Anda di halaman 1dari 9

KEADILAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester pada Mata Kuliah Masalah
Kemiskinan dan Keadilan Sosial

Oleh :

Nama : FINTANIA VELLINDA

NPM : 8051901011

Dosen : Prof. Dr. Koerniatmanto Soetoprawiro, S.H.,M.H

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


PASCA SARJANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadilan adalah suatu hal yang berkenaan pada suatu sikap dan juga tindakan
di dalam hubungan antar manusia yang berisi tentang sebuah tuntutan agar
sesamnya dapat memperlakukan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Menurut
Plato keadilan adalah suatu hal diluar kemampuan manusia biasa yang mana
keadilan tersebut hanya ada di dalam suatu hukum dan juga perundang –
undanganan yang dibuat oleh para ahli. Lebih lanjut menurut Notonegoro
mengemukakan keadilan ialah suatu keadaan yang dikatakan adil apabila sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.1

Di dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan keadilan sosial


adalah tugas utama bagi Indonesia, artinya segala bentuk ketidakadilan tidak
boleh ada di Indonesia, negara dan segala alat negara berkewajiban untuk
menciptakan sarana dan prasana ekonomi sosial dan budaya guna menjamin
keadilan dan kesejahteraan bagi segenap warga Indonesia. 2

Hukum dan keadilan pada hakikatnya adalah dua hal yang sangat penting dan
bertautan dimana yang satu merupakan condition sine qua non bagi yang lainnya.
Hukum harus dikonsepsikan atas dasar keadilan begitu pun sebaliknya, yang
akhirnya dapat membentuk suatu integritas yang dapat menciptakan hukum dan
keadilan itu sendiri, sehingga dalam pengakannya tidak dapat lagi dideteksi mana
hukum dan keadilan. 3

Ketika suatu keadilan menjadi konsensus sosial maka sejatinya keadilan


menjadi motor penggerak semua perilaku manusia baik dalam hubungannya
dengan Tuhannya, sesame manusia, masyarakat, ataupun pemerintah maka
keadilan harus terwujud dalam semua aspek kehidupan terutama produk yang
dihasilkan oleh manusia seperti peraturan perundang – udnangan yang
difungsikan sebagai tatanan kehidupan harusnya mengandung nilai – nilai
keadilan. 4 Artinya bagaimanapun juga keadilan harus dapat diwujudkan untuk
dapat mamaknai supremasi hukum, menghilangkan imparsialitas dan tetap pada
entitas keadilan karena hukum akan matiketika kehilangan keadilan. Dalam
keadaan seperti ini hukum tidak akan lagi menjadi kondusif bagi para pencari
keadilan. 5

1
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-keadilan/ diakses pada tanggal 03 Februari pukul 20.58 WIB
2
Id.
3
Menimbang Parasigma Keadilan Hukum Progresif, Marilang, Jurnal Konstitusi Vol. 14 No. 2 Tahun 2017, hal.
317
4
Id, hal. 316
5
Id, hal. 317

1
Apabila dikaitkan dengan kemiskinan, pada kenyataannya banyak masyarakat
atau kelompok miskin menjadi terbelenggu akan lemahnya akses terhadap
hukum dan keadilan seperti kata pepatah “bagaikan mencari jarum dalam sekam”
yang artinya sangat kecil kemungkinan bagi masyarakat miskin untuk
mendapatkan akses keadilan hukum. Terkadang masyarakat miskin sering
menjadi “korban” dari penegakan hukum yang tidak adil. Ketidakadilan ini
bersumber dari bekerjanya hukum dalam sebuah sistemnya, ketika hukum
dilepaskan dari konteks sosialnya maka hukum akan jauh dari rasa keadilan,
inilah yang saat ini menjadi sorotan bagi masyarakat luas. Para penegak hukum
akhirnya melihat dan memahami bahwa kasus - kasus hukum hanya berdasarkan
pada peraturan perundang – udangan semata tanpa memahaminya dari sudut
pandang sosiologisnya. 6

