Anda di halaman 1dari 41

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA SECARA KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS PREPARATIF, KROMATOGRAFI KOLOM


DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBEL

tidak perlu diserbuk sampai halus.


BAB I Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu
PENDAHULUAN dihaluskan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penyarian (Sediaan galenika,
Fitokimia adalah ilmu yang 2012)
mempelajari berbagai senyawa organik yang Tanaman alpukat (Persea americana
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu, Mill) merupakan salah satu tanaman yang
tentang struktur kimia, biosintesis dan memiliki manfaat sebagai obat tradisional.
perubahan metabolisme, penyebaran secara Hampir semua bagian dari tanaman ini
alami dan fungsi biologis, dari senyawa memiliki khasiat sebagai sumber obat-
organik. Fitokimia atau kadang disebut obatan. Bagian buah famili Lauraceae ini
fitonutrient, dalam arti luas adalah segala memiliki kandungan gizi yang tinggi, bagian
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan daun digunakan untuk ramuan obat penyakit
yang diturunkan dari sumber tumbuhan ginjal, hipertensi. Daun merupakan bagian
termasuk sayuran dan tumbuh-tumbuhan tanaman alpukat yang memiliki manfaat
(Hermanto,2013). sebagai obat tradisional. Berdasarkan
Dalam penggunaan umum, fitokimia penelitian, daun Persea americana Mill
memiliki definisi yang lebih sempit, memiliki aktifitas antioksidan dan membantu
fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk dalam mencegah atau memperlambat
pada senyawa yang ditemukan pada kemajuan berbagai oksidatif stres yang
tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk berhubungan dengan penyakit (Owalabi dkk,
fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang 2010).
menguntungkan bagis kesehatan atau Kaempferia galanga L. adalah nama latin
memiliki peran aktif bagi pencegahan dari Kencur. Nama “Kencur” sendiri bukan tanpa
penyakit. Karenanya zat-zat ini berbeda arti. Ia berasal dari bahasa sanskerta yang
dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien diartikan sebagai temu putih. Dari nama kencur
tersebut, secara sederhana kita bisa
dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa
menyimpulkan bahwa kencur ini masuk ke dalam
mereka bukan suatu kebutuhan bagi
kerabat suku temu-temuan atau yang dikenal
metabolisme normal,dan ketiaadaan zat ini dengan sitilah Zingiberaceae. Dengan demikian,
tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi ia berkerabat dekat dengan temulawak, Pulkra,
paling tidak, dalam jangka waktu yang Kunir, Kunci Pepet dan masih banyak lagi
normal untuk defisinisi (Hermanto,2013). lainnya (Anonim, 2013)
Simplisia adalah bahan alamia yang Daun sukun (Artocarpus altilis)
dipergunakan sebagai obat yang belum adalah salah satu obat tradisional yang telah
mengalami pengolahan apan juga dan kecuali banyak dikenal masyarakat Indonesia.
dinyatakan lain,upa bahan yang telah Flavonoid, asam hidrosianat, asetilcolin,
dikeringkan (Depkes RI, 1977-1980). tannin, riboflavin, saponin, phenol, quercetin,
Simplisia ada yang lunak seperti champerol dan kalium merupakan kandungan
bunga, daun, akar kelembak dan ada yang kimia daun sukun yang berkhasiat sebagai
keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. obat penyakit seperti ginjal, jantung, tekanan
Simplisia yang lunak mudah direbus oleh darah tinggi, liver,pembesaran limpa,
cairan penyari, karena itu pada penyarian kencing manis, asma, dan kanker. Kalium

1 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


merupakan kation penting dalam cairan dapat larut dan zat yang tidak larut seperti
intraselular yang berperan dalam serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.
keseimbangan pH dan osmolaritas. Tubuh Penyarian disamping memperhatikan sifat
mengandung kalium 2,6 mg/kg berat badan simplisia dan sifat zat aktifnya, harus juga
bebas lemak. Sel-sel syaraf dan otot memperhatikan zat-zat yang sering terdapat
mengandung banyak kalium dan dalam dalam simplisia seperti protein, karbohidrat
jumlah kecil kalium dijumpai dalam cairan lemak dan gula (Sediaan galenika, 2012).
ekstraselular, dan kadar kalium dalam serum Pada tahan-tahan terakhir ini fitokimia
adalah 14-22 mg/100 ml. Kalium mempunyai atau kimia tumbuhan telah berkembang
kemampuan menerobos membran sel lebih menjadi satu disiplin tersendiri, berada
besar dibanding natrium, dan diperlukan diantara kimia organic bahan alam dan
dalam metabolisme karbohidrat dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat
proteinKekurangan kalium umumnya dengan keduanya. Bidang perhatiannya ialah
disebabkan karena ekskresi yang berlebihan aneka ragam senyawa organic yang dibentuk
melalui ginjal dan juga dapat terjadi karena dan ditimbun oleh Tumbuhan, yaitu
muntah-muntah yang berlebihan atau diare mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
yang hebat (Suhardjo,1992). perubahan serta metabolismenya,
Meskipun pada waktu sekarang banyak penyebarannya secara alamiah, dan fungsi
obat-obatan yang dibuat secara sintetik, biologisnya (Harbone, JB. 1987).
tetapi tak boleh kita abaikan arti tumbuhan Pada semua pekerjaan tersebut
sebagai penghasil bahan yang berkhasiat diperlukan metode pemisahan, pemurnian,
obat, seperti dapap kita lihat sendiri dari dan identifikasi kandungan yang terdapat
banyaknya antibiotic yang diperkenalkan dalam tumbuhan yang sifatnya berbeda-beda
dalam dunia pengobatan, dan boleh dan yang jumlahnya banyak itu. Jadi,
dikatakan semua zat tersebut berasal dari kemajuan pengetahuan kita mengenai
tumbuhan, seperti antara lain : penisilin, berkaitan langsung dengan keberhasilan
Streptomisin, Kloromisetin, dan lain-lain. memanfaatkan teknik yang sudah dikenal dan
Kami yakin, bahwa masih banyak tumbuhan meneruskan pengembangan teknik baru
lain yang sampai sekarang belum dikenal untuk menyelesaikan masalah yang menonjol
sebagai tumbuhan yang berkhasiat obat. bila timbul. Salah satu tantangan fitokimia
Kalau kita meninjau banyaknya tumbuhan adalah melaksanakan semjua pekerjaan
yang bahannya dipakai dalam obat diatas itu dengan menggunakan bahan yang
tradisional oleh mereka yang tak mengenal makin lama makin sedikit. Sering pemecahan
ilmu pengobatan modern, maka rasanya masalah biologi, misalnya pengaturan
tinggal dilakukan suatu penyelidikan ilmiah tumbuh tanaman, biokimia antraksi
saja, untuk memperoleh kepastian bahw tumbuhan-hewan atau pemahaman asal fosil
penduduk yang mempergunakan macam- tumbuhan, bergantung pada identifikasi
macam bahan tumbuhan itu memang sejumlah struktur kimia yang rumit yang
berasalan, meskipun pemakaian dari bahan- mungkin saja hanya tersedia beberapa
bahan tersebut tidak memakai dasar-dasar microgram yang telaah (Harbone, JB. 1987).
ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan Tujuan utama ekstraksi adalah
(Tjitrosoepomo, G. 2005). mendapatkan atau memisahkan sebanyak
Penyarian adalah kegiatan penarikan mungkin zat-zat yang memilih khasiat
zat yang dapat larut dari bahan yang tidak pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang
dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia tidak berfaedah, agar lebih mudah
yang disari, mengandung zat aktif yang

2 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


dipergunakan (kemudahan diabsorpsi, rasa, Adapun prinsip percobaan percobaan
pemakaian, dan lain-lain adalah berdasarkan cara pengolahan sampel
dan disimpang dibandingkan simplisia asal serta cara mengekstraksi, mengisolasi,
dan tujuan pengobatan lebih terjamin mengidentifikasi kompenen kimia dari
(Syamsuni, 2006). sampel Tanaman alpukat (Persea americana
Ada 4 teknik kromatografi yang Mill), rimpang kencur (Kaempferia galanga
digunakan untuk pemisahan dan pemurnian L.), kulit batang kakao/coklat (Theobroma
kandungan tumbuhan atau biasa juga cacao, L.), dan daun sukun (Artocarpus
dilakukan dengan gabungan dari empat altilis) dengan metode ekstraksi yang sesuai
teknik tersebut. Keempat teknik dan secara spektrofotometri UV-Visibel serta
kromatrografi tersebut yaitu kromatografi Kromatografi Lapis Tipis.
kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi
gas cair, dan kromatografi kinerja tinggi BAB II
(Harborne, 1989). TINJAUAN PUSTAKA
Diantara berbagai jenis teknik
kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) A. Uraian Tanaman
adalah yang paling cocok untuk analisis obat 1. Alpukat
di laboratorium farmasi karena hanya 1.1. Klasifikasi (Anonim, 2012)
memerlukan investasi yang kecil untuk Regnum : Plantae
perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, Divisi : Spermatophyta
jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, Kelas : Magnoliopsida
selain itu kebutuhan ruang minimum serta Ordo : Laurales
penanganannya sederhana (Stahl, 1985). Famili : Lauraceae
Penggunaan KLT biasa untuk tujuan Genus : Persea
uji kualitatif dapat menggunakan pereaksi Spesies : Persea americana P.
kimia atau sinar ultraviolet atau gabungan Mill.
keduanya. (Soemarno, 2001).
Adapun maksud percobaan adalah
untuk mengetahui dan memahami cara
pengambilan, pengolahan, mengekstraksi,
mengisolasi, mengidentifikasi kompenen
kimia yang berkhasiat sebaga yang
terkandung suatu sampel atau simplisia.
Adapun tujuan percobaan adalah (Gambar 1. Tanaman daun alpukat
untuk mengatahui dan memperoleh cara (Persea americana P.Mill)
pengolahan sampel serta mengetahui cara
mengekstraksi, mengisolasi, mengidentifikasi 1.2. Nama daerah (Anonim, 2013)
Alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa
kompenen kimia dari sampel Tanaman
Tengah dan Jawa Timur), apokat dan
alpukat (Persea americana Mill), rimpang jambu wolanda (sebutan di lain-lain
kencur (Kaempferia galanga L.), kulit batang daerah).
kakao/coklat (Theobroma cacao, L.), dan Nama asing : Kencur, sikur
daun sukun (Artocarpus altilis) dengan (Indonesia), cikur, cekor (Melayu), disul
metode ekstraksi yang sesuai dan secara (Fliphina), shan nai (China) (Bambang,
spektrofotometri UV-Visibel serta Ismawan, 2013)
Kromatografi Lapis Tipis.

