Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 6

EKSIPIEN
SEDIAAN
PA R E N T E R A L
BY :
Gianika Frakastiwi
Hapsah Agustina
Rahmanita Novita Sari
Aditya Rahmansyah
Rizky Nasikha
Hikmah Fauziyyah
Reza Adhitya Pratama
Saila Salsabila
POKOK
BAHASAN
01 DEFINISI 04 AT U R A N

02 FUNGSI 05 EKSIPIEN

03 GOLONGAN 06 LABA RUGI


APA ITU
SEDIAAN INFUS ?
Rasionya dalam tubuh adalah
Infus merupakan larutan air 57%; lemak 20,8%;
dalam jumlah yang besar protein 17,0%; serta mineral
terhitung mulai dari 10 mL dan glikogen 6%. Ketika
yang diberikan melalui terjadi gangguan hemostatif,
intravena tetes demi tetes maka tubuh harus segera
dengan bantuan peralatan mendapatkan terapi untuk
yang cocok. mengembalikan keseimbangan
air dan elektrolit larutan.
FUNGSI
1. Dasar nutrisi, kebutuhan 3. Keseimbangan elektrolis
kalori untuk pasien digunakan pada pasien
di rumah sakit harus yang schock, diare, mual,
disuplai via intravenous muntah membutuhkan
seperti protein dan cairan intravenous.
karbohidrat.
2. Pengganti cairan tubuh, 4. Pembawa obat contohnya
seperti dehidrasi. sebagai antibiotik
0 3
Mengatasi perbedaan ion
GOLONGAN
INFUS
E L E K T R O L I T

atau penyimpangan
elektrolit dalam tubuh :
1. Asidosis: Kondisi plasma darah yang terlampau asam
akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis: Kondisi plasma darah yang terlampau basa
akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam
jumlah berlebih.
KARBOHIDRAT
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau
dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Digunakan untuk
memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan
lain-lain.

Contoh : larutan manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi


ginjal.

PENAMBAH DARAH
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat
perdarahan, luka bakar, operasi, dan lain-lain.

Contoh : Seluruh bagian darah, Protein Plasma, dan Albumin


Manusia
0 4 ATURAN
AT U R A N

1. Obat tidak dapat di absorbsi secara oral


2. Terjadinya absorbsi yang tidak teratur setelah penyuntikan
secara intramuscular
3. Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan
4. Perlunya respon yang cepat
5. Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral
6. Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak
praktis
7. Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan
pembawa
8. Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus
diinfus secara terus-menerus
9. Diperlukan perbaikan ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit
10.Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena.
SYARAT
1. Isotonis artinya mempunyai tekanan 4. Bebas pirogen, karena cairan yang
osmosis yang sama dengan darah mengandung pirogen dapat menimbulkan
atau cairan tubuh yang lain. Tekanan demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah
osmosis cairan tubuh seperti senyawa kompleks polisakarida dimana
darah, air mata, cairan lumbal sama mengandung radikal yang ada unsur N, P.
dengan tekanan osmosis larutan Selama radikal masih terikat, selama itu
NaCl 0,9 %. masih dapat menimbulkan demam dan
2. Harus steril, suatu bahan dinyatakan pirogen bersifat termostabil.
steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen 5. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi
maupun nonpatogen, baik dalam jaringan atau efek toksis.
bentuk vegetativ maupun dalam
bentuk tidak vegetativ (spora). 6. Isohidris, pH larutan sama dengan darah
dan cairan tubuh lain yakni pH = 7,4.
3. Jernih, berarti tidak ada partikel
padat.
7. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang
berwarna.
EKSIPIEN

1. Bulking Agents (u/ sediaan 7. Agen Pengompleks dan


parenteral serbuk injeksi) Pendispersi (Complexing and
2. Lyoprotectants (u/ Sediaan Dispersing Agents)
parenteral serbuk injeksi) 8. Agen Pensuspensi
3. Dapar (Buffering Agents) (Flocculating/suspending agents)
4. Agen Pengisotonis (Tonicity 9. Antioksidan (Antioxidant And
Adjusting Agents) Reducing Agents)
5. Pembawa (Vehicle) 10.Chelating agents
• Pelarut (Minyak dan Air) 11.Wetting Agents dan Surfaktan
• Solubilizing agents 12.Agen Pengental
6. Pengawet

