Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRINSIP DAN TUJUAN TEGAKNYA HUKUM

Disusun oleh:

Fajar Galih A
(201810120311099)

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
Supremasi hukum menjadi salah satu prinsip dasar yang wajib dijunjung tinggi oleh
negara-negara hukum, seperti Indonesia. Prinsip tersebut diketahui dapat mendorong
terciptanya kehidupan yang demokratis.
Dasar hukum yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum tertuang dalam pasal
1 ayat 3 UUD 1945. Para ahli hukum Eropa Kontinental menyebut negara hukum dengan
istilah rechtsstaat. Dalam definisi sederhana, negara hukum dapat diartikan sebagai negara
yang dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas ketentuan hukum.

Terdapat tiga prinsip dasar yang wajib diterapkan


oleh negara hukum, di antaranya supremasi hukum
(supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum
(equality before the law), dan penegakan hukum
dengan cara yang tidak bertentangan dengan
hukum (due process of law).

Dalam situs Mahkamah Konstitusi seperti dikutip


Selasa (30/11/2021) disebutkan, supremasi hukum
artinya upaya penegakan dan penempatan hukum
pada posisi tertinggi. Penempatan hukum yang
sesuai tempatnya ini dapat melindungi seluruh
rakyat tanpa adanya intervensi atau campur tangan
dari pihak manapun, termasuk penyelenggara
negara itu sendiri.

Dalam definisi lain, supremasi hukum diartikan


sebagai penegakan hukum yang adil, independen,
dan bebas. Prinsip tersebut akan melahirkan
kepastian hukum yang mengarah pada lahirnya
budaya politik yang taat dan sadar hukum. Demikian
menurut penjelasan dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan oleh Hasim.

Tujuan Supremasi Hukum


Supremasi hukum bertujuan untuk memberikan
perlindungan masyarakat dari kesewenang-
wenangan yang dilakukan oleh individu lainnya.
Supremasi hukum juga menjadi jaminan kedudukan
yang sama dalam hukum bagi setiap warga negara.
Pada akhirnya, hal tersebut dapat menciptakan
keamanan dan kenyamanan dalam berkehidupan,
berbangsa, dan bernegara.

Kekuasaan Kehakiman dan Lembaga Yudikatif


dalam UUD 1945
Prinsip Dasar Negara Hukum Lainnya
Prinsip dasar yang dijalankan oleh negara hukum
lainnya adalah equality before the law dan due
process of law. Equality before the law menegaskan
bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan
yang sama di hadapan hukum tanpa ada
pengecualian.

Prinsip tersebut dituangkan dalam pasal 27 ayat 1


dan ditegaskan dalam UU Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, tepatnya pada pasal
4 ayat 1. Berdasarkan pasal tersebut, pengadilan
mengadili menurut hukum dan tidak membeda-
bedakan orang.

Sementara itu, due process of law biasa digunakan


dalam sistem peradilan pidana di Indonesia. Prinsip
tersebut diartikan sebagai proses hukum yang baik,
benar, dan adil. Dalam hal ini, penegak hukum
diwajibkan untuk memastikan terpenuhinya hak bagi
tersangka atau terdakwa.
Pengertian Hukum
1. Pengertian Hukum Menurut Berbagai Ahli
Ada banyak definisi untuk menjelaskan arti hukum melihat dari berbagai sumber
yang mendefinisikannya. Perlu kalian tahu, nih banyak para ahli yang memiliki
definisi berbeda mengenai hukum lho. Ya, jadi sebenarnya pengertian hukum itu
bisa bermacam-macam karena hingga kini masih belum ada kesepahaman antar
para ahli mengenai definisi sebenarnya.
Beragamnya definisi ini mengingat sifat hukum itu sendiri yang memiliki banyak
dimensi sehingga bisa dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Abdul Manan,
seorang profesor ilmu hukum dari Indonesia menuliskan dalam bukunya “Aspek-
aspek Pengubah Hukum” bahwa:
“Para ahli hukum tidak sependapat dalam memberikan definisi tentang hukum,
bahkan sebagian ahli hukum mengatakan bahwa hukum itu tidak dapat
didefinisikan karena luas sekali ruang cakupannya dan meliputi semua bidang
kehidupan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Jika
hendak membuat definisi hukum, hendaknya harus dilihat dari berbagai segi dan
sudut pandangan.”
C.S.T. Kansil juga pernah menyebut bahwa pembatasan tentang hukum yang
dikemukakan oleh para ahli belum bisa memberikan definisi mengenai hukum
secara pasti. Setiap dari memiliki pendapatnya sendiri mengenai apakah yang
dimaksud dengan hukum.