Seperti hal kasus 10 tahun lalu yang dialami oleh Nenek Minah yang
mengambil 3 buah kakao senilai RP. 30.000,- dari kebun tempat ia bekerja, yang
kemudian perkara tersebut bergulir sampai ke pengadilan dan oleh Majelis
Hakim Nenek Minah dijatuhi hukuman karena telah melanggar Pasal 362 KUHP
dan dikenakan hukum selama 1 bulan 15 hari dan masa percobaan selama 3
bulan . 7 Atas hal ini dapat dikatakan bahwa seorang yang miskin seperti Nenek
Minah yang sudah tua renta tidak dapat memperoleh keadilan yang layak karena
beliau sendiri tidak mengerti hukum dan memang beliau tidak berniat untuk
mencuri 3 buah kakao tersebut.

Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai “KEADILAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN DI INDONESIA”

1.2 Rumusan Masalah

Bahwa berdasarkan uraian di atas, adapun rumusan masalah dalam makalah


ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan keadilan ?


2. Bagaimana keadilan itu sendiri apabila dikaitkan dengan kemiskinan di
Indonesia?

6
Keadilan Hukum Bagi Si Miskin : Sebuah Elegi Si Miskin Dihadapan Tirani Hukum, Umar Sholahudin, Journal Of
Urban Sociology Vol. 1 No. 1 April, 2008, hal. 36
7
https://m.liputa6.com/news/read/3901107/mbok-minah-dan-catatan-hitam-peradilan-di-hari-kehakiman
diakses pada tanggal 03 Februari 2021 pukul 19.30 WIB

2
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Supaya mengetahui dan memahami mengenai keadilan
2. Supaya para pembaca dapat memahami dan mengetahui bagaimana keadilan
itu bagi masyarakat miskin di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai keadilan
2. Memberikan pengetahuan dan wawasans bagaimana keadilan itu sendiri bagi
masyarakat miskin di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mengenai Keadilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Keadilan berasal daria kata
adil yaitu perbuatan yang tidak sewenang – wenang, tidak memihak dan tidak
berat sebelah. Adil sendiri mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas norma – norma objektif. Keadilan sendiri pada dasarnya adalah
suatu konsep yang relatif artinya keadilan bagi setiap orang akan berbeda – beda,
adil menurut yang satu belum tentu adil menurut yang lain. 8

Adapun jenis keadilan menurut Aristoteles yaitu : 9


i. Keadilan komikatif, yaitu perlakuan kepada seseorang tanpa melihat jasa-jasa
yang sudah dilakukannya. Misalnya, seseorang yang menerima sanksi tanpa
peduli status dan jasanya.
ii. Keadilan distributif, yaitu perlakukan kepada seseorang sesuai dengan jasa –
jasa yang sudah dilakukan. Misalanya, seorang pekerja yang dibayar sesuai
dengan pekerjaan yang sudah dilakukan.
iii. Keadilan kodrat alam, yaitu perlakuan kepada seseorang yang sesuai dengan
hukum alam. Misalnya seseorang yang berlaku baik akan menerima perlakuan
yang baik juga.
iv. Keadilan konvensional, yaitu keadilan yang ditetapkan lewat sebuat kekuasaan
khusu. Misalnya wawrga negara yang harus mematuhi aturan.
v. Keadilan perabikan, yaitu keadilan yang dilakukan kepada orang yang
mencemarkan nama baik orang lain. Misalnya artis yang melakukan konferensi
pers untuk meminta maaf.

Lebih lanjut Notoganoro memberikan pengertian mengenai keadilan yaitu


keadilan legalitas, adalah keadilan yang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Kemudian menurut Plato keadilan dirumuskan menjadi dua yaitu
Pertama, keadilan moral adalah keadilan yang bisa memberikan perlakuan yang
seimbang antara hak dan kewajiban. Kedua, keadilan procedural yaitu dengan
melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang ditetapkan.

