Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN KEFARMASIAN

MODUL 2
ASUHAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Tanggal Praktikum:
16 & 23 Oktober

Disusun Oleh:

Kelompok A Pagi (10.00 WIB)

Anggota: 1. Rizani (NIM: 1508109010001)


2. Irma Aprilia (NIM: 1508109010005)
3. Maulydia Safira (NIM: 1508109010013)
4. Arienovita Nurul Istiqomah (NIM: 1508109010016)
5. Rayhan Hayati (NIM: 1508109010026)
6. Farzatul Rustiananda (NIM: 1508109010031)
7. Destria Fiana (NIM: 1508109010034)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................ ii


I. Pendahuluan................................................................................................. 1
II. Peraturan Perundang-undangan ............................................................... 3
III. Tujuan........................................................................................................... 3
III. Pembahasan ................................................................................................. 3
a. Tinjauan Rumah sakit ........................................................................ 3
b. Instalasi Farmasi ................................................................................ 5
c. Tugas Tenaga Kefarmasian Rumah Sakit.......................................... 6
d. Kegiatan Administratif di Depo Rawat Inap ................................... 17
e. Depo Rawat Inap ............................................................................. 18
IV. Kesimpulan ................................................................................................. 23
V. Daftar Pustaka ........................................................................................... 24
Lampiran ............................................................................................................. 25
a. Depo Raudhah ................................................................................. 25
b. Depo Arafah..................................................................................... 26
c. Depo Mina ....................................................................................... 27
d. Depo Shafa....................................................................................... 28
e. Depo Aqsa ....................................................................................... 28

ii
I. Pendahuluan Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
(Depkes RI, 1992). Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Rumah sakit mempunyai peranan yang
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan farmasi
Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah Sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar
pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi Rumah
Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
Rumah Sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat (Siregar dan Amalia, 2004).
Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk
optimalisasi peran yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien dalam
melakukan terapi pengobatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
pasien. Apoteker berperan dalam memberikan konsultasi, informasi dan
edukasi (KIE) terkait terapi pengobatan yang dijalani pasien, mengarahkan
pasien untuk melakukan pola hidup sehat sehingga mendukung agar
keberhasilan pengobatan dapat tercapai, dan melakukan monitoring hasil terapi
pengobatan yang telah dijalankan oleh pasien serta melakukan kerja sama
dengan profesi kesehatan lain yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (ISFI, 2000). Hal tersebut menegaskan peran apoteker
untuk lebih berinteraksi dengan pasien, lebih berorientasi terhadap pasien dan
mengubah orientasi kerja apoteker yang semula hanya berorientasi kepada obat
dan berada di belakang layar menjadi profesi yang bersentuhan langsung dan
bertanggungjawab terhadap pasien.
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan
obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) mengacu
pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayan

1
kefarmasian yang semula berfokus pada pegelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien. Untuk mejamin mutu pelayanan farmasi kepada
masyarakat, telah dikeluarkan standar pelayanan farmasi komunitas yang
meliputi antara lain sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pelayanan
resep, konseling, monitoring, penggunaan obat, edukasi, promosi kesehatan,
dan evaluasi terhadap pengobatan (Depkes RI, 2005).
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan
langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi
pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,
rekonsilisasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite,
pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO),
evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril dan pemantauan
kadar obat dalam darah (PKOD) (Kemenkes RI, 2014).
Semakin pesatnya perkembangan pelayanan kefarmasian dan semakin
tingginya tuntutan masyarakat, apoteker dituntut untuk mampu memenuhi
keinginan dan selera masyarakat yang terus berubah dan meningkat
masyarakat tidak lagi hanya sekedar membeli obat namun berkeinginan untuk
mendapatkan informasi yang lengkap mengenai obat yang diterima. Pada
proses pelayanan kefarmasian seorang apoteker harus mampu mengambil
keputusan yang tepat untuk meminimalkan resiko yang mungkin terjadi akibat
medication error serta mampu mengatasi masalah terkait obat (drug related
problems). Masalah terkait obat (Drug-Related Problem/DRPs) oleh
Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) didefinisikan sebagai setiap
kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara nyata atau potensial terjadi
akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan. Suatu kejadian dapat disebut
masalah terkait obat bila pasien mengalami kejadian tidak diinginkan baik
berupa keluhan medis atau gejala dan ada hubungan antara kejadian tersebut

2
dengan terapi obat. PCNE mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan
obat, yaitu: (1) Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki/ROTD, (2) masalah
pemilihan obat, (3) masalah pemberian dosis obat, (4) masalah
pemberian/penggunaan obat, (5) interaksi obat, (6) masalah lainnya
(Pharmaceutical Care Network Europe, 2006).