a. E. Utrecht
Definisi yang tidak jelas mengenai hukum pun membuat batasan mengenainya
sulit untuk ditentukan. Meski begitu, E. Utrecht pun berupaya untuk membuat
batasan tentang hukum sehingga dapat membantu memberikan gambaran
mengenai arti hukum bagi mereka yang mau mempelajarinya.
Menurut Utrecht, hukum merujuk pada himpunan petunjuk hidup yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat dan harus ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan. Pelanggaran terhadap petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah atau masyarakat bersangkutan.
b.  SM. Amin
Menurut SM. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri
dari norma dan sanksi-sanksi yang mana tujuan dari peraturan ini adalah untuk
mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan
ketertiban menjadi terpelihara.

c. Sunaryati Hartono
Sunaryati Hartono memberikan definisi mengenai Pengertian Hukum yaitu
hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, akan tetapi jika
mengatur berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia
lainnya, atau dengan kata lain hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di
dalam hidup bermasyarakat.

d. Sudikno Mertokusumo
Mertokusumo mendefinisikan hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah
dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang
berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan
suatu sanksi.
Menurutnya lagi, hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah memiliki isi
yang bersifat umum dan normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang dan
normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan,

e. EM. Mayers
Pengertian hukum menurut Mayers adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat sebagai pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan
tugasnya.

F. Immanuel Kant
Kant menyebut hukum sebagai keseluruhan syarat-syarat. Dengan syarat-syarat
tersebut kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas orang lain.

2. Pengertian Hukum Menurut KBBI


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga memiliki definisinya sendiri
mengenai hukum. KBBI menuliskan empat definisi hukum, yaitu:
1. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan
oleh penguasa pemerintah atau otoritas
2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan
masyarakat
3. Patokan (kaidah, ketentuan)
4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan
vonis.

3. Pengertian Hukum Secara Umum


Melihat definisi beragam mengenai hukum tersebut jangan membuat kalian
tambah bingung dengan pengertian hukum, ya. Karena dari berbagai definisi
tersebut sebenarnya kalian bisa mengambil beberapa kesamaan untuk
mendapatkan definisi hukum secara umum. Lantas, apakah kesamaan yang bisa
kita ambil dari beberapa definisi di atas?
Kesamaan mengenai hukum yang bisa kalian temukan di antaranya adalah:
1.  Adanya seperangkat atau kumpulan aturan.
2. Seperangkat aturan tersebut mengatur tingkah laku manusia dalam
bermasyarakat
3. Adanya keharusan bagi masyarakat untuk mentaati aturan tersebut.
Jadi bisa kita simpulkan nih, hukum secara umum berarti dapat diartikan sebagai
suatu norma yang berlaku dan dibuat oleh pejabat berwenang dan memiliki fungsi
mengatur tata cara bermasyarakat demi terciptanya ketertiban bersama serta
memiliki sanksi bagi yang tidak menaati norma tersebut.
Nah, sebagaimana yang udah disinggung sebelumnya, Indonesia merupakan
salah satu negara hukum. Hal ini disebutkan bahkan dalam Undang-undang Dasar
1945, sebagai dasar hukum negara ini, tepatnya pada pasal 1 ayat 3.
Indonesia sebagai negara hukum berarti negara menganggap hukum sebagai
sistem terpenting dalam pelaksanaan rangkaian kekuasaan dan kelembagaan
negara. Indonesia sebagai negara hukum juga berarti bahwa seluruh warga negara
memiliki kewajiban untuk mematuhi hukum serta aturan yang berlaku di
Indonesia.
Hukum di Indonesia sendiri diatur melalui undang-undang, peraturan, dan
sebagainya sebagai sistem yang mengatur segala kegiatan dalam kehidupan
masyarakat. Sanksi yang bisa didapatkan kepada setiap warga negara yang
melanggar aturan tersebut juga sudah diatur bentuknya bisa berupa sanksi denda
hingga sanksi penjara.
Di Indonesia terdapat aturan yang jelas mengenai hukum bahwa negara memiliki
kewajiban untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi seluruh masyarakat.
Hal ini berarti setiap warga negara memiliki hak yang sama di mata hukum.

