Anda di halaman 1dari 25

I.

Alasan pemilihan obat


- Bentuk sediaan yang dipilih adalah tablet biasa, karena zat aktifnya tidak ott

secara fisika sehingga tidak perlu dibuat tablet lepas/ salut


- Dipilh tablet biasa berdasarkan tablet yang beredar yang mana obat dengan

zat aktif (clonidine) dipsarkan dalam bentuk tablet biasa, tidak perlu dibuat

tablet salut karena pelepasan obat menjadi lama dan meningkatkan biaya

produksi sediaan

II. Tinjauan kimia farmasi


1. Monografi
Klonidin hidroklorida
Nama kimia :2-[(2,6-Diklorofenil)imino]imidazolidina monohidroklorida
Rumus kimia : C9H9Cl2N3.HCl
BM : 266,55
Rumus Bangun :

Kemurnian : Klonidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari

98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C9H9Cl2N3.HCl. dihitung terhadap zat yang

telah dikeringkan.

2. Identitas dan analisa obat dalam sediaan


- Analisa kualitatif
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan

didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya

pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Klonidin

Hidroklorida BPFI.

1
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam klorida 0,01 N (1

dalam 3000) pada panjang gelombang serapan 272 nm berbeda tidak

lebih dari 3,0%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.


C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti yang tertera pada

Uji Identifikasi Umum


D. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti yang

tertera pada Kromatografi


Fase gerak Buat campuran toluen P-dioksan P- etanol anhidrat P-

amonium hidroksida P (10:8:2:1).


Larutan uji Larutkan 200 mg zat dalam metanol P dan encerkan hingga

2,0 ml.
Larutan baku Larutkan sejumlah Klonidin Hidroklorida BPFI dalam

metanol P hingga kadar larutan 100 mg per ml.


Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan baku secara bertahap

dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 100g per ml.


Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2 l Larutan uji,

Larutan baku dan Enceran larutan baku pada lempeng kromatografi

silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana

kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga tiga

per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak

menguap, dan lakukan pengeringan pada suhu 1000 selama 1 jam.

Masukkan lempeng ke dalam bejana berisi larutan encer natrium

hipoklorit P yang mengandung klorin 0,5%, dan biarkan merambat

hingga tiga perempat tinggi lempeng, keringkan dalam lemari asam

dengan aliran udara selama 1 jam dan semprot dengan kanji kalium

iodida LP: Harga RF bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan

baku. Besar dan intensitas bercak lain selain bercak utama dari Larutan

2
uji, tidak lebih intensif dari Enceran larutan baku (0,1%) dan jumlah

intensitas seluruh bercak tidak lebih dari 0,2%.

- Analisa kuantitatif
A. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair

kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi.


Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium 1-oktanasulfonat P dalam 500

ml air, tambahkan 500 ml metanol P dan 1 ml asam fosfat P, campur.

Atur pH hingga 3,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N.

Saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 m atau

lebih kecil dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut

Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi .


Larutan baku persediaan klonidin hidroklorida Timbang saksama

sejumlah Klonidin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Fase gerak,

jika perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih

kurang 100g per ml.


Larutan baku persediaan 2,6-dikloroanilin Masukkan lebih kurang

12 mg 2,6-dikloroanilin ke dalam labu tentukur 100-ml dan

tambahkan Fase gerak sampai tanda. Encerkan larutan secara

kuantitatif dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 12 g per ml.
Larutan baku Masukkan 2,0 ml Larutan baku persediaan klonidin

hidroklorida ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan Fase

gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung klonidin hidroklorida

lebih kurang 1 g per ml.


Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.

Timbang saksama sejumlah serbuk yang setara dengan lebih kurang

0,1 mg klonidin hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 100-

3
ml, tambahkan lebih kurang 60 ml Fase gerak, kocok secara mekanik

selama 15 - 30 menit dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

Sentrifus sebagian larutan hingga jernih. Larutan kesesuaian sistem

Pindahkan 2,0 ml Larutan baku persediaan klonidin hidroklorida dan

20,0 ml Larutan baku persediaan 2,6-dikloroanilin ke dalam labu

tentukur 100-ml dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Kromatografi.

Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm

dan kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 yang telah

dideaktivasi untuk senyawa basa. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per

menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam

kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang tertera pada

Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih

dari 2,0% untuk puncak klonidin. Lakukan kromatografi terhadap

Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons

puncak seperti yang tertera pada Prosedur: efisiensi kolom ditentukan

dari puncak klonidin tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis dan

faktor ikutan untuk puncak klonidin tidak lebih dari 1,5. Waktu retensi

relative klonidin dan 2,6-dikloroanilin berturut-turut adalah lebih

kurang 0,5 dan 1,0.


Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih

kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf,

rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah

dalam mg, C9H9Cl2N3.HCl dalam zat uji dengan rumus:

4
C adalah kadar Klonidin Hidroklorida BPFI dalam g per ml Larutan

baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan

Larutan baku.
B. Disolusi
Media disolusi: 500 ml asam klorida 0,01 N
Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 30 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H9Cl2N3.HCl terlarut,

menggunakan prosedur seperti yang tertera pada Penetapan kadar jika

perlu lakukan modifikasi. Gunakan asam klorida 0,01 N sebagai pengganti

Fase gerak untuk membuat Larutan baku persediaan dan Larutan baku

klonidin hidroklorida. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak

kurang dari 75% (Q) C9H9Cl2N3.HCl dari jumlah yang tertera pada

etiket.

III. Tinjauan Farmakologi


1. Farmakokinetik

Klonidin larut dalam lemak dan mudah menembus sawar otak.

Absorbsi oral berlangsung cepat dan lengkap dengan bioavailabilitas

mencapai 95%. Puncak level plasma didapat setelah 60-90 menit. Klonidin

juga dapat diberikan secara transdermal dengan kadar plasma setara

dengan pemberian per oral. Farmakokinetiknya bersifat non linier dengan

waktu paruh 6 sampai 13 jam.

Kira-kira 50% klonidin dieliminasi dalam bentuk utuh melalui urin. Kadar

plasma meningkat pada gangguan fungsi ginjal atau pada usia lanjut.

5
2. Farmakodinamik

Klonidin pertama kali dikenal sebagai obat anti hipertensi yang

bekerja dengan mekanisme yang bekerja dengan mekanisme kompleks.

Kerjanya meliputi agonis reseptor 2 sentral dengan kombinasi penurunan

transmisi adrenergic perifer. Semuanya itu menurunkan kerja sistem saraf

simpatis dan menurunkan katekolamin dalam sirkulasi. Klonidin

merupakan agonis parsial reseptor 2 yang efeknya tergantung konsentrasi

norepinefrin endogen. Agonis parsial ini kerjanya tampak pada pemberian

intravena, dimana mula-mula akan terjadi peningkatan darah lalu secara

bertahap terjadi penurunan.

Penggunaan klinis klonidin yang penting untuk anestesi adalah

pada kardiovaskuler dan sistem saraf. Agonis adrenoreseptor 2

menyebabkan kontraksi otot polos vaskuler post synaps, menghambat

pelepasan norepinefrin pre synaps, dan menghambat simpatis sistem saraf

pusat. Penurunan aktifitas simpatis meyebabkan penurunan tekanan darah,

laju jantung, dan curah jantung

IV. Tinjauan Formulasi


1. Preformulasi
a. Klonidine HCl
- Pemerian : Obat ini memiliki karakteristik senyawa bubuk kristal

putih, tak berbau, pahit


- Kelarutan : larut dalam air dan alkohol
- BM dari senyawa ini adalah 266,56
- Khasiat : anti hipertensi
b. Avicel PH 103 (microkristalin selulosa)

6
- Pemerian : serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, tersusun atas

partikel partikel porosius.