II. Peraturan 1. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang
Perundang- pekerjaan kefarmasian
Undangan 2. Peraturan metnteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian dirumah sakit

III. Tujuan Mahasiswa dapat memahami praktek pelayanan kefarmasian yang berlangsung
dirumah sakit

IV. a. Tinjauan Rumah Sakit


Pembahasan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) adalah salah
satu instansi pelayanan publik yang memberikan pelayanan kesehatan langsung
kepada masyarakat khususnya pelayanan rawat jalan maupun rawat
inap.RSUD dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M Daud Beureueh No.
108 Banda Aceh, memiliki luas area 215.193 m2. Sedangkan luas bangunan
55.615,58 m2.Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 atas dasar
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 551/Menkes/SK/2F/1979 yang
menetapkan RSU dr. Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C. SK
Gubernur Daerah Istimewa Aceh No. 445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979
menetapkan Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Zainoel Abidin sebagai Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin.Adanya Fakultas Kedokteran
Unsyiah, maka dengan SK Menkes RI No. 233/Menkes/SK/ IV/1983 tanggal
11 Juni 1983, RSUD dr. Zainoel Abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah
sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi Daerah
Istimewa Aceh. Tanggal 7 Juni 2009 RSUD dr Zainoel Abidin mulai

3
menempati gedung baru bantuan dari Pemerintah Jerman dengan kapasitas 350
tempat tidur, luas area 42.946,57 m2 dan luas bangunan 19.056,43 m2. Tanggal
17 Pebruari 2010 melalui Peraturan Gubernur nomor 04 tahun 2010 RSUD dr
Zainoel Abidin diberikan status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) secara bertahap, selanjutnya pada tanggal 1 Juni
2011 RSUD dr Zainoel Abidin mengalami peningkatan kelas dari kelas B
Pendidikan menjadi Klasifikasi Kelas A sesuai dengan SK Menteri Kesehatan
RI. Nomor 1062/MENKES/SK/VI/2011 dan pada tanggal 20 Desember 2011
melalui Keputusan Gubernur Aceh nomor 445/685/2011, RSUD dr Zainoel
Abidin menjadi PPK-BLUD penuh.
Visi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh adalah
“Terkemuka Sebagai Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit
Pendidikan Bertaraf Nasional dalam Rangka Meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat Aceh”. Sedangkan misi dari rumah sakit ini adalah :
a. Meningkatkan kompetensi SDM melalui pendidikan, penelitian
danpengembangan ilmu kedokteran, keperawatan dan ilmu kesehatan
lainnyaserta pengembangan sistem dan prosedur pelayanan administratif
yangbertaraf internasional.
b. Memberikan pelayanan kesehatan individu yang menyenangkan
danmampu memberikan kepuasan terhadap pelayanan.
c. Mendukung upaya pemerintah Aceh dalam meningkatkan
derajatkesehatan masyarakat untuk mencapai Millenium Development
Goals (MDGs) yang diaplikasikan melalui pencapaian human
developmentindex.
d. Menerapkan prinsip efektifitas dalam memberikan pelayanan
kesehatandan pengelolaan keuangan.
Adapun tujuan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin adalah :
a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan medis spesialistis, pelayanan
penunjang serta pelayanan konsultasi dan penyuluhan kesehatan guna
menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien serta meningkatkan
pemahaman pola hidup sehat masyarakat rumah sakit.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan guna memenuhi kebutuhan SDM kesehatan.

4
c. Meningkatkan kualitan pelayanan/penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan dan ilmu kesehatan
lainnya dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan
bermutu.
d. Meningkatkan efektifitas dan efisien pelayanan administratif dalam
rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.

b. Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi merupakan salah satu unit fungsional di rumah sakit
yang mengurusi pelayanan kefarmasian terhadap pasien di rumah sakit
tersebut. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung
jawab kepada wakil direktur penunjang medis. Dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya, instalasi farmasi memerlukan suatu unsur pelaksana yaitu gudang
farmasi yang di pimpin oleh seorang apoteker dan bebrapa TTK (Tenaga
Teknis Kefarmasian) yang akan menyimpan dan mendistribusikan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) ke depo-depo
farmasi dan ruang rawat inap, mengusulkan pelaksanaan pemusnahan
perbekalan farmasi yang kadaluarsa dan rusak serta administrasi perbekalan
farmasi.
Instalasi Farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dipimpin oleh
seorang Apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur
Penunjang Medis. Instalasi Farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan peracikan, penyimpanan,
penyaluran obat-obatan dan bahan kimia, penyimpanan dan penyaluran alat
kedokteran serta alat perawatan dan alat kesehatan. Instalasi Farmasi bertugas
membantu Wakil Direktur Penunjang Medis untuk menyelenggarakan,
mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
Permenkes No. 58 tahun 2014, kepala instalasi dibantu oleh wakil kepala
instalasi, administrasi, dan Apoteker lainnya yang bertanggung jawab terhadap
unit pelayanan farmasi yaitu depo farmasi.
Kepala instalasi farmasi berada dibawah dan bertanggung jawab

5
langsung kepada wakil direktur penunjang medis. Kepala instalasi farmasi
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh mempunyai tugas memimpin,
menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi seluruh kegiatan terhadap pasien, instalasi pelayanan dan
instalasi penunjang lainnya di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wakil kepala instalasi
farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin mempunyai tugas membantu kepala instalasi
farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan,
mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menggantikan tugas
kepala instalasi farmasi apabila berhalangan hadir.
Tata usaha farmasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, mengarsipkan surat
masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian instalasi farmasi. Gudang Farmasi
sebagai salah satu unsur pelaksana utama dipimpin oleh seorang Apoteker
yang bertugas membantu kepala Instalasi untuk menyimpan, dan
mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP ke depo-depo
farmasi dan ruang rawat inap, mengusulkan pelaksanaan pemusnahan
perbekalan farmasi yang kadaluarsa dan rusak serta administrasi perbekalan
farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala gudang farmasi dibantu oleh
beberapa Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).

c. Tugas Tenaga Kefarmasian RS


Adapun tugas kefarmasian dirumah sakit meliputi 2 hal, yaitu
pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinis.
a. Pengelolaan sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
di RSUDZA
1) Pemilihan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

6
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dilakukan sesuai dengan Permenkes
No. 72 tahun 2016. Seleksi sediaan farmasi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh ditentukan oleh TFT, pemilihan obat mengacu pada Formularium
Nasional, formularium Rumah Sakit dan E-Katalog.

2) Perencanaan kebutuhan
Perencanaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh merupakan proses kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat. Perencanaan ini menggunakan metode
kombinasi konsumsi dan epidemiologi dari data yang diperoleh pada
penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai periode
sebelumnya.

3) Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan,
pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran. Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi
yang dipersyaratkan.Pengadaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Zainoel
Abidin merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui serta dilaksanakan sesuai kebijakan Rumah Sakit.
Prosedur pengadaan barang di depo farmasi RSUDZA dari gudang farmasi
RSUDZA adalah sebagai berikut.
 Petugas dari depo Farmasi menuliskan permintaan perbekalan farmasi
pada lembaran Surat Permintaan Barang (SPB) yang telah
ditandatangani oleh Koordinator depo masing-masing dan diketahui
oleh Kepala Bidang Logistik dan Fasilitas. SPB dibuat sebanyak 3 kali

7
dalam seminggu.
 Dalam keadaan mendesak, permintaan barang dapat dilakukan
berdasarkan bon dari depo Farmasi yang membutuhkan, dimana bon
tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan membuat SPB nantinya.
Bukti bon disimpan oleh petugas gudang farmasi pada tempat
penyimpanan tersendiri.
 Petugas gudang farmasi memberikan obat dan bahan medis habis pakai
kepada petugas ruangan sesuai dengan permintaan dan persediaan yang
ada.
 Petugas gudang mencatat setiap obat dan bahan medis habis pakai yang
dikeluarkan pada kartu stok dan memasukkan data pada komputer
untuk masing-masing ruangan.

4) Penerimaan
Prosedur penerimaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Zainoel Abidin
adalah sebagai berikut.
 Sediaan farmasi dibawa dari gudang farmasi ke depo-depo sesuai dengan
SPB secara berkala.
 Diperiksa oleh TTK di depo farmasi, meliputi:
o Nama obat
o Kekuatan obat
o Jumlah barang (apakah sesuai dengan SPB)
o Keadaan kemasan
 Bila sudah sesuai, TTK di depo farmasi mencatat sediaan yang masuk di
kartu stok dan secara komputerisasi. Kemudian dilakukan penyimpanan
sesuai dengan aturan kefarmasian.

5) Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,

8
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Penyimpanan perbekalan farmasi di RSUDZA sesuai dengan
persyaratan untuk menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang disusun berdasarkan:
a. Bentuk sediaan
b. Alfabetis.
c. FIFO (First In First Out) dan FEFO (First expired First Out),
dimana barang yang baru diterima disimpan di bagian belakang
dari barang yang diterima sebelumnya, dan sistem FEFO yang
berdasarkan tanggal kadaluarsa barang.
d. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan suhu. Untuk
sediaan yang termolabil disimpan dalam lemari pendingin disertai
alat pengukur suhu (suhu 2–8 °C). Sedangkan sediaan yang stabil
pada suhu ruangan disimpan pada rak penyimpanan disertai alat
pengukur suhu dan kelembaban.
e. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan
terkunci.
f. Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert) contohnya larutan
pekat MgSO4 40 %, NaCl 3% diberi tanda High Alert dan obat
LASA seperti injeksi ephinefrin dan ephedrin diberi tanda “LASA”
pada tempat penyimpanannya.

6) Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara.
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

9
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggungjawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.

b. Sistem Resep Perorangan


Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan resep perorangan dilakukan untuk pasien yang akan
pulang (rawat jalan).

c. Sistem Unit Dosis


Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.

d. Sistem Kombinasi Sistem


Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b
+ c atau a + c.

7) Pemusnahan dan penarikan sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan


medis habis pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

10
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat -23- digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin
edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporankepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
Adapun sistem penarikan perbekalan farmasi antara lain:
 TTK di depo farmasi mencatat bila ada obat yang akan dikembalikan
ke gudang farmasi meliputi nama barang, volume dan alasan penarikan
(rusak atau menduduki tanggal kedaluarsa) 3 bulan sebelum tanggal
kedaluarsa pada setiap stok opname.
 TTK di depo farmasi menyimpan obat di tempat terpisah untuk
dikembalikan ke gudang farmasi.
 TTK di gudang farmasi mengumpulkan obat yang dikembalikan dan
merekap catatannnya.
 TTK di gudang farmasi menyimpan obat pada tempat terpisah.

8) Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di RSUDZA
dilakukan dengan menggunakan kartu stok dan komputerisasi. Setiap obat
yang masuk dan keluar akan dicatat pada kartu stok, kemudian diinput juga ke
komputer.
 Seluruh tenaga kefarmasian melakukan stock opname semua sediaan
farmasi yang menjadi tanggung jawab di depo maupun di gudang farmasi
mulai tanggal 25 setiap bulannya.

11
 Seluruh tenaga kefarmasian menghitung sediaan farmasi yang tersimpan di
rak dan mencocokkan data dengan kartu stok.
 Penanggung jawab membubuhkan paraf pada akrtu stok setiap sediaan
farmasi yang sudah dilakukan stock opname.
 Hasil perhitungan stok opname direkap dalam bentuk laporan bulanan.

9) Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Penyimpanan
dokumen-dokumen di RSUDZA dilakukan dengan rapi dan tertib.

b. Farmasi klinis
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkanoutcome terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety)sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin.Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:

1) Pengkajian dan Pelayanan Resep;


Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalahterkait
obat, bila ditemukan masalah terkait obat harusdikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan.
 Resep diterima oleh tenaga kefarmasian kemudian resep disesuaikan
dengan pemakaian obat dalam KCO (Kartu Catatan Obat) untuk pasien
lama, pasien baru serta pasien dengan penggantian tepat.
 Resep yang dikaji:
A. Oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) meliputi pengkajian
administratif dan farmasetik.Bila ada masalah terkait obat dalam resep
setelah pengkajian oleh TTK. TTK dapat menghubungi Apoteker.
B. Oleh Apoteker meliputi : pengkajian, administratif, farmasetik dan
klinis.

12
2) Penelusuran riwayat penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.

3) Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya

4) Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit. PIO di RSUDZA biasanya dilakukan saat pasien rawat inap akan
pulang, dimana apoteker akan menyerahkan obat untuk pasien tersebut di
ruang rawat inapnya kemudian apoteker akan melakukan edukasi. PIO
bertujuan untuk:
a. menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit
b. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi
c. menunjang penggunaan Obat yang rasional.

