PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara tegas bahwa begara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan
ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip negara hukum adalah adanya
the law). Oleh karena itu, setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan jaminan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang
dengan perasaan penuh suka cita dan penuh harapan akan terwujudnya
kepastian hukum dan tertib hukum berdasarkan kebenaran dan keadilan. Hal
terhadap hukum akan dikenakan sanksi, sebagai bentuk sifat dari hukum yang
1
HMA Kuffal, KUHAP dalam Praktik Hukum, (Malang: UMM Press, 2003), hlm. 1
2
Titik Triwulan, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2006),hlm. 225
3
Lawrence M. Friedman, Introduction to the America Law, (New York, W.W. Northon
& Company, 1984), hlm. 5
2
penegakan hukum mempunyai tujuan yang sama yaitu supaya di dalam
atau akibat dari penegakan hukum formil. Penegakan hukum pada prinsipnya
dalam satu pasal KUHP akan tetapi akan tetapi sudah dianggap sedemikian
adanya, dan berlaku secara umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembagian
korban bagi pihak lain, maka terhadap pelaku tindak pidana akan dijatuhi
pelaku atas tindak pidana yang telah dilakukannya. Dengan demikian tujuan
yang umum dari pembentukan hukum pidana adalah untuk memberikan sanksi
4
Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 71
3
hukum dan sekaligus juga untuk menegakan hukum dan keadilan ditengah-
Golongan).
adalah setiap perkara pidana hanya dapat disidangkan, diadili dan diputus satu
kali saja atau dengan perkataan lain suatu perkara pidana yang telah
diputuskan oleh hakim tidak dapat diperiksa dan disidangkan kembali untuk
kedua kalinya.
dan (2) KUHP dalam Bab VIII ini mengatur tentang gugurnya hak menuntut
hukuman dan gugurnya hukuman yang menyatakan : ayat (1) kecuali dalam
keputusan hakim masih boleh diubah lagi, maka orang tidak boleh dituntut
sekali lagi lantaran perbuatan yang baginya telah diputuskan oleh hakim
Negara Indonesia, dengan keputusan yang tidak boleh diubah lagi, yang
dimaksudkan disini dengan hakim Indonesia, adalah juga hakim dalam negeri
ketentuan pidana sendiri. Ayat (2) menyatakan : jika putusan tersebut berasal
dari hakim lain, maka penuntutan tidak boleh dijalankan terhadap orang itu
1. Pembebasan
4
3. Putusan hukuman dan putusan hukumannya habis dijalankannya,
disebut dengan “Asas Nebis In Idem” yang artinya : orang tidak boleh dituntut
sekali lagi dalam perkara yang sama lantaran peristiwa tersebut telah diputus
oleh hakim.5 Berlakunya dasar hukum “Nebis In Idem” itu tergantung kepada
beberapa hal, bahwa terhadap seseorang itu juga mengenai peristiwa tertentu
telah diambil keputusan oleh hakim dengan vonis yang tidak diubah lagi,
5
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politea, 1980), hlm. 90
5
c. Putusan bebas (Vrijspraak). Putusan ini berarti, bahwa kesalahan
buktinya.
Bila sudah ada keputusan hakim yang semacam itu, orang tidak dapat
dituntut untuk kedua kalinya terhadap peristiwa itu juga, tetapi ini tidak berarti
bahwa vonis itu tidak bisa diperbaiki lagi, akan tetapi upaya hukum dapat
dibidang hukum dan memiliki jabatan yang tinggi bisa terlibat dalam perkara
pidana termasuk seorang Notaris yang berfrofesi pada bidang perdata bisa
tertulis yang dibuat dihadapan notaris memiliki suatu arti yang sangat penting
yaitu untuk menjamin adanya suatu kepastian hukum dan dapat digunakan
sebagai alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang membuatnya.
memiliki harkat dan martabat. oleh karena itu, dalam menjalankan jabatannya
6
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indoensia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
1993), hlm. 1-4
6
harus bertidak amanah, jujur, seksama, mandiri tanpa berpihak, dan menjaga
karena dalam menjalankan jabatannya walaupun hanya sedikit niat jahat yang
ada dalam diri notaris maka notaris tersebut dapat mendapatkan hukuma atau
secara perdata, administratif dan kode etik jabatan notaris.8 UUJN tidak
notaris dalam menjalankan jabatannya harus dilihat ada atau tidaknya unsur
Berikut ini ada beberapa kasus yang pernah terjadi yang menjadi
tersangkanya adalah seorang notaris dan telah mendapat putusan pidana dari
perkaranya berbeda namun yang mendapat tuntutan adalah orang yang sama,
Tabel I
PUTUSAN NOMOR
66/Pid.B/2012/PN.Slmn
Dasar Hukum Amar Putusan Sanksi
Pasal 264 ayat (2) dan 1. Menerima keberatan Bebas
Pasal 263 ayat (2)
7
Seodharyo Soimin, Kitab Undang-undang hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika,
1996), hlm. 463.
8
Lihat pasal 16 dan 17 Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
7
KUHP dari Penasihat Hukum
Terdakwa;
2. Menyatakan Penuntutan
Umum tidak dapat
diterima
3. Memulihkan hak
terdakwa dalam
kemampuan, kedudukan
dan harkat serta
martabatnya;
4. Memerintahkan barang
bukti yang diajukan
dalam perkara ini
sebanyak (14 macam)
dikembalikan pada saksi
Ir. Gregorius Daryanto;
5. Membebankan biaya
perkara kepada Negara.
PUTUSAN NOMOR
67/Pid.B/2012/PN.Slmn
orang yaitu Ny. Endang Murniati dan Ny. Mawar Muria Rini sementara pihak
oleh kedua terdakwa tersebut, akan tetapi dalam perkara tersebut hakim
tuntutan, hal ini karena kurang tepatnya penerapan pasal yang didakwakan
kepada para terdakwa sehingga dinyatakan lepas dari segala tuntutan (Onslag
van rechtsvervolging).
menjadi terdakwanya adalah Ny. Mawar Muria Rini namun dalam putusan ini
9
hakim memutuskan untuk tidak dapat menerima tuntutan terdakwa. Hal ini,
karena Ny. Mawar Muria Rini sudah pernah diputus dan mendapat kekuatan
hukum tetap sehingga tidak bisa dituntut untuk kedua kalinya dengan kata lain
para pelapor atau penuntut umum melawan hukum atau bertentangan dengan
“asas Nebis In Idem” sehingga Ny. Mawar Muria Rini secara otomatis bebas
dari terdakwa mengajukan eksepsi melalui Putusan Sela, yang lebih menarik
bahwa Putusan Sela tersebut berlanjut hingga pada Putusan Kasasi namun dari
10
Hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek di
adanya kecakapan teknik membuatnya.9 Oleh karena itu hakim tidak berarti
jawabkan putusannya.
pidana diharapkan hakim tidak menilai dari satu pihak saja sehingga dengan
demikian ada hal-hal yang patut dalam penjatuhan putusan hakim apakah
Muria Rini dan terdakwa Notaris Endang Murniati merupakan fokus kajian
dalam penelitian ini. Karena penulis melihat ada permasalahan hukum dan
atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima artinya bahwa terdakwa Ny.
9
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum
Progresif, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 94
10
Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu
Masalah Perkara Pidana, (Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 1987), hlm. 50
11
Mawar Muria Rini tidak dapat dipidana. Dalam putusan tersebut hakim tidak
memenuhi Pasal 199 ayat (1) huruf b KUHAP.11 Sedangkan yang kedua dalam
(sembilan) bulan, disini penulis meilhat dan menilai bahwa kedua putusan
tidak memenuhi Pasal 188 ayat (3)KUHAP12, karena bila dicermati lebih
dari segala tuntutan kemudian pelapor mengajukan tuntutan Ny. Mawar Muria
Rini diputus bebas sementara Notaris Notaris Endang Murniati dipidana, pada
hal para terdakwa sama-sama melakukan suatu tindak pidana pemalsuan akta
kepada siapapun tetapi dari kedua putusan tersebut hakim tidak memenuhi
rasa keadilan karena salah satu terdakwa dinyatakan lepas dari segala tuntutan
sehingga penulis melihat bahwa putusan hakim melanggar pasal 4 ayat (1)
ini sangat penting karena sebagai aparat penegak hukum yang sangat mulia
bertindak sebagai wakil Tuhan untuk memutus suatu perkara yang seadil-
11
Pernyataan bahwa terdakwa diputus bebas atau lepas dari segala tuntuan hukum,
dengan menyebutkan alasan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan
12
) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu
dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan
penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya
13
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
12
adilnya supaya dalam memutus suatu perkara hakim tidak menimbulkan
kekeliruan. Tetapi hal ini berbeda dengan kenyataan yang ada bahwa hakim
B. Rumusan Masalah
67/Pid.B/2012/PN.Slm?
C. Tujuan Penelitian
yang hendak dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
67/Pid.B/2012/PN.Slm
13
2. Untuk mengetahui dan menganalisis Kepastian Hukum Putusan Nomor
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam hasil penelitian ini sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
67/Pid.B/2012/PN.Slm.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Hakim,
bidangnya.
2) Bagi Masyarakat,
14
kontruksi hukum dalam pertimbangan hakim supaya tidak keliru
3) Bagi Peneliti :
hakim tidak memiliki profesionalitas yang tinggi maka hal ini akan
15
BAB II
Adapun Teori, prinsip atau asas hukum yang akan duganakan untuk
satu kunci yang memegang peranan penting adalah pembuktian karena pada
tahap ini lah ditentukannya seseorang dapat dihukum atau tidak atas
”bukti” yang memiliki arti suatu hal (peristiwa dan sebagainya) yang cukup
14
M. Yahya Harahap, Pembahasan,Permasalahan, dan Penerapan KUHAP, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005, h. 252
16
patut diduga sebagai suatu tindak pidana yang selanjutnya dijadikan
landasan untuk memutuskan dapat atau tidak dapat dilakukan kepada tahap
bukti tersebut dapat memperjelas tindak pidana yang terjadi dan selanjutnya
kedalam unsur suatu perkara yang ditangani. Secara teoritis guna penerapan
16
Ibid
17
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian (Pidana Dan Perdata), Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006, h. 4
18
pembuktian, yaitu sebagai berikut :
mencari dan kebenaran salah tidaknya terdakwa sesuai dengan tata cara
18
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Normatif, Teoritis, Praktik dan
Masalahnya, Alumni, Bandung, 2007, h. 243
19
semata-mata tidak diletakan dibawah kewenangan hakim. Tetapi di atas
baru dapat dihukum dapat dipidana jika apa yang didakwakan kepadanya
benar-benar terbukti berdasar cara dan alat-alat bukti yang sah menurut
In Time)
pada alat bukti yang ada. Sekalipun alat bukti sudah cukup kalau hakim
alat bukti tidak ada tapi kalau hakim sudah yakin, maka terdakwa dapat
20
terdakwa. Dari mana hakim menarik dan menyimpulkan keyakinannya,
tidak menjadi masalah dalam sistem ini. Keyakinan boleh diambil dan
disimpulkan hakim dari alat-alat bukti itu diabaikan hakim, dan langsung
cukup bukti dengan alat-aalt bukti yang lengkap, selama hakim tidak
pada keyakinananya walaupun alat bukti begitu lengkap tetapi hakim tidak
oleh Andi Hamzah, khususnya terhadap kelemahan dalam teori ini yaitu
Dalam sistem pembuktian ini hakim memiliki peranan yang sangat besar
undang- undang.
bukti yang sah. Pokoknya asal saja ada keyakinan pada hakim tentang
dan yang dibenarkan oleh pengalaman. Jadi walaupun tidak cukup bukti,
Teori ini dianut dalam HIR, sebagai ternyata dalam pasal 294
oleh alat pembuktian yang ditentukan oleh undang- undang (minimal dua
alat bukti) dan kalau ia cukup, maka baru dipersoalkan tentang ada
21
D. Simsons Dalam Darwan Prints, Hukum Acara Pidana Dalam Praktek, Djambatan,
Jakarta, 1998, h. 95
23
kesalahan terdakwa.22
undang itu ada, ditambah dengan keyakinan hakim yang didapat dari
undang. Hal ini berarti hakim mesti menjatuhkan pidana. Ini tergantung
pada keyakinan hakim atas kebenaran. Pada sistem atas alasan logis,
undang, melainkan hakim leluasa untuk memakai alat-alat bukti lain asal
25
saja semua dengan dasar alasan yang tepat menurut logika.
harus disertai pertimbangan hakim yang nyata dan logis, diterima oleh
keyakinan pada hakim dan keyakinan itu harus didasarkan kepada alat-alat
bukti yang sah, bahwa memang telah dilakukan suatu perbuatan yang
terlarang dan bahwa tertuduhlah yang melakukan perbuatan itu. Sistem ini
jauh lebih baik dari pada kedua sistim diatas, sebab sistem ini merupakan
yakni jika ditarik dari kesimpulan ketentuan pasal 294 RIB yang berbunyi
sebagai berikut :
25
Munir Fuady, Op.cit, h. 56
26
a) Tidak seorangpun yang boleh dikenakan hukuman, selain jika
hakim mendapat keyakinan dengan alat bukti yang sah,
bahwa benar telah terjadi perbuatan yang dapat dihukum dan
bahwa orang yang dituduh itulah yang salah tentang
perbuatan itu.
b) Atas sangka saja atau keterangan yang tidak cukup, tidak
seorangpun yang boleh dihukum.
sebagai berikut :
prinsip tujuan hokum yang menjadi alas dasar dari sebuah pertimbangan
as how law treats people and how it distributes its benefits and cost,”
dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan bahwa “every function
kepastian hukum juga oleh banyak hakim menyebut sebagai tujuan hukum.
Dabin, Translated by Kurt Wilk, Harvard University Press, Massachusetts, 1950, h. 107. Lihat
juga Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, h. 95.
27
Dardji Darmodihardjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Cetakan Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,1996, h. 154.
28
Peter Mahmud Marzuki, “The Need for the Indonesian Economic Legal Framework”,
dalam Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1997, h. 28.
29
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, h. 95-96
30
Ibid., h. 96.
28
Penulis sendiri sependapat untuk menganut asas prioritas, tetapi
tidak dengan telah menetapkan urutan prioritas seperti apa yang diajarkan
Prinsip ini beranjak dari asumsi untuk hal-hal yang sama diperlakukan secara
sama, dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara proporsional.
ius summa inuiria”, bahwa keadilan teringgi itu adalah hati nurani.35
hakim atau hati nurani namun keyakinan hakim tersebut harus bersifat arif
Yogyakarta,2006, h. 47
33
E. Sumaryono, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas,
Kanisius, Yogyakarta, 2002, h. 90-91.
34
John Rawls, A Theory Of Justice; Teori Keadilan, Pustaka Belajar, Tanpa Tahun, h. 7
35
Jeremies Lemek, Mencari Keadilan Pandangan Kritis Terhadap Penegakkan
Hukum di Indonesia, Galang Press, Yogyakarta, 2007, h. 25.