3 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


1.3. Morfologi
Tanaman alpukat memiliki
lebih kurang 60 anggota kerabat.Wujud
atau bentuk pohonnya bermacam-
macam, mulai dari pohon lurus dengan
batang yang kokoh, kuat sampai pohon-
pohon kecil merimbun seperti
semak.Batang tanaman ini bercabang
rendah dengan tajuk pohon berdaun
rapat.Daunnya berwarna hijau tua
berbentuk runcing sampai agak
berbentuk melebar sepanjang 10-20 cm.
sedangkan berat buah bervariasi antara
100-2.300 gram. (Anonim, 2014)

1.4. Kandungan Kimia


Buah dan daun alpukat
mengandung saponin, alkaloida dan
falavanoida, serta tanin. Daun alpukat
mengandung polifenol, quersetin, dan
gula alkohol. Alpukat juga mengandung
beta karoten, klorofil, vitamin E, dan 2.2. Gambar 2.Rimpang Kencur (Kaempferia
vitamin B kompleks yang berlimpah galanga L)
dalam alpukat. (Anonim, 2009)
2.3. Nama Daerah
1.5. Khasiat
Alpukat mampu menurunkan Nama daerah kencur
resiko stroke dan serangan jantung, (Indonsia), Cikur (Sunda), Ceuko
karena alpukat merupakan satu-satunya (Aceh), Kencor (Madura), Cekuh (Bali),
buah yang kaya lemak, bahkan kadarnya Kencur Sukung (Minahasa), Asauli
lebih dari dua kali kandungan lemak (Ambon), Cekir (Sumba), Cendo, Tekur,
dalam durian. Kaciwer, Kopuk, Ccakue, Cokur
(Sumatera). (Anonim, 2011)
2. Rimpang Kencur
2.1. Klasifikasi Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L) 2.4. Morfologi
Regnum : Plantae Habitus : semak semusim,
Divisi : Magnoliophyta tinggi 30-70 cm. Akar : bergerombol,
Kelas : Liliopsida bercabang-cabang, serabut putih, coklat
Ordo : Zingiberales kegelapan, berkesan mengkilap. Batang :
Family : Zingiberaceae lunak, berpelepah, membentuk rimpang,
Genus : Kaempferia hitam keabu-abuan. Daun: tunggal,
Spesies : Kaempferia galanga L lanset, ujung runcing, pangkal
(Anonim, 2012) berpelepah, tulang menonjol, panjang
kira-kira 70 cm, hijau muda, jumlah
helaian daun tidak lbih dari 2-3 lembar
dengan susunan berhadapan, bulat
melebar, ujung mengecil, berwarna hijau
gelap. Bunga : majemuk, berbentuk
tabung kelopak lanset, panjang kira-kira

4 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


4 cm, lebar 2-3,5 cm, mahkota panjang 3. Kulit Batang Sukun
19 cm benang sari, putik kecil, putih, 3.1. Klasifikasi dari kulit batang sukun
tersusun dengan setengah duduk dengan Artocarpus communis Forst
mahkota bunga berjumlah antara 4-12 Kingdom : Plantae
buah, bibir bunga berwarna lembayung Divisio : Magnoliophyta
dengan warna putih dominan. Daging Class : Magnoliopsida
buah : mempunyai daging buah paling Ordo : Urticales
lunak, tidak berserat, berwarna putih, Familia : Moraceae
kulit luar berwarna coklat. Habitat : Genus : Artocarpus
tumbuh subur didataran rendah atau Spesies : Artocarpus communis Forst
pegunungan yang tanahnya gembur dan
tidak terlalu banyak air, dapat ditanam
pada pot atau kebun yang cukup sinar
matahari, tidak terlalu basah dan
ditempat terbuka. (Anonim, 2012)

2.5. Kandungan Kimia


Rimpang kencur (Kaempferia
galanga L) mengandung saponin,
flavonoida dan senyawa-senyawa
polifenol, disamping minyak atsiri (2,4- Gambar 3. Pohon Sukun Artocarpus
3,9 %) yang mengandung sineol, communis Forst
borneol, kampfer, etil alkohol, asam
metil-kaneelat dan senyawa-senyawa 3.2. Morfologi
pentadekan (Harbone, 1987). Artocarpus communis (sukun)
adalah tumbuhan dari genus Artocarpus
2.6. Khasiat dalam famili Moraceae yang banyak
Rimpang kencur (Kaempferia terdapat di kawasan tropika seperti
galanga L) digunakan untuk mengobati Malaysia dan Indonesia. Ketinggian
radang lambung, radang anak telinga, tanaman ini bias mencapai 20 meter. Di
influenza pada bayi, masuk angin, sakit pulau Jawa tanaman ini dijadikan
kepala, menghilangkan darah kotor, tanaman budidaya oleh masyarakat.
diare, memperlancar haid, mata pegal, Buahnya terbentuk dari keseluruhan
keseleo, lelah, kejang perut, mual, kelopak bunganya, berbentuk bulat atau
penawar racun, serta sbagai obat batuk. sedikit bujur dan digunakan sebagai
Juga dipakai untuk mengobati infeksi bahan makanan alternatif . Sukun bukan
telinga, sakit kulit, bisul, dan sebagai buah bermusim meskipun bias anya
roboransia. Kencur kadang-kadang juga berbunga dan berbuah dua kali setahun.
digunakan sebagai bioinsektisida Kulit buahnya berwarna hijau
(Harbone, 1987). kekuningan dan terdapat segmen-segmen
petak berbentuk poligonal. Segmen
poligonal ini dapat menentukan tahap
kematangan buah sukun

5 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


3.3. Nama Daerah cara menguburnya. Buah yang telah
Kulur ( Bahasa Sunda) difermentasi tersebut dapat diubah
atau kluwih (bahasa Jawa), kulu (bahasa menjadi makanan yang bergizi dengan
Aceh), kalawi(Minang),jeneponto,Makas bau seperti keju, dan dapat dibuat untuk
sar (Bakkara) membuat kue. Di Polinesia, buah sukun
digunakan sebagai bahan makanan
3.4. Kandungan Kimia pokok. Kulit batangnya yang berserat
Buah sukun mengandung digunakan untuk pakaian tradisional.
niasin, vitamin C, riboflavin, Getahnya yang putih sering dipakai
karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, sebagai lem untuk pembuatan perahu,
kalsium, dan besi . Pada kulit kayunya namun dipakai juga untuk pemikat
ditemukan senyawa turunan flavanoid burung dan sebagai bahan baku permen
yang terprenilasi, yaitu artonol B dan karet. Bila getahnya dicampur dengan air
sikloartobilosanton. Kedua senyawa hujan dapat digunakan untuk obat diare.
terebut telah diisolasi dan diuji Daunnya yang muda bila dipamah dapat
bioaktivitas antimitotiknya pada cdc2 dipakai untuk mencegah keracunan
kinase dan cdc25 kinase .Kayu yang makanan. Pohon sukun baik ditanam
dihasilkan dari tanaman sukun bersih sebagai peneduh di kebun kopi dan juga
dan berwarna kuning, baik untuk penahan angin.
digergaji menjadi papan kotak, dapat
digunakan sebagai bahan bangunan 4. Coklat
meskipun tidak begitu baik. Kulit 4.1. Klasifikasi Coklat (Theobroma cacao)
kayunya digunakan sebagai salah satu (Anonim, 2014)
bagian minuman di Ambon kepada Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
wanita setelah melahirkan.Flavanoid
Kelas : Magnoliopsida
adalah senyawa polifenol yang secara Ordo : Malvales
umum mempunyai struktur Family : Malvaceae
phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Genus : Theobroma
Flavanoid dan derivatnya terbukti Spesies : Theobroma cacao
memiliki aktivitas biologi yang cukup
tinggi sebagai cancer prevention.
Berbagai data dari studi laboratorium,
investigasi epidemiologi, dan uji klinik
pada manusia telah menunjukkan bahwa
Flavanoid memberikan efek signifikan
sebagai cancer chemoprevention dan
pada chemotheraphy

3.5. Khasiat
Gambar 4. Coklat (Theobroma cacao)
Buahnya yang masak dimakan dengan
cara merebus, membakar atau 4.2. Morfologi Tumbuhan
menggorengnya. Semacam biskuit dapat Kakao merupakan tumbuhan
dibuat dari potongan buahnya yang tahunan (perennial) berbentuk pohon, di
masak dan dikeringkan di bawah sinar alam dapat mencapai ketinggian 10m.
matahari atau di oven. Di beberapa Meskipun demikian, dalam
tempat di Pasifik sukun disimpan dengan pembudidayaan tingginya dibuat tidak
lebih dari 5m tetapi dengan tajuk

6 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


menyamping yang meluas. Hal ini dihubungkan dengan tingkat serotonin
dilakukan untuk memperbanyak cabang dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat
produktif. yang dimakan dalam jumlah normal
Bunga kakao, sebagaimana secara teratur dapat menurunkan tekanan
anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh darah [8] . Cokelat hitam akhir-akhir ini
langsung dari batang (cauliflorous). banyak mendapatkan promosi karena
Bunga sempurna berukuran kecil menguntungkan kesehatan bila
(diameter maksimum 3cm), tunggal, dikonsumsi dalam jumlah sedang,
namun nampak terangkai karena sering termasuk kandungan anti oksidannya
sejumlah bunga muncul dari satu titik yang dapat mengurangi pembentukan
tunas. Bunga kakao tumbuh dari batang. radikal bebas dalam tubuh (Anonim,
Penyerbukan bunga dilakukan 2013).
oleh serangga (terutama lalat kecil
(midge) Forcipomyia, semut bersayap, 4.4. Khasiat
afid, dan beberapa lebah Trigona) yang Cokelat ternyata telah
biasanya terjadi pada malam hari1. dikonsumsi sejak dulu kala. Berbagai
Bunga siap diserbuki dalam jangka manfaat cokelat untuk kesehatan
waktu beberapa hari. manusia telah ditemukan melalui
Kakao secara umum adalah serangkaian penelitian ilmiah yang valid.
tumbuhan menyerbuk silang dan Cokelat merupakan kategori
memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri makanan yang mudah dicerna oleh tubuh
(lihat penyerbukan). Walaupun dan mengandung banyak vitamin seperti
demikian, beberapa varietas kakao vitamin A1, B1, B2, C, D, dan E serta
mampu melakukan penyerbukan sendiri beberapa mineral seperti fosfor,
dan menghasilkan jenis komoditi dengan magnesium, zat besi, zinc, dan juga
nilai jual yang lebih tinggi. tembaga.
Buah tumbuh dari bunga yang Cokelat juga terkenal
diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar mengandung antioksidan dan flavonoid
dari bunganya, dan berbentuk bulat yang sangat berguna untuk mencegah
hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 masuknya radikal bebas ke dalam tubuh
daun buah dan memiliki ruang dan di yang bisa menyebabkan kanker.
dalamnya terdapat biji. Warna buah Cokelat juga mengandung
berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna lemak yang memiliki fungsi yang sama
hijau hingga ungu. Apabila masak kulit dengan minyak zaitun dan mengandung
luar buah biasanya berwarna kuning. mineral esensial untuk memperkuat
Biji terangkai pada plasenta tulang, kuku, rambut, dan juga kulit. Hal
yang tumbuh dari pangkal buah, di tersebut sangat membantu untuk
bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut mencegah proses penuaan.
biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam Meskipun dianggap sebagai
istilah pertanian disebut pulp. makanan yang mampu menambah berat
Endospermia biji mengandung lemak badan, cokelat juga dianggap sebagai
dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam salah satu makanan yang mampu
pengolahan pascapanen, pulp mengusir rasa stres.
difermentasi selama tiga hari lalu biji
dikeringkan di bawah sinar matahari
(Anonim, 2013)

4.3. Kandungan kimia


Cokelat mengandung
alkaloid-alkaloid seperti teobromin,
fenetilamina, dan anandamida, yang
memiliki efek fisiologis untuk tubuh.
Kandungan-kandungan ini banyak