- Kelarutan : mudah larut dalam NaOH 5 %, praktis tidak larut dalam

air, HCl encer dan hamper senua pelarut organic.


- Titik lebur : 260 270

c. Polivinilpovidon (PVP)
- Pemerian : serbuk putih, tidak berbau, higroskopis
- Kelarutan : mudah larut dalam asam, CHCl 3, ethanol, methanol,

praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.


- Titik lebur : 130

d. Ethanol 95 %
- Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, bau

khas, dingin lalu panas dikulit, mudah terakar, dan nyala biru.
- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, CHCl3
- BJ : 0,819
e. Amylum
- Pemerian : serbuk sangat halus, tidak berbau, tidak berasa
- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan ethanol
f. Talkum
- Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, licin, ,udah lengket pada

kulit, bebas butiran, putih kelabu.

g. Aerosil
- Pemerian : serbuk ringan, putih kebiruan, tidak berbau, tidak

berasa, serbuk amorf


- Kelarutan : praktis tidak larut dalam semua pelarut organic, air,

asam,( kecuali HCl/ larut dalam alcohol panas, memebentuk koloid

dan air)

2. Formula standar
-

7
3. Sediaan yang beredar
- Catapres (Boehringer Ingelhim K)
Tiap tablet mengandung 0,15 mg klonidin

4. Formula yang direncanakan


Tiap tablet mengandung :
- Klonidine HCl 0,15 mg
- Avicel PH 103 QS
Ket : Range
- PVP 2 % Avicel PH 103 : 0,05 - 70 %/ 20 -90 %
- Etanol 95 % Fase Dalam PVP : 0,5 5 %
- Amylum Kering 10 % Talkum : 1 - 5 % / 1 - 10%
- Talkum 1 % Aerosil :13%
- Aerosil 2 % Ethanol : 2 x PVP
- Amylum Kering 5 % Fase luar
Bobot tabet 10 mg
Metode yang digunakan granulasi basah
Penimbangan bahan
a. Untuk 1 unit terkecil ( bobot 1 tablet = 10 mg)
o Klonidine = 0,15 mg
o Avicel PH 103 = 7,85 mg
2
o PVP 2 % = 100 x 10 mg=0,2 mg

o Ethanol 95 % ( 2 x PVP) = 2 x 0,2 mg = 0,4 mg =

0,0004928 ml
10
o Amylum kering 10 % = x 10 mg=1 mg
100
1
o Talkum 1 % = x 10 mg=0,1 mg
100
2
o Aerosil 2 % = x 10 mg=0,2 mg
100
5
o Amylum kering 5 % = x 10 mg=0,5 mg
100

g
- Ethanol 95 % = Bj = 0,8117 ml
m
P= v

8
0,0004
=4,928 x 10 -4
V= (0,8117 g ml)

- Avicel PH 103= 10 mg (0,15 mg + 0,2 mg + 1 mg + 0,1 mg

+ 0,2 mg + 0,5 mg)


= 10 mg 2,15 mg

= 7,85 mg
b. Penimbangan bahan untuk skala produksi 1.000.000 tablet
Klonidine : 0,15 mg x 1.000.000 = 0,15 kg
Avicel PH 103 : 7,85 mg x 1.000.000 = 7,85 kg
PVP 2 % : 0,2 mg x 1.000.000 = 0,2 kg
Ethanol 95 % : 4,928 x 10 -4 x 1.000.000 = 492,8

mL = 0,4928 L
Amylum kering 10 % : 1 mg x 1.000.000 = 1 kg
Talkum 1 % : 0,1 mg x 1.000.000 = 0,1 kg
Aerosil 2 % : 0,2 mg x 1.000.000 = 0,2 kg
Amylum Kering 5 % : 0,5 mg x 1.000.000 = 0,5 kg

