 590, 881, 855, 856, 981, 985, 1089.
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, Marian E Quinn. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th edition. UK : Pharmaceutical Press. Hal 308, 635
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference 36th edition. UK :
Pharmaceutical Press. Hal 310, 311.
9/9