5) Konseling

13
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua
fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Adapun prosedur konseling di depo RSUDZA antara lain:
 Petugas Farmasi (Apoteker) mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”.
 Petugas Farmasi (Apoteker) meminta persetujuan dari pasien/keluarga
untuk di beri konseling.
 Petugas Farmasi (Apoteker) mengawali kegiatan konseling dengan
membaca bismillah.
 Petugas Farmasi (Apoteker) memberikan penjelasan konseling
mengenai obat, nama obat, dosis obat, tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, aturan minum obat, fungsi obat atau kegunaan obat, lama
menggunakan obat, efek samping obat yang potensial (bila ada), tanda-
tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, cara penggunaan obat.
 Petugas farmasi (Apoteker) mendokumentasikan konseling pada form
konseling.
 Petugas farmasi (Apoteker) menutup konseling dengan mendoakan
pasien “semoga lekas sembuh” dan mengucapkan salam penutup.

6) Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah
terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,
meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat

14
dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan
pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan
Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).

7) Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).

8) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi
pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak
dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. MESO bertujuan:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

9) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif. Tujuan EPO yaitu :
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

15
10) Dispensing sediaan steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan
b. menjamin sterilitas dan stabilitas produk
c. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya
d. menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
Adapun kegiatan dispensing sediaan steril di RSUDZA adalah sebagai
berikut.
 Pilih ruang yang paling bersih, khusus untuk pengerjaan sediaan steril
saja.
 Petugas harus mencuci tangan sesuai standar
 Petugas harus menggunakan APD
 Bersihkan meja kerja dengan benar (dengan aquades kemudian alkohol
70%)
 Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sebelum digunakan dengan
cairan desinfektan
 Lakukan pencampuran secara aseptis sesuai prosedur tetap
memindahkan obat dari ampul dan vial.
 Petugas memberi label pada sediaan setelah rekonstitusi
 Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sesudah digunakan dengan
alkohol 70%
 Buang seluruh bahan yang terkontaminasi kedalam kantong tertutup
 Buang seluruh kasa terkontaminasi ke dalam kantong
tertutuptempatkan pada kantong buangan palstik warna kuning
 Bersihkan area kerja dengan menyeka dengan cairan pembersih
permukaan
 Petugas meninggalkan APD
 Petugas harus mencuci tangan sesuai standar

16
11) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi
hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker
kepada dokter. PKOD bertujuan:
a. mengetahui Kadar Obat dalam Darah
b. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
Adapun kegiatan PKOD di RSUDZA adalah sebagai berikut.
 Pasien yang berdasarkan pengkajian resep memenuhi kriteria
tersebutkan dalam pedoman Pemantauan Terapi Obat (PTO) menjadi
pasien yang dilakukan pemantau terapi obatnya.
 Apoteker mengumpulkan data pasien tersebut dan menuliskan dalam
Lembar Pemantauan Terapi Obat Pasien.
 Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, Apoteker melakukan
identifikasi maslaah terkait obat.
 Apabila ditemukan masalah terkait obat, maka Apoteker melakukan
rekomendasi penyelesaian masalah terkait dan menuliskannya didalam
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
 Apoteker melakukan pemantauan dari hasil rekomendasi.

d. Kegiatan Administratif di Depo Rawat Inap


Kegiatan administratif di depo rawat inap merupakan alur pelayanan
resep obat yang diterima oleh pasien yang sedang di rawat inap di RSUDZA.
Adapun alur pelayanan depo rawat inap adalah sebagai berikut:
1. Tenaga teknis kefarmasian (TTK) menyiapkan obat untuk pasien rawat
inap berdasarkan:
 Resep, untuk pasien yang baru masuk ruang rawat inap
 FDO (Formulir Daftar Obat) untuk pasien lama
2. TTK mencatat obat yang akan disiapkan ke dalam KCO (Kartu Catatan
Obat)
3. TTK menyiapkan obat pasien rawat inap secara UDD (Unit Dose
Dispensing) untuk pemakaian sehari (dimulai pemakaian siang hari

17
disiapkan, sampai pagi besoknya)
4. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, TTK mengentri obat tersebut
ke dalam sistem HMIS (Hospital Manajemen Informasi Sistem)
5. TTK mengantarkan obat tersebut ke ruang rawat inap dengan
menggunakan trolley pada pukul 12.00 s.d. 14.00 WIB.
6. TTK melakukan serah terima obat dengan perawat ruang rawat inap
dengan menandatangani KCO.
7. TTK memasukkan obat pasien ke dalam loker pasien.