7 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


B. Uraian Ekstraksi Istilah maserasi berasal dari
1. Pengertian Ekstrak bahasa latin “macerace”yang artinya
Ekstrak adalah sediaan kering, merendam. Merupakan proses yang
kental aatu cair dibuat dengan menyari sederhana dan paling tepat dimana
simplisisa nabati atau hewani menurut bahan yang sudah halus
cara yang cocok, diluar pengaruh memungkinkan untuk direndam
cahaya matahari langsung. Ekstrak sampai meresap dan melunakkan
kering harus mudah digerus menjadi susunan sel, sehingga zat-zat yang
serbuk (Depkes RI, 1979) mudah larut akan larut.
2. Macam-macam Ekstrak yaitu sebagai Mekanisme kerja dari metode
berikut: maserasi adalah cairan penyari akan
a. Ekstrak Cair menembus dinding sel dan masuk
Ekstrak cair adalah Ekstrak kedalam rongga sel yang
cair biasanya masih mengandung mengandung zat aktif. Zat aktif akan
sejumlah pelarut tertentu (kadar air larut dank arena adanya perbedaan
> 20%. konsentrasi antara larutan zat aktif
b. Ekstrak Kental di dalam sel dengan diluar sel, maka
Ekstrak kental adalah , larutan yang terpekat di desak
merupakan ekstrak yang pelarutnya keluar. Peristiwa itu berulang
telah diuapkan sampai batas tertentu sehingga terjadi keseimbangan
(kadar air > 10-20%, bahkan 30%). konsentrasi antara larutan diluar sel
c. Ekstrak Kering dengan larutan di dalam sel (Sediaan
Ekstrak kering adalah Galenika,1986).
ekstrak kering adalah ekstrak yang Cairan penyari yang
ditambahkan serbuk pengisi, seperti, digunakan dapat berupa air, etanol,
laktosa, avicel, maltodekstrin, methanol, air-etanol atau jenis
amilum atau bahan pengisi lain yang pelarut yang lain. Maserasi ini
inert dengan perbandingan tertentu, dilakukan dalam satu bejana yang
kemudian dikeringkan dalam lemari berisi cairan penyari, dibiarkan
pengering (oven) (Sediaan selama lima hari sambil berulang-
galenik,1979). ulang diaduk, kemudian disaring
Tujuan ekstraksi adalah (Sediaan Galenika,1986).
untuk menarik komponen- Maserasi dapat dilakukan
komponen kimia yang terdapat modifikasi, misalnya :
dalam simplisia, proses ekstraksi 1) Modifikasi maserasi digesti, yaitu
didasarkan atas perpindahan massa maserasi yang dilakukan dengan
komponen-komponen zat padat dari menggunakan pemanasan lemah
simplisia kedalam pelarut, setelah dengan suhu 40-50°C. Cara
pelarut menembus permukaan maserasi ini hanya dapat
dinding sel, kemudian berdifusi dilakukan untuk simplisia yang
sehingga terjadi perbedaan di luar zat aktifnya tahan terhadap
dan di dalam sel. pemanasan.
3. Jenis-jenis Ekstraksi yaitu sebagai 2) Maserasi dengan mesin
berikut: pengaduk. Proses ini dilakukan
a. Metode Maserasi dengan menggunakan pengaduk
yang berputar secara terus-

8 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


menerus dan dapat mempercepat bola menjadi molekul-molekul
proses ekstraksi sehingga dalam cairan penyari yang jatuh ke dalam
waktu 6-24 jam maserasi dapat klonsong menyari zat aktif di dalam
selesai. simplisia dan jika cairan penyari
3) Remaserasi, yaitu penyarian yang telah mencapai permukaan sifon,
dilakukan dengan membagi dua seluruh cairan akan turun kembali
cairan penyari kemudian seluruh ke labu alas bulat melalui pipa
serbuk simplisia dimaserasi kapiler hingga terjadi sirkulasi.
dengan cairan penyari yang Ekstraksi sempurna ditandai bila
pertama. cairan di sifon tidak berwarna, tidak
4) Maserasi melingkar, yaitu tampak noda jika di KLT, atau
penyarian yang dilakukan dengan sirkulasi elah mencapai 20-25 kali.
menggunakan cairan penyari Ekstrak yang diperoleh
yang selalu bergerak dan dikumpulkan dan dipekatkan.
menyebar (Sediaan d. Metode Refluks
Galenika,1986). Penarikan komponen kimia
b. Metode Perkolasi yang dilakukan dengan cara sampel
Perkolasi adalah cairan dimasukkan ke dalam labu alas bulat
penyarian yang dilakukan dengan bersama-sama dengan cairan
mengalirkan cairan penyari melalui penyari lalu dipanaskan, uap-uap
serbuk simplisia yang telah dibasahi cairan penyari terkondensasi pada
(Sediaan Galenika,1986). kondensor bola menjadi molekul-
Dalam metode ini serbuk molekul cairan penyari yang akan
simplisia ditempatkan dalam suatu turun kembali menuju labu alas
bejana silinder, yang bagian bulat, akan menyari kembali sampel
bawahnya diberi sekat berfori. yang berada pada labu alas bulat,
Cairan penyari dialirkan dari atas ke demikian seterusnya berlangsung
bawah melalui serbuk simplisia secara berkesinambungan sampai
tersebut, cairan penyari akan penyarian sempurna, penggantian
melarutkan zat aktif yang terdapat pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
pada sel-sel yang dilalui sampai setiap 3-4 jam. Filtrat yang
mencapai keadaan jenuh. Gerak diperoleh dikumpulkan dan
kebawah disebabkan oleh kekuatan dipekatkan.
gaya beratnya sendiri dan cairan e. Metode Perkolasi
yang ada di atasnya, dikurangi oleh Percolare berasal dari kata “
gaya kapiler yang cenderung untuk colara” = to strain, artinyamenyerkai
menahan (Sediaan Galenika,1986). dan “ Per” = through, artinya
c. Metode Soxhletasi meenembus. Dengan demikian
Penarikan komponen kimia perkolasi adalah suatu cara
yang dilakukan dengan cara serbuk penarikan memakai alat yang yang
simplisia ditempatkan dalam disebut perkolator yang
klonsong yang telah dilapisi kertas disimplisianya terendam dalam
saring sedemikian rupa, cairan cairan penyari, zat-zat akan terlarut
penyari dipanaskan dalam labu alas dan larutan tersebut menetes secara
bulat sehingga menguap dan beraturan sampai memenuhi syarat
dikondensasikan oleh kondensor

9 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


yang telah ditetapkan (Syamsuni, dipergunakan pada pembuatan
2006). resmi sediaan alatnya disebut
Prinsip perkolasi adalah diakolator.
sebagai berikut: serbuk simplisia 4. Perkolasi Kesinambung
ditempatkandalam suatu bejana Sebetulnya mirip memasak,
silinder, yang bagian bawahnya karena pada perkolasi
diberi sekat berpari. Cairan penyari kesinambung ini dipergunakan
diberikan dari atas kebawah melalui alat soxhlet, yang dengan penyari
serbuk tersebut, cairan penyari akan sedikit saja penyarian dapat
melarutkan zat aktif sel-sel yang berlangsung sempurna (Sediaan
dilalui sampai mencapai keadaan Galenika, 2012).
jenuh. Gerakan bawah disebabkan C. Uraian Kromatografi Lapis Tipis
oleh kekuatan gayanya sendiri dan (KLT)
cairan diatasnya, dikurangi dengan Kromatografi digunakan untuk
daya kapiler yang cenderung untuk memisahkan substansi campuran menjadi
menahan (Sediaan galenika, 2012). komponen-komponennya. Seluruh bentuk
Kekuatan yang berperan kromatografi berkerja berdasarkan prinsip
pada perkolasi antara lain gaya ini. Kromatografi adalah teknik
berat, kekentalan, daya larut, pemisahan campuran berdasarkan
tegangan permukaan, difusi, perbedaan kecepatan perambatan
osmosa, adesi, daya kapiler dan komponen dalam medium tertentu. Pada
daya geseran (friksi) (Sediaan kromatografi, komponen-komponennya
galenika, 2012). akan dipisahkan antara dua buah fase
Bentuk perkolator ada 3 yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
macam yaitu sebagai berikut: akan menahan komponen campuran
1. Perkolator bentuk tabung sedangkan fase gerakakan melarutkan zat
2. Perkolator bentuk paruh komponen campuran (Astawan, 2006).
3. Perkolator bentuk corong Komponen yang mudah tertahan
(Sediaan galenika, 2012). pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan
Jenis-jenis perkolasi yaitu komponen yang mudah larut dalam fase
sebagai berikut: gerak akan bergerak lebih cepat. Semua
1. Perkolasi Biasa kromatografi memiliki fase diam (dapat
Simplisia yang telah berupa padatan, atau kombinasi cairan-
ditentukan derajat kehalusannya padatan) dan fase gerak (berupa cairan
direndam degan cairan penyari, atau gas). Fase gerak mengalir melalui
dimasukkan kedalam perkolator, fase diam dan membawa komponen–
dan diperkolasi sampai didapat komponen yang terdapat dalam campuran
perkolator tertentu. (Astawan, 2006).
2. Perkolasi Bertingkat/Reperkolasi Dalam fase gerak digunakan
Reperkolasi adalah suatu sistem pelarut campuran.Sistem ini
cara perkolasi biasanya, tetapi biasanya dibuat dengan mencampur air
dalam prosesnya dipakai dengan pelarut organik dalam corong
beberapa perkolator. pisah. Setelah kedua fase itu terpisah,
3. Perkolasi dengan Tekanan keduanya digunakan untuk penjenuhan
Perkolasi dengan tekanan bejana pengembang dan fase organic
ini hampir tidak perna

10 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


bertindak sebagai fase gerak(Astawan, yang dipakai untuk pemisahan campuran
2006). lipofil maupun senyawa hidrofil.
Jarak pengembangan senyawa ketebalan adsorben yang paling sering
pada kromatografi biasanya dinyatakan digunakan ialah 0,5 – 2 mm. pembatasan
dengan angka Rf atau hRf yaitu : ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah
Jarak titik pusat noda dari titik penotolan tentu mengurangi jumlah bahan yang
R=
Jarak yang ditempuh eluen dari titik penotolan
dapat dipisahkan dengan KLTP. Ukuran
Angka Rf (Rate of Flow)
partikel dan porinya kurang lebih sama
menyatakan besaran perbandingan
dengan ukuran tingkat mutu KLT
kecepatan bergeraknya komponen terlarut
(Hostettmann, 2006).
terhadap fase gerak (pelarut).
Pada kromatografi lapis tipis
Beberapa faktor yang
preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan
mempengaruhi nilai Rf, antara lain :
ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi
1. Ukuran partikel dari zat penyerap
pelat lapisan besar dan dikembangkan
2. Derajat keaktifan zat penyerap
secara tegak lurus pada garis cuplikan
3. Kemurnian pelarut
sehingga campuran akan terpisah menjadi
4. Kejenuhan chamber (Astawan, 2006).
beberapa pita. Pita ditampakkan dengan
D. Uraian Kromatografi Lapis Tipis
cara yang tidak merusak jika senyawa itu
Preparatif
tanwarna, dan penyerap yang
Salah satu metode pemisahan
mengandung senyawa pita dikerok dari
yang memerlukan biaya paling murah dan
pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari
memakai peralatan sangat sederhana ialah
penyerap dengan pelarut polar. Cara ini
kromatografi lapis tipis preparatif
berguna untuk memisahkan campuran
(KLTP). Walaupun KLTP dapat
reaksi sehingga diperoleh senyawa murni
memisahkan dalam jumlah gram,sebagian
untuk telaah pendahuluan, untuk
besar pemakaian hanya dalam jumlah
menyiapkan cuplikan analisis, untuk
miligram. KLT preparatif dilakukan
meneliti bahan alam yang lazimnya
dengan menggunakan lapisan tebal
berjumlah kecil dan campurannya rumit
(sampai 1 mm) sebagai pengganti lapisan
dan untuk memperoleh cuplikan yang
penyerap yang tipis (Nasution, 2010).
murni untuk mengkalibrasi kromatografi
Kromatografi Lapis Tipis
lapis tipis kuantitatif (Nasution, 2010).
merupakan teknik pemisahan cara lama
Proses isolasi kromatografi lapis
yang digunakan secara luas, terutama
tipis preparatif terjadi berdasarkan
dalam analisis campuran yang rumit dari
perbedaan daya serap dan daya partisi
sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi
serta kelarutan dari komponen-komponen
belakangan ini kromatografi lapis tipis
kimia yang akan bergerak mengikuti
digantikan oleh “HPLC” (High
kepolaran eluen, oleh karena daya serap
Performance Thin-layerChromatography)
adsorben terhadap komponen kimia tidak
atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja
sama, maka komponen bergerak dengan
Tinggi (Munson, 2010).
kecepatan yang berbeda sehingga hal
Meski banyak terdapat metode
inilah yang menyebabkan pemisahan
seperti yang telah disebutkan di atas,
(Nasution, 2010).
terdapat metode lain yang pembiayaannya
Adsorben yang paling banyak
paling murah dan memakai peralatan
digunakan dalam kromatografi lapis tipis
paling dasar yaitu Kromatografi Lapis
adalah silika gel dan aluminium oksida.
Tipis Preparatif (KLTP). adsorben yang
Silika gel umumnya mengandung zat
paling banyak digunakan yaitu silika gel