Keadilan menurut hukum atau keadilan huku (legal justice) adalah keadilan
yang telah dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan kewajiban, dimana
pelanggaran terhadap keadilan ini akan ditegaskan lewat proses hukum. Hal ini
menunjukkan bahwa jika seseorang telah melanggar keadilan tersebut maka akan
dikenakan hukum lewat proses hukum yaitu penghukuman atau retributif. 10

8
M. Agus Santos, Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta, 2014, hal. 85.
9
https://www.merdeka.com/pendidikan/inilah-macam-macam-jenis-keadilan-menurut-para-ahli.html diakses
pada tanggal 04 Februari 2021 pukul 21.19 WIB.

4
Menurut Kelsen keadilan harus dimaknai dalam pengertian legalitas sebagai
suatu hal yang berhubungan bukan dengan isi dari suatu tatanan hukum positif
melainkan dengan penerapannya. Kelsen tidak membedakan apakah hukum itu
bersifat kapitalistik, komunistik, demokratik atau otokratik, namun yang
terpenting adalah penerapan hukumnya yang berlaku bagi semua orang.
Pernyataan bahwa perbuatan seseorang itu “adil atau tidak” dalam konteks
berdasarkan hukum atau tidakk artinya bahwa perbautan tersebut sesuai atau
tidak dengan suatu norma hukum yang dianggap sah oleh subjek yang menilainya
krena norm aini termasuk dalam tatanan hukum positif. Dalam memahami
keadilan dalam konteks legal, Kelsen menegaskan bahwa dasara dari keadilan
hukum bukan pada individu melainkan pada norma – nomra hukum itu sendiri
karena standar keadilan pada setiap individu adalah berbeda satu dengan yang
lainnya, 11

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatan bahwa suatu keadilan adalah
suatu perbuatan atau perlakuan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku,
tapi tidak hanya terbatas pada isi dari peraturannya namun bagaimana
penerapannnya apakah adil atau tidak, dan bersifat relatif artinya adil bagi satu
orang belum tentu adil orang lainnya.

2.2 Mengenai Keadilan bagi Masyarakat Miskin di Indonesia

Keadilan bagi masyarakat Indonesia belum dapat disepakati karena bentuk


keadilan tidak sejalan dengan pemahaman dan penilaian tentang keadilan.
Keadilan merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk diwujudkan dan sekaligs
dambaan bagi manusia untuk bisa memperolehe kehidupan yang layak serta
terpenuhinya hak – hak mereka dalam menjalani kehidupan. Dalam menjalani
kehidupan tersebut, setiap manusia tentunya memiliki kelemahan dan
kekurangan yang akhinrya menyebabkan keadilan itu sulit untuk diwujudkan.
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia sendiri mempunyai banyak suku,
agama, ras dan budaya. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya mewujudkan
keadilan yang diinginkan oleh bangsa Indonesia karena pengertian dari keadilan
banyak dipahami atau ditafsirkan berbeda. 12

Apabila keadilan dikaitan dengan masyarakat miskin di Indonesia, sejatinya


akses masyarakat miskin terhadap hukum dan keadialan diakui dan dijamin oleh
instrumen hukum seperti konstitusi, hak asasi manusia, maupun instrument
internasional. Dalam UUD 1945 dan berbagai konvensi internasional serta dalam
peraturan perundang – undangan diatur bahwa setiap warga negara memperoleh

10
http://etheses.uin-malang.ac.id/2249/5/08410016_Bab_2.pdf diakses pada tanggal 04 Februari 2021 pukul
21.10 WIB.
11
Keadilan Hukum dan Penerapannya Dalam Pengadilan, Yustinus Suhardi Ruman, Jurnal Humaniora Vol.3
No.2 Oktober 2021, 348.
12
Keadilan Berdasarkan Pancasila Sebagai Dasar Filosofis Dan Ideologi Bangsa, Ferry Irawan Febriansyah, DiH
Jurnal Ilmu Hukum Vol.13 No. 25, Februari 2017, hal. 1