Tujuan dan Fungsi Hukum


Mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya kenapa kemudian hukum harus
berlaku dalam suatu negara? Setiap negara memiliki dasar hukum dan sistem
hukum yang berbeda-beda. Tetapi secara umum setiap negara di dunia memiliki
hukum yang berlaku dalam sistem negaranya sebagai bentuk
Hal ini juga yang disampaikan oleh berbagai ahli hukum dalam mengemukakan
tujuan serta fungsi hukum. Di antaranya adalah menurut:
Gustav Radbruch yang menyebut bahwa tujuan hukum adalah guna mencapai
keadilan, kepastian dan kemanfaatan dalam kehidupan bernegara.
Sunaryati Hartono menuliskan bahwa hukum merupakan alat, sarana, serta
langkah yang dapat dilakukan pemerintah dalam menciptakan sistem hukum
nasional. Menurutnya, suatu negara pasti memiliki tujuan yang harus dicapai dan
hukum dapat membantu negara mencapai tujuan serta cita-cita tersebut. Hukum
dapat diartikan sebagai alat pemberlakuan atau penindak berlakunya hukum-
hukum yang ada dalam masyarakat.
Teguh Prasetyo menyebutkan terdapat empat fungsi hukum, yaitu:
1.      To provide subsistence (fungsi memberi penghidupan)
2.      To provide abundance (fungsi memberi kelimpahan)
3.      To provide security  (fungsi menyediakan perlindungan atau keamanan)
4.      To attain equity (fungsi mencapai kebersamaan)
Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa tujuan hukum adalah terpelihara
dan terjaminnya keteraturan (kepastian) dan ketertiban. Menurutnya, tanpa
keteraturan dan ketertiban, kehidupan manusia yang wajar dan seharusnya
menjadi tidak mungkin.
Dalam kehidupan yang tidak teratur, seseorang tidak akan mengembangkan
bakatnya. Oleh karenanya, demi mewujudkan kehidupan yang wajar, di mana
seseorang dapat mengembangkan bakatnya, hukum harus ditegakkan.
Melihat dari berbagai pendapat para ahli tentang tujuan serta fungsi hukum di
atas kalian bisa paham, kan, seberapa penting hukum itu ada bagi suatu negara.
Mudahnya kalian bisa coba uraikan tujuan hukum dalam suatu negara,
diantaranya sebagaimana yang ada dalam poin-poin di bawah ini:
1. Menciptakan kesejahteraan, ketenteraman, dan kenyamanan dalam
kehidupan
2. Menjaga agar tidak terjadi aksi-aksi kurang terpuji dalam kehidupan
bermasyarakat
3. Menjadi petunjuk atau pedoman masyarakat dalam berlaku
4. Melindungi hak asasi setiap manusia
5. Menciptakan serta mewujudkan sila keadilan bagi seluruh masyarakat
Indonesia.
Melihat dari poin-poin tersebut, kalian bisa tahu bahwa singkatnya, hukum
diperlukan untuk mewujudkan kehidupan bernegara yang ideal. Nah, tidak cukup
bagi hukum hanya sekadar ada dan berlaku di suatu negara. Mengingat
keberadaannya yang sangat dibutuhkan dalam suatu negara, hukum juga harus
ditegakkan oleh penegak hukum yang baik dan memegang teguh moralitas serta
menjalankannya dengan prinsip etis.

Unsur-unsur Hukum
Lantas apa saja sih yang harus termuat dalam hukum sehingga tujuan dari hukum
tadi dapat terwujud? Terdapat empat unsur hukum yang bisa kalian pahami dalam
perumusan suatu hukum, yaitu:
1. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Peraturan dalam hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang
berwenang dan tidak boleh dibuat oleh masyarakat biasa
3. Penegakkan aturan hukum harus bersifat memaksa dan mengikat
masyarakat luas yang mana peraturannya bukan untuk dilanggar melainkan
harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat
4. Dalam pelaksanaannya, hukum harus memiliki sanksi yang tegas bagi
siapa saja yang melanggar aturan hukum tersebut.