0 5
1. Bulking Agents (u/ sediaan
parenteral serbuk injeksi)
Bulking agents membentuk bulk dari produk
lipofilik dan memebrikan struktur yang sesuai
pada cake. Agen ini umunya digunakan pada
obat dosis rendah (potensi tinggi) yang tidak
memiliki bulk untuk mendukung strukturnya
sendiri.
Pada beberapa kasus, bulking agents dapat
ditambahkan pada formulasi matriks.
struktur dari cake lipofilik penting, karena
formasi cake yang tepat menghasilkan pori
yang baik sehingga dapat menyediakan
sarana bagi uap untuk keluar dari produk
selama siklus pengeringan.
2. Lyoprotectants
• Lyoprotectant didefinisikan sebagai substansi yang digunakan untuk stabilisasi dan
pencegahan dari terjadinya degradasi molekul saat freeze-drying dan setelahnya
yaitu pada tahap penyimpanan. Diantara disakarida yang ada, sukrosa dan trihalosa
ialah lyoprotectants yang paling umum sering digunakan.
• Dibandingkan dengan sukrosa, trihalosa lebih disukai sebagai lyoprotectant karena
memiliki sifat kurang higroskopis, reaktifitas kimia rendah serta suhu transisi gelas
yang lebih tinggi (Tg′) .
• Suhu kritis adalah suhu diatas dimana produk yang telah freeze-dry kehilangan
struktur makroskopiknya dan hancur pada saat freeze-drying. Maka dari itu,
eksipien-eksipien yang menyediakan suhu kritis lebih tinggi lebih dipilih untuk
lyofilisasi.
3. Dapar (Buffering Agents)

• Pengendalian pH sangat penting untuk • Buffering agent harus memiliki suhu


menghindari degradasi obat selama kolaps tinggi, tidak mudah menguap dan
pemrosesan, penyimpanan dan memiliki suhu transisi gelas tinggi (Tg).
rekonstitusi. • Suhu kolaps yang tinggi akan memfasilitasi
• Pemilihan buffer tergantung pada profil pengeringan primer yang lebih cepat, dan
stabilitas pH dari bahan aktif karena obat sifatnya yang tidak mudah menguap akan
perlu rekonstitusi dan disimpan untuk mencegah pH hanyut, yang dapat
beberapa waktu sebelum dapat diberikan merusak stabilitas produk.
kepada pasien. Untuk tujuan ini, pH • Dapar yang paling umum digunakan pada
stabilitas maksimum obat harus diketahui sediaan parenteral ialah Acetate, Citrate,
dan dipelihara. Tartrate, Phosphate,Triethanolamine
• Pemilihan buffer yang cocok dan (TRIS).
konsentrasinya penting untuk molekul
sensitif.
4. Agen Pengisotonis (Tonicity
Adjusting Agents)
Formulasi parenteral harus isotonik dengan plasma manusia sehingga dapat
menghindari kerusakan pada jaringan-jaringan tubuh. Namun, tidak semua obat
pada dosis yang direkomendasokan isotonik dengan darah, karena itu dibutuhkan
agen pengisotonis pada formulasi obat.
Agen pengisotonis yang paling umum digunakan ialah dekstrosa, sementara agen
lain seperti gliserol dan NaCl kurang sering dipakai. Agen pengisotonis lain yang
juga sering digunakan ialah gliserin dan manitol.
5. Pembawa (Vehicle)

• AIr sebagai Pembawa/Vehicle


Air
Air Steril Air Bakteriostatik Air Steril Air steril
Untuk Injeksi Untuk Injeksi untuk Inhalasi untuk Irigasi