30
dan bijaksana. Ketika alat-alat bukti sudah memenuhi seabgai pelaku tindak
kepastian hukum.
undang.
Rahayu, penerapan keadilan meliputi dua hal yaitu, keadilan substansial dan
oleh Majelis Hakim yang bertugas secara adil, maka sesungguhnya bisa
dalam hal menilai apakah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa memang
31
ditunjuk, ataukah dalam hal hakim menjatuhkan sanksi sudah sesuai dengan
adalah wujud konkrit tidak adailnya putusan hakim tersebut. Khusunya dalam
yang dituntut oleh jaksa penuntut umum dalam surat dakwaan sudah pernah
pernah diputus menjadi lepas dari segala tuntutan dalam Putusan Nomor 576/
55 jo 278 KUHP, terbukti tetapi salah dalam penerapan pasalnya Slm, namun
263 ayat (2), ketika dicermati lebih dalam dasar pertimbangan hakim yaitu
putusan sebelumnya. Sehingga pertimbangan hakim dalam hal ini keliru dan
penuntut umum.
32
dalam tindakan penyertaan sebagaimana ketentuan pasal 55 KUHP.36 Serta
melanggar pasal 263 ayat (2)KUHP.37 Maka sesungguhnya sudah jelas sifat
tindak pidana dan unsur kesalahan terdakwa yang ada dalam dakwaan jaksa.
36
Pasal 55 KUHP yaitu (1) dipidana sebagai pelaku tindak pidana : 1. Mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan. 2. mereka
yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana
atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. (2). Terhadap
penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-
akibatnya.
37
Pasal 263 ayat (2) : Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat
menimbulkan kerugian
38
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perubahan Sosial, Suatu Tinjauan Teoritis Serta
Pengalaman-Pengalaman, Bandung, Penerbit Alumni, 1989
33
hakim yang tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya atau
melanggar hukum, yang salah satunya kesalahan atau kekeliruan
menerapkan hukum, dengan bentuk yaitu, pertama kesengajaan
sebagai cara menyembunyikan keberpihakan, kedua kelalaian atau
kurang cermat adalah hakim yang tidak baik. Jika ringannya putusan
hakim merupakan kesengajaan hakim atau kelalaian hakim dalam
menerapkan hukum, maka hakim yang demikian bisa dikategorikan
tidak jujur. Hukum yang sesungguhnya melindungi kepentingan
seseorang hak tidak hanya dilindungi oleh hukum, tetapi juga adanya
pengakuan terhadapnya dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan
tersebut, menjadi tidak berdaya.
hukum salah satunya adalah hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan
pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang
hukum, hal ini lebih diutamakan untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa
39
Lihat Huijeber, T. Filsafat Hukum, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Dalam Rahayu. 1995,
Ibid hal 154
40 ?
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
yang berbunyi Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
34
nilai kepastian akan kehilangan kati diri serta maknanya, karena tidak lagi
pemisahan kekuasaan.
hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Dari
Pada tahun 1764 seorang pemikir hukum Italia yang bernama Gesare
dan oleh sebab itu eksekutif dapat menindak dan menghukum apabila
41
Anton M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, Balai Pustaka, 2008,
hl. 1028
42
E. Utrecht dan Moh. Saleh J. Jindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Iktiar Baru
dan Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 388.
35
terdapat seseorang yang melanggar apa yang telah diputuskan oleh pihak
legislative.
Gagasan ini kemudian dikenal sebagai asas nullum crimen sine legi,
yang tujuannya memberikan perlindungan hukum bagi setiap warga
terhadap kesewenang-wenangan negara.43
43
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum
Kodrat dan Antinomi Nilai, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2007, h. 93.
44
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, Cetakan Keempatbelas,
Kanisius, Yogyakarta, 2007, h. 163.
45
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2013, hal. 158.
36
dan yang kedua adalah berupa keamanan hukum bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu,
kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-
undang melainkan juga adanya konsistensi dalam penerapannya.46
49
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 2001, h. 53.
50
E. Fernando M. Manullang, Op.cit, h. 92.
38
Suatu perkara pidana yang dituntut dan disidangkan kembali baru
KUHP yaitu :
dapat berupa :
I. Pemidanaan
Kepada diri terdakwa dijatuhi hukuman berdasarkan dakwaan
tentang peristiwa pidana yang melakukan dan apa ang telah di
dakwakan oleh jaksan penuntut umum terhadap diri terdakwa
terbukti sesuai dengan peristiwa pidana yang dilakukannya;
II. Putusan pembebasan
Dalam putusan seperti ini, peristiwa pidana yang didakwakan
kepada diri terdakwa tidak terbukti dalam pemeriksaan sidang
pengadilan;
III. Putusan lepas dari segala tuntutan
Dalam hal ini hakim memutus, bahwa peristiwa yang dituduhkan
kepada terdakwa itu dibuktikan dengan cukup terang akan tetapi
peristiwa tersebut bukan peristiwa pidana, atau terdakwa
51
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidik dan
Penuntutan, Edisi ke II, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 450
39
kedapatan tidak dapat hukum, karena tidak dapat
dipertanggungjawbkan atas perbuatannya itu.52
Meskipun salah satu syarat agar suatu putusan perkara pidana dapat
kekuatan hukum tetap, akan tetapi tidak semua jenis putusan hakim yang
dinyatakan sebagai perkara pidana yang telah nebis in idem. Oleh karena
pidana itu bukan berdasarkan putusan positif atas peristiwa pidana yang
pidananya yakni berupa putusan yang dijatuhi yang dijatuhi dari segi
formal atau putusan yang dijatuhkan bersifat negatif, maka dalam putusan
tersebut tidak dapat melekat unsur nebis in idem. Putusn yang telah
Dari ketiga jenis putusan tersebut diatas tidak dapat melekat unsur
nebis in idem, sebab putusan tersebut yang dijatuhkan oleh hakim adalah
bredasarkan bukti yang kuat telah melakukan sesuatu tindak pidana. Setiap
atas tidank pidana yang tidak pernah dilakukannya, dan juga hanya berhak
menjalani hukuman yang dijatuhkan oleh hakim atas peristiwa dan tindak
41
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai hukum
diperiksa sekali saja terhadap peristiwa pidana yang dilakukan dan secara
kembali untuk kedu kalinya dnegna peristiwa dan tindak pidana yang sama.
suatu tujuan tertentu. Adapun yang merupakan tujuan dari nebis in idem ini
adalah :
terhadap diri terdakwa agar tidak dapat dituntut dan disidangkan kembali
dlam peristiwa dan perkara pidana yang sama dan sebelumnya telah pernah
dapat diajukan kembali untuk diputus selama aturan tuntutan hukum atau
42
kualifikasi perbuatan yang diatur berbeda dengan putusan yang sebelumnya
Dalam perkara ini berlaku asas Nebis In Idem atau tidak, sesuai
KUHP haruslah diartikan sebagai suatu kejadian yang luas dan yang
53
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia hal. 162-163
43
meliputi banyak perbuatan yang masing-masing merupakan materieel
dilakukan oleh Terdakwa, hal itu dapat dilihat dari Berita Acara
perkara ini harus diteliti berkas perkara yang sekarang dengan berkas
diancam dalam Pasal 263 ayat (2) KUHP atau Kedua sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 264 ayat (2) KUHP yang pada
memakai surat yang isinya tidak benar atau dipalsukan, atau memakai
surat palsu yaitu memakai Akta Perikatan Jual Beli No.65 tanggal 31
Mei 2004, Akta Kuasa Menjual No.51 tanggal 30 September 2004 dan
tidak benar atau dipalsukan karena saksi korban Ir. Gregorius Daryanto
ketiga akta tersebut dengan alasan karena saksi Ir. Gregorius Daryanto
hanya menandatangani akta tukar guling pada tanggal 11 Juni 2004, dan
diancam pidana dalam pasal 372 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau
Kedua sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 378 jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, yang pada pokoknya juga mengenai
2004 dan Akta Kuasa Menjual No.52 tanggal 30 September 2004, pada
hal saksi korban (Ir. Gregorius Daryanto) merasa tidak pernah menanda
Perikatan Jual Beli No.65 tanggal 31 Mei 2004, dan Akta Kuasa
Menjual No.51 yang tanda tangannya tidak diakui oleh korban Ir.
576/Pid.B/2008/PN.Slmn;
45
2. Pelakunya sama dan atas perbuatan/peristiwa pidana yang sama;
Dra. MAWAR MURIA RINI dalam perkara pidana yang dahulu yang
dalam perkara yang sekarang ini adalah sama dengan Terdakwa I dalam
K/Pid/2009.
Dalam perkara ini pelapor yang juga selaku saksi korban adalah
sama yaitu Ir. Gregorius Daryanto, sehingga syarat poin 3 ini juga telah
terpenuhi .
ini adalah 2 (dua) bidang tanah SHM No.717 seluas 1.309 M2 dan
SHM No.718 seluas 2.955 M2, keduanya semula atas nama Ir.
46
576/Pid.B/2008/ PN.SLMN jo. Putusan MARI No.2179 K/PID/2009.
tetap adalah putusan yang sudah tidak ada lagi upaya hukum biasa yang
ada putusan hukum yang berkekuatan hukum tetap, tetapi dalam bidang
hukum lain, misalnya perdata atau tata usaha negara, maka jika
pidana, dalam hal ini maka tidak berlaku asas nebis in idem.
lepas dari segala tuntutan hukum, tidak bisa dikatakan ada nebis jika
formal surat dakwaan, proses penyidikan yang tidak sah dan sebagainya
telah memenuhi dan sesuai dengan tindak pidana yang didakwakan oleh jaksa
54
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007
hal 193.
48
2.6 Tinjauan Tentang Putusan
1. Pengertian Putusan
hasil atau kesimpulan dari suatu yang telah dipertimbangkan dan dinilai
di sidang pengadilan.55
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal
putusan hakim pidana yang diatur dalam Pasal 191 ayat (1),(2) dan Pasal
193 ayat (1) KUHAP. Macam putusan hakim pidana yang diatur dalam
55
Laden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1992,
hlm. 406
49
KUHAP yaitu :
sebagai berikut :
50
nilai pembuktian yang cukup ini lumpuh apabila tidak didukung
oleh keyakinan hakim.56
nilai pembuktian yang cukup ini akan lumpuh dan terdakwa harus
diputus bebas.
Rechtsvervolging)
56
Yahya Harahap, Op.cit, hlm. 345
51
i. Salah satu sebutan hukum pidana yang didakwakan tidak
cocok dengan tindak pidana. Misalnya seseorang
melakukan perbuatan yang dituntut dengan tindak pidana
penipuan atau penggelapan tetapi didapat fakta bahwa
perbuatan tersebut tidak masuk dalam lingkup hukum
pidana tetapi termasuk lingkup hukum perdata
ii. Terdapat keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan
terdakwa tidak dapat dihukum. Misalnya karena Pasal 44,
48, 49, 50, 51, masing-masing dari KUHP.57
Putusan Lepas oleh seorang hakim atas pelaku suatu tindak pidana
57
Laden marpaung, Op.cit, hlm. 41
58
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm.
152-153
52
undang, misalnya alasan pembenar (contoh Pasal 50 KUHP) atau
59
ibid
53
mengenai alasan pemaaf dan alasan pembenar adalah sebagai
berikut:
c. Putusan Pemidanaan
diucapkan di sidang terbuka untuk umum”. Pasal 197 ayat (1) KUHAP
54
merumuskan secara rinci dan limitatif tentang isi putusan. Surat putusan
ayat (1). Pasal 197 ayat (2) berbunyi “Tidak dipenuhinya ketentuan
55
dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k, dan l Pasal ini akan
Menurut penjelasan Pasal 197 ayat (1) huruf d dan ayat (2) KUHAP:
untuk menyelesaikan perkara tersebut. Dalam hal ini hakim harus memeriksa
sistem hukum dan apabila dalam ketentuan ada kesamaan hakim dapat
bahwa :
pada bagian diatas bahwa dalam kontruksi putusan hakim, hakim harus
bertindak dengan bijak dan sesuai dengan segala aturan tentu dalam hal ini
dibutuhkan suatu kejujuran hakim dalam membuat suatu putusan, akan ada
dampak yang ditimbulkan apabila putusan yang diputus oleh hakim tidak
memiliki rasa keadilan dan kearifan, maka kehidupan masyarakat akan lebih
tidak mempercayai lagi terkait lembaga peradilan oleh karena kekeliruan dan
memutus sebuah perkara yang tertuang dalam sebuah putusan harus mengali,
harus melilhat latar belakang dan sifat – sifat baik dan buruknya terdakwa.
suatu bagian yang terpenting untuk melihat karakteristik dari suatu negara
putusan hakim dalam perkara pemalsuan surat salah satu tujuan negara untuk
60
Sidik Sunaryo, Rekonstruksi Putusan Hakim Perkara Korupsi Dalam Perspekstif
Hukum Progresif, fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2016, hal. 64
57
lapisan masyarakat yang harus berjalan dan bertindak sesuai dengan norma-
sebagai wujud untuk sikap sosial dan sikap mental hakim dalam menegakan
cermin untuk melihat apakah hakim tersebut dalam putusan sudah benar-
masyarakat.
nilai keadilan dalam hukum. artinya pemikiran itu selalu diarahkan pada
benar sesuai kebutuhan nilai keadilan yang ada di masyarakat atau justru
menjadi pembeda secara jelas tentang apa yang boleh dan dilarang menurut
hukum dan kebenaran hukum harus diluhat dalam perspektif kebutuhan nilai
akan terjadi apabila secara substansiil nilai-nilai keadilan dan ketertiban yang
ada dalam hukum formal negara tidak selaras atau tidak sesuai dengan nilai-
nilai jeadukab dab ketertiban yang ada dan dibutuhkan oleh masyarakat.
58
Resistensi dan pembangkangan yang dilakukan masyarakat terhadap hukum
dari dua perspektif ini akan secara inheren muncul, yang selanjutnya akan
putusan hakim.
terlihat sudah memenuhi hal-hal yang termuat dalam ketentuan pasal 197 jo
199 KUHAP, Karena hakim terlihat menganut paham legisme yakni hukum
putusan hakim memenuhi substansial pasal 199 ayat (1) huruf b KUHAP,
yakni :
dari jaksa penuntut umum, wajib menyebutkan dasar hukumnya yakni sesuai
yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan menyakinan, maka
tugas untuk menemukan hukum yang tepat. Hakim dalam menemukan hukum
59
tidak hanya cukup mencari dalam peraturan perundang-undangan, sebab
masyarakat.
yang bertujuan untuk mencapai salah satu kebenaran hukum atau demi
penegakan hukum yang didasarkan pada hal-hal yang secara relevan secara
hukum yang di pakai oleh para hakim sebagai landasan dalam mengeluarkan
yuridis serta pertimbangan dengan hati nurani. Hakim selalu dituntut untuk
yang dijadikan dasar untuk diterapkan. Penerapan hukum harus sesuai dengan
hukum. hal ini disebakan putusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap, bukan lagi pendapat dari hakim itu sendiri yang memutuskan
60
perkara akan tetapi sudah merupakan pendapat dari institusi dan acuan
peraturan yang jelas dan tegas yang senantiasa memberikan kepastian dalam
hukum kepada setiap warga negara yang terlibat dalam tindak kejahatan.
memiliki kewenangan untuk itu tetapi bukan berarti dapat bersikap sewenang-
perkara yang diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah yang
61
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
2007, h. 145.