11 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


tambahan Kalsium sulfat untuk Kromatografi kolom adalah
mempertinggi daya lekatnya. Zat ini kromatografi yang menggunakan kolom
digunakan sebagai adsorben universal sebagai alat untuk memisahkan
untuk kromatografi senyawa netral, asam komponen-komponen dalam campuran.
dan basa. Aluminum iksida mempunyai Alat tersebut berupa pipa gelas yang
kemampuan koordinasi dan oleh karena dilengkapi suatu kran dibagian bawah
itu sesuai untuk pemisahan senyawa yang kolom untuk mengendalikan aliran zat
mengandung gugus fungsi yang berbeda. cair. Ukuran kolom tergantung dari
Aluminium okida mengandung ion alkali banyaknya zat yang akan dipindahkan.
dan dengan demikianbereaksi sebagai Secara umum perbandingan panjang dan
basa dalam suspensi air. Disamping kedua diameter kolom sekitar 8 : 1, sedangkan
adsorben yang sangat aktif ini dalam hal jumlah penyerapannya adalah 25-30 kali
tertentu dapat digunakan “kieselgur” yang berat bahan yang dipisahkan. Meskipun
kurang aktif sebagai lapis sorpsi (Munson, tersedia sebagai macam kolom dari bahan
2010). gelas, namun kadang-kadang buret juga
Pengembangan plat KLTP dapat digunakan (Yazid Estien, 2005).
biasanya dilakukan dalam bejana kaca Untuk menahan penyerapan
yang dapat menampung beberapa plat. (adsorben) di dalam kolom dapat
Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan digunakan gelas wool atau kapas.
dengan cara pengembangan berulang. Adsorbennya dapat digunakan adsorben
Harus diperhatikan bahwa semakin lama anorganik seperti alumina, bauksit,
senyawa berkontak dengan penyerap magnesium silikat, silika gel dan tanah
maka semakin besar kemungkinan diatomae. Sedangkan adsorben organik
penguraian (Nasution, 2010). seperti arang gula, karbon aktif paling
Pemisahan komponen kimia sering digunakan (Yazid Estien, 2005).
dengan metode kromatografi lapis tipis 1. Prinsip Kromatografi Kolom Adsorpsi
prepaaratif pada dasarnya samadengan Pemisahan kromatografi kolom
kromatografi lapis tipis, biasa yaitu adsorpsi didasarkan pada adsorpsi
prinsip adsorbsi dan partisi. Namun komponen-komponen campuran dengan
perbedaan yang nyata adalah KLT afinitas berbeda-beda terhadap permukaan
prefaratif menggunakan lempeng yang fase diam (Yazid Estien, 2005).
besar (20 x 20 cm) , dan sampai ditotolkan Kromatografi kolom adsorpsi
berupa garis pada salah satu sisi lempeng termasuk pada cara pemisahan cair padat.
(Penuntun, 2015). Substrat padat (adsorben) bertindak
Lempeng yang sudah ditotolkan sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut
dikembangkan pada chamber yang jenuh dalam fasa cair. Fase bergeraknya adalah
dengan cairan pengembangan yang cocok cairan (pelarut) yang mengalir membawa
secara tegak lurus sehingga komponen komponen campuran sepanjang kolom.
kimia akan terpisah membentuk pita-pita Pemisahan tergantung pada
berupa garis Horizontal yang tampak kesetimbangan yang terbentuk pada
dibawah sinar UV. Pita-pita yang bidang antar muka diantara butiran-
terbentuk ditandai dengan pensil, butiran adsorben dan fase bergerak serta
kemudian di keruk dan di tampung kelarutan relatif komponen pada fase
sebagai fraksi-fraksi (Penuntun, 2015). bergeraknya. Antara molekul-molekul
E. Uraian Kromatografi Kolom (KK) komponen dan pelarut terjadi kompetisi
untuk teradsorpsi pada permukaan

12 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


adsorben sehingga menimbulkan proses
dinamis. Keduanya secara bergantian
tertahan beberapa saat dipermukaan
adsorben dan masuk kembali pada fase
bergerak (Yazid Estien, 2005).
Pada saat teradsorpsi komponen
dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase
bergerak yang ditambahkan secara
kontinyu. Akibatnya hanya komponen
yang mempunyai afinitas lebih besar
terhadap adsorben akan secara selektif
tertahan. Komponen dengan afinitas
paling kecil akan bergerak lebih cepat
mengikuti aliran pelarut (Yazid Estien,
2005).
2. Teknik Pemisahan Kromatografi
Kolom
Untuk memisahkan campuran,
kolom yang telah dipilih sesuai ukuran
diisi dengan bahan penyerap (adsorben) Gambar 5. Seperangkat Alat Kromatografi
Kolom
seperti alumina dalam keadaan kering atau
F. Uraian Spekrofotometri
dibuat seperti bubur dengan pelarut.
Spektrofotometri UV/visibel
Pengisian dilakukan dengan bantuan
adalah metode standar untuk menentukan
batang pemanpat (pengaduk) untuk
sifat fisikokimia molekul obat sebelum
memanpatkan adsorben dan gelas wool
formulasi dan untuk mengukur
pada dasar kolom. Pengisian harus
pelepasannya dari formulasi (Watson
dilakukan secara hati-hati dan sepadat
David G., 2010).
mungkin agar rata sehingga terhindar dari
Skala panjang gelombang suatu
gelembung-gelembung udara. Untuk
Spektrofotometri UV/visibel diperiksa
membantu homogenitas pengepakan
dengan penentuan panjang gelombang
biasanya kolom setelah disi divibrasi,
maksimum tertentu larutan holmium
diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada
perkolat 5% b/v. Skala panjang
pelat kayu (Yazid Estien, 2005).
gelombang juga dapat di kalibrasi sesuai
dengan garis-garis spektrum deuterium
ataau lampu pelepasan merkuri dan uji-uji
tersebut dapat dilaakukan dalam beberapa
instrumen (Watson David G., 2010).
Penggunaan Spektrofotometri
UV/visibel untuk menentukan nilai pKa.
Ketika terjadi pergeseran UV yang
tergantung Ph, pergeseran tersebut dapat
digunakan untuk menentukan pKa gugus
dapat terionisasi yang menyebabkan
pergeseran. Pada fenilefrin, nilai pKa
gugus fenolik dapat mudah ditentukan

13 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


dari absorbans pada 292 nm,, karena dipakai adalah lampu pijar tungsten.
absorbans spesies molekul yang gugus Lampu tungsten merupakan
fenoliknya tidak terionisasi diabaikan campuran dari filament tungstein dan
pada panjang gelombang ini. Ini tidak gas iodine (halogen). Sumber radiasi
berlaku untuk semua molekul (Watson ini dapat memancarkan radiasi
David G., 2010). kontinyu antara 380-780 nm.
Metode farmakope dapat 2. Monokromator.
mengandalkan analisis sederhana dengan Monokromator merupakan
Spektrofotometri UV/visibel untuk serangkaian alat optic yang
menentukan bahan aktif dalam formulasi. menguraikan radiasi polikromatik
Metode-metode ini biasanya berdasarkan menjadi jalur-jalur yang
pada penggunanan nialai A (1%, 1cm) efektif/panjang gelombang-
stndar untuk bahan aktif yang sedang diuji gelombang tunggalnya dan
dan ini mengandalkan Spektrofotometer memisahkan panjang gelombang-
UV yang dikalibrasi secaraa akurat gelombang tersebut menjadi jalur-
(Watson David G., 2010). jalur yang sengat sempit.
Komponen-komponen pokok dari 3. Tempet cuplikan
spektrofotometer meliputi : Cuplikan yang dipakai pada
( Sastrohamidjojo, H, 1985) dearah ultraviolet atau terlihat yang
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil biasanya berupa gas atau larutan
2. Sistem yang terdiri atas lensa-lensa, ditempatkan dalam sel atau cuvet.
cermin, cela-cela, dll. Untuk daerah ultraviolet biasanya
3. Monokromator untuk mengubah radiasi digunakan Quartz atau sel dari silika
menjadi komponen-komponen panjang yang dilebur, sedangkan untuk daerah
gelombag tunggal terlihat digunakan gelas biasa atau
4. Tempat cuplikan yang transparan quartz. Sel yang digunakan untuk
5. Detektor radiasi yang dihubungkan cuplikan yang berupa gas mempunyai
dengan sistem meter atau panjang lintasan dari 0,1 hingga 100
6. pencatat. nm, sedangkan sel untuk larutan
Diagram sederhana dari mempunyai panjang lintasan tertentu
spektrofotometer adalah sebagai berikut : dari 1 hingga 10cm.
4. Detektor atau pencatat.
Setiap detector menyerap
tenaga foton yang mengenainya dan
mengubah tenaga tersebut untuk
dapat diukur secara kualitatif seperti
sebagai arus listrik atau perubahan-
perubahan panas. Kebanyakan
Uraian bagaian spektrofotometer Uv-Vis detector menghasilkan sinyal listrik
( Sastrohamidjojo, H, 1985). yang dapat mengaktifkan meteran
1. Sumber radiasi. atau pencatat . setiap pencatat harus
Sumber-sumber radiasi menghasilkan yang secara kualitatif
ultraviolet yang kebanyakan berkaitan dengan tanaga cahaya yang
digunakan adalah lampu hidrogen dan mengenainya.
lampu deuterium. Sumber radiasi BAB III
cahaya tampak yang paling umum METODE PRAKTIKUM

