Anda di halaman 1dari 3

Larutan injeksi yang dibuat harus bebas pirogen, karena pirogen dapat

menyebabkan respon piretik spesifik. Pirogen dapat dihilangkan dengan


menambahkan karbo adsorben pada larutan. Karbo adsorben akan menyerap
pirogen yang bila disaring akan terpisah dari larutan. Sebelum digunakan, karbo
adsorben yang terlebih dahulu harus diaktifkan, pengaktifan karbo adsorben
bertujuan untuk menguapkan air dan membunuh bakteri yang sebelumnya telah
menempel pada permukaan karbo adsorben. Pengaktifan ini dilakukan dengan
memijarkan karbo adsorben di atas kompor listrik.
Setelah dilakukan penambahan karbo adsorben, sediaan didiamkan terlebih
dahulu hingga karbo adsorben mengendap agar saat penyeringan karbo adsorben
dapat terpisah dengna baik dengan sediaan saat disaring. Sediaan disaring
menggunakan kertas saring ketika akan dimasukkan ke dalam botol supaya tidak
ada karbo adsorben yang terbawa masuk ke dalam sediaan.
Langkah selanjutnya adalah mengecek Ph. Sediaan Injeksi (infuse)
sebaiknya menggunakan pH yang mendekati Ph fisiologis atau isohidris dengan
darah dan cairan tubuh lainnya. Pada sediaan yang dibuat, pH yang didapat yaitu
6. Setelah penambahan NaCl sebagai pengisotonis larutan memiliki Ph = 7. pH ini
masuk ke dalam range pH Ringer laktat yaitu 5-7. Pada injeksi volume kecil, pH
larutan yang tidak sesuai dari nilai pH darah maka selanjutnya jika larutan
tersebut diberikan ke tubuh akan terjadi pengenceran yang cepat dan pendapatan
oleh serum (system dapar tubuh sendiri). Tetapi jika injeksi dalam volume besar
(infuse), penyeimbangan yang cepat jika pH larutan berada pada nilai pH
fisiologis. Selain itu, pengaturan pH juga bertujuan untuk mempertinggi stabilitas
sehingga obat-obat tersebut masih memiliki aktivitas dan potensi.
Sterilisasi dilakukan dengan metode panas basah menggunakan autoclave
dengan suhu 1210 selama 15 menit. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh
mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam larutan. Hal ini sesuai dengan
syarat sediaan parenteral yaitu, steril dimana tidak ada mikroorganisme yang
tumbuh di dalamnya. Mekanisme kerja dari proses sterilisasi panas basah ini
adalah uap air yang dihasilkan akan masuk ke dalam dinding bakteri dan
menyebabkan koagulasi protein dari bakteri. Proses pembuatan sediaan larutan
infuse ringer laktat ini menggunakan metode sterilisasi akhir. Larutan yang akan
disterilisasi dimasukkan ke dalam wadah kemudian bagian tutupnya dibungkus
dengan alumunium foil. Kemudian dimasukkan ke dalam autoclave. Autoclave
ditutup dan dibiarkan sampai suhu naik mencapai 1210. Setelah suhu mencapai
1210 autoclave dibiarkan sampai 15 meint. Perlu hari-hari saat membuka tutup
autoclave, hal ini karena adanya tekanan dari dalam yang menjaga suhu tetap,
sehingga saat autoclave dibuka, uap air di dalamnya akan menyembur keluar.
Setelah disterilkan, larutan infuse yang didapat diuji kebocoran, kejernihan
dan diuji adanya partikel asing. Uji kebocoran dilakukan dengan mmebalik botol.
Kebocoran ditandai dengan adanya air yang menetes dari botol. Kebocoran sangat
berbahaya bagi sediaan parenteral sebab mikroba dapat masuk lewat celah bocor
tersebut dan menyebabkan reaksi tertentu di dalam tubuh. Infuse yang diperoleh
dari praktikum tidak menunjukkan adanya kebocoran. Sementara uji kejernihan
dan partikel dilakukan dibawah cahaya lampu dengan background hitam. Partikel
asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari
larutan dan zat kimia yang dikandung, lingkungan, peralatan, personal dan
komponen pengemas. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan
granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk infuse volume besar, USP
menetapkan batas 50 partikel 10 μm dan lebih besar, serta 5 partikel 25 μm dan
lebih besar permilimeter. Untuk mengetahui adanya partikel dilakukan dengna
mata secara langsung untuk partikel ukuran 50 μ. Sedangkan untuk partikel yang
lebih kecil maka diperlukan teknik dan alat khusus. Dari pemeriksaan yang
dilakukan didapat bahwa infuse ringer laktat yang dihasilkan jernih dan tidak ada
partikel yang melayang.
Sediaan injeksi yang telah selesai diproses dan memenuhi syarat diberi
etiket sebelum diserahkan pada pasien. Etiket berwarna biru karena sediaan
injeksi diberikan langsung masuk ke dalam peredaran darah, tidak melewati
saluran pencernaan.
Kemudian dilakukan uji sterilitas dengan menggoreskan sediaan pada
media yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan pengamatan setelah hari pertama
percobaan dan setelah hari ketujuh percobaan. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa tidak terjadi perubahan apapun pada media. Maka dapat diketahui bahwa
sediaan tidak mengalami kontaminasi dan dapat dikatakan steril.
VI. KESIMPULAN
1. Larutan Ringer Laktat digunakan untuk mengganti elektrolit ataupun
cairan tubuh secara fisiologis.
2. Larutan Ringer Laktat yang dihasilkan bersifat hipotonis, sehingga perlu
ditambahkan 0,602 g/500 ml NaCl
3. Metode sterilisasi yang digunakan adalah metode panas basah
menggunakan autoclave dengan suhu 1210 selama 15 menit
4. Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap larutan yang dibuat dperoleh :
a. Ph = 6-7 (memenuhi syarat)
b. Kebocoran = tidak ada (memenuhi syarat)
c. Partikel asing = tidak partikel asing (memenuhi syarat)
d. Kejernihan = jernih (memenuhi syarat)

VII. DAFTAR PUSTAKA


Agoes, Goeswien, 2009, Sediaan Farmasi Steril, Penerbit ITB, Bandung
Anonym, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
Ansel,H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press,
Jakarta.
Lachman, Leon, 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press,
Yogyakarta

Mengetahui, Purworejo, 9 Mei 2018


Dosen Praktikan

(Dra.Endang W,Apt.M.Kes) ( Dwi Nur Khasanah )


NIM : FC05017007

Anda mungkin juga menyukai