61
memperhatikan tiga nilai unsure yaitu yuridis (kepastian hukum), nilai
justitia et pereat mundus (meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakan).
unsure-unsur tersebut.
harus ditegakkan agar tidak timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan
pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati hukum akibatnya kaku dan akan
62
menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi memang peraturannya
hukum acara, yang mengatur sejak memerisa dan memutus. Dan hasil
menentukan terhadap hasil putusan. Oleh karena itu tidak heran jika apa yang
ada dalam pikiran masyarakat dapat berbeda dengan putusan hakim. Maka
setiap individu hakim, dituntut bersikap lebih teliti dan jeli dalam memeriksa
juga secara mudah pula melepaskan pelaku kejahatan dari hukuman yang
seharusnya dijatuhkan. Hal itu tentu saja harus sesuai dengan keyakinan
63
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah kata majemuk, terdiri atas dua kata, metodologi dan
64
penelitian. Kata metodologi berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti cara,
dan logos yang berarti ilmu, sehingga metodologi dapat diartikan dengan suatu
disiplin yang berhubungan dengan metode, peraturan, kaedah yang diikuti dalam
ilmu pengetahuan.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam proposal tesis ini yaitu
adalah penelitian yang dilakukan terhadap norma hukum tertulis dalam hal ini
NOMOR 67/Pid.B/2012/PN.Slm.
2. Metode Pendekatan
65
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991),
hlm.6.
66
permasalahan) yang sedang dicari jawabannya.66 Macam-macam pendekatan
dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang dikaji.
Pasal 263 ayat (2) tentang menggunakan surat palsu, 264 ayat (2) tentang
66
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Pertama Cetakan ke-7,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 93
67
prinsip hukum. Prinsip-prinsip ini dapat ditemukan dalam pandangan-
memberikan putusan bahwa Ny. Mawar Muria Rini dalam Putusan Nomor
lepas dari segala tuntutan kemudian diajukan lagi oleh penuntut dan
dapat dituntut untuk kedua kalinya atas dasar perbuatan yang sama terhadap
mana atas perbuatan itu orang yang bersangkutan telah pernah didaili dan
putusan hakim sebagaimana yang telah penulis uraikan pada bagian di atas.
Hakim seharusnya tidak memberikan alasan kepada Ny. Mawar Muria Rini
alasan Nebis In Idem pada hal penulis mencermati bahwa kualifikasi yang
dituntut berbeda dengan tuntutan yang pertama yaitu dalam Putusan Nomor
hukum yang dilakukan dalam praktek hukum yang dilakukan dengan cara
69
berkaitan dengan permasalahan penelitian pertama untuk dijadikan
referensi bagi ketajaman analisis penelitian ini. Bahwa hakim keliru dalam
3. Bahan Hukum
67/Pid.B/2012/PN.Slm.
2) Pasal 55, 75, 263 ayat (2), 264 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP)
3) Pasal 156 ayat (2), 184 dan 197 ayat (2) Kitab Undang-Undang Nomor
70
Analisis Pengajuan Peninjauan Kembali Putusan pengadilan Yang Telah
praktisi hukum, majalah renvoi, serta berbagai buku yang relevan yang
terkait dengan tanggung jawab pidana bagi notaris dalam tindak pidana
kritis analisis lalu menemukan permasalahan dan isu hukum yang akan
undangan satu dengan lain dan tentu saja didukung dengan bahan-bahan
hukum lainnya, misalnya adalah teori dan konsep hukum dan menyertakan
71
hasil wawancara langsung dengan responden sebagai data pendukung, terkait
menarik sesuatu dari khusus ke umum atau dalam hal ini adalah melihat suatu
fakta atau kenyataan kemudian menariknya pada suatu peraturan umum yang
BAB IV
A. Identitas Putusan :
B. Kasus posisi
terungkap dalam perkara ini, sehingga secara utuh dapat diketahui duduk
adalah uraian yang tertulis di dalam putusan hakim. Uraian kasus posisi
ini agar diruntut secara kronologis, sehingga fakta yang lebih awal terjadi
Tanggal Keterangan
1 Juni 2004 Saksi korban Ir. Gregorius Daryanto telah ditelpon oleh saksi
Hendricus Mulyono yang mengatakan bahwa ada seseorang yang
ingin membeli tanah milik saksi korban Ir. Gregorius Daryanto
sebagaimana SHM No. 717 seluas 1.309 m2 dan SHM 718
seluas 2.955 m2 kemudian korban Ir. Gregorius Daryanto
memperbolehkan tanah tersebut dijual kepada siapapun dengan
harga Rp. 400.000,- (empat ratus ribu) permeter persegi
5 Juni 2004 Terdakwa Dra. Mawar Muria Rini ditemani oleh saksi Hendricus
Mulyono dan saksi Edi Purwanto datang kerumah saksi korban
Ir. Gregorius Daryanto untuk membicarakan kelanjutan jual belli
tanah miliknya.
73
Setelah terjadi tawar menawar akhirnya tanah tersebut disepakati
dengan harga Rp. 275.000 m2 sehingga harga keseluruhan tanah
milik korban Ir. Gregorius Daryanto sebesar Rp. 1.170.000.000.
atas kesepakatan tukar menukar tersebut dibuatkan oleh saksi Ir.
Gregorius Daryanto, surat perjanjian yang kemudian ditanda
tangani oleh terdakwa, saksi Ir. Gregorius Daryanto, dan 2 orang
saksi yaitu Hendricus Mulyono dan Edy Purwanto tanpa tanggal.
Kemudian Terdakwa Dra. Mawar Muria Rini bersedia membayar
uang tunai kepada korban Ir. Gregorius Daryanto sebesar Rp.
380.000.000, sedangkan sisa pembayaran sebesar Rp.
790.000.000 alam dibayar dengan cara tukar guling tanah milik
Dra. Mawar Muria Rini seluas 6320 m2. Terdakwa Dra. Mawar
Muria Rini menyatakan bersedia membiayai seluruh proses balik
nama tanah milik terdakwa kepada korban Ir. Gregorius
Daryanto dalam waktu 2 bulan.
Bahwa setelah terjadi kesepakatan tersebut, teradakwa Dra.
Mawar Muria Rini saat itu memberikan 1 Bilyet Giro Bank
Niaga senilaai Rp. 300.000.000, jatuh tempo akhir agustus 2004,
sebagai tanda pembayaran secara tunai atas kesepakatan ual beli
tanah tersebut sisanya akan dibayar dengan cara tukar guling.
10 Juni 2004 Untuk menindaklanjutkan jual beli dengan cara tukar guling
tanah antara saksi korban Ir. Gregorius Daryanto sekitar Pukul
11.00 Wib korban Ir. Gregorius Daryanto bersama dengan saksi
Hendricus Mulyono datang ke kantor Notaris/PPAT Endang
Murniati, SH. Kemudian dikantor Notaris/PPAT tersebut
bertemu dengan terdakwa Dra. Mawar Muria Rini.
Selanjutnya Notaris/PPAT Endang Murniati, SH, dijelaskan
kepada saksi korban Ir. Gregorius Daryanto dan Dra. Mawar
Muria Rini disaksikan oleh saksi Hendricus Muyono tentang
rencana tukar guling tanah antara saksi korban Ir. Gregorius
Daryanto dengan terdakwa Dra. Mawar Muria Rini dan saat itu
Notaris/PPAT Endang Murniati, SH konfirmasi kepada saksi Ir.
Gregorius Daryanto apakah benar ada rencana tukar guling tanah
SHM 717 dan SHM 718 milik saksi Ir. Gregorius Daryanto
dengan tanah milik terdakwa Dra. Mawar Muria Rini
1. Endang Murniati Ada 3 akta yang dibuat, yaitu akta pengikatan jual beli
No. 65, Akta Kuasa Menjual No. 51 dan No. 52
Akta Pengikatan Jual Beli No. 65 ditandatangani oleh
Terdakwa, Gregorius Daryanto Hendrikus Mulyono,
dan Edi Purwanto pada tanggal 31 Mei 2004.
2. Heri Susanto Dasar perailhan tanah kepada Delthy Rinaldhy adalah
karena Terdakwa selaku kuasa dari Gregorius
Daryanto yang dibuktikan dengan surat kuasa menjual
No. 51 dan No. 52 dan akta pengikatn jaul beli no. 65
3. Sugiharto Terdakwa Datang Pada Saksi Dengan Membawa Surat
83
Kuasa Menjual Dari Gregorius Daryanto Dengan No.
51 Dan No.52 Tertanggal 30 September 2004,
Kemudian Saksi Tanyakan Ke Notaris Endang
Murniati Karena Yang Membuat Perikatan Jual
Belinya Dan Notaris Endang membenarkan.
Dasar adanya surat kuasa menjual tersebut adanya
perikatan jual beli beli lunas antara terdakwa dan
Gregorius Daryanto
4. Mawar Muria Rini Perikatan jaul beli dan Kuasa Menjual dibuat di
Notaris Endang Murniati serta ditandatangi oleh
terdakwa, Gregorius Daryanto dan Hendrikus
Mulyono.
5. Nur Ismanto Terdakwa pernah di putus dalam putusan perkara
pidana No.576/Pid.B/2008/PN.Slmn dengan dakwaan
Penipuan dan atau Penggelapan
6. Ahli Muhammad Arif Nebis In idem adalah orang tidak dapat dilakukan
penuntutan untuk kedua kalinya dalam perkara atau
Setiawan tindak pidana yang sama
1. Pada bulan Mei-Juni 2004 bertempat dirumah Gregorius Daryanto telah terjadi
kesepakatan tukar menukar tanah antara Gregorius Daryanto dengan terdakwa
Mawar Muria Rini.
2. Kesepakatan tukar menukar tanah tersebut dibuatkan oleh saksi Gregorius
Daryanto surat perjanjiannya yang kemudian ditanda tangani oleh terdakwa,
saksi Gregorius Daryanto, dan 2 orang saksi yaitu Hendricus Mulyono dan Edy
Purwanto tanpa tanggal.
3. Surat perjanjian tersebut di bawa ke Notaris sehingga oleh Notaris Endang
Murniati dibuatkan akta perikatan jual beli nomor 65 tanggal 31 Mei 2004, Akta
Kuasa Menjual No. 51 dan No. 52 tanggal 30 September 2004
84
4. Sesuai tertera dalam akta perikatan jual beli No. 65 penandatanganan akta
tersebut dilakukan pada tanggal 31 Mei 2004 sedangkan penandatangan akta
kuasa menjual No.51 dan akta kuasa menjual No. 52 dilakukan pada tanggal 30
September 2004
5. Gregorius tidak mengakui tanda tangannya dalam Akta perikatan jual beli
Nomor 65 tanggal 31 Mei 2004 karena Gregorius menyakini datang ke Notaris
pad tanggal 10 Juni 2004.
6. Gregorius tidak mengakui tanda tangannya dalam Akta Kuasa Menjual No. 51
dan No. 52 tanggal 30 September 2004 karena pada tanggal tersebut sedang
berada di Oman
7. Endang Murniati Dan Terdakwa Menerangkan Bahwa Tanda Tangan Dalam
Perikatan Jual Beli Nomor 65 Tanggal 31 Mei 2004 Sedangkan Dalam Akta
Kuasa Menjual No. 51 Dan No. 52 Tanggal 30 September 2004, Endang
Murniati tanggal tertera dalam akta tersebut tidak benar dilakukan
penandatanganan tersebut yang benar penandatanganni pada tanggal 31 Mei
2004.
8 Bedasarkan berita acara pemeriksaan dari hasil Laboratorium Kriminalistik
kesimpulannya menerangkan: Satu bundel surat kuasa jual Nomor 51; Satu
bundel surat kuasa jual Nomor 52 dan Satu bundel surat kuasa menjual Nomor
65, Gregorius dan isterinya sebagai pihak kesatu dengan Mawar Muria Rini
tangagl 31 Mei 2004 dengan tanda tangan Gregorius Daryanto sebagai
pembanding adalah merupakan tanda tangan berbeda.
85
Gregorius Daryanto, dan 2 orang saksi yaitu Hendricus Mulyono dan Edy
Purwanto tanpa tanggal.
Surat perjanjian tersebut di bawa ke Notaris sehingga oleh Notaris
Endang Murniati dibuatkan akta perikatan jual beli nomor 65 tanggal 31
Mei 2004, Akta Kuasa Menjual No. 51 dan No. 52 tanggal 30 September
2004. Sesuai tertera dalam akta perikatan jual beli No. 65
penandatanganan akta tersebut dilakukan pada tanggal 31 Mei 2004
sedangkan penandatangan akta kuasa menjual No.51 dan akta kuasa
menjual No. 52 dilakukan pada tanggal 30 September 2004.
Bahwa Gregorius (Penjual/pemilik) tidak mengakui tanda
tangannya dalam Akta perikatan jual beli Nomor 65 tanggal 31 Mei 2004
karena Gregorius menyakini datang ke Notaris pada tanggal 10 Juni 2004.
Gregorius tidak mengakui tanda tangannya dalam Akta Kuasa Menjual
No. 51 dan No. 52 tanggal 30 September 2004 karena pada tanggal
tersebut sedang berada di Oman.
Endang Murniati (Notaris/PPAT)dan Mawar Muria Rini
menerangkan bahwa Tanda Tangan dalam Perikatan jual beli Nomor 65
tanggal 31 Mei 2004 Sedangkan dalam akta kuasa menjual No. 51 dan
No. 52 tanggal 30 september 2004, Endang Murniati tanggal tertera
dalam akta tersebut tidak benar dilakukan penandatanganan tersebut yang
benar penandatanganni pada tanggal 31 Mei 2004.
Bedasarkan berita acara pemeriksaan dari hasil Laboratorium
Kriminalistik kesimpulannya menerangkan: Satu bundel surat kuasa jual
Nomor 51;Satu bundel surat kuasa jual Nomor 52 dan Satu bundel surat
kuasa menjual Nomor 65, Gregorius dan isterinya sebagai pihak kesatu
dengan Mawar Muria Rini tanggal 31 Mei 2004 dengan tanda tangan
Gregorius Daryanto sebagai pembanding adalah merupakan TANDA
TANGAN BERBEDA.”