14 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


rotavapor, sandal jepit, selang, selang
A. Jenis dan Desain Percobaan infus, spidol, statif, talan, toples kaca,
Jenis percobaan ini dilakukan secara vial, water bath.
eksperimental yang dilakukan 2. Bahan
dilaboratorium Fitokimia Fakultas Adapun bahan-bahan yang digunakan
Farmasi Universitas Indonesia Timur yaitu : Aquadest, asam sulfat, benzen,
Makassar dengan desain penelitian yaitu etanol, eter, etil asetat, heksam,
sampel Tanaman alpukat (Persea kloroform, methanol, n-butanol, silica
americana Mill), rimpang kencur gel, sampel Tanaman alpukat (Persea
(Kaempferia galanga L.), kulit batang americana Mill), rimpang kencur
kakao/coklat (Theobroma cacao, L.), dan (Kaempferia galanga L.), kulit batang
daun sukun (Artocarpus altilis) yang kakao/coklat (Theobroma cacao, L.),
dibuat ekstrak dengan metode ekstraksi dan daun sukun (Artocarpus altilis)
yang sesuai kemudian dilakukan tissue.
pemisahan senyawa kimia dengan tehnik D. Tekhnik Pengambilan dan Pengolahan
isolasi secara spektrofotometri UV- Sampel
Visibel dan Kromatografi Lapis Tipis 1. Pengambilan Sampel
(KLT). Bagian tanaman yang digunakan
B. Waktu dan Tempat Praktikum adalah Tanaman alpukat (Persea
Proses ekstraksi, isolasi dan americana Mill) yang berasal dari kel.
identifikasi komponen kimia pada pallantikan dan Rimpang kencur
Tanaman alpukat (Persea americana (Kaempferia galanga L.) yang berasal
Mill), rimpang kencur (Kaempferia dari desa Poso kec. Kwandang kab.
galanga L.), kulit batang kakao/coklat Gorontalo dan kulit batang
(Theobroma cacao, L.), dan daun sukun kakao/coklat (Theobroma cacao, L.),
(Artocarpus altilis) dilakukan di yang berasal dari kec. kwabdang kab.
Laboratorium Fitokimia Farmasi Fakultas Gorontalo dan daun sukun
Farmasi Universitas Indonesia Timur (Artocarpus altilis) yang berasal dari
Makassar. Praktikum dimulai pada Juni Gorontalo Provinsi Gorontalo. Sampel
2015 hingga Agustus 2015, lamanya yang diambil pada pukul 07.00-.10.00
praktikum yaitu kurang lebih dua bulan. WITA.
C. Alat dan Bahan 2. Pengolahan Sampel
1. Alat a. Disiapkan alat dan bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam b. Diambil sampel Tanaman alpukat
percobaan ini yaitu : Aluminium foil, (Persea americana Mill), rimpang
batang pengaduk, botol selai kaca, kencur (Kaempferia galanga L.),
botol semprot, botol sirup, botol kulit batang kakao/coklat
markisa, buku gambar, chamber, (Theobroma cacao, L.), dan daun
corong, corong pisah, erlenmeyer, sukun (Artocarpus altilis) Dicuci
ember, gabus, gegep besi, gelas kimia, kulit batang pohon kayu dengan
gelas ukur, gunting, jergen, katter, menggunakan air mengalir
keranjang, kertas karkil, kertas karton, c. Diangin-anginkan tanpa terkena
kertas saring, label, lakban, lem foks, matahari langsung sampai kering
lampu UV 366 ƞm, mesin air, mistar, d. Setelah kering dimasukkan ke dalam
objek glass, oven, penotol, pensil, wadah dan ditutup dengan baik.
pensil warna, pipet tetes, pulpen,

15 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


E. Metode kerja praktikum diidentifikasi komponen kimianya
1. Penyiapan Alat secara Kromotografi Lapis Tipis
Alat-alat yang diperlukan (KLT).
antara lain percolator (botol markisa), 4. Penguapan Ekstrak
aluminium foil, batang pengaduk, a. Menggunakan Rotavapor
gabus, perekat (lilin), kapas, elang Sampel atau ekstrak cair yang
infus, botol 600 ml dan botol-botol akan diuapkan dimasukkan ke
vial. dalam labu alas bulat dengan
2. Penyiapan Bahan volume 2/3 bagian dari volume
Bahan-bahan yang diperlukan labu alas bulat yang digunakan
antara lain sampel Tanaman alpukat kemudian water bath dipanaskan
(Persea americana Mill), rimpang sesuai dengan suhu pelarut dari
kencur (Kaempferia galanga L.), kulit sampel dengan menekan tombol
batang kakao/coklat (Theobroma off/on water bath.
cacao, L.), dan daun sukun Setalah suhu tercapai ditandai
(Artocarpus altilis), cairan penyari dengan padamnya lampu
metanol. pengontrol suhu, labu alas bulat
3. Ekstraksi Sampel dengan yang telah diisi ekstrak dipasang
Menggunakan Metode Perkolasi dengan kuat pada ujung rotor yang
Perkolator dicuci sampai berhubungan dengan kondensor.
bersih, dikeringkan kemudian dibilas Aliran air pendingin dan pompa
denganmetanol (sekaligus menguji vacum dijalankan kemudian
kebocoran) dan dipasang dengan kuat tombol rator diputar pada angka 5
pada statif. Simplisia yang telah – 8 putaran per menit. Bila ekstrak
diserbuk ditimbang kemudian dibasahi dalam labu alas bulat sudah
dengan pelarut yang akan digunakan menguap atau berkurang ditandai
misalnya metanol dalam gelas kimia dengan terbentuknya gelembung-
dan dibiarkan mengembang selama 3 gelembung pada permukaan
jam. Setelah itu massa dipindahkan ekstrak dalam labu alas bulat.
kedalam perkolator dan diratakan b. Penguapan dengan Water Bath
dengan batang pengaduk, kemudian Ekstrak methanol yang
diberi kertas saring atau kapas pada diperoleh dimasukkan ke dalam
bagian atas massa (simplisia) lalu botol selai kaca kemudian
ditambahkan cairan penyari diuapkan hingga kering.
(sebaiknya digunakan reservoir cairan 5. Ekstraksi dengan Pelarut Dietil Eter
penyari). Setelah perkolator sudah a. Disiapkan alat dan bahan
penuh dengan cairan penyari makan b. Diambil ekstrak methanol kering,
kran perkolator dibuka dengan tetesan lalu ditambahkan 50 ml equadest.
perkolatornya diatur dengan kecepata c. Dimasukkan ke dalam corong
1 ml per menit. Perkolat yang keluar pisah dan ditambahkan 3 x 50 ml
ditampung dalam wadah penampung, dietil eter
sementara cairan penyari ditambahkan d. Ditutup corong pisah, lalu dibalik
pada bagian atas perkolator secara kemudian dikocok pada satu arah
kotinu. Perkolat dikumpulkan dan beberapa kali.
dituangkan semalam. Filtrat dan
endapan diuapkan hingga kering dan

16 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


e. Setelah dikocok, dibuka kran dibiarkan beberapa saat hingga
corong untuk mengeluarkan gas terjadi pemisahan lapisan air
dari cairan tersebut dengan n-butanol, lalu dikeluarkan
f. Ditutup kran corong lalu corong dan ditampung dalam wadah yang
dibalik seperti semula dan berbeda.
dibiarkan beberapa saat hingga f. Dimasukkan lagi lapisan air dalam
terjadi pemisahan lapisan air dan corong pisah dan dilakukan seperti
eter, lalu dikeluarkan dan semulah, dilakukan 3 kali
ditampung dalam wadah yang ekstraksi.
berbeda. g. Diambil ekstraksi n-butanol lalu
g. Dimasukkan lagi lapisan air diuapkan.
kedalam corong pisah dan 8. Pembuatan Fase Diam
dilakukan seperti semula, a. Disiapkan alat dan bahan.
dilakukan 3 kali ekstraksi. b. Diambil objek glas dan batang
h. Dikumpulkan ekstraksi eter dan pengadu dicuci lalu dikeringkan.
diuapkan. c. Dibuat bubur silica gel dengan
6. Pembuatan N-butanol Jenuh Air perbandingan air : silica gel (2 : 1)
a. Disiapkan alat dan bahan diaduk hingga homogeny jika
b. Diukur aquadest dan n-butanol kental ditambahkan langsung
masing-masing 300 ml sesuai sedikit air)
dengan perbandingan 1:1 d. Dituang diatas objek glass dan
c. Dimasukkan kedalam botol kaca ukuran 10 x 10 cm yang telah
markisa lalu dikocok hingga diatur dan diratahkan dengan
terbentuk suspensi (homogen) bantuan batang pengaduk, ditarik
d. Didiamkan hingga terbentuk dua satu arah hingga rata.
lapisan yaitu lapisan air dan e. Dibiarkan lempeng hingga kering,
lapisan n-butanol jenuh air lalu di pindahkan di baki oven dan
e. Lapisan bawah yaitu lapisan air di aktifkan dalam oven pada suhu
sedangkan lapisan bawah adalah 100° C selama 15 menit.
lapisan n-butanol jenuh air f. Dikeluarkan lempeng dari oven
f. Diambil lapisan n-butanol dan dan dibuatkan batas penotolan dan
lapisan air dibuang batas eluen (1 cm dari bagian
7. Ekstraksi dengan N-butanol bawah lempeh dan 0,5 dari bagian
a. Diambil lapisan air dari ekstrak atas lempeng).
eter. 9. Pembuatan Eluen/Fase Gerak
b. Dimasukkan dalam corong pisah a. Disiapkan Alat dan Bahan
dan ditambahkan dengan n-butanol b. Untuk Eluen Polar
sebanyak 3 x 50 ml. 1. Kloroform : methanol : air (20
c. Ditutup corong pisah, lau dibalik : 6 : 1) sebanyak 250 mL
kemudian dikocok pada satu arah a. Diambil kloroform
beberapa kali. sebanyak 185.18 mL
d. Setelah dikocok, dibuka kran dimasukkan ke dalam
corong untuk mengeluarkan gas botol
dari cairan tersebut b. Diambil methanol
e. Ditutup kran corong dan corong sebanyak 55.55 mL dan
dibalik seperti semula dan dimasukkan kedalam

17 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


botol yang berisi d. Dikocok hingga
kloroform homogen, lalu diberi
c. Diambil aquadest etiket.
sebanyak 9.25 mL lalu 4. Etil asetat : etanol : air (8 : 2 :
dimasukkan ke dalam 1) sebanyak 250 mL
botol yang berisi a. Diambil etil asetat
kloroform dan methanol sebanyak 18.18 mL
d. Dikocok hingga dimasukkan ke dalam
homogen, lalu diberi botol
etiket. b. Diambil etanol sebanyak
2. Kloroform : methanol : air (15 45.45 mL dan
: 6 : 1) sebanyak 250 mL dimasukkan kedalam
a. Diambil kloroform botol yang berisi etil
sebanyak 170.45 mL asetat
dimasukkan ke dalam c. Diambil aquadest
botol sebanyak 22.72 mL lalu
b. Diambil methanol dimasukkan ke dalam
sebanyak 68.18 mL dan botol yang berisi etil
dimasukkan kedalam asetat dan etanol
botol yang berisi d. Dikocok hingga
kloroform homogen, lalu diberi
c. Diambil aquadest etiket.
sebanyak 11.36 mL lalu 5. Etil asetat : etanol : air (7 : 2 :
dimasukkan ke dalam 1) sebanyak 250 mL
botol yang berisi a. Diambil etil asetat
kloroform dan methanol sebanyak 175 mL
d. Dikocok hingga dimasukkan ke dalam
homogen, lalu diberi botol
etiket. b. Diambil etanol sebanyak
3. Kloroform : methanol : air (10 50 mL dan dimasukkan
: 6 : 1) sebanyak 250 mL kedalam botol yang berisi
a. Diambil kloroform etil asetat
sebanyak 147.05 mL c. Diambil aquadest
dimasukkan ke dalam sebanyak 25 mL lalu
botol dimasukkan ke dalam
b. Diambil methanol botol yang berisi etil
sebanyak 88.23 mL dan asetat dan etanol
dimasukkan kedalam d. Dikocok hingga
botol yang berisi homogen, lalu diberi
kloroform etiket.
c. Diambil aquadest 6. Etil asetat : etanol : air (6 : 2 :
sebanyak 14.70 mL lalu 1) sebanyak 250 mL
dimasukkan ke dalam a. Diambil etil asetat
botol yang berisi sebanyak 166.66 mL
kloroform dan methanol dimasukkan ke dalam
botol