5
jaminan terhadap hak atas pengakuan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil, persamaan kedudukan di hadapan hukum serta hak asasi manusia. Namun,
akses masyarakat miskin atas hukum dan keadialan menunjukkan faktanya
terdapat diskriminan dan rendahanya penghormatan dan perlindungan hak – hak
hukum dari masyarakat miskin yang masih ada dan berlangsung teru – menerus.
Hal ini lah yang akhirnya membuat masyarakat miskin kehilangan peluang dakan
kemampuan untuk menjalani hidup yang bermatabat dan mengakses keadilan.
Akses terhadap hukum dan keadilan merupakan hak asasi yang sangat penting
jika komitmen melawan kemiskinan ingin dijalankan, dari sudut pandang tata
laksana pemerintah hilangnya akses masyarakat miskin terhadap hukum dan
keadilan akan mengekibatkan pemerintah tidak memiliki akuntabilitas dan pada
akhirnya cita – cita membangun demokratis semakin jauh dari harapan. 13

Lemahnya akses terhadap hukum dan keadilan bukanlah masalah yang khas
dari kelompok miskin, hal ini lah yang membelenggu kehidupan mereka. Salah
satu isu yang menonjol dalam lemahnya akses masyarakat miskin terhadap
hukum dan keadilan adalah isu perlindungan hukum. 14 Bahkan ada pepatah yang
mengatakan “Bagaikan mencari jarum dalam sekam” yang menggambarkan
sulitnya masyarakat miskin untuk mendapatkan keadilan hukum di Indonesia.
Faktanya di Indonesia sendiri masyarakat miskin begitu mudahnya menjadi
korban dalam ketidakailan hukum, proses penegakan hukum seringkali
melahirkan ketidakadilan hukum. 15 Hal inilah yang akhirnya menjadi sorotan
msyarakat luas diamana aparat penegak hukum lebih melihat dan memahami
kasus hukum berdasarkan pada peraturan perundang – undangan saja tanpa
berusahan memahami bagaimana konteks sosialnya.16

Menurut Jerome H. Skolnick, legalitas bukanlah suatu faktor yang penting yang
harus terpadu dalam kehidupan berorganisasi karena harus mempelajari kondisi
sosiologi terlebih dahulu yang menyebabkan masyarakat mengganggap bahwa
peraturan yang berlaku benar merupakan hukum dan bagaimana masyarakat
mwnafsirkan hukum (dalam hal ini peraturan perundang – undangan) yang
kemudian mentransformasikannya ke dalam lembaga – lembaga sosial. 17

Apabila mengingatkembali kasus Nenek Minah yang saat itu divonis hukuman
karena dianggap telah mencuri 3 buah kakao. Kasus ini bermula saat Nenek
Minah sedang memanen kedelai di lahan garaoannya di Dusun Sidoarjo,
Banyumas, Jawa Tengah yang mana lahan garapan Nenek Minah ini dikelola juga
oleh PT. RSA untuk menanam kakao. Ketika sedang memanen, Nenenk Minah
tertuju pada buah 3 kakao yang sudah matang dan dari situ Nenek Minah
kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya tersebut.
13
Akses Kelompok Miskin Terhadap Hukum dan Keadilan, Andik Hardiyanto, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 14 No.
2, September 2009, hal. 98
14
Id, hal. 88.
15
Keadilan Hukum Bagi Si Miskin : Sebuah Elegi Si Miskin Dihadapan Tirani Hukum, Umar Sholahudin, Journal
Of Urban Sociology Vol. 1 No. 1 April, 2008, hal. 36
16
Id, hal. 38
17
Id.

6
Setelah dipetik 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakan
begitu saja di bawah pohon kakao. Setelah waktu berselang, lewat seorang
mandor perkebunan kakao PT. RSA lalu mandor itu bertanya siapa yang memetik
buah kakao tersebut dan vonis bersalah karena telah melanggar akhirnya dengan
polosnya Nenek MInah mengakui bahwa hal tersebut adalah tindakanya.
Mengetahui perbuatanya salah Nenek Minah kemudian meminta maaf kepada
sang mandor dan tidak akan mengulanginya lagi. Namun, naasnya kasus ini
berbuntut panjang dan terus bergulir sampai dengan ke pengadilan negeri.
Singkat kata, Nenenk Minah divonis bersalah oleh Majelis Hakim karena telah
melanggar Pasal 362 KUHP tentang pencurian dan dijatuhi hukuman 1 bulan 15
hari dan masa percobaan selama 3 bulan. 18