Disterilkan Ada 1 atau lebih Disterilkan Disterilkan


Dikemas dengan Agen Dimurnikan secara Dikemas dengan
bakteriostatika destilasi/ osmosis dosis tunggal
Kontener dosis tunggal (Benzil Alkohol , terbalik Tidak mengandung
kapasitas < 1000 ml Metil Paraben dan antimikroba atau
Propil Paraben) Dosis Tunggal zat lain
Tidak Mengandung Zat Kapasitas < 1ltr
Bakteriostatik Kontener Takaran Tidak mengandung
Ganda Antimikroba Untuk
membersihkan luka
Dikemas dengan Untuk melembabkan
kapasitas < 30 ml udara atau alat yang
sama yang mungkin
terkontaminasi
5. Pembawa (Vehicle)

• Minyak sebagai Pembawa/Vehicle


Persyaratan monografi minyak untuk sediaan injeksi ( Farmakope Edisi III):
1. Minyak lemak nabati atau ester asam, lemak tinggi alam atau sintetik dan
harus jernih pada suhu 10°C
2. Bilangan Asam: 0,2< X<0,9
3. Bilangan Yodium : 79 <X <128
4. Bilangan Penyabunan: 185 <X <200

Penyimpanan: Tertutup rapat, diisi penuh dan terlindung dari cahayaFor some
oil or lipid soluble drugs such as some vitamins (Vitamin K, Vitamin E) hormons
(e.g., progesterone, testosterone, deoxycorticicosterone), oily vehicle can be
used contohnya Soybean oil, Olive oil, Corn Oil, Cottonseed Oil, Sesame Oil,
Peach Oil, Peanut Oil
5. Pembawa (Vehicle)

• Solubilizing Agents
Agen yang membantu melarutkan atau meningkatkan kelarutan obat ke dalam
formulasi dikenal sebagai agen pelarut, agen pelarut dapat secara luas
diklasifikasikan menjadi :
• Surfaktan : Surfaktan meningkatkan pelarutan dengan mengurangi tegangan
permukaan zat obat. Contoh dari surfaktan ialah Polyoxyethylene sorbitan
monooleate (Tween 80), Sorbitan monooleate Polyoxyethylene sorbitan
monolaurate (Tween 20), Lecithin, Polyoxyethylene polyoxypropylene
copolymers (Pluronics)
• Ko-solven : didefinisikan sebagai pelarut yang bersama dengan pelarut lain
dapat melarutkan zat terlarut. Contoh dari ko-solven ialah Propylene glycol,
Glycerin, Ethanol, Polyethylene glycol (300 and 400), Sorbitol,
Dimethylacetamide and Cremophor EL etc.
6. Pengawet

• Pengawet Antimikrobial
Agen antimikroba diperlukan untuk produk parenteral yang dimaksudkan untuk
bermacam dosis, untuk melindungi produk dari kontaminasi mikroba yang tidak
disengaja selama penggunaan klinis & mempertahankan kondisi steril. Beberapa
pengawet khas yang digunakan dalam suspensi parenteral beserta konsentrasinya
adalah sebagai berikut:
1. Benzyl alcohol (0.9% to 1.5%)
2. Methylparaben (0.18%to0.2%)
3. Propylparaben (0.02%)
4. Benzalkonium chloride (0.01% to 0.02%)
5. Thiomersal (0.001% to 0.01%)
7. Agen Pengompleks dan
Pendispersi (Complexing and
Dispersing Agents)
Kompleksasi terkadang digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat dalam
pelarut terutama air. Siklodekstrin telah muncul sebagai senyawa aditif yang
sangat efektif untuk melarutkan obat-obatan hidrofobik.
• Dalam bentuk sediaan parenteral, siklodekstrin termodifikasi, seperti
hidroksipropil-b-siklodekstrin dan sulfobutriflet-b-siklodekstrin telah
diketahui melarutkan dan menstabilkan banyak obat suntik, termasuk
dexamethasone, estradiol, interleukin-2, dan protein dan peptida lain
dengan masalah kompatibilitas yang tidak jelas.
8.Agen Pensuspensi
(Flocculating/suspending agents)
• Pembuatan flokulasi terkontrol • Contoh elektrolit-elektrolit yang
menggunakan agen pensuspensi yang dapat digunakan pada sediaan parenteral:
membentuk ikatan yang lemah antar Potassium/sodium chloride,
agregat yang selanjutnya laju diatur dengan Potassium/sodium citrate,
proses pengompakan atau pengocokan Potassium/sodium acetate.
kembali atau tersuspensi secara cepat. Pada • Sistem tegangan antarmuka dapat diukur
konsentrasi yang sesuai penambahan dengan besarnya zata potensial. Zeta
flocculating agent akan menghasilkan potensial diatur sesuai dengan rentang
volume sedimintasi maksimal dan (biasanya kurang dari 25 mV) yang dapat
mencegah pembentukan caking. membentuk flokulat, serta suspensi
• Jenis flocculating agent yang sering noncaking dengan edimentasi
digunakan adalah golongan elektrolit, maksismum.
surfaktan dan koloid hidrofilik. Elektrolit • Koloid hidrifilik (umumnya bermuatan
dan surfaktan bekerja dengan prinsip negative) tidak hanya mempengaruhi
mengurangi gaya elektris tolak enolak dan gaya elektris tolakmenolak, tetapi juga
memperkuat gaya tarik menarik antar mempengaruhi barrier elektrik antar
partikelnya sehingga membentuk flok partikel suspenoid. Misalnya larutan PVP
longgar, selaon itu surfaktan mengurangi 25% dikombinasikan dengan polysorbate
tegangan antarmuka antar partikel. 80 (20%) dapat berfungsi sebagai
stabilizer untuk suspense bubuk stable
injectable 30% aqueous
9. Antioksidan (Antioxidants and
Reducing Agents)