TTK menyiapkan obat


TTK menyiapkan secara UDD (Unit
TTK mencatat obat yg Dose Dispensing) :
resep utk pasien rawat
akan disiapkan ke dimulai dari obat
inap berdasarkan :
dalam KCO untuk pemakaian
Resep & FDO siang hari hingga
keesokan paginya

TTK menuliskan
TTK mengantar obat TTK melakukan serah
etiket dan mengentri
ke ruangan terima obat dgn perawat
obat ke dalam HMIS
menggunakan troley dgn menandatangani
(Hospital Manajemen
pukul 12.00-14.00 KCO
Informasi Sistem)

TTK memasukkan
obat ke dalam loker
masing2 pasien

Alur Pelayanan Resep di Depo Rawat InapRSUDZA

e. Depo Rawat Inap


a. Depo Raudhah
Depo rawat inap raudhah merupakan unit pelayanan obat-obatan dan
alat kesehatan yang berada di ruang rawat inap pasien bedah. Depo raudhah
terbagi menjadi 3 depo yaitu :
 Depo 1 2 3, terletak di depan ruang rawat inap raudhah 3. Depo ini
bertanggung jawab untuk melayani permintaan resep pada pasien yang di

18
rawat di ruangan raudhah 1 2 dan 3 menangani penyakit jantung dan bedah
plastik.
 Depo 4 5, terletak di depan ruang rawat inap raudhah 5. Depo ini
bertanggung jawab untuk melayani permintaan resep pada pasien yang di
rawat di ruang raudhah 4 dan 5 menangani penyakit ortopedi.
 Depo 6 7, terletak di depan ruang rawat inap raudhah 7. Depo ini
bertanggung jawab untuk melayani permintaan resep pada pasien yang di
rawat di ruang raudhah 6 dan 7 menangani penyakit ortopedi.
Pelayanan resep yang dilakukan di depo raudhah diawali dengan
penerimaan resep dari dokter/perawat; selanjutnya dilakukan pengecekan
ketersediaan obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; apabila
semua permintaan yang di resep tersedia, maka dilanjutkan dengan skrining
resep untuk memastikan kebenaran dan keabsahan resep; kemudian dilakukan
penyiapan sediaan sesuai permintaan resep; setelah proses penyiapan selesai
dilanjutkan dengan pemeriksaan kembali untuk melihat kesesuaian antara
sediaan yang disiapkan dengan permintaan resep; dan tahap terakhir yaitu
penyerahan resep ke loker. Daftar obat yang digunakan pasien dituliskan di
dalam KCO dan di input ke dalam komputer.

b. Depo Arafah
Depo rawat inap arafah merupakan unit pelayanan obat-obatan dan alat
kesehatan yang berada di ruang rawat inap pasien. Depo arafah terbagi
menjadi 3 ruang rawat inap yaitu arafah 1 yang bertanggung jawab untuk
penyakit pada anak, arafah 2 yang bertanggung jawab untuk menangani
berbagai penyakit kandungan dan arafah 3 yang bertanggung jawab untuk
menangani proses bersalin. Pelayanan resep yang dilakukan di depo arafah
diawali dengan penerimaan resep dari dokter/perawat; selanjutnya dilakukan
pengecekan ketersediaan obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai; apabila semua permintaan yang di resep tersedia, maka dilanjutkan
dengan skrining resep untuk memastikan kebenaran dan keabsahan resep; jika
resep tidak tersedia maka TTK akan meminta obat dari depo lain; kemudian
dilakukan penyiapan sediaan sesuai permintaan resep; setelah proses penyiapan
selesai dilanjutkan dengan pemeriksaan kembali untuk melihat kesesuaian

19
antara sediaan yang disiapkan dengan permintaan resep; dan tahap terakhir
yaitu penyerahan resep ke loker; setelah itu perawat akan memberikan obat ke
pasien. Daftar obat yang digunakan pasien dituliskan di dalam KCO dan di
input ke dalam komputer.

c. Depo Mina
Depo mina merupakan salah satu depo yang melayani ruangan rawat
inap dengan penyakit saraf. Depo mina melayani ruang zamzam 1 (VIP laki-
laki), zamzam 2 (VIP perempuan), mina 1 (laki-laki), dan mina 2 (perempuan).
Depo mina terdiri dari satu orang apoteker (Ibu Rita) dan 8 orang TTK, dimana
setiap ruangan rawta inap dibawahi oleh 2 orang TTK. Obat-obat yang terdapat
di depo mina kebanyakan merupakan obat penyakit saraf, termasuk obat
hipertensi, DM, stroke, dll. TTK di depo mina akan menerima resep dari dokter
yang diantar oleh perawat ke depo. Resep yang diterima merupakan resep
untuk pasien baru, resep untuk pasien yang telah dirawat inap namun terdapat
perubahan jenis obat, dosis, dan perubahan lainnya, serta untuk pasien pulang.
Jika pasien menerima obat yang sama setiap harinya, maka penulisan obat
dilakukan di Formulir Daftar Obat (FDO) dan TTK akan datang ke ruangan
dan mencatat ulang obat tersebut di Kartu Catatan Obat (KCO). Resep yang
diterima oleh TTK akan dilakukan pengecekan terhadap ketersediaan obat, alat
kesehatan, dan BMHP yang tertera di resep. Jika semua obat, alat kesehatan,
dan BMHP terdapat pada depo mina, kemudian dilakukan skrining resep. jika
terdapat medication error, maka TTK akan mengonfirmasi ulang resep tersebut
kepada dokter yang bersangkutan. Kemudian dilakukan penyiapan obat. Obat
diambil dan disesuaikan jumlahnya dengan yang tertera pada resep dan
dilakukan pembuatan etiket sesuai dengan cara penggunaan yang tertera pada
resep. Lalu, dilakukan pengecekan ulang oleh TTK. Terakhir, obat dibawa ke
loker penyimpanan obat di masing-masing ruang. Kemudian perawat akan
memberikan obat tersebut kepada pasien. Untuk resep pasien pulang, apoteker
akan memberikan obatnya langsung kepada pasien dan dilakukan PIO
(Pelayanan Informasi Obat). Daftar obat yang digunakan pasien dituliskan di
dalam KCO dan di input ke dalam komputer.

20
d. Depo Aqsa
Depo aqsa merupakan depo rawat inap penyakit dalam. Depo aqsa
melayani ruang Aqsa I, Aqsa II, Aqsa III dan HCU medical. Apoteker depo
Aqsa bernama Ibu Firdaus Sinajar, S. Farm., Apt. Depo Aqsa dilengkapi
dengan tempat penyiapan obat, tempat entry yang dilengkapi dengan
komputer, tempat telepon, tempat cuci tangan, lemari narkotika yang terdiri
dari dua pintu dengan kunci yang berbeda dan tertempel di dinding, rak
penyimpanan obat yang disertai dengan label LASA (Look Alike Sound Alike)
dan high alert, rak alat kesehatan, lemari pendingin (suhu 4,5 ⁰C), rak
penyimpanan sediaan sirup dan lemari atau rak penyimpanan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sebagai stok (yang dianggap
sebagai gudang di depo). Namun, depo Aqsa tidak terdapat tempat khusus
untuk meracik obat. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di depo Aqsa meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian dan administrasi. Perencanaan
merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk menghindari
kekosongan obat (Permenkes, 2009). Perencanaan yang dilakukan di depo
Aqsa menggunakan metode konsumsi yang mana sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang direncanakan sesuai dengan
penggunaannya pada pasien penyakit dalam. Perencanaan dilakukan dengan
menyesuaikan sediaan farmasi pada kartu stok. Pengadaan merupakan kegiatan
yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan (Permenkes,
2009). Pengadaan dilakukan dengan meminta sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan ke gudang farmasi yang disertai
dengan surat atau struk permintaan (pemesanan). Pengadaan dilakukan tiga
kali dalam seminggu, yaitu pada hari selasa, kamis dan sabtu. Setelah
dilakukan pengadaan, apabila sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang dibutuhkan tersedia di gudang farmasi, maka sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diminta langsung bisa diantar
ke depo Aqsa dan diterima oleh TTK pada hari yang sama dengan hari
pemesanan yang disertai dengan struk penerimaan. Setelah pesanan diterima,
dilakukan pengecekan kesesuaian dengan pemesanan. Hal tersebut untuk

21
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan yang dipesan dan
selanjutnya dilakukan penyimpanan. Penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan meletakkan
(menyusun) pada rak penyimpanan sesuai dengan nama dan jenisnya. Apabila
masih ada stok yang tersisa (kelebihan), sisanya disimpan di gudang depo (di
dalam lemari kecil, laci lemari atau pada tempat rak penyimpanan stok).
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan berdasarkan bentuk dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang disusun sesuai alfabetis serta dilengkapi dengan
label LASA dan high alert. Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam rangka meyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan hingga sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu (Permenkes no. 51 tahun 2009). Sistem distribusi di depo
Aqsa menggunakan sistem unit dose yang dikemas dengan sistem one day
dose. Agar mempermudah pasien dalam mengingat obat yang dikonsumsi,
pengemasannya dilakukan dengan membedakan warna etiket, dimana obat
yang dikonsumsi pada pagi hari diberi etiket berwarna hijau, obat yang
dikonsumsi pada siang hari diberi etiket berwarna kuning dan obat yang
dikonsumsi pada malam hari diberi etiket berwarna merah. Selain itu, terdapat
etiket berwarna putih yang ditempelkan pada obat sirup dan etiket berwarna
biru yang disertai dengan tulisan “obat luar” ditempelkan pada sediaan topikal.
Obat yang sudah dikemas, didistribusikan dengan meletakkannya di locker
masing-masing pasien yang nantinya akan diberikan kepada pasien oleh
perawat. Agar tidak terjadi kekosongan obat di depo Aqsa, maka dilakukan
pengendalian dengan menggunakan kartu stok, sehingga dapat dipantau jumlah
obat yang masuk, obat yang keluar dan obat sisa. Sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang terdapat pada resep dan KCO,
setiap hari akan di entry ke sistem sesuai dengan nama pasien.