Sehingga Mawar Muria Rini (Umur 54 Tahun), dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-seolah sejati karena
pemakaian surat itu menimbulkan kerugian. surat tanggal 30 Mei dan 31
September 2004 dipakai untuk dialihkan kepada Ir. Delthy Rinaldhy
(Pembeli).
Bahwa Mawar Muria Rini (Umur 54 tahun), didakwa melanggar
Pasal 263 ayat (2) KUHP menegaskan bahwa:
1) Analisis Norma
87
(3) “Unsur Pemakaian Surat Tersebut Menimbulkan
Kerugian”
Premis mayor ;
Segala tindakan yang dilakukan dengan cara memakai surat
yang berisi tidak benar dan menimbulkan kerugian bagi
orang lain yang dapat diancam dengan Pasal 263 ayat (2)
KUHP.
Premis minor ;
Tindakan yang dilakukan oleh Mawar Muria Rini adalah
dengan cara memakai surat palsu yang sebenarnya dapat
menimbulkan kerugian bagi pemilik.
Konklusi ;
Tindakan Mawar Muria Rini adalah perbuatan memakai
surat palsu menimbulkan kerugian bagi pemilik menurut
Pasal 263 ayat (2) KUHP.
Akhirnya:
Dengan memperhatikan bahwa unsur-unsur perbuatan yang
dilakukan oleh Mawar Muria Rini terbukti memakai surat palsu, berupa
Akta pengikatan jual beli dan Akta Kuasa Menjual untuk digunakan dalam
menjual objek yang dikuasai kepada pihak ketiga sehingga pemakaian
surat palsu tersebut mangakibatkan kerugian bagi pihak pemilik/penjual
tangan pertama dan terpenuhi segala unsur. Maka jaksa penuntut umum
sampai pada kesimpulan memberikan dakwaan kepada terdakwa bahwa
perbuatan Mawar Muria Rini (terdakwah) dianggap memenuhi kualifikasi
tindak pidana menurut Pasal 263 ayat (2) KUHP.
Analisis Norma
89
Perbuatan yang dilakukan oleh Mawar Muria Rini adalah dan
peristiwa pidananya sudah pernah didakwakan untuk kedua kalinya
termuat dalam Pasal 76 ayat (1) KUHP.
3) Unsur “Pelakunya sama dan atas perbuatan/peristiwa pidana
yang sama”
Premis mayor ;
Segala tindakan yang dilakukan dimana pelakunya sama dan atas
perbuatan/presitiwa pidana yang sama terhadap sesuatu hal tesebut
termuat dalam Pasal 76 ayat 1 (Nebis In Idem) KUHP.
Premis minor ;
Tindakan yang dilakukan oleh Mawar Muria Rini yang dimaksud
pernah Ia lakukan sebelumnya dan atas perbuatan/peristiwa pidana
yang sama terhadap sesuatu hal yang dimaksud dituntut Pasal 263
ayat (2) KUHP.
Konklusi ;
Tindakan Mawar Muria Rini ADALAH perbuatan yang pernah Ia
lakukan sebelumnya atas perbuatan/peristiwa pidana yang sama
terhadap sesuatu hal yang dimaksud dituntut Pasal 263 ayat (2)
KUHP yang menurut Pasal 76 ayat 1 (Nebis In Idem) KUHP.
4) Unsur “Korban yang diajukan adalah sama”
Premis mayor ;
Segala tindakan yang dilakukan dalam perbuatan dimana korban
yang diajukan adalah sama yang termuat dalam Pasal 76 ayat 1
(Nebis In Idem) KUHP.
Premis minor ;
Tindakan yang dilakukan oleh Mawar Muria Rini yang dimaksud
dimana Ia sebagai korban sama yang diajukan di persidangan.
Konklusi ;
Tindakan Mawar Muria Rini ADALAH Ia korban sama yang
diajukan di persidangan yang didakwakan dengan Pasal 263 ayat (2)
KUHP yang menurut Pasal 76 ayat 1 (Nebis In Idem) KUHP.
5) Unsur “Objeknya sama atau satu”
Premis mayor:
Segala tindakan atau Perbuatan yang objeknya sama atau satu
termuat dalam Pasal 76 ayat (1) KUHP.
Premis minor:
Segala tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh Mawar Muria
Rini adalah dengan objek yang sama atau satu, pernah dituntut
dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP.
Konklusi:
Perbuatan yang dilakukan oleh Mawar Muria Rini adalah Segala
tindakan atau Perbuatan yang objeknya sama atau satu termuat
dalam Pasal 76 ayat (1) KUHP.
6) Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
Premis mayor:
90
Segala tindakan atau Perbuatan telah mendapatkan putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap termuat dalam Pasal 76
ayat (1) KUHP.
Premis minor:
Segala tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh Mawar Muria
Rini, pernah mendapatkan putusan pengadilan yang sama
berkekuatan hukum tetap.
Konklusi:
Segala tindakan atau Perbuatan yang dilakukan oleh Mawar Muria
Rini telah mendapatkan putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap termuat dalam Pasal 76 ayat (1) KUHP.
Akhirnya:
Berdasarkan Pertimbangan Hakim perbuatan yang dilakukan oleh
Mawar Muria Rini adalah perbuatan yang didakwakan kedua kalinya
dengan perkara yang sama, pada saat itu Mawar Muria Rini sebagai
Pelakunya sama (kedua kalinya) dan atas perbuatan/peristiwa pidana yang
sama juga yang didakwa oleh Jaksa dengan Pasal 263 ayat (2), pada
persidangan selanjutnya Mawar Muria Rini sebagai korban yang sama
dalam perkara ini sehingga Hakim memutuskan bahwa Mawar Muria Rini
tersebut diputus dengan Putusan Nebis in idem yang diatur dalam
ketentuan pasal 76 ayat (1), dimana objek yang termuat dalam perkara ini
adalah sama atau satu, dengan demikian perkara yang dimaksud dalam
Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap terhadap Putusan
Nomor 576/Pid.B/2008/PN. SLMN terpenuhi segala unsur. Maka Hakim
sampai pada kesimpulan memberikan Putusan Nebis in idem bahwa
perbuatan Mawar Muria Rini (terdakwa) dianggap memenuhi kualifikasi
tindak pidana yang menurut pasal 76 ayat (1) KUHP.
E. Amar Putusan
91
Adapun pendapat panulis dalam mencermati amar putusan
bagian yaitu :
sebagai berikut :
perkara yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, dengan dasar itu
unsur yang termuat dalam pasal 76 ayat (1) KUHP. yang menegaskan
bahwa :
adalah untuk membuat akta pengikatan jual beli dan tidak membuat
diatas.
dulunya dituntut dengan pasal yang berbeda yaitu : Pasal 372 dan
Pasal 372:
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan
hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam
karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah”
Pasal 378:
“Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang rnaupun
menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”
In Idem.
94
tidak sama dengan tanda tangan aslinya. Artinya bahwa tanda tangan
yang ada dalam surat Kuasa Menjual Nomor 51 dan 52 adalah tanda
tangan palsu karena pada saat tanda tangan tersebut pelapor tidak
berada di Indonesia.
adalah benar bahwa tanda tangan tersebut palsu, sehingga surat yang
dipakai sebagai kuasa untuk menjual tanah tersebut kepada pihak lain
95
“Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi
tanggal dan ditanda tangani serta berisi” :
Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan tersangka;
Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan;
2. Tentang keberatan yang menyatakan seharusnya penuntut
umum dalam dakwaan menggunakan ketentuan Pasal 55
ayat (1) ke 1 KUHP dalam surat dakwaan;
3. Bahwa hakim dalam melihat dan memutuskan perakara
tersebut hanya mengedepankan keyakinan tanpa melakukan
pertimbangan yang lebih cermat berdasarkan norma hukum
yang berlaku.
4. Bahwa akar permasalahan tersebut terjadinya mis –
komunikasi antara pihak pertama (penjual), pihak kedua
(pembeli) dan pihak ketiga sebagai pembuat akta (Notaris)
bahwa dalam kesepakatan tersebut kedudukan Notaris
hanya melaksanakan keinginan dari kedua belah pihak. Dan
seharusnya kasus ini adalah mengarah kepada keperdataan
dimana pihak pertama menyepakati akta tersebut tidak
diberikan nomor akta tetapi pemberian nomor akta yaitu
Perikatan Jual Beli Nomor 65 Tanggal 31 Mei 2004
Sedangkan Dalam Akta Kuasa Menjual No. 51 Dan No. 52
Tanggal 30 September 2004tersebut manakala pembeli
melunasi sisa pembayaran dalam kesepakatan tersebut,
itulah sebabnya pengambilan nomor akta dilakukan ketika
terjadi pelunasan, meski pihak penjual sedang berada di
Oman.
Dengan demikian hakim seharusnya lebih cermat lagi dalam
memberikan pertimbangan hukum dalam putusan ini, karena
berdasarkan pada fakta-fakta yang ada dipersidangan sudah
sangat jelas bahwa surat kuasa yang dibuat bukanlah tanda
tangan yang sebenarnya, sehingga sangat jelas bahwa surat
kuasa yang dipakai tersebut adalah surat palsu, seharusnya
hakim tidak memberikan putusan dengan alasan karena
bertentangan dengan asas Nebis in idem, pertimbangan hukum
yang diberikan oleh hakim tidak tepat karena lebih memihak
kepada terdakwa dan keterangan ahli yang diajukan oleh
terdakwa sehingga tidak memberikan rasa keadilan.
96
4.1.2 Putusan Hakim Nomor Perkara 67/Pid.B/2012/PN. Slm
A. Identitas Putusan :
B. Kasus posisi
terungkap dalam perkara ini, sehingga secara utuh dapat diketahui duduk
adalah uraian yang tertulis di dalam putusan hakim. Uraian kasus posisi ini
agar diruntut secara kronologis, sehingga fakta yang lebih awal terjadi
Tanggal Keterangan
1 Juni 2004 Saksi korban Ir. Gregorius Daryanto telah ditelpon oleh saksi
97
Hendricus Mulyono yang mengatakan bahwa ada seseorang yang
ingin membeli tanah milik saksi korban Ir. Gregorius Daryanto
sebagaimana SHM No. 717 seluas 1.309 m2 dan SHM 718 seluas
2.955 m2 kemudian korban Ir. Gregorius Daryanto
memperbolehkan tanah tersebut dijual kepada siapapun dengan
harga Rp. 400.000,- (empat ratus ribu) permeter persegi
5 Juni 2004 saksi Dra. Mawar Muria Rini ditemani oleh saksi Hendricus
Mulyono dan saksi Edi Purwanto datang kerumah saksi korban Ir.
Gregorius Daryanto untuk membicarakan kelanjutan jual belli
tanah miliknya.
Setelah terjadi tawar menawar akhirnya tanah tersebut disepakati
dengan harga Rp. 275.000 m2 sehingga harga keseluruhan tanah
milik korban Ir. Gregorius Daryanto sebesar Rp. 1.170.000.000.
atas kesepakatan tukar menukar tersebut dibuatkan oleh saksi Ir.
Gregorius Daryanto, surat perjanjian yang kemudian ditanda
tangani oleh terdakwa, saksi Ir. Gregorius Daryanto, dan 2 orang
saksi yaitu Hendricus Mulyono dan Edy Purwanto tanpa tanggal.
Kemudian saksi Dra. Mawar Muria Rini bersedia membayar uang
tunai kepada korban Ir. Gregorius Daryanto sebesar Rp.
380.000.000, sedangkan sisa pembayaran sebesar Rp. 790.000.000
alam dibayar dengan cara tukar guling tanah milik Dra. Mawar
Muria Rini seluas 6320 m2. saksi Dra. Mawar Muria Rini
menyatakan bersedia membiayai seluruh proses balik nama tanah
milik terdakwa kepada korban Ir. Gregorius Daryanto dalam
waktu 2 bulan.
Bahwa setelah terjadi kesepakatan tersebut, saksi Dra. Mawar
Muria Rini saat itu memberikan 1 Bilyet Giro Bank Niaga senilaai
Rp. 300.000.000, jatuh tempo akhir agustus 2004, sebagai tanda
pembayaran secara tunai atas kesepakatan jual beli tanah tersebut
sisanya akan dibayar dengan cara tukar guling.
10 Juni 2004 Untuk menindaklanjutkan jual beli dengan cara tukar guling tanah
antara saksi korban Ir. Gregorius Daryanto sekitar Pukul 11.00
Wib korban Ir. Gregorius Daryanto bersama dengan saksi
Hendricus Mulyono datang ke kantor terdakwa Notaris/PPAT
Endang Murniati, SH. Kemudian dikantor terdakwa Notaris/PPAT
tersebut bertemu dengan saksi Dra. Mawar Muria Rini.
Selanjutnya terdakwa Notaris/PPAT Endang Murniati, SH,
dijelaskan kepada saksi korban Ir. Gregorius Daryanto dan Dra.
Mawar Muria Rini disaksikan oleh saksi Hendricus Muyono
tentang rencana tukar guling tanah antara saksi korban Ir.
Gregorius Daryanto dengan saksi Dra. Mawar Muria Rini dan saat
itu terdakwa Notaris/PPAT Endang Murniati, SH konfirmasi
kepada saksi Ir. Gregorius Daryanto apakah benar ada rencana
tukar guling tanah SHM 717 dan SHM 718 milik saksi Ir.
Gregorius Daryanto dengan tanah milik saksi Dra. Mawar Muria
98
Rini
Kemudia terdakwa Notaris/PPAT Endang Murniati meminta
kepada saksi Ir. Gregorius Daryanto untuk menandatangi surat
yang telah dipersiapkan oleh terdakwa Notaris/PPAT. Namun
saksi korban Ir. Gregorius Daryanto saat itu tidak sempat
membaca isi keseluruhan dari surat tersebut. Hal tersebut
dilakukan oleh saksi korban Ir. Gregorius Daryanto karena dia
percaya kepada terdakwa Notaris/PPAT, bahwa yang dia
tandatangi adalah sebuah surat kesepakatan tentang tukar guling
dan bukan akte perikatan jual beli.
Terdakwa Notaris/PPAT Endang Murniati saat itu menaytakan
sanggup untuk memproses tanah milik Dra. Mawar Muria Rini
menjadi atas nama Ir. Gregorius Daryanto terlebih dahulu, baru
kemudian tanah milik saksi korban Ir. Gregorius Daryanto
diproses menjadi atas nama Dra. Mawar Muria Rini sesuai dengan
perjanjian awal (perjanjian di bawah tangan antara saksi korban Ir.
Gregorius Daryanto dan Dra. Mawar Muria Rini tanggal 5 juni
2004)
Saat itu saksi korban Ir. Gregorius Daryanto hanya menandatangi
satu kali saja sedangkan untuk lembar berikutnya beberapa kali
paraf dan tidak tanda tangan kemudian terdakwa Notaris/PPAT
meminta kepada saksi untuk menyerahkan kedua SHM 717 dan
SHM 718 yang akan digunakan untuk melakukan pengecekan ke
kantor BPN kabupaten Sleman.