Tabel penimbangan bahan

Berat Bahan
No Nama Zat 1 unit terkecil (1 Skala Produksi
Ditimbang
Tablet) (1.000.000 tab)
1 Klonidine 0,15 mg 0,15 kg 0,15 kg
2 Avicel PH 103 7,85 mg 7,85 kg 7,85 kg
3 PVP 2 % 0,2 mg 0,2 kg 0,2 kg
4 Ethanol 95 % 4,928 . 10-4 0,4928 L 0,4928 L
5 Amylum kering 10 % 1mg 1 kg
6 Talkum 1 % 0,1 mg 0,1 kg 0,1 kg
7 Aerosil 2 % 0,2 mg 0,2 kg 0,2 kg
8 Amylum Kering 5 % 0,5 mg 0,5 kg 0,5 kg

5. Alasan pengambilan bahan


a. Klonidine
Sebagai zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai antihipertensi.
b. Avicel PH 103

9
Digunakan sebagai pengisi yang mempunyai kompresibilitas yang

baik dipilh. Avicel PH 103 karena mengandung lembab kecil dari

avicel lainnya yaitu 3 %.


c. PVP
Digunakan sebagai pengikat, karena PVP mempunyai daya rekat

dan daya ikat yang kuat


d. Etanol 95 %
Digunakan sebagai pelarut, untuk mengaktifkan PVP sebagai

pengikat.
e. Amylum Kering
Digunakan sebagai pengahancur dalam dan luar, karena aktfitas

penghancurnya baik.
f. Talkum
Digunakan sebagai glidan, unuk memperbaiki daya hancur atau

sifat alir bahan yang akan dicetak dan mencegah melekatnya masa

pada permukaan cetakan.


g. Aerosil
Digunakan sebagai anti adheren, untuk mengurangi massa lekatnya

tablet pada stempel dan dinding ruang cetak, serta memperbaiki

sifat alir avicel dan mengatasi masalah dari PVP yang bersifat

higroskopis.
6. Formula akhir
Bobot 1 tablet 10 mg
a. Untuk 1 unit terkecil ( 1 tablet)
Klonidine : 0,15 mg
Avicel PH 103 : 7,85 mg
PVP 2% : 0,2 mg
Ethanol 95 % : 4,928 . 10-4 mL
Amylum Kering 10 %: 1 mg
Talkum 1 % : 0,1 mg
Aerosil 2 % : 0,2 mg
Amylum Kering 5 % : 0,5 mg

b. Untuk skala produksi (1.000.000)

Klonidine : 0,15 kg

10
Avicel PH 103 : 7,85 kg

PVP 2% : 0,2 kg

Ethanol 95 % : 0,4928 L

Amylum Kering 10 % : 1 kg

Talkum 1 % : 0,1 kg

Aerosil 2 % : 0,2 kg

Amylum Kering 5 % : 0,5 kg

7. Proses produksi
a. Persiapan kondisi ruangan roduksi non steril, penimbangan dan

pengemasan. Ventiasi ruangan diatur 5-20 kali perjam. Pada ruangan

produksi diatur jumlah partikel 5 pm max 2000 perm 3 dan partikel

berukuran 0,5 pm max. 3,5 juta per m 3 udara. Efisiensi hepafilter 95 %

dengan temperature 25 dan kelembapan 55 %.


b. Persiapan kebersihan peralatan, bersihkan mesin dan beri label telah

dibersihkan,. Set up mesin sehingga dicapai kondisi yang diinginkan

dan diberi label siap digunakan karyawan harus mengganti pakaian

dengan pakaian bersih yang disediakan perusahaan, tidak merokok,

makan, minum, mengobrol selama bekerja dan tidak memakai

perhiasaan. Karyawan harus mencuci tangan dengan sabun dan

megeringkannya dengan handuk yang tersedia bila akan memulai

maupun mengakhiri pekerjaan.


c. Bawa dus lipat, brosur, label dan karton ke ruag pengemasan bila PPIC

telah memberikan BSTBK ( bukti serah terima barang kemas) dan

CKB ( catatan pengemasan Batch) ke bagian produksi. Timbang bahan

11
baku dan bahan tambahan diruang penimbangan sesuai master formula

yang tertera pada CPB (cara pengolahan Batch). Kirim bahan baku dan

bahan tambahan ke ruang produksi melalui pass box


d. Di ruang produksi ( Metode Granulasi Basah)
1. Clonidine (0,15 kg) + Avicel PH 103 (7,85 kg) + PVP 2 % (0,2 kg)

+ Amylum kering 10 % ( 1 kg), mixng didalam mesin litter foord

lodige machine yang dilengakapi granulator . aduk dengan

kecepatan 150 rpm selama 30 menit.