e. Depo Shafa
Salah satu depo farmasi di RSUD Zainoel Abidin yaitu depo Shafa yang

22
bertempat pada bangsal pasien penderita penyakit Paru-Paru dan Jantung.
Depo shafa memiliki 2 pintu yang berlawanan arah sehingga terhubung
dengan bangsal pasien penderita penyakit THT dan kulit pada bangsal ini
depo tersebut dinamakan depo Nabawi. Depo shafa memiliki sediaan obat-
obatanalat kesehatan dan bahan medis sekali pakai. Resep yang diterima dari
dokter atau perawat merupakan resep untuk pasien baru, pasien rawat inap
dan pasien pulang. Jika resep masuk hal yang dilakukan adalah skrining resep
(pengkajian resep) untuk memastikan kelengkapan dan keabsahan resep;jika
obat tidak tersedia maka TTK akan menanyakan pada depo lain melalui
telepon untuk meminta obat, dan akan mengambil nya; jika terjadi ME
(medication error) pada resep maka TTK akan mengkonfirmasi kembali pada
dokter yang bersangkutan. kemudian dilakukan penyiapan sediaan sesuai
permintaan resep disertai dengan etiket yang sesuai dengan penggunaannya
yaitu etiket hijau untuk pagi, kuning untuk siang dan merah jambu untuk
malam hari lalu dilakukan pemeriksaan kembali pada resep sebelum
diletakkan pada loker pasien dan dicatat pada KCO (Kartu catatan obat)
pasien kemudian obat yang tertera pada resep diinput dalam computer untuk
pengeluaran obat yang keluar dari depo.

V. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :


1. Penerimaan resep dilakukan oleh tenaga teknik kefarmasian (TTK) dan
dicatat di dalam KCO (kartu catatan obat)
2. Skrining resep dilakukan oleh TTK dan apoteker. Skrining resep oleh TTK
meliputi kajian administrasi dan farmasetik sedangkan skring resep klinik
dilakukan oleh apoteker.
3. Sistem pendistribusian ruang rawat inap RSUDZA yaitu sistem
pendistribusian unit dose untuk sehari pemakaian.
4. Monitoring obat dapat dilihat dari penggunaan obat dalam KCO dan data
yang diinput dalam komputer
5. Sistem penyimpanan obat pada depo berdasarkan bentuk sedian, alfabet,
FIFO DAN FEFO, penyimpanan berdasarkan suhu, obat narkotika dan
psikotropika dan High alert.

23
6. Depo raudhah bertanggung jawab untuk melayani pasien jantung dan
ortopedi.
7. Depo arafah bertanggung jawa untuk melayani pasien anak, kandungan dan
bersalin.
8. Depo mina bertanggung jawab untuk melayani pasien penyakit saraf.
9. Depo aqsa bertanggung jawa untuk melayani pasien dengan penyakit
dalam.

VI. Daftar Depkes RI. 2005. Kebijakan Obat Nasional. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Pustaka
Erda. 2015. Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rsud Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Program Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

ISFI. 2000. Standar Pelayanan Pengabdian Profesi Apoteker di Apotek.


Kongres Nasional ISFI XVI, BPP ISFI, Jakarta.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Direktorat Bina Farmasi Komunikasi dan Klinik, Depkes RI,
Jakarta.

Kemenkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.

Pharmaceutical Care Network Europe. 2006. PCNE Classification for Drug


Related Problem. Pharmaceutical Care Network Europe Foundation.

Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

24
Lampiran a. Depa raudhah 1, 2 dan 3

25
b. Depo arafah

26
c. Depo mina

27
d. Depo aqsa

e. Depo shafa

28
29

Anda mungkin juga menyukai