Jenis-jenis Hukum
Setelah mempelajari tentang pengertian, tujuan hingga unsurnya, kalian pasti
sempat bertanya-tanya: memangnya ada berapa banyak sih hukum yang berlaku
di Indonesia? Nah, ternyata terdapat beragam jenis hukum yang berlaku di
Indonesia.
Beragam jenis hukum ini terbagi menurut beberapa dasar pembagi. Meski begitu
secara umum, jenis hukum di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu hukum publik
dan hukum privat.

1. Hukum Publik
Hukum publik adalah peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara
warga negara dengan negara yang menyangkut kepentingan umum.
Salah satu bagian dari jenis hukum publik adalah hukum pidana. Kalian pasti
sudah familiar dengan istilah hukum pidana, kan? Hukum pidana merujuk pada
hukum yang mengatur hubungan antar individu dengan masyarakat dan biasanya
mengatur hal-hal mengenai kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan
umum. Contoh seperti tindakan pembunuhan, pencurian, penipuan, pemalsuan,
korupsi, dsb adalah tindakan yang diatur dalam hukum pidana.
Selain hukum pidana, jenis hukum lain yang termasuk pada hukum publik adalah
hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
2. Hukum Privat
Sesuai namanya, hukum ini merupakan hukum yang mengatur hubungan antar
sesama manusia antara satu orang dengan orang lainnya dan menyangkut
kepentingan perorangan. Hukum lain yang termasuk dalam hukum privat adalah
hukum sipil, hukum dagang, dan hukum perdata
Hukum perdata merupakan rangkaian peraturan atau hukum yang mengatur hal
satu dengan lainnya. Dalam hukum perdata, asas pokok otonomi warga negara
merupakan milik sendiri sehingga setiap individu berhak mempertahankan
kehendak mereka sendiri dengan tetap mengikuti prosedur yang ditetapkan
pemerintah. Contoh hal-hal yang diatur dalam hukum perdata adalah mengenai
warisan, perceraian, pencemaran nama baik, dan lain sebagainya.

Dasar Pembagian Jenis-jenis Hukum


Nah, tidak cuma sampai di situ, ternyata hukum masih dapat terbagi-bagi lagi
tergantung dari dasar pembagiannya seperti sumbernya, tempat berlakunya,
sifatnya, dan lain-lain.

1. Macam Hukum Menurut Sumbernya


Jenis hukum juga bisa dilihat dari sumber atau asal hukum diciptakan. Hal ini
mengingat bahwa hukum yang berlaku dalam suatu negara tidak begitu saja lahir,
ada dan berlaku. Beberapa jenis hukum berdasarkan sumbernya di antaranya
adalah:
1. Undang-undang. Undang-undang adalah peraturan yang dibuat oleh
perangkat negara berwenang atas dasar-dasar tertentu dan memiliki sifat
yang mengikat.
2. Kebiasaan (custom). Bisa juga disebut dengan adat adalah perbuatan yang
dilakukan masyarakat secara berulang sehingga terbentuk menjadi hukum
yang berlaku di masyarakat tersebut.
3. Yurisprudensi. Yurisprudensi adalah sumber hukum yang berasal dari
keputusan pengadilan atau putusan hakim terdahulu yang dianggap tepat
sehingga diikuti oleh pengadilan setelahnya.
4. Traktat. Merujuk pada perjanjian antar negara. Jenis hukum ini lahir atas
adanya perjanjian antar negara yang telah disahkan dan berlaku mengikat
negara bersangkutan serta setiap warga negaranya.
5. Doktrin. Jenis hukum ini berasal dari pendapat para ahli atau ilmuwan
hukum yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
hukum.

2. Jenis Hukum Menurut Bentuknya


1. Hukum tertulis, yakni hukum yang dituliskan dan tercantum pada
berbagai perundangan. Contohnya seperti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, KUHP, dan lain-lain.
2. Hukum tidak tertulis, yakni kebiasaan yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat. Meski hukum ini tidak tertulis, ia memiliki sifat
yang juga mengikat dan wajib untuk ditaati oleh masyarakatnya.
Contohnya adalah hukum adat.

3. Jenis Hukum Menurut Tempat Berlakunya


1. Hukum nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara.
Contohnya seperti UUD 1945 di Indonesia.
2. Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
dalam dunia internasional atau secara global. Contohnya seperti Konvensi
Hukum Laut yang dicetuskan pada tahun 1982 melalui PBB. Konvensi ini
mengatur penggunaan laut di dunia bagi negara-negara global.