11 Juni 2004 Ir. Gregorius Daryanto menyerahkan dua SHM masing masing
SHM 717 dan 718 kepada terdakwa Notaris/PPAT Endang
Murniati, SH lalu dibuatkan tanda terima
14 Juni 2004 SHM 717 dan 718 tersebut diserahkan kepada saksi Dra. Mawar
Muria Rini.
14 Agustus Ir. Gregorius Daryanto pergi keluar negeri (ke Negara Oman)
Samapai 13 untuk berbisnis.
Oktober 2004
14 Oktober 2004 tiba kembali ke Indonesia
1 Nopember 2004 Terdakwa Notaris/PPAT Endang Murniati, SH menyerahkan
perikatan jual beli No. 65 tertanggal 31 Mei 2004 dan Kuasa
Menjual No. 51 tertanggal 30 september 2004 dan kuasa menjual
No. 52 tertanggal 30 september 2004 kepada saksi Dra. Mawar
Muria Rini, dijadikan dasar untuk melakukan jual beli atas tanah
milik saksi Ir. Gregorius Damayanto antara terdakwa dan saksi Ir.
Delthy Rinaldi.
105
Notaris atau ada tdtempat lain maka Akta tersebut tidak sah.
Apabila dalam delik formil kalau akta yang dibuat tersebut tidak
sesuai dengan fakta maka itu palsu.
Bahwa Mengenai Asas Nebis In Idem Adalah Seorang Tidak
Dapat Dilakukan Penuntutan Untuk Kedua Kalinya Dalam Tindak
Pidana Yang Sama.
Bahwa Asas Nebis In Idem diatur dalam pasal 76 KUHP yang
terdiri dari 2 ayat yaitu :
Ayat (1) kecuali dalam putusan hakim masih mungkin diulangi,
orang tidak boleh dituntut 2 kali karena perbuatan yang oleh
hakim Indonesia terhadap dirinya telah diadili dengan
mendapatkan putusan yang menjadi tetap.
Ayat (2) jika putusan yang menjadi tetap bersal dari hakim lain,
maka terhadap orang itu dan karena perbuatan itu pula tidak boleh
dilakukan penuntutan dalam hal :
Putusan pembebasan dari tuduhan atau pelepasan dari tuntutan.
Putusan beru[a [emidanaan dan pidananya telah dijalani
seluruhnya atau telah diebri ampun atau wewenang untuk
menjalaninya telah dihapus
Bahwa asas Nebis In Idem tidak berlaku bagi terdakwa mampu
menyembunyikan seluruh unsur yang apabila diketahui akan
menghasilakn kejahatan, kemudian juga bisa mampu
mengupayakan tuntutan pidana hanya berdasrkan satu pelanggaran
atau terdakwa mampu mengelabuhi seluruh persidangan untuk
mengambil langkah yang keliru, maka tuntutan untuk yang kedua
kalinya boleh dilakukan.
Keterangan Ahli Dosen Fakultas Hukum
dari DR. Joko Bahwa saksi sebagai dosen Fakultas Hukum dalam perkara
Sukisno, SH, CN akan memberikan pendapat tentang pembuatan akta otentik.
Bahwa akta dianggap sah apabila isinya dibacakan dihadapan
para pihak dan tidak boleh bertentangan dengan azas kesepakatan
kontrak.
Bahwa dalam pembuatan akta otentik notaries harus
dibacakan dihadapan para pihak tentang isi dan tujuan
pembuatan akta tersebut ,yaitu para pihak mengetahui apa isi
dari Akte tersebut dan untuk mengklarifikasi apakah isi akte
tersebut sudah sesuai untuk memenuhi kesepakatan formil
maupun materiil.
Bahwa apabila seorang Notaris akan membuat dan
menandatangani Akte Perikatan Jual Beli dan Surat Kuasa
Menjual harus dihadiri para pihak dan harus ada kesepakatan
dari para pihak kemudian dibacakan dihadapan para pihak
setelah itu baru ditandatangani oleh para pihak , apabila dalam
penulisan hari, tanggal bulan dan tahun ke dalam Akte Notaris
tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya makaakibatnya akta
106
tersebut tidak sah dan merupakan bentuk pemalsuan akte;
Bahwa apabila ada tandatangan yang tidak sama dalam suatu
Akte, apabila hal tersebut diketahui oleh para saksi dan Notaris
tetapi orangnya sama dan hadir dihadapan Notaris maka tanda
tangan tersebut dianggap sah.
Keterangan Bahwa terdakwa diajukan kepersidangan karena terdakwa
Terdakwa Endang didakwa melakukan pemalsuan surat;
Murniati, SH Bahwa benar terdakwa pernah diperiksa di penyidik dan
membenarkan BAP dipenyidik;
Bahwa awalnya Dra. Mawar Muria Rini datang ke kantor
terdakwa untuk menitipkan 3 ( tiga) bidang tanah yang terletak
di Berbah terdiri dari 1 SHM dan 2 (dua) letter C dari tanah
sawah dengan maksud untuk proses dikonversi dari letter C
(tanah sawah) menjadi Sertifikat Hak Milik (tanah pekarangan),
kemudian 2 (dua) minggu kemudian yaitu pada tanggal 4 Mei
2004 Dra. Mawar Muria Rini datang lagi ke tempat terdakwa
bersama Ir.Gregorius Daryanto bermaksud untuk membeli tanah
milik Pak Gregorius Daryanto SHM 77 dan 718 yang terletak di
Juwangen, Purwomartani, Kalasan, Sleman yang lokasinya
bersebelahan dengan tanah yang sedang dibangun perumahan
oleh Mawar Muria Rini ;
Bahwa benar terjadi kesepakatan jual beli dan dibuatkan perikatan
jual beli terhadap SHM 717 dan 718 pada tanggal 31 Mei 2004;
Bahwa perikatan jual beli No. 65 dibuat dan ditandatangani pada
tanggal 31 Mei 2004 dikantor terdakwa tetapi hari dan
penanggalannya belum diisi;
Bahwa yang hadir pada waktu itu Gregorius Daryanto, Mawar
Muria Rini, Hendrikus Mulyono dan Edhi Purwanto tetapi yang
tanda tangan di hadapan terdakwa adalah Gregorius Daryanto dan
Mawar Muria Rini;
Bahwa benar perikatan jual beli tersebut kemudian diikuti akte
kuasa jual dibuat pada tanggal 31 Mei 2004, tetapi pada waktu
itu tidak dibuat pada tanggal 31 Mei 2004 dan penanggalannya
dibuat tanggal 30 September 2004 berdasarkan kesepakatan para
pihak yaitu dalam kesepakatan dicantumkan didalam Akte
Perikatan Jual Beli tertanggal 31 Mei 2004 tetapi pelaksanaannya
akan dilakukan pada tanggal 30 September 2004;Bahwa pada
waktu penanggalan akte kuasa menjual yang hadir ditempat
terdakwa hanya Mawar Muria Rini , sedangkan Pak Gregorius
Daryanto tidak hadir dihadapan terdakwa, tetapi didalam akte
kuasa menjual disebutkan Ir. Gregorius Daryanto menghadap
terdakwa;Bahwa pada tanggal 30 September 2004 Ir. Gregorius
Daryanto sedang berada di negara Oman;
Bahwa Ir. Gregorius Daryanto menyerahkan sertifikat no. 717 dan
718 miliknya pada tanggal 1 juni 2004 setelah tanda tangan
perikatan jual beli tanggal 31 Mei 2004.
107
1. Hendrikus Mulyono Saat saksi berada di kantor notaris Gregorius Daryanto
tanda tangan pada kertas kosong yang belum ada
tulisannya yang disodorkan oleh terdakwa yang
menyaksikan adalah saksi sendiri serta mawar muria
rini
Tidak pernah menandatangi Surat Kuasa menjual No.
51 dan No. 52 tanggal 30 September yang dibuat oleh
Notaris Endang, karna saksi pada tanggal tersebut
sedang berada di luar negeri.
2. Gregorius Daryanto Saksi pernah menandatangani akte tukar guling
dihadapan Notaris
Saksi belum pernah tanda menandatangani surat kuasa
menjual Nomor 51 dan Nomor 52 tertanggal 30
September 2004 karena pada tanggal tersebut sedang
berada di oman setelah itu tidak datang lagi ke
Indonesia sampai dengan tahun 2005.
4. Eddy Purwanto Ikut menandatangi Surat Perjanjian tukar guling
5. Heri Sudiono Melihat paspor tersebut menurut saya pada tanggal 30
September 2004 keberadaan Gregorius Daryanto ada
di Negara Oman
6. Ahli Sigit Riyanto akta yang dibuat tidak sesuai dengan tanggal serta ada
pihak yang tidak menghadap di depan Notaris akta
tersebut adalah tidak sah karena tidak sesuai dengan
faktanya maka itu palsu.
seseorang dapat dituntut kedua kali apabila dalam
putusan hakim masih mungkin untuk diulangi dan
Nebis In Idem tidak berlaku bagi terdakwa yang
mampu menyembunyikan seluruh unsur yang apabila
diketahui akan menghasilkan kejahatan.
NO NAMA KESAKSIAN YANG BERBEDA
1. Mawar Muria Rini Tindak lanjut dari perikatan jual beli tersebut adalah
dibuatkan perikatan jual beli dan telah ditandatangani
dan diberi tanggal 31 Mei sedangkan kuasa menjual
tidak diberi tanggal dan bulannya masih kosongan
Periaktan jual beli dan kuasa menjual tersebut dibuat
di kantor Notaris Endang Murniati dan ketika saksi
datang perikatan jual beli da surat kuasa menjual
tersebut sudah diketik rapi sudah dipersiapkan
sehingga saksi tinggal tanda tangan saja.
108
Saksi tanda tangan sebanyak tiga kali satu kali untuk
perikatan jual beli dan dua kali untuk kuasa menjual.
2. Endang Murniawati Perikatan jual beli dan dibuatkan dan ditandatangani
pada tanggal 31 Mei 2004 di kantor terdakwa tetapi
hari dan penaggalan belum diisi.
Perikatan jual beli tersebut kemudian diikuti akta
kuasa menjual tanggal 31 Mei 2004, tetapi pada waktu
itu tidak dibuat pada tanggal 31 Mei 2004 tetapi dibuat
tanggal 31 September 2004 dibuat berdasarkan
kesepakatan para pihak.
Waktu penanggalan akte kuasa menjual yang hadir
ditempat terdakwa hanya mawar muria rini, gregorius
tidak hadir tetapi dalam akte kuasa menjual disebutkan
gregorius menghadap terdakwa.
3. Nur Iswanto Terdakwa pernah di putus dalam putusan perkara
pidana No.576/Pid.B/2008/PN.Slmn denga dakwaan
Penipuan dan atau Penggelapan
6. Ahli Djoko Suksino Akta dianggap sah apabila isinya dibacakan dihadapan
para pihak dan tidak boleh bertentangan dengan asas
kesepakatan kontrak
Dalam membuat akta harus dihadiri para pihak calon
penjual dan pembeli perikatan jual beli selalu diikuti
kuasa menjual.
NO FAKTA-FAKTA DI PERSIDANGAN
1. Pada bulan Mei-Juni 2004 bertempat dirumah Gregorius Daryanto telah terjadi
kesepakatan tukar menukar tanah antara Gregorius Daryanto dengan terdakwa
Mawar Muria Rini.
2. Kesepakatan tukar menukar tanah tersebut dibuatkan oleh saksi Gregorius
Daryanto surat perjanjiannya yang kemudian ditanda tangani oleh terdakwa,
saksi Gregorius Daryanto, dan 2 orang saksi yaitu Hendricus Mulyono dan Edy
Purwanto tanpa tanggal.
3. Surat perjanjian tersebut di bawa ke Notaris sehingga oleh Notaris Endang
Murniati dibuatkan akta perikatan jual beli nomor 65 tanggal 31 Mei 2004, Akta
Kuasa Menjual No. 51 dan No. 52 tanggal 30 September 2004
4. Sesuai tertera dalam akta perikatan jual beli No. 65 penandatanganan akta
tersebut dilakukan pada tanggal 31 Mei 2004 sedangkan penandatangan akta
kuasa menjual No.51 dan akta kuasa menjual No. 52 dilakukan pada tanggal 30
September 2004
5. Gregorius tidak mengakui tanda tangannya dalam Akta perikatan jual beli
Nomor 65 tanggal 31 Mei 2004 karena Gregorius menyakini datang ke Notaris
109
pad tanggal 10 Juni 2004.
6. Gregorius tidak mengakui tanda tangannya dalam Akta Kuasa Menjual No. 51
dan No. 52 tanggal 30 September 2004 karena pada tanggal tersebut sedang
berada di Oman
7. Endang Murniati Dan Terdakwa Menerangkan Bahwa Tanda Tangan Dalam
Perikatan Jual Beli Nomor 65 Tanggal 31 Mei 2004 Sedangkan Dalam Akta
Kuasa Menjual No. 51 Dan No. 52 Tanggal 30 September 2004, Endang
Murniati tanggal tertera dalam akta tersebut tidak benar dilakukan
penandatanganan tersebut yang benar penandatanganni pada tanggal 31 Mei
2004.
8 Bedasarkan berita acara pemeriksaan dari hasil Laboratorium Kriminalistik
kesimpulannya menerangkan: Satu bundel surat kuasa jual Nomor 51; Satu
bundel surat kuasa jual Nomor 52 dan Satu bundel surat kuasa menjual Nomor
65, Gregorius dan isterinya sebagai pihak kesatu dengan Mawar Muria Rini
tangagl 31 Mei 2004 dengan tanda tangan Gregorius Daryanto sebagai
pembanding adalah merupakan tanda tangan berbeda.
110
sedangkan penandatangan akta kuasa menjual No.51 dan akta kuasa
menjual No. 52 dilakukan pada tanggal 30 September 2004.
Bahwa Gregorius (Penjual/pemilik) tidak mengakui tanda
tangannya dalam Akta perikatan jual beli Nomor 65 tanggal 31 Mei 2004
karena Gregorius menyakini datang ke Notaris pada tanggal 10 Juni 2004.
Gregorius tidak mengakui tanda tangannya dalam Akta Kuasa Menjual
No. 51 dan No. 52 tanggal 30 September 2004 karena pada tanggal
tersebut sedang berada di Oman.
Endang Murniati dan Mawar Muria Rini menerangkan bahwa
Tanda Tangan dalam Perikatan jual beli Nomor 65 tanggal 31 Mei 2004
Sedangkan dalam akta kuasa menjual No. 51 dan No. 52 tanggal 30
september 2004, Endang Murniati tanggal tertera dalam akta tersebut tidak
benar dilakukan penandatanganan tersebut yang benar penandatanganni
pada tanggal 31 Mei 2004.