2. Alcohol sebagai pembasah disemprot melaui mikropiston ke dalam

mesin sehigga didapat massa lembab seperti butiran salju


3. Massa dimasukan ke dalam mesin oscilating granulatory dan

dilewatkan sehingga didapatakan granul berukuran 40 mesh


4. Granul basah dihisap melalui pompa vakum masuk ke fluid bod

dryer ( FBD) selama 1 jam dengan temperature 60 , tekanan

30- 50 psq
5. Granul kering yang didapat dihisap melalui vakum dilewatkan

oscilating granulotary hingga didapat granul ukuran 60 mesh.


6. Pindahkan ke stroge tank , beri label Quarantine dan dilakukan

pengujian oleh IPC produksi berupa :


a. Granulatory
Menggunakan pengayak bersusun G dan menggunakan 100

gram granul. Granul diletakan pada pengayak paling atas,

kemudian pengayak digerakkan selama 15 menit. Granul yang

tinggal dalam tiap pengayak ditimbang, kemudian digambarkan

dalam bentuk kurva.


b. Kecepatan aliran
Untuk mengetahui aliran granul pada mesin cetak/die

menggunakan 50 g granul yang dimasukan dalam corong.

12
Hitung waktu yang dibutuhkan 50 g granul untuk keluar dari

lubang corong. Aliran granul yang baik jika waktu yang

diperlukan kurang atau sama dengan 5 detik.


c. Kelembapan
Menggunakan alat infrared moisture balance. Granul sebanyak

50 gram dimasukan dalam alat moisture balance, kemudian alat

ditara. Granul dipanaskan pada suhu 60 - 70 sampai

skala pada alat tidak berubah, lalu dibaca kadar air yang tertera

pada skala kadar air yang baik 1-2 %.


d. Bobot jenis
Untuk mengetahui kompresibilitas
- Bobot jenis nyata = sebanyak 100 g granul dimasukan

dalam gelas ukur dan dicatat volumenya. Hitung dengan

rumus :
w
P= v

ket : P = bobot jenis nyata


W= bobot granul
V = volume granul tanpa pemampatan
- Bobot jenis mampat
Sebanyak 100 g granul dimasukan dalam gelas ukur dan

dicatat volumenya. Lalu gelas ukur diketuk sebanyak 50

kali. Catat volumenya.


Hitung menggunakan rumus :
w
P50 = v 50

ket : P50 = bobot jenis mampat setelah 50 kali ketukan


W= bobot granul
V50 = volume granul setelah 50 kali ketukan
- Bobot jenis sejati
Hitung dengan menggunakan rumus :

13
( ba ) x Bj cairan pendispersi
Bj sejati = ( b+d )(a+C )

a = Bobot piknometer kosong


b = Bobot piknometer kosong + 3 g granul
c = Bobot piknometer kosong + 1 g granul + cairan

Pendispersi
d = Bobot piknometer kosong + cairan pendispersi
cairan pendispersi = cairan liquid
- Kadar pemampatan
Sebanyak 100 g granul masukan kedalam gelas ukur lalu

catat volumenya (Vo). gelas ukur diketuk 50 kali dan catat

volumenya :
V 0V 50
KP = V0 x 100 %

KP = kadar pemampatan
Vo = volume granul sebelum pemampatan
V50 = volume granul pada 50 kali ketukan
Granul memenuhi syarat jika KP 20 %

- Faktor hausner
Bj setelah pemampatan
FH = Bj sebelum Pemampatan

Granul memenuhi persyaratan jika factor hausner = 1


7. Setelah IPC menyatakan lulus uj, maka dilakukan pencampuran

dengan fase luar, dengan menambahkan talcum (0,1 kg) + aerosil

(0,2 kg) + amylum kering (0,5 kg) dalam rocking mixer dengan

kecepatan 150 rpm selama 30 menit.


