Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya
Inti Wacana
Perjalanan nenek Asyani (63) mengais keadilan di Pengadilan Negeri Situbondo berujung pahit. Kamis
(23/4), majelis hakim menyatakan nenek Asyani terbukti salah melakukan pencurian kayu jati milik Perhutani.
Nenek Asyani divonis satu tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider kurungan satu hari. Untungnya, nenek
Asyani tetapi tidak harus mendekam di panjara. Vonis tersebut setimpal dengan tuntutan jaksa penuntut umum yang
meminta majelis hakim menghukum Asyani satu tahun penjara, masa percobaan 18 bulan serta denda Rp500 juta
subsider kurungan satu hari. Jaksa menilai Asyani terbukti memuat, membongkar, mengangkut, mengeluarkan dan
menguasai kayu hasil hutan tanpa izin sesuai UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan (P3H). Atas vonis majelis hakim, pengacara nenek Asyani, Supriyono langsung menyatakan
banding. Supriyono menilai majelis hakim telah mengabaikan hati nurani. Supriyono mengatakan bahwa putusan
tersebut sangat tidak adil bagi Asyani karena semua tuduhan tentang pencurian kayu itu tidak terbukti. Sebagaimana
diketahui, nenek Asyani menjadi terdakwa dengan tuduhan mencuri kayu jati dari hasil hutan Perhutani di
Jatibanteng, Kabupaten Situbondo. Ibu empat anak ini sempat mendekam di tahanan Lapas Situbondo selama
sekitar tiga bulan.
Asyani ditahan di Lapas Situbondo bersama dengan tiga tersangka lainnya, yakni Ruslan (menantu Asyani)
yang mengangkut kayu, Abdussalam (sopir pikap) dan Cipto (pemilik rumah tempat menyimpan kayu milik
Asyani). Keempatnya ditangguhkan penahanannya setelah Bupati Situbondo Dadang Wigiarto pada pertengahan
Maret lalu menjadi penjamin.
Sumber :
https://www.hukumonline.com/berita/a/divonis-bersalah--nenek-
asyani-minta-disumpah-pocong-lt553902a887184
Landasan Teori
Hukum Secara Umum / Etimologi :
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memuat beberapa arti kata hukum, yakni :
1. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah;
2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat;
3. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu;
4. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan) atau vonis.
Dikutip dari :
https://kbbi.web.id/hukum
Selain frasa “penegak hukum” seperti dalam UU Advokat, terdapat pula istilah lain yang masih memiliki hubungan
dengan istilah “penegak hukum”. Lembaga penegak hukum dan tugasnya dapat ditemui, antara lain dalam peraturan-peraturan
berikut:
1. Pasal 2 UU 2/2002 menyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat;
2. 2. Pasal 101 ayat (6) UU 8/1995 menerangkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan, Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal) dapat meminta bantuan aparat penegak hukum Terkait hal ini, yang dimaksud dengan “aparat
penegak hukum lain”;
Pembahsan
3. Pasal 49 ayat (3) huruf i UU OJK menerangkan bahwa Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Otoritas Jasa
Keuangan berwenang meminta bantuan aparat penegak hukum Kemudian, yang dimaksud dengan "penegak hukum
lain” yakni kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan;
4. Pasal 2 UU Mahkamah Konstitusi menerangkan bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga
negara
yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan;
5. Pasal 1 angka 2 PP 16/2018 menerangkan bahwa Polisi Pamong Praja (Pol PP) adalah anggota Satpol PP sebagai
aparat Pemerintah Daerah yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dan diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
Penting untuk diketahui bahwa lembaga hukum di Indonesia tidak sebatas pada lembaga-lembaga yang telah
disebutkan sebelumnya (Advokat, Kepolisian, KPK, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, Otoritas Jasa Keuangan,
Badan Pengawas Pasar Modal, Direktorat Jenderal Imigrasi, Kejaksaan, serta Pol PP). Lembaga penegak hukum
tersebut dapat dikatakan sebagai penegak hukum bukan hanya karena memiliki kewenangan terkait proses peradilan,
tetapi juga karena memiliki kewenangan menangkap, memeriksa, mengawasi, atau menjalankan perintah undang-
undang di bidangnya masing-masing.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, meski dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia tidak disebutkan definisi dari lembaga penegak hukum maupun penegak hukum, tetapi dalam
peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat
Sumber : beberapa aparat dan lembaga yang dapat
dikategorikan sebagai lembaga penegak hukum di Indonesia. https://www.hukumonline.com/klinik/a/apa-saja-lembaga-penegak-
hukum-di-indonesia-lt502201cc74649
Daftar Pustaka
https://www.hukumonline.com/berita/a/divonis-bersalah--nenek-asyani-minta-disumpah-pocong-lt553902a887184
https://kbbi.web.id/hukum
https://www.muttaqin.id/2017/09/pengertian-hukum-aristoteles-utrecht-duguit-ahli.html
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/viewFile/74/226
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apa-saja-lembaga-penegak-hukum-di-indonesia-lt502201cc74649