Indonesia sebagai negara hukum terlihat jelas dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945
Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum.” Selain itu juga Pasal
27 Ayat (1) yang berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib itu dengan tidak ada kecualinya.” Dari isi pasal-pasal tersebut jelaslah
sudah bahwa Indonesia adalah negara hukum dan dengan demikian berarti hukum tersebut
mengikat bagi seluruh warga negara dan pemerintahan.
Prof. Kaelan dalam bukunya Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi (2016)
menyatakan tentang ciri negara hukum, yaitu sebagai berikut :
1. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
2. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
3. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami,
dapat dilaksanakan, dan aman dalam melaksanakannya.
Perlindungan hukum adalah segala upaya yang dilakukan penegak hukum untuk
melindungi hak-hak dari subjek hukum agar hak-hak tersebut tidak dilanggar. Dimana,
penegakan hukum ini dijalankan sebagai upaya untuk menjalankan ketentuan hukum yang
berlaku.
Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung
berbagai unsur-unsur yaitu adanya perlindungan pemerintah terhadap warganya, jaminan
kepastian hukum, dan berkaitan dengan hak-hak warga negara.
Pengertian penegakan hukum juga disampaikan oleh Jimly Asshiddiqie adalah proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian perlindungan dan penegakan hukum tersebut
dapat dikatakan bahwa hal itu sangatlah penting bagi Indonesia untuk kehidupan bernegara, hal
ini guna merealisasikan tegaknya supremasi hukum, tegaknya keadilan, dan mewujudkan
perdamaian.
Begitu pentingnya perlindungan dan penegakan hukum dilaksanakan untuk
menciptakan kondisi yang adil dan tertib. Sehingga dimasyarakat tercipta kondisi sebagai
berikut.
1) Terciptanya supremasi hukum
Supremasi hukum adalah upaya atau kiat untuk menegakkan dan memposisikan
hukum pada tempat yang tertinggi dari segala-galanya.
2) Tegaknya keadilan dalam masyarakat
Pengertian Keadilan ialah hal-hal yang berkenaan pada suatu sikap dan juga tindakan
didalam hubungan antar manusia yang berisi tentang sebuah tuntutan agar sesamanya
dapat memperlakukan sesuai hak dan juga sesuai kewajibannya. Jika itu tercipta maka
akan tergambar keadilan yang sesungguhnya dimana semua orang menyadari
indahnya kedamaian karana tidak ada yang saling mengusik dan melanggar satu sama
lain karena sudah mengetahui semua orang punya hak dan kewajiban yang sama.
3) Menjamin masyarakat yang tertib
Tertib sosial adalah istilah yang digunakan dalam ilmu sosiologi untuk
menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur,
sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, nilai, dan norma dalam interaksi
sosial. Dalam hal ini, masyarakat bertindak sesuai dengan status dan perannya
masing-masing.
Berikut ini contoh perilaku yang bertentangan dengan aturan yang dilakukan di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
a. Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:
1. Mengabaikan perintah orang tua;
2. mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar;
3. ibadah tidak tepat waktu;
4. menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak;
5. nonton tv sampai larut malam; dan
6. bangun kesiangan.
b. Dalam lingkungan sekolah, di antaranya
1. Menyontek ketika ulangan;
2. datang ke sekolah terlambat;
3. bolos mengikuti pelajaran;
4. tidak memperhatikan penjelasan guru; dan
5. berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah.
c. Dalam lingkungan masyarakat, di antaranya:
1. Mangkir dari tugas ronda malam;
2. tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas;
3. main hakim sendiri;
4. mengonsumsi obat-obat terlarang;
5. melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain;
6. melakukan perjudian; dan
7. membuang sampah sembarangan.
d. Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:
1. Tidak memiliki KTP;
2. tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas;
3. melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan, penggelapan,
pengedaran uang palsu, pembajakan karya orang lain dan sebagainya;
4. melakukan aksi teror terhadap alat-alat kelengkapan negara;
5. tidak berpartisipasi pada kegiatan pemilihan umum; dan
6. merusak fasilitas negara dengan sengaja.
II. Nyata
berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman
berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya.
2. Kejaksaan
Kejaksaan merupakan lembaga penegak hukum, karena mempunyai
kewenangan yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman khususnya di bidang
penuntutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, terdapat
kewenangan Kejaksaan yaitu:
1. Melakukan penuntutan;
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
4. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik;
6. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah;
7. Kewenangan di bidang ketertiban dan ketenteraman umum:
a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c) Pengamanan peredaran barang cetakan;
8. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
9. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
10.Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.
11.Kewenangan lain yaitu melakukan kegiatan penelusuran, perampasan, dan
pengembalian aset perolehan tindak pidana dan aset lainnya kepada negara,
korban, atau yang berhak.
3. Mahkamah Konstitusi
Lembaga penegak hukum lainnya adalah Mahkamah Konstitusi—yang
merupakan lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Namun, Mahkamah Konstitusi lebih sering disebut sebagai Penegak
Konstitusi.
Adapun Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yaitu:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
c. Memutus pembubaran partai politik; dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Di samping kewenangan di atas, MK juga memiliki Kewajiban yaitu
memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar.
4. Kepolisian
Kepolisian merupakan lembaga penegak hukum di Indonesia, yang
mempunyai tugas pokok antara lain memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman,
serta pelayanan kepada masyarakat.
Di samping itu, Kepolisian juga diberikan wewenang antara lain:
1. menerima laporan atau pengaduan;
2. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum;
3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
4. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
5. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
6. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan;
7. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
9. mencari keterangan dan barang bukti;
10.menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
11.mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat;
12.memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
13.menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
7. Advokat
Advokat masuk sebagai lembaga penegak hukum. Sebab, sebagaimana
pembatasan-pembatasan di atas, Advokat dapat memberikan jasa hukum.
Tentu saja hal ini bersentuhan langsung dengan peradilan.
Di samping itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, khususnya Pasal 5 ayat (1) menyebutkan:
“Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin
oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.”
Dalam penjelasannya menyebutkan:
“Advokat berstatus sebagai penegak hukum adalah Advokat sebagai salah satu
perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan
penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.”
Hal tersebut kembali dipertegas melalui ketentuan Pasal 38 ayat (1) beserta
penjelasan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, yang berbunyi:
“Selain Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya serta Mahkamah
Konstitusi, terdapat badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman.”
Yang dimaksud dengan “badan-badan lain” antara lain kepolisian, kejaksaan,
advokat, dan lembaga pemasyarakatan.