Farmasi Praktis II
SEDIAAN PARENTERAL
Parenteral berasal dari kata “para enteron”
(Yunani) yang berarti “menghindari usus”.
Para praktisi farmasi dan kedokteran membatasi
pemberian obat secara parenteral hanya meliputi cara
pemberian yang langsung ke dalam jaringan, rongga
jaringan, atau kompartemen-kompartemen tubuh secara
suntikan/injeksi atau infus.
Asal kata injeksi adalah injectio yang berarti
memasukkan ke dalam, sedangkan infusio
berarti penuangan ke dalam
SEDIAAN PARENTERAL
Definisi:
Bentuk Obat:
1. Infus
2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
SEDIAAN PARENTERAL
KEUNTUNGAN : KERUGIAN :
1. Pemberian obat harus dilakukan o/
1.Respons fisiologis segera personel terlatih (dokter) tidak o/
2.Untuk obat yang tidak efektif jika pasien.
diberikan secara oral karena 2. Pemberian obat perlu waktu lebih
obat mudah rusak akibat sekresi lama dr bentuk sediaan lain.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis
lambung.
hampir tidak mungkin diperbaiki,
3.Pengobatan pada pasien yang terutama sesudah pemberian i.v
tidak sadar 4. Menimbulkan rasa nyeri pada lokasi
penyuntikkan
4.Bila diinginkan efek lokal
5. Sukar menghilangkan efek fisiologis
5.Bioavailabilitas sempurna atau jika obat sudah berada dalam
hampir sempurna sirkulasi sistemik.
6. Harga lebih mahal
SEDIAAN PARENTERAL
Persyaratan:
1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket & tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi interaksi antara obat dengan material dinding wadah.
(Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar
bila diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal)
(Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu
sebanding dengan tekanan osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh
dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa
yang lebih kecil) terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang
dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap
cairan-cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh
masih dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan yang hipertonis
dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk
membuat larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.)
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA
PARENTERAL
Contoh :
Pemberian injeksi antibiotik gol. aminoglikosida secara
intraventrikular sulit menembus lap. pembatas darah-otak-
selaput otak yg dilakukan pd penderita radang selaput otak
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat (khusus untuk penderita rawat
jalan)
4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain
contoh: insulin tdk dapat diabsorpsi/rusak oleh asam lambung jika diberikan
secara oral
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA
PARENTERAL
Sub Kutan
• Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan longgar di bawah kulit (dermis),
disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya.
Definisi:
Menurut USP SVP adalah injeksi yang dikemas
menurut label pada kemasan, mengandung 100 ml atau
kurang.
• Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral,
suntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui
kulit atau selaput lendir.
• Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV : injeksi dikemas dalam wadah 100
mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan
secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.
SYARAT INJEKSI
1. Bebas dari mikroorganisme
2. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan
pirogenik lainnya
3. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang
tidak larut
4. Sterilitas
5. Bebas dari bahan partikulat
6. Bebas dari Pirogen
7. Kestabilan
8. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah
BENTUK SEDIAAN INJEKSI
1. Larutan sejati dengan pembawa air
2. Larutan sejati dengan pembawa minyak
3. Larutan sejati dengan pembawa campuran
4. Suspensi steril dengan pembawa air
5. Suspensi steril dengan pembawa minyak
6. Emulsi steril
7. Serbuk kering dilarutkan dengan air
LARUTAN SEJATI DENGAN PEMBAWA
AIR
• Dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak dan diberikan
melalui i.m.
• Larutan minyak menimbulkan efek depo, untuk masalah iritasi dan
sensitisasi, suspensi air lebih dipilih dibanding larutan minyak.
• Contoh: Injeksi Kamfer
LARUTAN INJEKSI DENGAN PEMBAWA
CAMPURAN
• Untuk zat yang sukar larut dalam air, maka selain digunakan dalam bentuk
garam atau diformulasi dalam pH tinggi atau rendah, beberapa zat dapat pula
diformulasi dalam pelarut campur.
• Kosolvent digunakan untuk menurunkan polaritas pembawa sehingga zat
lebih larut.
• Contoh: injeksi phenobarbital
SUSPENSI STERIL PEMBAWA MINYAK
• Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan distribusi ukuran partikel harus
dikontrol untuk meyakinkan partikel dapat melewati jarum suntik saat
pemberian
• Ukuran partikel tidak boleh membesar dan tidak boleh terjadi caking saat
penyimpanan.
• Contoh: Injeksi Calciferol
INJEKSI SUSPENSI
Digunakan jika zat aktif tidak larut dalam pembawa
Dapat digunakan sebagai depo
Kadar partikel padat < 5%
Diameter partikel 5-10 mikrometer
Pembuatan dilakukan mensterilkan masing-masing komponen
sendiri-sendiri dan dibuat secara aseptik
EMULSI STERIL
• Beberapa zat yang tidak stabil dalam air, sehingga dibuat dalam
bentuk serbuk untuk injeksi. Sediaan ini bisa berupa serbuk ‘dry
filled’ atau serbuk liofilisasi (‘freeze dried’).
• Contoh: Injeksi Solumedrol 500 mg dengan wadah yang dikemas
sedemikian rupa sehingga penggunaannya dengan menekan tutup
vial agar pelarut turun ke bawah dan melarutkan zat aktif yang
tersedianya di dalamnya
JENIS-JENIS PELARUT
1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
• PEG, PG, Etanol
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan
air.
• Minyak Hewan, Mineral, Tumbuhan
SEDIAAN INJEKSI VOLUME KECIL TERDIRI
DARI:
• Bahan baku
• Pembawa dan pelarut
(air, minyak dan non minyak (PEG, Alkohol) campuran
• Bahan tambahan
(antimikroba, antioksidan, buffer, chelating agent, surfactan,
tonisitas)
SYARAT WADAH OBAT SUNTIK