8. Selanjutnya massa dicetak dengan mesin jemco yang dapat

menghasilkan 60.000 tablet/jam dengan tekanan 4 ton perinci linier

dengan permukaan punch rata berukuran 5/8 inch.


9. Setiap 15 menit dilakukan pengujian oleh bagian IPC (untuk

Produk Ruahan)
- Keseragaman ukuran

14
Menggunakan 20 tablet yang diukur tebal dan diameter tablet

satu persatu menggunakan jangka sorong. Diameter tablet

1
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 3 tebal tablet

(FI III)
- Keseragaman bobot
Menggunakan 20 tablet yang ditimbang satu persatu. Tidak

boleh 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari

bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada

kolom H dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang

dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada

kolom B ( FI III)
- Kekerasan tablet
Menggunakan 5 tablet yang dipilih secara acak, diletakkan

pada pegas penekan alat stroke monsato saat tablet mulai

pecah, maka jarum pada stoke monsato akan berhenti untuk

menunjukan angka kekerasan tablet dalam kgcm3. Tablet yang

baik dengan kekerasan 4 8 kg/cm3


- Friabilitas
Menggunakan 20 tablet. Sebelumnya ke 20 tablet dibersihkan

dari debu lalu ditimbang. Kemudian 20 tablet masukan ke

dalam alat friabilator, lalu jalankan alat selama 4 menit dengan

kecepatan 25 rpm, setelah itu keluarkan 20 tablet dari alat dan

bersihkan dari debu, lalu ditimbang . hitung bobot ke 20 tablet.


w 0 w1
Indeks friabilitas = F = w0

- Waktu hancur tablet (desintegrasi)

15
Masukan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,

lalu masukan satu cakram tiap tabung dan jalankan alat.

Gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media. Kecuali

dinyatakan lain menggunakan cairan lain dalam masing

masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera

pada monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet

sampai senua tablet hancur sempurna. Bila ada 1 atau 2 tablet

tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet

lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 tablet harus hancur

sempurna.
- Disolusi
Alat :
1. Pengaduk berupa keranjsng berbentuk silinder
2. Pengaduk berupa dayung
Masukan sejumlah volume disolusi sesuai monografi.

Pasang alat, biarkan media hingga suhu 37

0,5
Masukan 1 tablet ke dalam alat, hilangkan

gelembungudara dari permukaan sediaan dan jalankan alat

pada laju kecepatan seperti yang tertera pada monogrfi


Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan

pada daerah pertengahan antara media disolusi dan bagian

atas keranjang atau dayung. Tidak kurang dari 1 cm dari

dinding wadah.
Lakukan penetapan kadar sesuai monografi

16
10. Setelah IPC menyatakan lulus uji, maka tablet dibawa ke ruangan

pengemasan melalui passs box. Pengemasan primer dilakukan

mengggunakan stripping machine, dimana tablet dikemas dalam

bentuk strip ( 1 strip @ 10 tablet), setiap 15 menit IPC melakukan

pengujian :
- Uji estetika dan kelengkapan No reg, No Batch, Exp-Date,

Pada setiap strip secara manual


- Uji kebocoran strip
11. Massa tablet yang sudah dikemas dalam strip dibawa keruang

pengemasan sekunder melalui pass box. Pengemasan sekunder

dilakukan secara manual dimana 10 strip tablet dimasukan kedalam

dus lipat disertai brosur. IPC pengemasan akan melakukan

pemeriksaan estetika kemasan kelengkapan, No Reg, Exp. Date,

No Batch, pada dus lipat. Masing-masing dus lipat masukan dalam

karton.
12. Kirim karton ke gudang obat jadi dilengkapi catatan pengiriman

batch.

17
Etiket :

MONIDINE
Tablet K
Komposisi :
Tiap tablet mengandung :
Clonidine 0,15 mg

INDIKASI

Anti hipertensi

DOSIS

tab awal 0.075 - 0.15mg/hr, dpt ditingkatkan setelah 2-4


minggu. Hipertensi berat : dapat ditingkatkan 0.3mg 3x/hr.

PENYIMPANAN :

simpan ditempat sejuk dan kering

Keterangan lengkap lhat brosur

18
BROSUR

MONIDINE
Tablet
Komposisi :
Tiap tablet mengandung :
Clonidine 0,15 mg

INDIKASI

Semua bentuk hipertensi kecuali bentuk peokromositomik

KONTRA INDIKASI
Sick sinus syndrome

ATURAN PAKAI
Awal : 2x sehari tablet. Tablet: awal ; tablet pada malam hari; dosis maksimum 6 tablet
untuk berobat jalan dan 12 tablet untuk yang dirawat di RS

EFEK SAMPING
mulut kering dan sedasi.Kadang-kadang dapat terjadi sembelit, rasa mual dan muntah-
muntah, sakit kepala, rasa tidak enak badan, impoten, menurunnya libido, ginekomastia, keluhan
ortostatik, parestesia pada ekstremitas, fenomena Raynaud, rasa nyeri pada kelenjar parotis,
pengeringan mukosa hidung dan pengurangan aliran lakrimal (hati-hati: pemakai lensa kontak),
dan juga dapat terjadi reaksi pada kulit seperti gejaia-gejala ruam kulit, urtikaria, pruritus, dan
alopesia. Kemungkinan dapat pula terjadi gangguan tidur, mimpi buruk, rasa depresi, gangguan
persepsi, halusinasi, bingung dan gangguan penglihatan. Jarang: pseudo-obstruksi usus besar.
Clonidine dapat menyebabkan atau memperberat kondisi bradiaritmia seperti sinus bradikardia
atau AV-blok. Pada kasus yang jarang pernah dilaporkan terjadinya peningkatan kadar gula darah
yang ringan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Penyakit yang mempengaruhi ritme dan sistem konduksi atrio ventrikular jantung, gagal
ginjal, gangguan otak atau perfusi perifer, depresi, polineuropati, sulit buang air besar.
Mengganggu kemampuan mengendarai atau mengoperasikan mesin. Penghentian
pengobatan yang mendadak.

PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

PENYIMPANAN
Di simpan tempat sejuk dan kering

No. Reg. DKL 1415010310 AI

Kemasan : Box berisi 10 strip@ 10 tablet

Diproduksi oleh

19
RANCANGAN KOTAK

20
K

K
No. Reg. DKL 1415010310 AI
No. Batch 41900511
Exp. Date mei 2019

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

21

ClONIDINE 0,15 mg
MONIDINE
22
Aspek PKL

a. Aspek industry
Bagian pemasaran akan melaunching produk ini jika ternyata produk laku

dipasaran, maka bagian marketing akan memberitahukan pada bagian PPIC

(planning production and inventory control), pihak PPIC akan menyediakan

bahan baku dan bahan kemasan obat dengan bantuan new product development

department. NDP akan melakukan pembelian barang melalui purchasing

department berdasarkan spesifikasi yang telah dibuat oleh produk development

department setelah bahan datang. QC akan menganalisa spesifikasi barang

tersebut berdasarkan spesifikasi yang diperoleh analytical department. Setelah

dinyatakan release oleh QC, maka akan diteruskan kebagian produksi untuk

diproses berdasarkan production order yang dibuat oleh produk development

departement. Setelah selesai diproduksi, QC melakukan pengujian kembali

apakah obat layak direlease/ tidak. Setelah release obat dikemas dalam

kemasan primer dan sekunder. Bagian gudang/PPIC akan mengecek kembali

obat sebelum dilempar/diedarkan kepasaran, setelah diedarkan ke pasaran

PPIC akan mempertimangkan pengadaan bahan obat baik bahan baku maupun

kkemasan untuk kategori barang/obat yang slow moving dan fast moving.
b. Aspek apotek
Pihak apotek memesan barang melalui PBF, disertai surat pesanan yang ditanda

tangani apoteker penanggung jawab apotek (APA). Barang yang diantar

langsung oleh pihak PBF, diperiksa langsung oleh pihak apotek, dicocokkan

berdasarkan faktur (diperiksa Exp. Date, kondisi kemasan, jumlah, no Reg dan

batch) jika sesuai maka pihak apotek akan menandatangani faktur dan cap

apotek. Faktur akan dilunasi sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Obat

23
disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya. Obat yang diserahkan

dengan resep dokter dan termasuk golongan obat owa.


c. Aspek rumah sakit
Pemesanan obat dirumah sakit erdasarkan pola konsumsi dan epidemiologi

yaitu dari surat perencanaan, pengadaan barang melalui persetujuan kepala

instalasi farmasi rumah sakit/ komite farmasi rumah sakit. Surat tersebut

dilaporkan kepada direktur umum keuangan dan selanjutnya diprotes oleh

panitia pengadaan barang barang rumah sakit atas persetujuan direktur umum

kemudian barang yang dipesan akan diterima oleh panitia penerima barang

kemudian barang disimpan digudang rumah sakit.


d. Aspek undang-undang
Berdasarkan SK mentkes RI NO 02396IA/SK/VIII/86 tanggal 7 agustus 1986.
Tanda khusus obat keras
- Pada etiket harus dicantumkan tanda khusus obat keras. Dengan tanda

lingkaran bulat warna merah, dengan garis tepi warna hitam dan huruf

K warna hitam.
- Harus mencantumkan Harus diserahkan dengan resep dokter

24
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2006). Pengembangan sediaan farmasi. Badung: Penerbit ITB.

Anonim. (2000). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta :Depkes RI.


Ditjen POM.

Anonim. (2009). Martindale The Complete Drug Reference, 36thEd. London :


Pharmaceutical Press.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar bentuk sediaan farmasi. (Edisi 4). Penerjmah: F.
Ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

BPOM. (2001). Pedoman cara pembuatan obat yang baik. BPOM RI

Ben, ES. (2008). Teknologi Tablet. Padang: Penerbit Universitas Andalas.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia (edisi


III) . Jakarta: KORPRI Sub unit Direktorat Jendral.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia (edisi


IV). Jakarta: DITJEN POM. Depkes RI.

Gunawan, S. G. (2009). Farmakologi dan terapi (Edisi V). Jakarta : bagian


farmakologi fakultas kedokteran universitas Indonesia.

Hardinan, J. G., Limbird, LE., & Gilman, A.G. (2007). Goodman & Gilman
dasar farmakologi terapi (edisi 10, vol :1). Penerjemah :
Arsyah, E. Elviana, W.R. Syarief, A, Hanif, & J. manurung.
Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC.

ISFI. (2011). ISO informasi specialist obat Indonesia. Jakarta : PT. ISFI
Penerbitan.

Lachaman, L., Lieberman, H.A & karing, J.L. (1994). Teori dan praktek farmasi
industry (Edisi II). Penerjemah : S. Suyatni. Jakarta: Penerbit
universitas andalas.

Siregar, C. J. P., dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:


Dasar-dasar praktis. Jakarta : EGC.

Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. (edisi 5). Penerjemah : S.


Noerono. Yogyakarta : Penerbit Universitas gadjah mada.

Wade, A and weller, P.J. (1994). Handbook Of Pharmaceutical excipient. (2 nded).


London : the pharmaceutical press.

25

Anda mungkin juga menyukai