PELAKSANA PENELITIAN :
Nama : Muhammad Zulfakar
NPM : 1901110106
Program Studi : Ilmu Hukum
Jurusan : Hukum Perdata
Jumlah SKS diperoleh : 114 SKS
Alamat : Darul Imarah, Aceh Besar
Berdasarkan bunyi Penjelasan Pasal 37 ayat (1) UUPLH, dapat diketahui bahwa
untuk mengajukan gugatan secara perwakilan harus dipenuhi dua syarat yakni,
Satu atau sejumlah kecil orang yang tampil sebagai penggugat disebut sebagai wakil
kelas (class representatives). Sedangkan jumlah orang banyak yang diwakilinya
bertindak sebagai penggugat absentee yang disebut sebagai anggota kelas (class
members).
Ada juga permasalahan yang tidak kalah pentingnya dalam gugatan perwakilan
kelompok, yakni mengenai cara-cara pemberitahuan kepada para pihak, terutama
pemberitahuan kepada anggota kelompok. Cara pemberitahuan kepada anggota
kelompok dapat dilakukan melalui media massa, kantor-kantor
pemerintahan/kecamatan/kelurahan, kantor pengadilan, siaran radio atau televisi,
secara individual sesuai dengan yang ditentukan oleh Hakim berdasarkan standar
formal dalam peraturan Mahkamah Agung R.I.
Dalam gugatan perwakilan kelompok juga diatur tentang permasalahan opt out yaitu
apabila ada anggota kelompok keberatan terhadap gugatan yang diajukan. Serta ada
pula pengaturan tentang opt in yaitu pernyataan masuk dalam suatu gugatan
perwakilan yang sedang diajukan.
Sarana gugatan perwakilan kelompok dapat diterapkan dalam berbagai macam
gugatan-gugatan yang pada umumnya mempunyai ciri khas banyaknya orang yang
merasa dirugikan atas suatu hal tertentu, seperti contohnya pada kasus-kasus yang
berhubungan dengan hukum perlindungan konsumen.
Gugatan perwakilan kelompok atau lebih dikenal secara luas dengan sebutan class
action merupakan perkembangan hukum baru di Indonesia sebagai sarana pengajuan
gugatan bagi sekelompok orang guna mengajukan tuntutannya ke pengadilan negeri
apabila ada suatu kepentingan sekelompok orang itu merasa dirugikan.
Satu hal yang teramat penting adalah dengan adanya Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tanggal 26 April 2002 tentang Acara
Gugatan Perwakilan Kelompok yang meskipun hanya merupakan suatu peraturan
Mahkamah Agung namun tetap sebagai suatu perbendaharaan dalam hukum positif
pada hukum acara perdata di Indonesia sebagai petunjuk teknis yang khusus untuk
mengajukan upaya hukum gugatan perwakilan kelompok walaupun di sana sini
masih terdapat berbagai macam kekurangan namun setidaknya dapat sebagai acuan
bagi perkembangan hukum acara perdata di Indonesia.
Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli’ (koper). Istilah ini
dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen
jelas lebih luas daripada pembeli. Luasnya pengertian konsumen dilukiskan secara
sederhana oleh mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan
mengatakan, “Consumers by definition include us all”.[14]
Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli hukum pada
umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari
benda dan jasa (uiteindelijke gebruiker van goederen en diensten).
Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai
terakhir (konsumen antara) dengan konsumen pemakai terakhir. Konsumen dalam
arti luas mencakup kedua kriteria itu, sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya
mengacu pada konsumen pemakai terakhir.
c.) Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR Staatsblad 1848 Nomor 16 dan
Staatsblad 1941 Nomor 44
e.) Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 tahun 2002 tentang Acara
Gugatan Perwakilan Kelompok
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur,
makalah, artikel, hasil penelitian, dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan
penelitian.
3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri
dari :
d.) Ensiklopedia
1. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian lapangan; dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan mengajukan daftar
pertanyaan kepada responden / narasumber. Adapun responden /
narasumber dalam penelitian ini adalah :
1) Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTRA ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, 1990, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta
Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Bruce J. Cohen, 1992, Sosiologi, Suatu Pengantar, Tery Simamora-Sahat, Rineka
Cipta, Jakarta
Charless E. Kupchela & Margareth C. Hyland, 1986, Environmental Science, Allyn
& Bacon, Massachusetts
David L. Ratner, 1988, Securities Regulation, West Publishing Co, St. Paul,
Minnesota
E. Sundari, 2002, Pengajuan Gugatan Secara Class Action, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta
Henry Campbell Black, 1991, Black’s Law Dictionary, Sixth Ed, West Publishing
Co, St. Paul, Minnesota
Mas Ahmad Santoso, 1997, Konsep dan Penerapan Gugatan Perwakilan (Class
Action), ICEL, Jakarta
Ontario Laws Reform Commission, 1982, Report on Class Action, Vol. 1, Ontario,
Canada
R. Soepomo, 1989, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita,
Jakarta
R. Tresna, 1989, Komentar HIR, Pradnya Paramita, Jakarta
Sidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, 1990, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Pengantar, Rajawali Press, Jakarta
Sudikno Mertokusumo, 1998, Hukum acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta
The World Commission on Environmental and Development, 1988, Hari Depan
Kita Bersama, Alih Bahasa Bambang Soemantri, Gramedia, Jakarta
[1] Sudikno Mertokusumo, 1998, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, hlm, 2
[2] E. Sundari, 2003, Pengajuan Gugatan Secara Class Action, Universitas Atma
Jaya, Yogyakarta, hlm. 3
[3] Bruce J. Cohen, 1992, Sosiologi, Suatu Pengantar, Tery Simamora-Sahat, Rineka
Cipta, Jakarta, hlm. 338
[4] The World Commission on Environmental and Development, 1988, Hari Depan
Kita Bersama, Alih Bahasa Bambang Soemantri, Gramedia, Jakarta, hlm. 429
[5] The World Commission on Environmental and Development, 1988, Op.Cit, hlm.
425, 453
[6] Henry Campbell Black, 1991, Black’s Law Dictionary, Sixth Ed, west Publishing
Co, St Paul, Minnesota, hlm. 170
[7] Henry Campbell Blacks, 1991, Black’s Law Dictionary, 6th Ed. West publishing
Co, St Paul, Minnesota, USA, hlm. 170
[8] Ontario Laws Reform Commission, 1982, Report on Class Action, Vol. 1,
Ontario, Canada, hlm.5
[9] Ibid, hlm. 19
[10] Henry Campbell Black, 1991, Op.Cit, hlm. 171
[11] Ontario Law Reform Commission, 1982, Op.Cit, hlm. 18
[12] Ibid, hlm. 8
[13] Ibid, hlm. 117
[14] Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm. 2
[15] Ibid, hlm. 3
[16] Ibid, hlm. 5
[17] Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, 1990, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Pengantar Rajawali Press, Jakarta, hlm. 14
[18] Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 10.
bid
[10] Henry Campbell Black, 1991, Op.Cit, hlm. 171
[11] Ontario Law Reform Commission, 1982, Op.Cit, hlm. 18
[12] Ibid, hlm. 8
[13] Ibid, hlm. 117
[14] Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm. 2
[15] Ibid, hlm. 3
[16] Ibid, hlm. 5
[17] Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, 1990, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Pengantar Rajawali Press, Jakarta, hlm. 14
[18] Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 10