18 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


b. Diambil etanol sebanyak b. Diambil etil asetat
55.55 mL dan sebanyak 90 mL lalu
dimasukkan kedalam dimasukkan ke dalam
botol yang berisi etil botol yang telah berisi
asetat benzen
c. Diambil aquadest c. Dikocok hingga
sebanyak 27.77 mL lalu homogen, lalu diberi
dimasukkan ke dalam etiket.
botol yang berisi etil 4. Benzen : etil asetat (6 : 4)
asetat dan etanol sebanyak 300 mL
d. Dikocok hingga a. Diambil benzen sebanyak
homogen, lalu diberi 180 mL dan dimasukkan
etiket. ke dalam botol
c. Untuk Eluen Non Polar b. Diambil etil asetat
1. Benzen : etil asetat (9 : 1) sebanyak 120 mL lalu
sebanyak 300 mL dimasukkan ke dalam
a. Diambil benzen sebanyak botol yang telah berisi
270 mL dan dimasukkan benzen
ke dalam botol c. Dikocok hingga
b. Diambil etil asetat homogen, lalu diberi
sebanyak 30 mL lalu etiket.
dimasukkan ke dalam 5. Heksan : etil asetat (9 : 1)
botol yang telah berisi sebanyak 250 mL
benzen a. Diambil heksan sebanyak
c. Dikocok hingga 225 mL dan dimasukkan
homogen, lalu diberi ke dalam botol
etiket. b. Diambil etil asetat
2. Benzen : etil asetat (8 : 2) sebanyak 25 mL lalu
sebanyak 300 mL dimasukkan ke dalam
a. Diambil benzen sebanyak botol yang telah berisi
240 mL dan dimasukkan heksan
ke dalam botol c. Dikocok hingga
b. Diambil etil asetat homogen, lalu diberi
sebanyak 60 mL lalu etiket.
dimasukkan ke dalam 6. Heksan : etil asetat (8 : 2)
botol yang telah berisi sebanyak 250 mL
benzene a. Diambil heksan sebanyak
c. Dikocok hingga 200 mL dan dimasukkan
homogen, lalu diberi ke dalam botol
etiket. b. Diambil etil asetat
3. Benzen : etil asetat (7 : 3) sebanyak 50 mL lalu
sebanyak 300 mL dimasukkan ke dalam
a. Diambil benzen sebanyak botol yang telah berisi
210 mL dan dimasukkan heksan
ke dalam botol

19 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


c. Dikocok hingga chamber, didiamkan hingga
homogen, lalu diberi jenuh.
etiket. 12. Teknik Penotolan Ekstrak
7. Heksan : etil asetat (7 : 3) a. Disiapkan alat dan bahan
sebanyak 250 mL b. Dibuat garis atas 0,5 dan garis
a. Diambil heksan sebanyak bawah 0,1 pada tiap-tiap lempeng
175 mL dan dimasukkan c. Ditotolkan ekstrak pada lempeng
ke dalam botol pada batas bawah dengan
b. Diambil etil asetat menggunakan penotol pipa
sebanyak 75 mL lalu kapiler secara tegak lurus
dimasukkan ke dalam d. Dimasukkan lempeng yang telah
botol yang telah berisi ditotolkan ekstrak kedalam
heksan chamber yang telah jenuh dengan
c. Dikocok hingga posisi miring, diusahakan sampel
homogen, lalu diberi yang telah ditotol tidak terendam
etiket. dalam cairan pengelusi, lalu
8. Heksan : etil asetat (6 : 4) chamber ditutup
sebanyak 250 mL e. Dibiarkan sampel terelusi sampai
a. Diambil heksan sebanyak batas atas lempeng, lalu
150 mL dan dimasukkan dikeluarkan dalam chamber.
ke dalam botol 13. Pengamatan Bercak Noda pada Lampu
b. Diambil etil asetat UV
sebanyak 100 mL lalu a. Diambil lempeng yang telah
dimasukkan ke dalam ditutupkan ekstrak yang telah
botol yang telah berisi mencapai batas atas lempeng
heksan b. Diamati dibawah sinar lampu UV
c. Dikocok hingga 366/366 nm
homogen, lalu diberi c. Digambar noda yang
etiket. berflourensi, pada kertas karkil,
10. Pembuatan Pereaksi Semprot H2SO4 lalu diwarnai sesuai warna noda,
10% yang diamati sinar UV.
a. Disiapkan alat dan bahan 14. Pengamatan Bercak Noda pada
b. Dipipet H2SO4 pekat sebanyak Penyemprotan H2SO4
51,35 ml dimasukkan ke dalam a. Diambil lempeng yang telah
labu ukur 500 diamati dibawah sinar UV
c. Ditambahkan aquadest hingga b. Disemprotkan lempeng dengan
batas 500 ml lalu dikocok hingga larutan H2SO4 10%, lalu difiksasi
homogen diatas Bunsen dengan
11. Penjenuhan Fase Gerak/Eluen menggunakan gegep
a. Disiapkan alat dan bahan c. Digambar noda yang tampak
b. Dimasukkan masing-masing pada lempeng, pada kertas
eluen kedalam tiap-tiap chamber karkil.
c. Dimasukkan kertas saring 15. Perhitungan Nilai Rf
kedalam masing-masing chamber a. Diukur jarak noda pada lempeng
kemudian ditutup dengan tutup dan jarak eluen

20 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


b.
Dihitung nilai Rf-nya dengan Fraksi Nilai Rf Warna Noda
A - -
menggunakan rumus :
B 0,353 Orange
Jarak noda dari titik penotolan C - -
Rf =
Jarak yang ditempuh eluen D - -

Tabel 5 : Hasil KLT 2 dimensi ektrak


BAB IV Rimpang kencur (Kamferia galanga) dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN eluen Benzen : Etil Asetat dan penampak
noda UV 366 ηm.
Sebelum diputar 900 Sesudah diputar 900
A. Hasil Praktikum Nilai Rf Warna Noda Nilai Rf Warna Noda
Berdasarkan hasil praktikum tentang 0,353 Orange 0,471 Orange
isolasi dan identifikasi komponen kimia dari
beberapa sampel secara kromatografi lapis 2. Ekstrak Eter kulit batang kakao/coklat
tipis preparatif, kromatografi kolom dan (Theobroma cacao, L)
spektrofotometri UV-Visibel diperoleh hasil Tabel 6 : Hasil KLTP ektrak eter kulit batang
sebagai berikut : kakao/coklat (Theobroma cacao, L) dengan
1. Ekstrak Eter Rimpang kencur (Kamferia eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan
penampak noda UV 366 ηm.
galanga). Fraksi Warna Noda
Tabel 1 : Hasil KLTP ektrak eter Rimpang A Orange
kencur (Kamferia galanga) dengan eluen B Ungu
Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak C Biru
noda UV 366 ηm. D Hijau
Fraksi Warna Noda
A Merah Tua 3. Tabel 7 : Hasil KLT ektrak eter Tanaman
B Merah ke Orange
alpukat (Persea americana Mill) dengan
C Orange
eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan
D Orange agak Hijau
penampak noda UV 366 ηm.
Nilai Rf Warna Noda
Tabel 2 : Hasil KLT ektrak eter Rimpang
Noda A B C D A B C D
kencur (Kamferia galanga) dengan eluen 1. 0,95 0 0 0 Ung. - - -
Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak
noda UV 366 ηm.
N Nilai Rf Warna Noda 4. Tabel 8 : Hasil KLT ektrak Tanaman
o A B C D A B C D alpukat (Persea americana Mill) dengan
1 - 0,23 0,41 0,41 - Org Org Hij eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan
2 - - 0,6 0,52 - - Org Org
penampak noda H2SO4 10 %
Nilai Rf Warna Noda
Tabel 3 : Hasil KLT ektrak eter Rimpang
Noda A B C D A B C D
kencur (Kamferia galanga) dengan eluen 1. 0 0 0 0 - - - -
Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak
noda H2SO4 10 %
N Nilai Rf Warna Noda 5. Tabel 9 : Hasil isolasi KLT ektrak eter
o A B C D A B C D Tanaman alpukat (Persea americana Mill)
1 - 0,23 0,49 0,41 - Hij Hij Hij dengan eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3)
2 - - 0,6 0,52 - - Org Org
dan penampak noda UV 366 ηm.
Fraksi Nilai Rf Warna Noda
Tabel 4 : Hasil isolasi KLT ektrak eter A 0,94 Putih
Rimpang kencur (Kamferia galanga) dengan B - -
eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan C - -
penampak noda UV 366 ηm. D - -

21 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


6. Tabel 10 : Hasil KLT 2 dimensi ektrak 12. Ekstrak n-Butanol Tanaman alpukat
eter Tanaman alpukat (Persea americana (Persea americana Mill)
Mill) dengan eluen Benzen : Etil Asetat Tabel 13 : Hasil KLTP ektrak n-butanol
dan penampak noda UV 366 ηm. Tanaman alpukat (Persea americana Mill)
Sebelum diputar 900 Sesudah diputar 900 dengan eluen Etil Asetat : Etanol : Air (8 : 2 :
Nilai Rf Warna Noda Nilai Rf Warna Noda 1) dan penampak noda UV 366 ηm.
0,94 Putih 0,87 Putih Fraksi Warna Noda
A Kuning
7. Ekstrak n-Butanol Tanaman alpukat
B Pink
(Persea americana Mill)
Tabel 11 : Hasil KLTP ektrak n-Butanol
Tabel 14 : Hasil KLT ektrak n-Butanol
daun sukun (Artocarpus altilis) dengan eluen Tanaman alpukat (Persea americana Mill)
Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak dengan eluen Etil Asetat : Etanol : Air (8 : 2 :
noda UV 366 ηm. 1) dan penampak noda UV 366 ηm.
Fraksi Warna Noda Nilai Rf Warna Noda
A Hijau kekuningan Noda A B C D A B C D
1. 0,95 0 0 0 Kun. - - -

8. Tabel 12 : Hasil KLT ektrak n-Butanol


rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) Tabel 15 : Hasil KLT ektrak n-Butanol
Tanaman alpukat (Persea americana Mill)
dengan eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3)
dengan eluen Etil Asetat : Etanol : Air (8 : 2 :
dan penampak noda UV 366 ηm. 1) dan penampak noda H2SO4 10 %
Nilai Rf Warna Noda
Nilai Rf Warna Noda
Noda A B C D A B C D
Noda A B C D A B C D
1. 0,945 0 0 0 Kun. - - -
1. 0,92 0 0 0 Kun. - - -

9. Tabel 13 : Hasil KLT ektrak n-Butanol Tabel 16 : Hasil KLT 2 dimensi ektrak n-
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) Butanol Tanaman alpukat (Persea americana
dengan eluen Benzen : Etil Asetat (7 : 3) Mill) dengan eluen Etil Asetat : Etanol : Air
dan penampak noda H2SO4 10 % (8 : 2 : 1) dan penampak noda UV 366 ηm.
Sebelum diputar 900 Sesudah diputar 900
Nilai Rf Warna Noda
Nilai Rf Warna Noda Nilai Rf Warna Noda
Noda A B C D A B C D
0,79 Kuning 0,69 Kuning
1. 0,854 0 0 0 Kun. - - -

10. Tabel 14 : Hasil isolasi KLT ektrak n- 13. Ekstrak Eter rimpang kencur
Butanol rimpang rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
(Kaempferia galanga L.) dengan eluen Tabel 17 : Hasil KLT fraksi kromatografi
kolom ektrak eter rimpang kencur
Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak
(Kaempferia galanga L.) dengan eluen
noda UV 366 ηm. Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak
Fraksi Nilai Rf Warna Noda
noda UV 366 ηm.
A 0,945 Kuning
Fraksi/Vial Nilai Rf Warna Noda
1 0,96 Orange
11. Tabel 15 : Hasil KLT 2 dimensi 2 0,9 Orange
ektrak n-Butanol rimpang rimpang kencur 3 0 -
4 0 -
(Kaempferia galanga L.) dengan eluen
5 0,98 Biru
Benzen : Etil Asetat dan penampak noda 6 0 -
UV 366 ηm. 7 0 -
Sebelum diputar 900 Sesudah diputar 900 8 0 -
Nilai Rf Warna Noda Nilai Rf Warna Noda 9 0 -
0,875 Kuning 0,875 Kuning 10 0 -

22 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


11 0 - (Kaempferia galanga L.) dengan eluen
12 0 - Benzen : Etil Asetat (7 : 3) dan penampak
13 0,56 Biru noda H2SO4 10 %.
14 0 - Fraksi/Vial Nilai Rf Warna Noda
15 0 - 1 0,96 Orange
16 0,54 Kuning 2 0,9 Orange
17 0,94 Putih 3 0 -
18 0,90 Putih 4 0 -
19 0,87 Putih 5 0,98 Biru
20 0,94 Putih 6 0 -
21 0,92 Putih 7 0 -
22 0 - 8 0 -
23 0,98 Biru 9 0 -
24 0,98 Putih 10 0 -
25 0,96 Biru 11 0 -
25 0,98 Putih 12 0 -
27 0,96 Putih 13 0,56 Biru
28 0 - 14 0 -
29 0 - 15 0 -
30 0 - 16 0,76 Kuning
31 0,96 Putih 17 0,96 Kuning
32 0,96 Putih 18 0,94 Kuning
33 0,98 Putih 19 0,94 Kuning
34 0,94 Hijau 20 0,94 Kuning
35 0,98 Putih 21 0,96 Kuning
36 0,90 Kuning Kehijauan 22 0,96 Kuning
37 1 Kuning 23 0,94 Kuning
38 0,96 Kuning Kehijauan 24 0,98 Kuning
39 0,94 Kuning 25 0,98 Kuning
40 0,94 Kuning 25 0,96 Kuning
41 0,96 Kuning 27 0,94 Kuning
42 1 Kuning 28 0,96 Kuning
43 0,96 Kuning 29 0,98 Kuning
44 0,94 Kuning 30 0,94 Kuning
45 1 Kuning 31 1 Kuning
46 1 Orange 32 1 Kuning
47 1 Orange 33 1 Kuning
48 0 - 34 0,90 Kuning
49 0 - 35 0,96 Putih
50 0,89 Orange 36 1 Hijau
51 0 - 37 1 Kuning Kehijauan
52 A 0,96 Orange 38 1 Hijau
B 0,6 Kuning Coklat 39 1 Hijau Kekuningan
53 A 0,09 Orange
40 1 Kuning
B 0,73 Orange
54 A 1 Orange 41 1 Kuning
B 0,73 Orange 42 1 Kuning
55 0,64 Pink Ungu 43 1 Kuning
56 0,64 Pink Ungu 44 1 Kuning
57 0,64 Pink Ungu 45 1 Kuning
58 0 - 46 1 Kuning
59 0,73 Orange 47 0 -
60 0 - 48 1 Kuning
49 0 -
Tabel 18 : Hasil KLT fraksi kromatografi 50 0 -
kolom ektrak eter rimpang kencur 51 0 -

23 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


52 0,96 Kuning pada lempeng begitupun dengan
53 1 Kuning
54 1 Kuning perbandingan 9 : 1.
55 0 - Untuk ekstrak n-butanol dengan
56 0 - menggunakan cairan pengelusi yang bersifat
57 0 -
polar seperti (CHCl3: etanol : air dan etil
58 0 -
59 0 - asetat : etanol : air ). Penampakan noda UV
60 0 - 366 nm diperoleh pada pengelusi CHCl3 :
etanol : air perbandingan 10 : 6 : 1 memiliki
B. Pembahasan nilai Rf yang tinggi yaitu 0,90 dengan warna
Ekstraksi atau penyarian adalah suatu kuning, setelah penyemprotan H2SO4 10 %
cara yang dilakukan untuk mengeluarkan perbandingan 10 :6 : 1 memiliki nilai Rf
atau menarik zat aktif yang terdapat didalam yang tinggi yaitu 0,854 dengan warna
sel bahan alam dengan menggunakan metode kuning. Sedangkan pada penampakan noda
ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang UV 366 nm diperoleh pada pengelusi etil
sesuai. Bahan alam dapat berupa tumbuh- asetat : etanol : air perbandingan 8 : 2: 1
tumbuhan, hewan, mineral, dan biota laut memiliki nilai Rf yang tinggi yaitu 0,9
merupakan sumber bahan baku obat dengan warna kuning, setelah penyemprotan
khususnya obat tradisional salah satu H2SO4 10 % perbandingan 8: 2 : 1 memiliki
contohnya adalah rimpang kencur nilai Rf yang tinggi yaitu 0,927 dengan
(Kaempferia galanga L.) warna merah jambu
rimpang kencur (Kaempferia galanga Untuk ekstrak metanol digunakan eluen
L.) yang telah diserbukkan, diekstraksi secara kloroform : metanol : air, etil asetat : etanol :
perkolasi dengan pelarut methanol, karena air, hexan : etil asetat dan benzen : etil asetat.
metanol merupakan pelarut yang dapat Untuk pengelusi kloroform : metanol : air
melarutkan senyawa polar maupun senyawa perbandingan 20 : 6 : 1 memiliki nilai Rf
non polar. Ekstrak yang dihasilkan kemudian yang tinggi yaitu 0,964 dengan warna
diidentifikasi dengan metode kromatografi cokelat, setelah penyemprotan H2SO4 10 %
lapis tipis (KLT). perbandingan 20 : 6 : 1 memiliki nilai Rf
Ekstrak eter yang dielusi menggunakan yang tinggi yaitu 0,964 dengan warna
cairan pengelusi yang bersifat non polar cokelat.
seperti (benzen : etil asetat dan heksan : etil Untuk eluen polar etil asetat : etanol :
asetat). Penampakan noda UV 366 nm air pada perbandingan10 : 2 : 1 memiliki
diperoleh pada pengelusi n-heksan: etil asetat nilai Rf yang tinggi yaitu 0,854 dengan
yang memiliki nilai paling tinggi Rf adalah warna kuning, sedangkan setelah
pada perbandingan 8 : 2 yaitu 0,09 dengan penyemprotan H2SO4 10 % perbandingan 6 :
warna abu-abu. Namun setelah 2 : 1 memiliki nilai Rf yang tinggi yaitu
penyemprotan dengan H2SO4 10% 0,763dengan warna ungu.
perbandingan 7 : 2 memiliki nilai Rf yang Untuk ekstrak metanol digunakan eluen
paling tinggi yaitu 0,963 dengan warna non polar heksan : etil asetat, benzen : etil
kuning. Sedangkan pada benzen : etil asetat asetat. Pada semua perbandingan tidak
dengan penampakan noda UV 366nm memiliki penampakan noda sehingga tidak
perbandingan 6 : 4 memiliki nilai Rf yang memiliki nilai Rf. Begitu pula setelah
paling tinggi yaitu 0.963 dengan warna penyemprotan H2SO4 10 % tidak memiliki
orange, setelah penyemprotan H2SO4 10 % penampakan noda sehingga tidak memiliki
perbandingan 6 : 4 tidak memiliki nilai Rf nilai Rf pula. Hal ini menujukkan bahwa
karena tidak memiliki penampakan noda sampel bunga rimpang kencur (Kaempferia

24 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


galanga L.) tidak memiliki atau hanya galanga L.) yang larut dalam non polar
memiliki sedikit senyawa kandungan kimia sedikit
yang yang larut pada senyawa non polar. 2. Jumlah noda yang didapatkan dari
Sedangkan pada senyawa polar memiliki ekstrak methanol adalah 27 noda
banyak penampakan noda dimana 3. Jumlah noda yang didapatkan pada
menunjukkan banyak senyawa kandungan ekstrak eter adalah 6 noda
kimia yang larut. 4. Jumlah noda yang didapatkan pada
Pada UV 366 nm, lempeng akan ekstrak n butanol adalah 18 noda
berflouresensi sedangkan sampel akan 5. Nilai Rf yang didapat berbeda-beda
tampak berwarna gelap. Penampakan noda setiap perbandingan sesuai cairan
pada lampu UV 366 nm adalah karena pengelusi yang digunakan.
adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan indikator fluoresensi yang terdapat B. Saran
pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang Disaran agar dilakukan penarikan
tampak merupakan emisi cahaya yang senyawa kimia tunggal dengan metode yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika sesuai agar diperoleh senyawa kimia yang
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dapat dikaji sebagai bahan pengetahuan baru
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. DAFTAR PUSTAKA
Adapun kesalahan-kesalahan pada
saat praktikum :
1. Proses ekstraksi yang kurang sempurna Anonim. 2014. “Tanaman Obat Indonesia”
2. Pembuatan lempeng yang tidak rata http ://www. iptek.net.id/ind/pd_
3. Penotolan yang kurang baik tanobat/view.php?mnu=2&id=36.
4. Penguapan ekstrak yang kurang Diakses tanggal 10 Desember 2014
sempurna.
Anonim. 2014 . “ Tumbuhan “. http ://www.
Wikipedia.com/Tumbuhan. Diakses
BAB V
tanggal 10 Desember 2014
PENUTUP

Anonim. 2014. “Ekstraksi dan ekstrak” .http


A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah :// wailineal.blogspot. com201205
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: ekstraksi-dan-ekstrak.html . Diakses
1. Komponen kimia dari ekstrak rimpang tanggal 10 Desember 2014
kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
menggunakan metode perkolasi dan Anonim. 2014. “ Kandungan kimia pada
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat rimpang” http: //www. blogbiol
diketahui bahwa memiliki komponen oginew. blogspot.com/feed/ posts/
kimia yang lebih banyak larut dalam default?alt-rss
senyawa polar ditandai dengan
banyaknya penampakan noda pada Anonim. 2014. “Farmasiklopedia”. http://
lempeng dari semua perbandingan farmasiklopedia.blogs pot.com /fa
pengelusi polar. Sedangkan komponen vicon.ico. Diakses tanggal 10
kimia rimpang kencur (Kaempferia Desember 2014

25 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


Anonim.2014. “metode Ekstraksi bahan
alam”http://imgv2-4.scribdassets
.com/ img/ worddocument /947
90764/164x212/084902a8f1/134199
4945. Diakses tanggal 10 Desember
2014

Astawan Made. 2006. “ Khasiat warna-warni


makanan”. PT. Gramedia pustaka
utama ; Jakarta

Mulyono.HAM.2008. ”Membuat reagen


kimia dilaboratorium”. Bumi aksara
;Jakarta

Thomas A.N.S. 1992 . “Tanaman Obat


Tradisional 2”. Kanisius
Yogyakarta ; Yogyakarta

Syamsuni. 2006. “Ilmu Resep”. Penerbit


buku kedokteran (EGC); Jakarta

26 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


LAMPIRAN

Simplisia Tanaman alpukat (Persea americana Mill), rimpang


kencur (Kaempferia galanga L.), kulit batang kakao/coklat
(Theobroma cacao, L.), dan daun sukun (Artocarpus altilis)

Ditimbang 500 g
Diektraksi secara perkolasi

Ekstrak methanol cair

Diuapkan dengan alat rotavafor, diperoleh ekstrak


pekat, dilanjutkan penguapan di atas waterbacthc
sampai diperoleh ekstrak kering.

Ekstrak methanol Kering Di KLT


Digambar
Hitung nilai Rf

Ekstraksi cair-cair

Tambahkan H2O sebanyak 50 ml


Tambahkan eter 50 ml (3x50 ml)

Fase Air Fase Eter

Tambahkan N-butanol diuapkan


Di KLT
sebanyak 50 ml (3x50 ml)
Ekstrak Eter kering Digambar
Hitung nilai Rf
Fase n-butanol

diuapkan
Di KLT KLTP ISOLASI Lempeng 20 x 20 cm
Ekstrak n-butanol kering Digambar
Hitung nilai Rf
ISOLAT (Fraksi)

Lempeng 7 x 3 cm KLT (Proses Pemurniian)

Senyawa Tunggal (Murni)

Lempeng 10 x 10 cm KLT 2 Dimensi (Penegasan Senyawa Tunggal

Spektrofotometri UV-Visibel

Gambar 2. Ekstraksi dan identifikasi komponen kimia Rimpang kencur (Kaempferia


galanga L.) yang berasal dari Desa Poso kec. Kwandang kab. Gorontalo prov.
Gorontalo secara kromatografi lapis tipis

27 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


Lampiran II : Perhitungan Nilai Rf 0,4
a) Noda Ungu, Rf = 5,5 =
A. Ekstrak Eter
0,072
1. Eluen N-Heksan : Etil asetat
2) Untuk 20 : 6 : 1
a. Penampak noda UV 366 ƞm 1,5
1) Untuk perbandingan 7 : 2 a) Noda Hijau, Rf = 5,5 =
0,2 0,272
a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,2
0,036 b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
2) Untuk perbandingan 8 : 2 0,036
0,5 b. Penampak noda H2SO4 10%
a) Noda Abu-abu, Rf = 5,5 =
1) Untuk 10 : 6 : 1
0,09 4,7
b. Penampak noda H2SO4 10% a) Noda Kuning, Rf = 5,5 =
1) Untuk perbandingan 7 : 2 0,854
5,3 1,5
a) Noda Kuning, Rf = 5,5 = b) Noda Ungu, Rf = 5,5 =
0,963 0,273
0,5
2) Untuk perbandingan 8 : 2 c) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,7
a) Noda Coklat, Rf = 5,5 = 0,091
0,127 2) Untuk 20 : 6 : 1
0,2
2. Eluen Benzen : Etil asetat a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
a. Penampak noda UV 366 ƞm
0,036
1) Untuk perbandingan 9 : 1
− 2. Eluen Etil asetat : Etanol : Air
a) Tidak Ada Noda , Rf = 5,5
a. Penampak noda UV 366 ƞm
=- 1) Untuk 6 : 2 : 1
5
a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
2) Untuk perbandingan 6 : 4
5,3 0,9
a) Noda Orange, Rf = 5,5 = 4,4
b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,963
0,3 0,8
b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
2) Untuk 8 : 2 : 1
0,054 5
a) Noda Kuning , Rf = 5,5 =
b. Penampak noda H2SO4 10%
0,9
1) Untuk perbandingan 9 : 1
− 4,5
a) Tidak Ada Noda , Rf = b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
5,5
=- 0,81
4
2) Untuk perbandingan 6 : 4 c) Noda Ungu, Rf = 5,5 =

a) Tidak Ada Noda , Rf = 5,5 0,72
=- b. Penampak noda H2SO4 10%
B. Ekstrak N-Butanol 1) Untuk 6 : 2 : 1
5
1. Eluen Kloroform : Etanol : Air a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
a. Penampak noda UV 366 ƞm
0,9
1) Untuk 10 : 6 : 1 4,5
5 b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
a) Noda Kuning, Rf = 5,5 =
0,81
0,90

28 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


4 4,5
c) Noda Orange, Rf = 5,5 = a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,,72 0,81
3) Untuk 8 : 2 : 1 4,2
b) Noda Kuning , Rf = 5,5 =
a) Noda Merah Jambu , Rf =
5,1
0,763
= 0,927 0,8
5,5 c) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
4,7
b) Noda Kuning, Rf = 5,5 = 0,145
0,854 3) Untuk 10 : 2 : 1
C. Ekstrak Metanol 4,7
a) Noda Kuning , Rf = 5,5 =
1. Eluen Kloroform : Metanol : Air
0,854
a. Penampak noda UV 366 ƞm 4,5
1) Untuk 10 : 6 : 1 b) Noda Kuning, Rf = 5,5 =
1 0,81
a) Noda Hijau, Rf = 5,5 =
0,7
0,181 c) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,7 0,127
b) Noda hijau, Rf = 5,5 =
0,127
2) Untuk 20 : 6 : 1
5,3 b. Penampak noda H2SO4 10%
a) Noda Coklat, Rf = 5,5 = 1) Untuk 6 : 2 : 1
0,964 4,2
a) Noda Ungu Rf = 5,5 =
b. Penampak noda H2SO4 10%
0,763
1) Untuk 10 : 6 : 1 3,7
2 b) Noda Ungu, Rf = 5,5 =
a) Noda Kuning, Rf = 5,5 =
0,672
0,36 1
0,7 c) Noda Ungu, Rf = 5,5 =
b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,181
0,127 0,6
2) Untuk 20 : 6 : 1 d) Noda Coklat , Rf = 5,5 =
5,3 0,109
a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
2) Untuk 8 : 2 : 1
0,964 1,7
2. Eluen Etil asetat : Etanol : Air a) Noda Ungu, Rf = 5,5 =
a. Penampak noda UV 366 ƞm 0,309
1,2
1) Untuk 6 : 2 : 1 b) Noda Ungu, Rf = =
4,5 5,5
a) Noda Abu-abu, Rf = 5,5 = 0,218
0,8
0,81 c) Noda Ungu, Rf = 5,5 =
4
b) Noda Abu-abu, Rf = 5,5 = 0,145
0,72 3) Untuk 10 : 2 : 1
1,2 1,3
c) Noda Coklat, Rf = 5,5 = a) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,218 0,236
0,8 1
d) Noda Coklat, Rf = 5,5 = b) Noda Coklat, Rf = 5,5 =
0,145 0,181
2) Untuk 8 : 2 : 1

29 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


0,5 15 : 6 : 1
c) Noda Merah, Rf = 5,5 =
15
0,091 Untuk CHCl3 = x 250 ml =
17
3. Eluen Benzen : Etil asetat 170,45 ml
6
a. Penampak noda UV 366 ƞm Untuk Metanol = x 250 ml =
17
1) Untuk perbandingan 9 : 1 68,18 ml

a) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 1
Untuk Air = 17 x 250 ml = 11,36
=-
ml
2) Untuk perbandingan 8 : 2
− CHCl3 : Metanol : Air
a) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5
20 : 6 : 1
=- 20
Untuk CHCl3 = 27 x 250 ml =
3) Untuk perbandingan 7 : 3
− 185,18 ml
a) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 6
Untuk Metanol = 27 x 250 ml =
=-
55,55 ml
4) Untuk perbandingan 6 : 4 1
− Untuk Air = x 250 ml = 6,25
a) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 27

=- ml
b. Penampak noda H2SO4 10% c. Etil Asetat : Etanol : Air
5) Untuk perbandingan 9 : 1 6 : 2 : 1
− 6
b) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 Untuk Etil Asetat = 9 x 250 ml =
=- 166,66 ml
2
6) Untuk perbandingan 8 : 2 Untuk Etanol =9 x 250 ml = 55,55

b) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 ml
1
=- Untuk Air = 9 x 250 ml = 27,77
7) Untuk perbandingan 7 : 3 ml

b) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 d. Etil Asetat : Etanol : Air
=- 7 : 2 : 1
8) Untuk perbandingan 6 : 4 7
Untuk Etil Asetat = 9 x 250 ml =

b) Tidak Ada Noda, Rf = 5,5 175 ml
=- 2
Untuk Etanol = 9 x 250 ml = 50
ml
Lampiran III : Perhitungan Pembuatan 1
Eluen Untuk Air = 9 x 250 ml = 25 ml
1. Eluen Polar e. Etil Asetat : Etanol : Air
a. CHCl3 : Metanol : Air 8 : 2 : 1
8
10 : 6 : 1 Untuk Etil Asetat = 11 x 250 ml =
10
Untuk CHCl3 = 17 x 250 ml = 181,81 ml
2
147,05 ml Untuk Etanol = 11 x 250 ml =
6
Untuk Metanol = x 250 ml = 45,45 ml
17
2
88,23 ml Untuk Air = 11 x 250 ml = 22,72
1
Untuk Air = 17 x 250 ml = 14,70 ml
ml 2. Eluen Non Polar
b. CHCl3 : Metanol : Air a. Hexan : Etil Asetat

30 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


9 : 1 9 : 1
9 9
Unutuk Hexan = 10 x 250 ml = Unutuk Hexan = 10 x 250 ml =
225 ml 225 ml
1 1
Unutuk Etil Asetat = 10 x 250 ml Unutuk Etil Asetat = 10 x 250 ml
= 25ml = 25 ml
b. Hexan : Etil Asetat f. Benzen : Etil Asetat
8 : 2 8 : 2
8 8
Unutuk Hexan =10 x 250 ml = Unutuk Benzen = 10 x 250 ml =
200 ml 200 ml
2 2
Unutuk Etil Asetat = 10 x 250 ml Unutuk Etil Asetat = 10 x 250 ml
= 50 ml = 50 ml
c. Hexan : Etil Asetat g. Benzen : Etil Asetat
7 : 3 7 : 3
7 7
Unutuk Hexan = 10 x 250 ml = Unutuk Benzen = 10 x 250 ml =
175 ml 175 ml
7 3
Unutuk Etil Asetat = 10 x 250 ml Unutuk Etil Asetat = 10 x 250 ml
= 75 ml = 75 ml
d. Hexan : Etil Asetat h. Benzen : Etil Asetat
6 : 4 6 : 4
6 6
Unutuk Hexan = 10 𝑥 250 𝑚𝑙 = Untuk Benzen = 10 x 250 ml =
150 ml 150 ml
4 4
Unutuk Etil Asetat = 10 𝑥 250 𝑚𝑙 Untuk Etil Asetat = 10 x 250 ml =
= 100 ml 100 ml
e. Hexan : Etil Asetat

31 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


Lampiran IV : Gambar Penampak Noda pada Lempeng KLT

A. Ekstrak eter
1. Eluen Bensen : Etil asetat
a. Penampak noda UV 366 nm

6:4 9:1

b. Penampak noda H2SO4 10 %

6 :4 9:1

32 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


2. Heksan : etil asetat
a. Pada penampak noda UV 366 nm

7:2 8:2

b. Penampak noda H2SO4 10 %

7:2 8:2

33 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


B. Ekstrak N-Butanol
1. Eluen Polar (Kloroform : Etanol : Eter )
a. Penampakan noda UV 366 nm

10 : 6 : 1 20 : 6 : 1

b. Penampakan noda H2SO4 10%

10 6 : 1 20 : 6 : 1

34 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


2. Eluen Etil asetat : Etanol : Air
a. Penampakan noda UV 366 nm

6:2:1 8:2:1

b. Penampakan noda H2SO4 10%

6:2:1 8:2:1

35 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


11 Ekstrak Metanol
1. Eluen Polar (Kloroform : Etanol : Air )
a. Penampakan noda UV 366 nm

10 : 6 : 1 20 : 6 : 1

b. Penampakan noda H2SO4 10%

10 : 6 : 1 20 : 6 : 1

36 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


2. Etil asetat : Etanol : Air
a. Penampakan noda UV 366 nm

6:2:1 8:2:1 10 : 2 : 1

b. Penampakan noda H2SO4 10 %

6 :2:1 8:2:1 10 : 2 : 1

37 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


3. Eluen Benzen : Etil asetat
a. Penampakan noda UV 366 nm

9: 1 8:2 7:3 6:4

b. b. Penampakan noda H2SO4 10 %

9: 1 8:2 7:3 6:4

38 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


4. Eluen Heksan : Etil asetat
a. Penampakan noda UV 366 nm

9 :1 8:2 7:3 6:4


b. Penampakan noda H2SO4 10 %

9:1 8:2 7:3 6:4

39 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


Lampiran V : Gambar Alat

Gambar 3. Alat Perkolator

Gambar 4. Alat Rotavavor

Gambar 5. Corong Pisah

40 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12


Lampiran VI : Gambar Alat KLT

Gambar 6. Alat Kromatografi Lapis Tipis

Keterangan Gambar :

1. Penutup
2. Lempeng KLT ( Ukuran 3x 7,5 cm )
3. Chember
4. Cairan Pengelusi
5. Kertas Kalkir

41 | Laboratorium Fitokimia Farmasi – Kelas L.12

Anda mungkin juga menyukai