Antioksidan dan Reducing Agents digunakan untuk mencegah / meminimalkan reaksi


oksidasi obat atau eksipien selama umur simpan produk. Mekanismenya ialah sebagai
berikut:
• Berikatan dengan radikal bebas dalam sistem
• Berikatan dengan logam berat yang terkandung dalam formula
• Mencegah pengurangan reaksi oksidasi
10. Agen Pengkhelat (Chelating
Agents)
Chelating agents digunakan dalam formulasi untuk membantu dalam
menghambat pembentukan radikal bebas dan oksidasi yang dihasilkan dari
bahan aktif yang disebabkan oleh ion logam seperti tembaga, besi, kalsium,
mangan, dan seng.
Contoh: EDTA, Na Metabisulfit
11. Wetting Agents dan
Surfaktan
• Berbagai surfaktan nonionik dan • Konsentrasi biasa surfaktan
pelarut no-aqueous seperti gliserin, bervariasi dari 0,05% hingga 0,5%
alkohol & propilen glikol adalah jenis tergantung pada isi padatan
bahan pembasah yang biasa suspensi.
digunakan dalam suspensi yang • Perawatan harus diambil dalam hal
dapat disuntikkan. jumlah yang digunakan, jumlah
• Wetting agents mengurangi sudut berlebihan dapat menyebabkan
kontak antara permukaan partikel & foaming, caking atau memberikan
cairan pembasahan untuk rasa / bau yang tidak diinginkan ke
mendapatkan efisiensi pembasahan produk.
maksimu; surfaktan dengan nilai HLB • Surfaktan (wetting agent)
kisaran 7-9 harus dipilih. 1. Lecithin, Polysorbate 20, Polysorbate
80, Pluronic F-68, Sorbitan
2. Trioleate (span 85) sebagai surfaktan
pada suspensi injeksi.
12. Agen Pengental (Viscosity
Agents)
Beberapa agen pengental yang digunakan dalam formulasi
suspensi injeksi ialah sebagai berikut:
• Sodium carboxymethyl cellulose
• Akasia
• Gelatin
• Methyl cellulose
• Polyvinyl pyrrolidone
0 6 LABA RUGI
KEUNTUNGAN
1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Biovabilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam tractus
gastrointestinalis dapat dihindarkan.
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang
sakit keras atau dalam keadaan koma.
KERUGIAN
1. Rasa nyeri pada saat disuntik apalagi kalau harus
diberikan berulang kali.
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut
suntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak
mungkin diperbaiki terutama sesudah pemberian
intravena.
4. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah
sakit atau ditempat praktek dokter oleh perawat yang
kompeten.
5. Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril hanya karena
ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas
pirogen, jernih, praktis, bebas partikel).

Anda mungkin juga menyukai