4. Jenis Hukum Menurut Waktu Berlakunya


1. Ius Constitutum (hukum positif). Jenis hukum yang berlaku sekarang
atau saat ini bagi suatu masyarakat dalam suatu negara tertentu.
2. Ius Constituendum. Jenis hukum yang diharapkan ada dan akan berlaku
pada masa yang akan datang.
3. Ius Naturale (hukum asasi). Jenis hukum ini bersifat abadi yang artinya
dapat berlaku selama-lamanya terhadap siapapun dan di seluruh tempat.
Contohnya hukum yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

4. Jenis Hukum Menurut Sifatnya


1. Hukum yang memaksa. Sesuai namanya jenis hukum ini memiliki
ketentuan-ketentuan hukum yang memaksa dan memiliki sanksi tegas bagi
siapapun yang melanggarnya. Contohnya adalah hukum pidana.
2. Hukum yang mengatur. Sementara hukum mengatur berarti hukum yang
sifatnya sebatas mengatur dan tidak memiliki sanksi tegas apabila terdapat
ketentuan yang tidak dijalankan. Contohnya adalah hukum perdata.

5. Jenis Hukum Menurut Wujudnya


1. Hukum objektif, yaitu hukum yang berlaku secara umum bagi seluruh
masyarakat. Contohnya hukum pidana, perdata, dagang, dan lain-lain.
2. Hukum Subjektif yaitu hukum yang timbul sebagai reaksi dari hukum
objektif  dan berlaku bagi orang tertentu sehingga menciptakan adanya hak
serta kewajiban dari orang tertentu tersebut. Contohnya seperti dalam
hubungan antara pembeli dan penjual.
Pengertian Hukum Islam Menurut Ulama dan Ahli
Pengertian hukum islam menurut beberapa tokoh, dapat diartikan sebagai
berikut. 

1. Abdul Ghani Abdullah 


Menurut Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya yang diterbitkan di Gema Insani
Press mengungkapkan bahwa hukum islam sebagai hukum yang bersumber dan
menjadi bagian dari agama islam. Ia pun juga menyebutkan bahwa konsepsi
hukum islam sebagai dasar dan kerangka hukum yang ditetapkan oleh Allah.
Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara
manusia dengan Tuhannya saja. tetapi juga mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia. Juga mengatur antara hubungan manusia dengan alam semesta. 

2. Amir Syarifuddin 
Beda lagi dengan pendapat Amir Syarifuddin, hukum islam menurutnya sebagai
perangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukalaf yang diakui dan diyakini. 

3. Eva Iryani 
Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi sistem kaidah-
kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul mengenai
tingkah laku orang yang sudah dapat dibebani kewajiban, yang diakui dan
diyakini, yang mengikat semua pemeluknya. 
Eva Iryani menjelaskan bahwa tingkah laku yang dimaksud adalah mengacu pada
segala perilaku dan sikap Rasulullah. Disebutkan pula syariat diambil
berdasarkan pada istilah yang merunut pada hukum-hukum yang diperintahkan
Allah Swt untuk umat-Nya dengan amaliyah. 
Sesuai dengan namanya, hukum islam mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhannya. Ataupun hubungan antara manusia dengan manusia bahkan
dengan alam semesta. 

4 Sumber Hukum Islam yang Utama


Kehadiran hukum islam ternyata memiliki maksud dan tujuan. Salah satunya
untuk menyatukan perbedaan. Mengingat banyak interpretasi tentang ajaran
islam. Interpretasi yang timbul inilah yang memicu terjadi perbedaan pendapat,
konflik, pemahaman radikal dan sifat keegoisan masing-masing golongan. 
Maka dari itu, hukum islam hadir sebagai penengah. Kenapa penengah? Karena
hukum islam disusun berdasarkan pada sumber hukum islam, dikutip dari lama
NU Online. Adapun sumber hukum islam yang digunakan, mengacu sebagai
berikut.

1. Al-Qur’an 
Sumber hukum islam yang paling dasar adalah Al Qur’an. Sebagai kitab suci
umat muslim, tentu saja Al Qur’an sebagai tiang dan penegak. DImana Al Qur’an
pesan langsung Dari Allah SWT yang diturunkan lewat Malaikat Jibril.
Kemudian Jibril menyampaikan langsung kepada Nabi Muhammad. 
Muatan Al Qur’an berisi tentang anjuran, ketentuan, larangan, perintah, hikmah
dan masih banyak lagi. Bahkan, di dalam Al Quran juga disampaikan bagaimana
masyarakat yang berakhlak, dan bagaimana seharusnya manusia yang berakhlak. 

2. Hadits 
Hadits sabagai sumber islam yang tidak kalah penting. Kenapa hadis digunakan
untuk hukum islam? Karena Hadis merupakan pesan, nasihat, perilaku atau
perkatan Rasulullah SAW. segala sabda, perbuatan, persetujuan dan ketetapan
dari Rasulullah SAW, akan dijadikan sebagai ketetapan hukum islam.
Hadits mengandung aturan-aturan yang terperinci dan segala aturan secara
umum. Muatan hadits masih penjelasan dari Al-Qur’an.  Perluasan atau makna di
dalam masyarakat umum, hadits yang mengalami perluasan makna lebih akrab
disebut dengan sunnah. 

3. Ijma’ 
Mungkin ada yang asing dengan sumber hukum islam yang ketiga, iaitu ijma’.
Ijma’ dibentuk berdasarkan pada kesepakatan seluruh ulama mujtahid. Ulama
yang di maksud di sini adalah ulama setelah sepeninggalan Rasulullah SAW. 
Kesepakatan dari para ulama, Ijma’ tetap dapat dipertanggungjawabkan di masa
sahabat, tabiin dan tabi’ut tabiin. Kesepakatan para ulama ini dibuat karena
penyebaran Islam sudah semakin meluas tersebar kesegala penjuru. 
Tersebarnya ajaran islam inilah pasti ada perbedaan antara penyebar satu dengan
yang lainnya. nah, kehadiran ijma’ diharapkan menjadi pemersatu perbedaan
yang ada. 

4. Qiyas 
Qiyas sepertinya tidak banyak orang yang tahu. Sekalipun ada yang tahu, masih
ada perbedaan keyakinan, bahwa qiyas ini tidak termasuk dalam sumber hukum
islam. Meskipun demikian, para ulama sudah sepakat Qiyas sebagai sumber
hukum islam
Qiyas adalah sumber hukum yang menjadi penengah apabila ada suatu
permasalahan. Apabila ditemukan permasalahan yang tidak ditemukan solusi di
Al-Quran, Hadits, Ijma’ maka dapat ditemukan dalam qiyas. 
Qiyas adalah menjelaskan sesuatu yang tidak disebutkan dalam tiga hal tadi (Al-
quran, hadits dan Ijma’) dengan cara membandingkan atau menganalogikan
menggunakan nalar dan logika. 
Keempat sumber hukum islam di atas menunjukkan bahwa hukum islam tidak
sekedar hukum biasa. Karena dasarnya mengacu pada 4 hal yang sangat
fundamental.
Bahkan, ada beberapa pendapat lain, selain mengacu pada empat sumber
hukum di atas, masih ada lagi sumber hukum islam, yaitu ada :
 Istihsan,
 Istishab,
 Saddudz-dzari’ah atau tindakan preventif,
 urf atau adat
 dan Qaul sahabat Nabi SAW.
Baca juga: Penjelasan 4 Sumber Hukum Islam

Pembagian Hukum-Hukum Islam 


Jika dilihat dari pembagian hukum islam, memiliki beberapa bagian. Ada yang
hukumnya wajib, ada yang hukumnya sunnah, haram, makruh dan mubah.
Berikut ulasannya. 

1. Wajib 
Saya yakin, banyak yang menyadari betul kata wajib satu ini. Dikatakan wajib
apabila mengerjakan perbuatan akan mendapatkan pahala. Apabila meninggalkan
kewajiban, akan mendapatkan siksa atau dosa. Kecuali bagi orang yang tidak
mengetahui ilmu/aturan. 

2. Sunnah 
Dikatakan sunnah apabila seseorang yang  mengerjakan perintah akan
mendapatkan pahala. Jika tidak mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak
disiksa. Hanya saja, banyak orang yang menyarankan untuk mengerjakan sunnah,
karena sayang jika ada kesempatan mengumpulkan amal, tidak dimanfaatkan. 

3. Haram 
Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim memiliki banyak aturan yang
menyangkut tentang ke-halal-lan dan mana yang haram. Dikatakan haram apabila
hal-hal yang dilarang tetap dilanggar, akan dicatat sebagai dosa. Jika
meninggalkan hal-hal yang haram, maka akan dicatat mendapatkan pahala. 