Bahwa berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kasus yang


menimpa Nenek Minah sangatlah ironi dimana sebenarnya Nenek MInah tidak
ada niat untuk mencuri 3 buah kakao dari perkebunan PT. RSA melainkan ingin
digunakannya untuk disemai sebagai bibit dilahan garapannya. Namun, disisi lain
berdasakan prinsip keadilan dimana keadilan adalah harus sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku maka perbuatan yang dilakukan
oleh Nenek Minah harusnya di hukum karena telah melanggar ketentuan
pereaturan perundang – undangan. Sehingga yang menjadi pertanyaann apakah
adil seorang Nenek Minah yang tidak memiliki pengetahuan akan hukum dan
tidak memiliki niat untuk 3 buah kakao tersebut tetap harus dihukum sesuai
aturan yang berlaku????? Disinilah yang menurut hemat penulis konsep dari
keadilan itu sendiri masih sering menimbulkan perdebatan yang tidak berujung
artinya setiap orang memiliki pandangan atau pemahaman yang berbeda satu
dengan yang lainnya mengenai keadilan. Dalam kasus Nenek Minah mungkin bisa
saja orang lain berpendapat cukup adil apabila perbuatan yang dilakukan oleh
Nenek Minah tetap harus dihukum karena telah melanggar ketentuan dalam
KUHP, disisi lain bisa saja beranggapan bahwa tidak adil apabila Nenek Minah
yang sudah tua renta, tidak mengerti hukum, dan tidak berniat untuk mengambil
3 buah kakao tersebut dihukum terlepas seberapa berat atau ringan hukumnya.

BAB III
PENUTUP

18
https://news.detik.com/berita/d-4688870/kisah-nenek-minah-korban-uu-belanda-haruskan-kuhp-tetap-
dipertahankan diakses pada tanggal 03 Februari 2021 pukul 19.30 WIB.

7
3.1 Kesimpulan

Keadilan adalah keadilan yang sesuai dengan peraturan perundag – undangan


yang berlaku. Namun konsep keadilan itu sendiri sampai saat ini masih menjadi
perdebatan yang tidak berujung karena setiap orang mempunyai pemahaman
atau pengertiannya masing – masing mengenai keadilan itu sendiri. Apabila
keadilan dikaitkan dengan kemiskinan, faktanya masih ada kelompok masyarakat
miskin yang tidak dapat mengakses mengenai hukum dan keadilan seperti kasus
yang menimpa Nenek Minah dimana Nenek Minah tidak memiliki niat sedikit pun
untuk mengambil 3 buah kakao dari perkebunan PT. RSA melainnya ia
mengambilnya untuk disemai di lahan garapanya yang berada di lahan
perkebunan milik PT. RSA namun naasnya kasus tersebut terus bergulir sampai
di pengadilan negeri dan Nenek Minah divonis bersalah karena telah melanggar
Pasal 362 KUHP dan dijatuhi hukuman 1 bulan 15 hari dan masa percobaan
selama 3 bulan. Atas hal tersebut tentu timbul pertanyaan apakah adil seorang
Nenek Minah yang sudah tua renta tidak mengerti hukum dan tidak ada niat
untuk mengambil 3 buah kakao tersebut di hukum ????

3.2 Saran

Bahwa berdasarkan uraian di atas, memang betul bahwa keadilan itu sendiri
tidak terdapat ilmu pastinya artinya konsep dari keadilan sendiri masih menjadi
perdebatan yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu saran penulis adalah harus
memandang keadilan hukum dari berbagai aspek tidak hanya sebatas apa yang
tertulis dalam peraturan perundang – undangan tapi juga harus bisa melihat dari
prespektif sosiologisnya atau mungkin dari sisi hak asasi manusia. Sehingga
kedepannya tidak ada lagi orang – orang seperti mandor dari PT. RSA yang
“sembarang” melaporkan seseorang yang sebenarnya mungkin dia juga tidak
mengerti mengenai hukum itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai