Salah satu indikator negara hukum adalah keberhasilan dalam penegakan hukumnya.
Dikatakan berhasil karena hukum yang telah diaturnya, sudah seharusnya dan sudah waktunya,
dijalankan dan ditaati oleh seluruh elemen masyarakat. Ketiadaan dan kurang maksimalnya
penegakan hukum dapat berimplikasi terhadap kredibilitas para pembentuk aturannya,
pelaksana aturan dan masyarakat yang terkena aturan itu sendiri, sehingga seluruh elemen akan
terkena dampaknya. Untuk itulah, maka menjadi penting untuk diketahui apakah penegakan
hukum itu sesungguhnya.
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat ditetapkannya
hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit. Bagaimana hukumnya itulah yang harus
berlaku, pada dasarnya tidak boleh menyimpang : fiat justicia et pereat mundus (meskipun
dunia akan runtuh, hukum harus ditegakkan).
Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan
yustisiable terhadap tidakan sewenang-wenang, yang berarti seorang akan memperoleh sesuatu
yang diharapkan dalam keadaan tertentu.
2. Manfaat (zweckmassigkeit) :
Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum adalah
untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau
kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau
ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat.
2 Ibid. hal 6
3 Satjipto Raharjo. Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis. Genta Publishing.
Yogyakarta. 2009. Hal 25
4 Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. 1999. Hal 145
3. Keadilan (gerechtigkeit) :
Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum keadilan
diperhatikan. Dalam pelaksanaan dan penegakan hukum harus adil. Hukum tidak identik
dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan.
Barang siapa yang mencuri harus dihukum : siapa yang mencuri harus dihukum, tanpa
membedabedakan siapa yang mencuri. Sebaliknya, keadilan bersifat subjektif, individualistis,
dan tidak menyamaratakan.
1. Faktor Hukum.
Yang dimaksud dengan hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu apabila dilanggar akan mendapatkan
sanksi yang tegas dan nyata 6. Sumber lain menyebutkan bahwa hukum adalah seperangkat
norma atau kaidah yang berfungsi mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan untuk
ketentraman masyarakat7. Hukum mempunyai jangkauan universal karena dengan hukum bias
menemukan beberapa teori yang berbeda dari setiap individu 8. Contohnya ketika beberapa
hakim mendengar tentang kasus pembunuhan, dari sekian banyak hakim pasti memiliki
pemikiran yang berbeda-beda (ditikam, dibakar, dibuang kesungai, dll) sebelum melihat berkas
tentang kasus pembunuhan tersebut.Artinya, hukum memiliki jangakauan yang sangat luas
untuk masing-masing orang, tergantung bagaimana cara seseorang tersebut menyikapi hukum
yang dihadapinya.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum adalah suatu
peraturan tertulis yang dibuat oleh yang berwenang yang bersifat memaksa guna dapat
mengatur kehidupan yang damai ditengah masyarakat.
Hukum merupakan salah satu instrumen untuk mengatur tingkah laku masyarakat
dalam mengatur pergaulan hidup. Secara sosiologis hukum mengandung berbagai unsur antara
lain rencanarencana tindakan atau perilaku, kondisi dan situasi tertentu. Definisi hukum
umumnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan pendapatnya masing-masing,
seperti menurut Abdul Manan:
“Hukum adalah suatu rangkaian peraturan yang menguasai tingkah laku dan perbuatan tertentu
dari manusia dalam hidup bermasyarakat. Hukum itu sendiri mempunyai ciri yang tetap yakni
hukum merupakan suatu organ peraturan-peraturan abstrak, hukum untuk mengatur
kepentingan-kepentingan manusia, siapa saja yang melanggar hukum akan dikenakan sanksi
sesuai dengan apa yang telah ditentukan”. 9
Kepatuhan adalah sikap yang muncul dari dorongan tanggung jawab sebagai warga
negara yang baik. Kepatuhan hukum adalah kesadaran kemanfaatan hukum yang melahirkan
bentuk "kesetiaan" masyarakat terhadap nilai-nilai hukum yang diberlakukan dalam hidup
bersama yang diwujudkan dalam bentuk prilaku yang senyatanya patuh terhadap nilai-nilai
hukum itu sendiri yang dapat dilihat dan dirasakan oleh sesama anggota masyarakat. 10
Urgensi dan prasyarat penting penegakan hukum yang adil dan beradab adalah
penegakan hukum yang moralis di tangan penegak hukum yang memiliki integritas dan
kompetensi. Tidak mungkin penegakan hukum menghadirkan keadilan dan kepastian hukum
yang pada ujungnya mendatangkan kesejahteraan batin rakyat kalau penegakan hukum itu
berada di tangan aparapt penegak hukum yang korup.
b. Keadilan Keadilan adalah kehendak yang ajeg dan kekal untuk memberikan kepada orang
lain apa saja yang menjadi haknya.
c. Kepatutan Kepatutan atau equity adalah hal yang wajib dipelihara dalam pemberlakuan
undang-undang dengan maksud untuk menghilangkan ketajamannya. Kepatutan ini perlu
diperhatikan terutama dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat.
d. Kejujuran Pemelihara hukum atau penegak hukum harus bersikap jujur dalam mengurus
atau menangani hukum, serta dalam melayani justitiable yang berupaya untuk mencari hukum
dan keadilan. Atau dengan kata lain, setiap ahli hukum diharapkan sedapat mungkin
memelihara kejujuran dalam dirinya dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
curang dalam mengurus perkara. Penegak hukum dan penegak keadilan di dalam masyarakat,
dalam kedudukannya sebagai profesi luhur, menuntut kejelasan dan kekuatan moral yang
tinggi.
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum sangat tergantung pada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhinya, yaitu:
c. Faktor sarana atau fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum;
d. Faktor warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan hukum; dan
Kepatuhan terhadap hukum memiliki peran yang sangat penting dalam penegakan hukum yang
efektif. Kontribusinya ialah :1. Meningkatkan keamanan dan ketertiban.
Penutup
penegakan hukum merupakan indikator penting dari negara hukum. Ketiadaan atau
kurangnya penegakan hukum dapat berdampak negatif terhadap kredibilitas pihak yang
membuat hukum, pelaksana hukum, dan masyarakat yang terkena aturan tersebut. Penegakan
hukum bertujuan untuk mewujudkan keinginan hukum menjadi kenyataan, melindungi
kepentingan manusia, dan menciptakan kedamaian dalam pergaulan hidup.
Kepatuhan hukum merupakan sikap patuh pada aturan yang berlaku dan muncul dari
dorongan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Kepatuhan hukum melibatkan
kesadaran akan manfaat hukum dan mendorong masyarakat untuk patuh terhadap nilai-nilai
hukum yang berlaku. Urgensi dan kontribusi kepatuhan hukum terhadap penegakan hukum
adalah pentingnya menjaga moralitas dan keprofesionalan penegak hukum, serta memastikan
bahwa penegakan hukum didasarkan pada prinsip-prinsip seperti kemanusiaan, keadilan,
kepatutan, dan kejujuran.