Bedasarkan berita acara pemeriksaan dari hasil Laboratorium
Kriminalistik kesimpulannya menerangkan: Satu bundel surat kuasa jual
Nomor 51;Satu bundel surat kuasa jual Nomor 52 dan Satu bundel surat
kuasa menjual Nomor 65, Gregorius dan isterinya sebagai pihak kesatu
dengan Mawar Muria Rini tangagl 31 Mei 2004 dengan tanda tangan
Gregorius Daryanto sebagai pembanding adalah merupakan TANDA
TANGAN BERBEDA.”
Sehingg Notaris/PPAT Endang Murniati (Umur 50 tahun)
bertempat di kantor/PPAT Endang Murniati, SH pada tanggal 30 Mei dan
31 September 2004 telah membuat surat palsu atau memalsukan surat,
yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang,
atau yang diperuntuhkan sebagai bukti dari pada sesuatu hal dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut
seolah-olah isinya benar dan tidak palsu.
Bahwa Endang Murniati, SH (Umur 50 tahun) berdasarkan
Nomor: 67/Pid.B/2012/PN.Slmn. Tanggal 28 Februari 2012: telah
melanggar ketentuan
a) Barang Siapa;
b) Pemalsuan Surat;
111
c) Dilakukan Terhadap Akta-Akta Otentik;
d) Diancam Jika Pemakaian Surat Itu Dapat
Menimbulkan Kerugian.
4) Kondisi Norma : Tempus dan locus delicti (tunduk pada ketentuan
hukum pidana)
Unsur-unsur tindak pidana:
1) Unsur “Barang Siapa”;
2) Unsur “Pemalsuan Surat”;
3) Unsur “Dilakukan Terhadap Akta-Akta Otentik”; dan
4) Unsur “diancam Jika Pemakaian Surat Itu Dapat Menimbulkan”.
112
Premis mayor ;
Segala tindakan yang dilakukan dengan cara memalsukan surat
(elemen-elemen atau syarat-syarat) termuat dalam Pasal 263
KHUP ditambah bahwa surat yang dipalsukan akta otentik yang
berisi tidak benar diancam dengan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP.
Premis minor ;
Tindakan yang dilakukan oleh Endang Murniati dengan
memalsukan isi akta otentik berupa Akta perikatan jual beli dan
Akta Kuasa Menjual tersebut seolah-olah adalah benar.
Konklusi ;
Tindakan Endang Murniati adalah perbuatan melanggar yang
Dilakukan Terhadap Akta-Akta Otentik berupa Akta perikatan
jual beli dan Akta Kuasa Menjual menurut Pasal 264 ayat (1) ke-1
KUHP.
4) “Unsur Pemakaian Surat Tersebut Menimbulkan Kerugian”
Premis mayor ;
Segala tindakan yang dilakukan dengan cara memakai surat atau
akta otentik tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain
dapat diancam dengan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP.
Premis minor ;
Tindakan yang dilakukan Endang Murniati dengan memakai surat
atau akta otentik yang sebenarnya dapat menimbulkan kerugian
bagi pemilik.
Konklusi ;
Tindakan Endang Murniati adalah memakai surat atau akta otentik
menimbulkan kerugian bagi pemilik menurut Pasal 264 ayat (1)
ke-1 KUHP.
Akhirnya:
Dengan memperhatikan bahwa unsur-unsur perbuatan yang
dilakukan oleh Endang Murniati terbukti melakukan pemalsuan surat,
yang “Dilakukan Terhadap Akta-Akta Otentik berupa Akta
perikatan jual beli dan Akta Kuasa Menjual serta memakai akta
otentik tersebut untuk mengalihkan hak kepada pihak ketiga sehingga
mangakibatkan kerugian bagi pihak pemilik/penjual dan terpenuhi
segala unsur. maka hakim akan sampai pada kesimpulan bahwa
perbuatan Endang Murniati memenuhi kualifikasi tindak pidana
menurut Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP.
E. Amar Putusan
113
1) Menyatakan terdakwa Ny. Endang Murniati, SH; terbukti secara sah
dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “PEMALSUAN
SURAT BERUPA AKTA OTENTIK”;
2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Ny. Endang Murniati, SH, oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 9
(sembilan) bulan;
3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4) Memerintahkan barang bukti yang diajukan dalam perkara ini
sebanyak (26 macam) dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk
dijadikan barang bukti dalam perkara lain;
5) Membebankan biaya perkara kepada terdakwa.
Pasal 263 ayat 1 KUHP atau kedua : melanggar Pasal 264 ayat (1) ke-1
dengan fakta-fakta yuridis yaitu pada dakwaan kedua yaitu Pasal 264 ayat
114
Berdasarkan pada pertimbangan hakim dalam putusan ini,
hakim sudah memberikan putusan dengan baik karena cara berpikir untuk
maka pertimbangan hukum yang akan diberikan dengan alasan dan dalil
yang sama yaitu melanggar asas Nebis in idem namun pada kenyataannya
sanksi pidana. Akan menjadi tidak adil ketika yang menanggung perbuatan
sendiri karena adanya bantuan dari Mawar Muria Rini dalam putusan
115
nomor 66/Pid.B/2012/PN.Slmn seharusnya mendapatkan sanksi pidana,
pidana.
atas nama Mawar Muria Rini dan Notaris atas nama Ny. Endang Murniati,
dengan pasal dan unsur yang sama yaitu tentang perbuatan penggelapan
(Pasal 372 KUHP) dan perbuatan penipuan (Pasal 378 KUHP), namun
disuatu sisi sudut pandang yang lain dasar pertimbangan hakim tidak
putusan yang diberikan oleh hakim sangat tepat karena notaris tersebut
tersebut sehingga surat yang dipakai adalah surat kuasa palsu karena tidak
116
sesuai dengan tanda tangan penjualnya berdasarkan hasil laboratorium
kepastian hukum bagi seluruh lapisan masyarakat yang harus berjalan dan
pemalsuan ini sebagai wujud untuk sikap sosial dan sikap mental hakim
hakim dapat dijadikan cermin untuk melihat apakah hakim tersebut dalam
terdakwa.
70
Wujud perbuatan melawan hukum dalam perakra tersebut adalah menggunakan surat
palsu atau surat kuasa menjual palsu untuk melakukan peralihan hak atas tanah dan merugikan
pemilik tanah tersebut.
118
Ketidakpastian hukum atau kekeliruan dalam konstruksi
119
Fakta yang terungkap dalam persidangan yang sebenarnya
jaksa, oleh hakim diabaikan begitu saja tanpa dasar dan argumentasi
pertimbangan hukum.
hukum tidak dapat dimaknai sebagai perbuatan yang telah secara jelas
120
hukum dalam tatanan negara hukum yang sebenarnya. Konstruksi
merdeka.
dari landasan hukum dipergunakan sudah tepat dan benar atau belum
jelas yang dibuktikan dengan bukti surat dan keterangna saksi, namun
terdakwa.
71
Wujud perbuatan melawan hukum dalam perakra tersebut adalah menggunakan surat
palsu atau surat kuasa menjual palsu untuk melakukan peralihan hak atas tanah dan merugikan
pemilik tanah tersebut.
72
Tukar guling adalah tindakan untuk menukarkan tanah tersebut kepada penjual tanah
kemudian sisa dari pembayaran tanah tersebut akan dibayar dengan uang tunai.
122
7) Dalam berita acara laboratorium Kriminalistik Tandan tangan
pada surat kuasa menjual tersebut merupakan tanda tangan
berbeda dengan pemilik tanah yang sesungguhnya.
8) Terdakwa yang mengeluarkan surat kuasa menjual tersebut.
9) Surat kuasa menjual tersebut dibuat tidak dalam keadaan yang
sebenarnya;
keadaan yang sebenarnya sehingga isi dari surat tersebut adalah palsu,
fakta yang lain pemilik tanah hanya menandatangani satu akta yaitu
123
Hakim hanya menyatakan terdakwa “terbukti secara sah dan
kualifikasi unsur perbuatan yang sama yang ada dalam dakwaan jaksa.
124
biasanya juga merupakan refleksi penulis di dalam menjelaskan hukum
politik.
keadilan dari dua perspektif ini akan secara inheren muncul, yang
bahwa terdakwa diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum,
a, KUHAP, yakni :
hakim. Alasan dan Dasar yang digunakan oleh hakim untuk menolak
ayat (1) KUHP haruslah diartikan sebagai suatu kejadian yang luas
dan diancam dalam Pasal 263 ayat (2) KUHP atau Kedua
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 264 ayat (2)
cara Terdakwa telah memakai surat yang isinya tidak benar atau
372 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau Kedua sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 378 jo. Pasal 55 ayat (1)
pada hal saksi korban (Ir. Gregorius Daryanto) merasa tidak pernah
No.65 tanggal 31 Mei 2004, dan Akta Kuasa Menjual No.51 yang
576/Pid.B/2008/PN.Slmn;
No.2179 K/Pid/2009.
129
No. 576/Pid.B/2008/ PN.SLMN, setelah diteliti ternyata
hukum tetap adalah putusan yang sudah tidak ada lagi upaya
lepas dari segala tuntutan hukum, tidak bisa dikatakan ada nebis jika
kekuatan hukum tetap, karena sudah tidak tersedia lagi upaya hukum
biasa.
131
menjadi dasar putusannya. Khususnya tidak secara cermat
KUHAP ini, akan berakibat putusan batal demi hukum. hal ini
hukum putusan secara lengkap dan jelas serta harus memenuhi rasa
keadilan supaya para pelanggar hukum tidak bisa bebas dari hukuman.
ayat (1) huruf h jo 199 KUHAP sangat penting dalam putusan ini.
yang dibuat hakim dalam perkara ini isinya bebas, namun proses yang
mendahului, menyertai dan mengikuti perkara ini tidak bisa hilang dan
pasal 183 jo 185 KUHAP. Dalam putusan hakim sudah memeriksa dan
132
membuktikan alat bukti keterangan saksi, keterangan terdakwa,
khusunya dari teman terdakwa. Secara kesusilan dan cara hidup para
saksi tersebut yang dalam kasus ini sangat terkait dan melakukan
sendiri.
133
Kelalaian hakim yang berikutnya tidak cermat memahami
ketentuan pasal 185 ayat (6) huruf a,b dan d tersebut. Padahal dalam
saksi dalam perkara ini adalah saksi dengan kategori saksi mahkota,
sebenarnya oleh sebab dapat menyeret diri para saksi tersebut sebagai
alat bukti lain yang dapat saja substansinya berasal dari keterangan
saksi. Misalnya alat bukti petunjuk dan surat. Dalam ketentuan pasal
keabsahannya baik oleh terdakwa maupun oleh JPU serta oleh hakim
hukum yang demikian, maka putusan perkara ini tidak bebas atau tidak
74
Pasal 188 ayat (1) petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, bak antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Ayat (2) : petunjuk
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari: a. Keterangan saksi, b. Surat, c.
Keterangan terdakwa. Ayat (3): penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam
setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan
pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan ahti nuraninya.
134
penilaian...arif lagi bijaksana adalah kata kunci agar hakim melakukan
188 KUHAP terebut, diharapkan tidak ada putusan hakim yang tidak
perkara ini, sudah tepat atau sudah adil tidak cukup hanya dilihat dari
kesimpulannya atau amar putusan yang memutus bebas atau lepas dari
seseorang ketika memenuhi dua alat bukti yang sah, berkaitan dengan
perkara ini dengan terdakwa Dra. Mawar Muria Rini secara prosedur
75
Pasal 183 : hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
135
dalam amar putusannya terdakwa dinyatakan terbuktis secara sah
tersebut.
adalah hakim.
76
Shidarta, Kharakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesian, CV. Utomo,
Bandung, hal. 539
136
penalaran hukum dengan baik untuk menemukan keadilan dalam
bersalah atau tidak bersalah. Sebab hanya dengan sikap arif dan bijak
atas dasar suka tidak suka yang muncul karena ketidakmampuan hakim
karena punya kepentingan untuk narik uang arisan, dan bagi yang
belum atau sudah narik uang arisan berharap dapat hidangan lezat dari
tuan rumah.
dengan cara melawan hukum, baik oleh jaksa maupun oleh terdakwa
keterangan ahli, dan surat, yang diajukan oleh JPU atau penasehat
hukum. tetapi secara substansi saksi yang diajukan JPU terkesan lebih
137
banyak menguntungkan terdakwa. Bahkan hakim tidak dengan
tersebut.
185, 186, 187, 191, 192, 194, 195, 197, 199, 200, 202. Namun hakim
138
4.1.4 Kontruksi hukum dalam pertimbangan hukum dalam Putusan
Nomor 66/Pid.B/2012/PN. Slm dan Putusan Nomor 67/Pid.B/2012/PN.
Slm Dalam Perspektif Teori Pembuktian.
alat bukti yang sah. Pokoknya asal saja ada keyakinan pada hakim
tidak cukup bukti, asal hakim yakin, maka hakim dapat menjalankan
perasaannya saja. Hal ini sangat subjektif dan sangat rentan terjadinya
mafia pengadilan.
Teori ini dianut dalam HIR, sebagai ternyata dalam pasal 294
didasarkan kepada;
139
yang diperlukan oleh undang-undang. Jika bukti itu terdapat, maka
selalu mutlak. Titik berat ini dari sistem ini adalah positivitas. Teori
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
melakukannya.
dan dihukum harus ada keyakinan pada hakim dan keyakinan itu harus
melakukan perbuatan itu. Sistem ini jauh lebih baik dari pada kedua
140
RIB, yakni jika ditarik dari kesimpulan ketentuan pasal 294 RIB yang
berikut :
141
4. Sistem Pembuktian Menurut Keyakinan Hakim (Conviction
Intime/Conviction Raisonance)
Suatu sistem pembuktian yang menentukan, salah tidaknya
boleh diambil dan disimpulkan hakim dari alat-alat bukti itu diabaikan
142
terikat oleh suatu peraturan.77 Dalam sistem pembuktian ini hakim
masuk akal.
77
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Normatif, Teoritis,Praktik dan
Masalahnya, Alumni, Bandung, 2007, h.243
78
M. Yahya Harahap, Op.cit, h.256
143
dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang, hakim tidak
asas seorang terdakwa baru dapat dihukum dapat dipidana jika apa
hakim yang didasarkan kepada cara dan dengan alat-alat bukti yang
144
sah menurut undang-undang. Komponen sistem pembuktian ini
adalah.
undang.
145
Pada sistem negatif alat-alat bukti sudah ditentukan oelh
alat-alat bukti lain asal saja semua dengan dasar alasan yang tepat
menurut logika.
Dari ketentuan pasal 183 KUHAP dan pasal 294 HIR tersebut
syarat pembuktian menurut cara dan alat bukti yang sah dalam pasal
yang sah;
melakukannya.
keterbuktian itu dengan rumusan kalimat yang sudah model dan baku:
147
kesalahannya tidak terbukti secara sah menurut undang-undang yang
yakni :
a) Keterangan saksi
b) Keterangan ahli
c) Surat petunjuk
d) Keterangan terdakwa
menentukan macam atau jenis alat bukti yang sah menurut undang-
alat bukti lain selain kelima alat bukti tersebut untuk dipertimbangkan
sedikit dua alat bukti yang sah (pasal 183 KUHAP). Pasal lain yang
a) Pasal 185 ayat (2) : keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap
perbuatan yang didakwakan kepadanya. Asas ini lazim
148
disingkat dengan istilah unus testis nulls testis.
b) Pasal 189 ayat (4) : keterangan atau pengakuan terdakwa saja
tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa.
penasehat hukum dan jaksa inilah sebenarnya yang menjadi salah satu
dilihat dalam sudut pandang hukum acara pidana yang berlaku yakni
objektif.
149
4.1.5 Kontruksi hukum dalam pertimbangan hukum dalam Putusan
Nomor 66/Pid.B/2012/PN. Slm dan Putusan Nomor 67/Pid.B/2012/PN.
Slm Dalam Perspektif Teori Keadilan.
kepastian hukum sebagai “tiga ide dasar hukum” atau “tiga nilai dasar
benefits and cost,” dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan
79
Gustav Radbruch, Legal Philosophy, in The legal Philosophies of Lask, Radbruch, and
Dabin, Translated by Kurt Wilk, Harvard University Press, Massachusetts, 1950, h. 107. Lihat
juga Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, h. 95.
80
Dardji Darmodihardjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Cetakan Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,1996, h. 154.
81
Peter Mahmud Marzuki, “The Need for the Indonesian Economic Legal Framework”,
dalam Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1997, h. 28.
150
mewujudkan secara bersamaan. Achmad Ali mengatakan, kalau
dan kepastian hukum, apakah hal itu tidak menimbulkan masalah? Dalam
kenyataan sering antara tujuan yang satu dan lainnya terjadi benturan.
sebaliknya.82
tidak dengan telah menetapkan urutan prioritas seperti apa yang diajarkan
82
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, h. 95-96
83
Ibid., h. 96.
151
Keadilan menurut Aristoteles adalah kebajikan yang berkaitan
asumsi untuk hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, dan yang
84
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, h. 36.
85
Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta,2006, h. 47
152
proporsional (acqualitas proportionis); dan 2) kesamaan
kuantitas atau jumlah (acqualitas quantitas).86
sosial.87
“Summum ius summa inuiria”, bahwa keadilan teringgi itu adalah hati
nurani.88
keyakinan hakim atau hati nurani namun keyakinan hakim tersebut harus
bersifat arif dan bijaksana. Ketika alat-alat bukti sudah memenuhi seabgai
86
E. Sumaryono, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas,
Kanisius, Yogyakarta, 2002, h. 90-91.
87
John Rawls, A Theory Of Justice; Teori Keadilan, Pustaka Belajar, Tanpa Tahun, h. 7
88
Jeremies Lemek, Mencari Keadilan Pandangan Kritis Terhadap Penegakkan
Hukum di Indonesia, Galang Press, Yogyakarta, 2007, h. 25.
153
memberikan sanksi pidana, tidak semata-mata di tolak tuntutan yang
naskah undang-undang.
ataukah dalam hal hakim menjatuhkan sanksi sudah sesuai dengan apa
154
Keputusan hakim yang membuktikan dakwaan jaksa secara utuh
terdakwa yang dituntut oleh jaksa penuntut umum dalam surat dakwaan
sudah pernah pernah diputus menjadi lepas dari segala tuntutan dalam
yang di dalilkan yaitu pasal 55 jo 278 KUHP, terbukti tetapi salah dalam
kalinya dengan penuntutan pasal 263 ayat (2), ketika dicermati lebih
Sehingga pertimbangan hakim dalam hal ini keliru dan tidak memenuhi
155
pasal 55 KUHP.89 Serta melanggar pasal 263 ayat (2)KUHP.90 Maka
hakim tetapi tidak membuktikan unsur tindak pidana dan unsur kesalahan
89
Pasal 55 KUHP yaitu (1) dipidana sebagai pelaku tindak pidana : 1. Mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan. 2. mereka
yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana
atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. (2). Terhadap
penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-
akibatnya.
90
Pasal 263 ayat (2) : Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat
menimbulkan kerugian
91
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perubahan Sosial, Suatu Tinjauan Teoritis Serta
Pengalaman-Pengalaman, Bandung, Penerbit Alumni, 1989
156
salah satunya kesalahan atau kekeliruan menerapkan hukum, dengan
hukum salah satunya adalah hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan
pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang
disebut dengan isi dari hak. Sedangkan dalam pasal 4 ayat (1) Undang-
92
Lihat Huijeber, T. Filsafat Hukum, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Dalam Rahayu. 1995,
Ibid hal 154
93
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
yang berbunyi Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
157
4.1.6 Perbedaan antara Pemalsuan dan Penipuan.
1. Pemalsuan
46
undang-undang, yang terdiri atas :
94
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Log. Cit.
95
Ibid
158
a. Cara yang paling lazim adalah menerangkan isi delik dari
keterangan itu dapat dijabarkan unsur-unsur perbuatan yang
dapat di pidana, seperti misalnya Pasal 279, 281, 286, 242
dan sebagainya dari KUHP.
b. Dengan cara menerangkan/memberikan unsur-unsur dan
memberikan pensifatan/kualitikasi, seperti misalnya pemalsuan
Pasal 263, pencurian Pasal 362, penggelapan Pasal 372,
penipuan Pasal 378 dari KUHP.
c. Cara yang jarang dipakai adalah hanya memberikan
pensifatan kualifikasi saja seperti misalnya penganiayaan Pasal
351, pembunuhan Pasal 338 dari KUHP.
d. Kadangkala undang-undang merumuskan ancaman pidana-
nya saja untuk peraturan-peraturan yang masih akan dibuat
kemudian seperti misalnya, Pasal 521 dan Pasal 122 ayat 1
KUHP).
Pasal 263 KUHP dan unsur-unsurnya di mana bunyi daripada Pasal 263
(1) “Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan atau menyuruh
orang lain mempergunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan
tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat
mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat,
dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.
b. Unsur Subjektif:
Dengan maksud untuk menggunakannya sebagai surat yang asli
dan tidak dipalsukan atau untuk membuat orang lain menggunakan
orang tersebut.
Adapun penjelasan terhadap Pasal 263 ayat (1) KUHP ini adalah: 96
a. Yang diartikan surat dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP ini adalah segala
surat yang baik ditulis tangan, dicetak, maupun ditulis memakai mesin
dan lain- lainnya. Namun oleh penulis, dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang ini, surat tidak hanya ditulis,
dicetak dan lainnya, tetapi telah ada pula surat elektronik yang tidak
ditulis atau tertera pada selembar kertas.
b. Surat yang dipalsu itu harus suatu surat yang:
1) dapat menerbitkan suatu hak (misalnya: ijazah, karcis tanda masuk,
surat andil dan lain-lain),
2) dapat menerbitkan suatu perjanjian (misalnya: surat perjanjian
piutang,
3) dapat menerbitkan suatu pembebasan utang (kwitansi atau surat
semacam itu) atau,
4) suatu surat yang boleh dipergunakan sebagai suatu keterangan bagi
sesuatu perbuatan atau peristiwa (misalnya: surat tanda kelahiran,
buku tabungan pos, buku kas, buku harian kapal, surat angkutan,
obligasi dan masih banyak lagi).
5) Walaupun pada umumnya sebuah surat tidak melahirkan secara
langsung adanya suatu hak, melainkan hak itu timbul dari adanya
perikatan hukum (perjanjian) yang tertuang dalam surat itu, tetapi
ada surat-surat tertentu yang disebut surat formil yang langsung
melahirkan suatu hak tertentu, misalnya cek, bilyet giro, wesel,
surat izin mengemudi, ijazah dan lain sebagainya.
6) Surat yang berisi suatu perikatan pada dasarnya adalah berupa surat
yang karena perjanjian itu melahirkan hak. Misalnya surat jual beli
melahirkan hak si penjual untuk menerima uang pembayaran
harga benda, dan pembeli mempunyai hak untuk memperoleh atau
menerima benda yang dibelinya. Begitu juga dengan surat yang
berisi pembebasan hutang. Lahirnya pembebasan hutang pada
dasarnya disebabkan karena dan dalam hubungannya dengan suatu
perikatan. Misalnya suatu Kuitansi yang bersisi penyerahan
96
R. Soesilo, Op. Cit., hlm. 197-198.
160
sejumlah uang tertentu dalam hal dan dalam hubungannya dengan
misalnya jual beli, hutang piutang dan lain sebagainya.
akan adanya sesuatu hal” di dalamnya ada 2 (dua) hal yang perlu
menunjukkan asal surat itu yang tidak benar. Pegawai polisi membuat
prosesperbal yang berisi sesuatu cerita yang tidak benar dari orang
perbal palsu. Ia membuat proses- perbal palsu, apabila pegawai polisi itu
mengubah surat demikian rupa, sehingga isinya menjadi lain dari isi
yang asli atau sehingga surat itu menjadi lain dari yang asli.
surat itu diganti dengan yang lain. Dapat pula dilakukan dengan jalan
97
Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah
Agung dan Hoge Raad, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 155.
161
pula penempelan foto orang lain daripada pemegang yang tidak
2. Penipuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hak, dengan
pokok seperti yang diatur dalam Pasal 378 KUHP terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut :
164
b. Memakai keadaan palsu.
c. Rangkaian kata-kata bohong.
d. Tipu muslihat agar :
1) menyerahkan sesuatu barang
2) membuat hutang
3) menghapus piutang.102
dengan jalan melawan hukum. Syarat dari melawan hukum harus selalu
dipergunakan.
1. Nama palsu.
Penggunaan nama yang bukan nama sendiri, tetapi nama orang
lain, bahkan penggunaan nama yang tidak dimiliki oleh
siapapun juga termasuk didalam penggunaan nama palsu.
Dalam nama ini termasuk juga nama tambahan dengan syarat
yang harus tidak dikenal oleh orang lain.
2. Keadaan atau sifat palsu.
102
165
Pemakaian keadaan atau sifat palsu adalah pernyataan dari
seseorang, bahwa ia ada dalam suatu keadaan tertentu, keadaan
mana memberikan hak-hak kepada orang yang ada dalam
keadaan itu, misalnya seseorang swasta mengaku anggota
polisi, atau mengaku petugas PLN.
3. Rangkaian kata-kata bohong.
Disyaratkan bahwa harus terdapat beberapa kata bohong yang
diucapkan, suatu kata bohong saja dianggap tidak cukup
sebagai alat penggerak ataupun alat bujuk. Rangkaian kata-kata
bohong yang diucapkan secara tersusun, hingga merupakan
suatu cerita yang dapat diterima sebagai sesuatu yang logis dan
benar. Jadi kata- kata itu tersusun hingga kata-kata yang satu
membenarkan atau memperkuat kata yang lain.
4. Tipu muslihat
Tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan
sedemikian rupa, hingga perbuatan-perbuatan itu menimbulkan
kepercayaan atau keyakinan atas kebenaran dari sesuatu kepada
orang lain. Jadi tidak terdiri atas ucapan, tetapi atas perbuatan
atau tindakan suatu perbuatan saja sudah dapat dianggap
sebagai tipu muslihat. Menunjukkan surat-surat yang palsu,
memperlihatkan barang yang palsu adalah tipu muslihat.
barang yang telah terjadi sebagai akibat penggunaan alat penggerak atau
166
jiwa seseorang untuk menyerahkan sesuatu barang. Psychee dari korban
penggunaan alat atau cara itu korban tidak akan tergerak psycheenya dan
suatu situasi yang tepat untuk menyesatkan seseorang yang normal, hingga
orang itu terpedaya karenanya. Apabila orang yang dibujuk atau digerakkan
telah diartikan secara tidak sama, yakni ada yang telah menerjemahkan
dengan kata-kata “supaya memberi utang“ dan ada pula yang telah
“perikatan utang“ dalam rumusan Pasal 378 KUHP itu mempunyai arti
yang sifatnya umum menurut tata bahasa, dan bukan mempunyai arti
menurut BW. Perikatan utang seperti itu dapat dibuat dalam berbagai
167
perjanjian kredit di depan notaris, akan tetapi juga dapat dibuat dalam
tersebut.
Sehingga sangat jelas apa yang sudah penulis uraikan pada bagian
diatas bahwa pemalsuan surat adalah salah satu bagian atau tergolong dalam
pemalsuan, hal ini tergantung pada alat pembujuk yang akan digunakan
subjek hukum untuk melakukan penipuan terhadap orang lain baik melalui
168
Kontruksi putusan hakim menggambarkan bagaimana alur kerangka pikir
konstruksi putusan hakim menjadi sangat penting oleh karena di dalamnya dapat
dilihat dan dimaknai sebagai kaidah keteraturan nilai-nilai keadilan, kepastian dan
hukum dalam penegakan hukum, tetapi konstruksi putusan hakim menjadi risalah
bumi. Hukum merupakan landasan dan arah dari pembangunan sistem yang
membentuk tata kehidupan yang beradab, putusan hakim merupakan hukum yang
konkrit dan langsung mengikat, oleh karenanya putusan hakim merupakan risalah
suatu bagian yang terpenting untuk melihat karakteristik dari suatu negara melalui
dalam perkara pemalsuan surat salah satu tujuan negara untuk menerapkan rasa
keailan, kemanfaatan dan kepastian hukum bagi seluruh lapisan masyarakat yang
dalam memaknai dan memahami ketentuan normatif hukum positif dalam perkra
pemalsuan surat. Konstruksi dalam perkara pemalsuan ini sebagai wujud untuk
sikap sosial dan sikap mental hakim dalam menegakan hukum dan keadilan di
103
Untuk lebih lanjut bisa lihat Disertasi Sidik Sunaryo, Rekonstruksi Putusan Hakim
Perkara Korupsi Dalam Perspekstif Hukum Progresif, fakultas hukum universitas brawijaya
malang, 2016, hal. 64
169
apakah hakim tersebut dalam putusan sudah benar-benar memberikan kepastian
huku, keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat, oleh sebab itu penulis
sebagai dasar dalam membuat amar putusan . fakta hukum membuktian bahwa
perbuatan terdakwa tersebut sanga jelas yang dibuktikan dengan bukti surat
dan keterangna saksi, namun hakim tidak menjadikannya sebagai dasar dalam
terdakwa.
hakim perakra pemalsuan surat dapat dilihat dalam fakta hukum sebagai
berikut:
amar putusan hakim dalam perkara pemalsuan surat adalah sebagai berikut :
begitu saja tanpa dasar dan argumentasi yang memadai. Hakim tidak hanya
surat, telah keliru secara nyata dalam mengkonstruksi fakta hukum yang
dapat dimaknai sebagai perbuatan yang telah secara jelas melanggar hukum
tertulis.
tidak saja merupakan metode dalam menegakan konsep negara hukum, tetapi
kehidupan bangsa. Kontruksi keadilan ini dapat dijadikan sebagai cermin yang
hakim perkara pemalsuan surat dapat dilihat dalam dua perspektif yakni
pertimbangan hukum, dan amar putusan sudah sedah sesuai dengan prosedur
172
hukum formil. Konstruksi keadilan substansial dapat dilihat dari landasan
hukum dipergunakan sudah tepat dan benar atau belum tepat dan belum benar.
sebagai dasar dalam membuat amar putusan . fakta hukum membuktian bahwa
perbuatan terdakwa tersebut sanga jelas yang dibuktikan dengan bukti surat
dan keterangna saksi, namun hakim tidak menjadikannya sebagai dasar dalam
terdakwa.
hakim perakra pemalsuan surat dapat dilihat dalam fakta hukum sebagai
berikut:
105
Wujud perbuatan melawan hukum dalam perakra tersebut adalah menggunakan surat
palsu atau surat kuasa menjual palsu untuk melakukan peralihan hak atas tanah dan merugikan
pemilik tanah tersebut.
106
Tukar guling adalah tindakan untuk menukarkan tanah tersebut kepada penjual tanah
kemudian sisa dari pembayaran tanah tersebut akan dibayar dengan uang tunai.
173
d) Keduanya sepakat untuk melakukan Perjanjian, perjanjiant tersebut
dibuat oleh saksi Dra. Mawar Muria Rini dan saksi pergi ke kantor
Notaris;
e) Saksi Notaris Endang Murniati membuat perjanjian terkait tuker
guling tanah;
f) Aktanya sudah dipersipakan oleh terdakwa Saksi hanya melakukan
tanda tangan satu kali pada akta pengikatan jual beli tersebut;
g) Saksi tidak pernah membuat dan menandatangani surat kuasa
menjual kepada terdakwa;
h) Dalam berita acara laboratorium Kriminalistik Tandan tangan pada
surat kuasa menjual tersebut merupakan tanda tangan berbeda
dengan pemilik tanah yang sesungguhnya.
i) Terdakwa yang mengeluarkan surat kuasa menjual tersebut.
j) Surat kuasa menjual tersebut dibuat tidak dalam keadaan yang
sebenarnya;
pebuatan terdakwa ke dalam dua unsur perbuatan, yakni melawan hukum dan
dari fakta hukum bahwa suat kuasa menjual yang dibuat oleh terdakwa adalah
tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya sehingga isi dari surat tersebut
adalah palsu, fakta yang lain pemilik tanah hanya menandatangani satu akta
yaitu akta jual beli. Konstruksi amar putusan hakim dalam perkara pemalsuan
otentik, ha”, hakim tidak memberikan penegasan terdakwa terbukti secara sah
dan harus memiliki pemahaman yang utuh terkait dengan substansi dakwaan
Jaksa Penuntut Umum. Dakwaan JPU menjadi satu-satunya dasar hakim untuk
Khususnya tidak secara cermat mencantumkan ketentuan pasal 199 ayat (1)
ayat (1) huruf b KUHAP ini, akan berakibat putusan batal demi hukum. hal ini
Indonesia yang tradisional nilai keadilan ini. Putusan pemalsuan surat dalam
175
perkara ini juga seharusnya melihat aspek kepastian, kemanfaatan dan
keadilan dengan cara mencantumkan dasar hukum putusan secara lengkap dan
jelas serta harus memenuhi rasa keadilan supaya para pelanggar hukum tidak
huruf h jo 199 KUHAP sangat penting dalam putusan ini. Sebab akibat batal
demi hukum. dengan konsekuensi batal demi hukum maka putusan hakim
tersebut dianggap tidak pernah ada. Karena dianggap tidak pernah ada maka
keadaan harus dikembalikan seperti keadaan semula sebelum perkara ini ada.
Meskipun putusan yang dibuat hakim dalam perkara ini isinya bebas, namun
proses yang mendahului, menyertai dan mengikuti perkara ini tidak bisa
hilang dan dilupakan begitu saja oleh para pihak dan masyarakat.
ahli, dan surat. Namun keempat alat bukti tersebut dipandang oleh hakim tidak
Nebis In Idem sebagaimana yang sudah diuraikan pada bagian di atas. Tetapi
secara substansi hakim masih belum memberikan gambaran yang utuh tentang
putusannya mempertimbangkan ketentuan pasal 185 ayat (6) huruf a,b dan d,
antara keterangan saksi satu dengan yang lain; hakim tidak sungguh-sungguh
176
memperhatikan persesuaian antara keterangan saksi dan alat bukti lain; dan
serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya
khusunya dari teman terdakwa. Secara kesusilan dan cara hidup para saksi
tersebut yang dalam kasus ini sangat terkait dan melakukan perbuatan
Dalam keadaan demikian tidak mungkin dapat diharapkan para saksi akan
pasal 185 ayat (6) huruf a,b dan d tersebut. Padahal dalam persidangan hakim
seharusnya sadar dan paham, bahwa sebagian besar saksi dalam perkara ini
adalah saksi dengan kategori saksi mahkota, karena kolega terdakwa. Dengan
memberikan keterangan yang sebenarnya oleh sebab dapat menyeret diri para
saksi tersebut sebagai pihak yang juga harus bertanggung jawab. Hakim
harusnya menggali alat bukti lain yang dapat saja substansinya berasal dari
keterangan saksi. Misalnya alat bukti petunjuk dan surat. Dalam ketentuan
107
Pasal 188 ayat (1) petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, bak antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Ayat (2) : petunjuk
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari: a. Keterangan saksi, b. Surat, c.
Keterangan terdakwa. Ayat (3): penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam
setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan
pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan ahti nuraninya.
177
KUHAP ini. Sebab dalam persidangan hakim sudah memeriksa para saksi,
oleh terdakwa maupun oleh JPU serta oleh hakim sendiri. Dengan demikian
andai saja hakim memahami kontruksi hukum yang demikian, maka putusan
perkara ini tidak bebas atau tidak lepas dari segala tuntuan serta tuntuan jaksa
uang negara. Ketentuan pasal 188 KUHAP ini memang menuntut hakim harus
bijaksana adalah kata kunci agar hakim melakukan penemuan hukum. Dengan
tidak ada putusan hakim yang tidak mencerminkan keadilan. Untuk melihat
apakah putusan hakim dalam perkara ini, sudah tepat atau sudah adil tidak
cukup hanya dilihat dari kesimpulannya atau amar putusan yang memutus
bebas atau lepas dari segala tuntutan. Tetapi prosedur untuk sampai pada
adalah hakim tidak menerima tuntutan dari jaksa penuntut umum, hal ini
sangat tidak memenuhi rasa keadilan, karena berdasarkan pada pasal 183.108
Hakim bisa menjatuhkan pidana kepada seseorang ketika memenuhi dua alat
bukti yang sah, berkaitan dengan perkara ini dengan terdakwa Dra. Mawar
Muria Rini secara prosedur dan fakta yang sudah terungkap di pengadilan
surat.
maka terdakwa tersebut dibebaskan. Sehingga dalam hal ini putusan hakim
tetapi hasil akhirnya hakim memutuskan bebas kepada terdakwa Dra. Mawar
Muria Rini dalam Putusan Nomor 66/Pid.B/2012/PN. Slm. Dalam hal ini
hakim telah keliru dalam amar putusannya karena tidak memberikan keadilan
109
Shidarta, Kharakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesian, CV. Utomo,
Bandung, hal. 539
179
institusi peradilan. Pengembangan hukum terpenting dalam lapangan kegiatan
nampak hakim yang memutus perkara ini tidak memahami penalaran hukum
dengan sikap arif dan bijak inilah seharusnya keyakinan hakim harus
dibangun. Tidak dibangun atas dasar suka tidak suka yang muncul karena
ini.
memutus perkara ini. Kegiatan peradilan di tangan dan kaki hakim yang
narik uang arisan, dan bagi yang belum atau sudah narik uang arisan berharap
hukum, baik oleh jaksa maupun oleh terdakwa dan atau penasehat hukumnya.
Berdasarkan kajian terhadap isi putusan , penulis alat bukti yakni : keterangan
saksi, keterangan terdakwa, keterangan ahli, dan surat, yang diajukan oleh
180
JPU atau penasehat hukum ke persidangan yang diperoleh dengan tidak secara
melawan hukum. tetapi secara substansi saksi yang diajukan JPU terkesan
dapat dilihat secara yuridis, doktrin ilmu hukum, dan yurisprudensi. sebab
dengan ketiga aspek inilah kita dapat menganalisis apakah suatu putusan
hakim sudah sesuai dengan dengan prinsip-prinsip kaidah berfir secara benar.
banyak regulasi dan penegasan terkait pembuktian yang harus diikuti oleh
pengadilan oleh hakim. Secara yuridis, hakim dalam perkara harus menjadikan
Hukum Acara Pidana, khususnya ketentuan pasal 183, 184, 185, 186, 187,
191, 192, 194, 195, 197, 199, 200, 202. Namun hakim belum menggunakan
dasar ini dalam membuktikan alat bukti dalam persidangan. Hakim hanya
menggunakan sebagian kecil ketentuan 183, 184 dan 191 KUHAP yang
lainnya belum nampak. Sehingga putusan yang dibuat oleh hakim tidak
181
berdasarkan norma dan kaidah hukum, salah satu faktor penyebabnya adalah
karena tidak cermat dan kurang arif serta bijaksana dalam memutus perkara
tersebut.
memiliki arti perangkat hukum suatu negara yang mampu menjamin hak
Pada tahun 1748 Moentesquieu menulis buku De iesprit des lois (The
Pada tahun 1764 seorang pemikir hukum Italia yang bernama Gesare
dan oleh sebab itu eksekutif dapat menindak dan menghukum apabila
terdapat seseorang yang melanggar apa yang telah diputuskan oleh pihak
legislative. Gagasan ini kemudian dikenal sebagai asas nullum crimen sine
110
Anton M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, Balai Pustaka, 2008, hal.
1028
111
E. Utrecht dan Moh. Saleh J. Jindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Iktiar Baru
dan Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 388.
182
legi, yang tujuannya memberikan perlindungan hukum bagi setiap warga
Mengetahui perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan
yang kedua adalah berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan
pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu
112
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum
Kodrat dan Antinomi Nilai, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2007, h. 93.
113
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, Cetakan Keempatbelas,
Kanisius, Yogyakarta, 2007, h. 163.
114
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2013, hal. 158.
183
dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara
dalam penerapannya.
tertentu.117
tindakan yang dilakukan oleh hakim dalam memutus suatu perkara tidak boleh
115
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, ( Kencana : Jakarta, 2013), hlm. 137
116
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 2001, hlm. 53
117
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
2007, h. 145.
184
hanya mengendepankan keyakinan hakim tetapi hakim harus memperhatikan
setiap keputusan berdasarkan substansial. Hal ini salah satu bentuk untuk
adalah hakim dalam memutus suatu perkara harus bersikap netral tidak
oleh hakim tidak boleh bertentangan dengan kepastian hukum. dalam hal ini
KUHAP.
dalam sitem sosial. Hal ini sesuai dengan prinsip Ubi Isu Ibi Societas, dimana
ada hukum disitu pasti ada masyarakat. Masyarakat tidak membuat hukum
masyarakat.
yang harus dilindungi dari masing-masing individu yakni apa yang kemudian
disebut dengan hak itu. Kemudian berkembang ada hak dasar manusia (basic
120
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;
pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
186
right) dan hak asasi manusia (human right). Konsepsi hak ini dipandang
masyarakat seacar luas dengan apa yang disebut dengan bangsa. Keberadaban
sebuah bangsa selalu diukur dari sampai seberapa mampu sebuah bangsa
asasi. Penghormatan dan jeminan hak tidak mungkin dapat terwujud apabila
kekuasaan yang modern dengan apa yang disebut dengan negara. Negara
187
Ketika masyarakat sudah hidup dalam komunitas organisasi
hak dan kewajiban antara warga negara dengan penguasa negara. Penguasa
Dalam setiap hak warga negara disitu harus dapat dipastikan adanya
penegak hukum khususnya dalam hal ini adalah hakim, yang disebabkan oleh
dan nilai keadilan yang seharusnya menjadi hak warga negara untuk
pikiran reformatif yang wajib dilakukan dengan alasan keadilan yang semu.
Undang-undang yang selama ini mejadi satu-satunya alat dan media untuk
188
menegakan hukum dan keadilan oleh hakim seharusnya dipandang tidak
relevan lagi untuk tetap dijadikan dasar utama sebagai acuam bagi hakim
civil law yang awalnya tidak dikenal sumber hukum adalah dari
salah satu dasar hakim dalam menemukan hukum lama yang dianggap relevan
dengan peristiwa hukum baru yang sedang diadili. Proses penemuan hukum
melalui Yurisprudensi ini memang tidak salah dalam konsepsi hukum civil
law yang tidak murni yang sudah dianut NKRI. Tetapi pemahaman para
Yurisprudensi wajib diikuti atau sekedar pilihan bagi penegak hukum dalam
189
diperdebatkan secara mendalam. Sebab apabila Yurisprudensi disamakan
sudah tentu terdapat kepastian, sekalipun dalam kepastian hukum belum tentu
menempatkan tatanan hukum positif dalam konteks dan pada peta tatanan
(order) yang lebih besar, maka substansi alternatif, tatanan alternatif, artinya
diluar hukum positif memang senantiasa ada dalam masyarakat. Dalam ilmu
formal negara tetapi harus diseimbangkan dengan nilai-nilai yang ada dan
121
Satjipto Rahardjo, penegakan hukum progresif, pt. Kompas media nusantara, jakarta,
2010, hal. 16
122
Busyro Muqoddas, Ideologi Pengacara Jalanan Penyuara Nurani Keadilan, Jakarta,
Komisi Yudisial RI, hal. 152-153
190
hakim. “kalau ditanyakan ke panitera akan mendapat sinyal bahwa hakim
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
hakim dalam menerapkan hukum karena pada sidang yang kedua Mawar
191
Muria Rini didakwa dengan Pasal yang berbeda yaitu Pasal 263 ayat (2)
diputus berbeda dengan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP dengan hukuman 1
tahun 8 bulan , hal ini terjadi perbedaan putusan diantara keduanya dimana
Notaris memiliki kedudukan hukum sebagai pejabat negara, oleh sebab itu
Pidana, khususnya ketentuan pasal 183, 184, 185, 186, 187, 191, 192, 194,
195, 197, 199, 200, 202. hakim belum menggunakan dasar ini dalam
sebagian kecil ketentuan 183, 184 dan 191 KUHAP yang lainnya belum
norma dan kaidah hukum, salah satu faktor penyebabnya adalah karena
tidak cermat dan kurang arif serta bijaksana dalam memutus perkara
192
tersebut. Baik terhadap putusan Mawar Muria Rini maupun putusan yang
DAFTAR PUSTAKA
194