4. Makruh 
Dikatakan makruh apabila aturan yang dimakruhkan di tinggalkan, maka jauh
lebih baik. sedangkan jika yang dimakruhkan tetap dilakukan, maka kurang elok
atau kurang baik. Baik itu kurang baik untuk diri sendiri atau orang lain.
Misalnya, merokok, bagi diri sendiri tidak baik untuk kesehatan. Bagi orang pun
juga kurang baik. 

5. Mubah 
Dikatakan mubah hal-hal yang dibolehkan dalam agama dibolehkan di kerjakan
atau yang seharusnya di tinggalkan tidak di kerjakan. 
Dari kelima pembagian hukum islam di atas, hal mana yang paling sering di
langgar? Bagi cowok. Apapun itu, semoga semakin hari semakin lebih baik.
Baca juga : Pengertian Hukum Pidana

Tujuan Hukum Islam 


Tujuan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak membantu.
Setidaknya membantu tatanan masyarakat dan mengontrol perilaku sikap
manusia yang sadar akan hukum islam.
Secara umum, tujuan hukum islam, yaitu sebagai ketetapan hukum islam,
kemaslahatan umat manusia, kemaslahatan dunia dan akhirat serta petunjuk ke
jalan yang benar bagi manusia.
Lantas, apa saja sih tujuan hukum islam?  Berikut pembahasannya. 

1. Maqashid AlSyari’ah 
Maqashid Al-Syariah disebut juga dengan ketetapan hukum islam. Nah, di sini
ada tiga tingkatan, yaitu tingkatan kebutuhan primer yang wajib dipenuhi, jika
tidak dipenuhi akan berantakan. Ada juga kebutuhan sekunder sebagai kebutuhan
pendukung dan kebutuhan tersier yang sifatnya hanya melengkapi saja. 

2. Kemaslahatan Umat Manusia 


Sepertinya sudah disinggung di pembahasan sebelumnya. Bahwa hukum islam
hadir sebagai penengah atau solusi atas segala permasalahan yang terjadi. Baik
masalah yang bersifat keyakinan ataupun masalah hubungan interaksi sosial. 

3. Mewujudkan Kemaslahatan di dunia dan di akhirat 


Ternyata tidak sekedar bermanfaat untuk urusan dunia dan masalah perbedaan
saja. Hukum islam juga bertujuan dalam mewujudkan kemaslahatan di dunia dan
di akhirat.
Ada lima unsur pokok terciptanya kemaslahatan di dunia dan akhirat,
yaitu : agama, jiwa, akal, keturuan dan harta. 
Kelima unsur tersebut jika di bahas secara terfokus dan mendalam akan banyak
sekali uraiannya. Umumnya ini akan kamu pelajari jika mengambil jurusan
agama atau belajar secara mandiri. 
Itulah tiga tujuan hukum islam. Sebenarnya masih ada banyak lagi tujuan yang
tidak tertulis. Atau mungkin kamu menemukan tujuan lain yang kamu rasakan
selama mempelajari hukum islam? Boleh loh di tulis di komentar dibawah.
Baca Juga : Pengertian Hukum Perdata

Contoh Hukum Islam 


Sebenarnya ada banyak hal yang sering kita temukan tentang contoh hukum
islam. Bahkan, kita juga mengalaminya. Contoh hukum islam yang nyaris kita
tidak pernah memikirkan sampai kesana adalah masalah pencatatan pernikahan. 
Jika dilihat di Al-Quran ataupun di hadits, perintah yang mewajibkan atau
menyuruh pencatatan pernikahan tidak ada. Ternyata di masa Rasulullah SAW
pun katanya juga tidak pencatatan nikah. Namun, setelah sepeninggalan beliau
juga tidak mewajibkan untuk mencatat pernikahan. 
Menariknya, dari semua itu, tidak ada yang melarang melakukan pencatatan.
Kemudian di era saat ini, pencatatan nikah dilakukan. Hal ini karena pencatatan
nikah dianggap memberi banyak manfaat besar bagi masyarakat. Misalnya,
meminimalisir terjadinya kemudharatan, perselingkuhan dsb. Karena melihat
manfaat inilah, maka pencatatan nikah kini menjadi hukum islam modern yang
didasarkan pada maslahah mursalah.

Anda mungkin juga menyukai