Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Keadilan Hukum Di Indonesia

DI SUSUN
O
L
E
H

Nama: Rofiva Azmi Tobuto


Kelas: XII IPA 2

SMAN 1 SUWAWA
KAB. BONE BOLANGO
PROVINSI GORONTALO
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga
saya dapat menyusun makalah dengan judul “Keadilan Hukum Di Indonesia”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Syamsu Mayang S.Pd
selaku guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang saya susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber bacaan. Saya berharap makalah ini dapat
dipahami.

Saya sebagai penyusun makalah merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini baik dari segi bahasa maupun isi yang terkandung di dalamnya karena adanya
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik dari bapak, agar makalah saya ke depannya bisa lebih baik lagi.
Daftar isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan perumusan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keadilan menurut para ahli
2.2 Hukum menurut para ahli
BAB III PEMBAHASAN
3.1Gambaran tidakadilanh ukum di Indonesia
3.2Proses penyelesaian kasus salah tangkap menurut hukum dan
Peradilan di Indonesia
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keadilan merupakan suatu aturan hukum yang berlaku di negara indonesia.


Keadilan berjalan beriringan untuk mengantarkan bangsa indonesia menuju
kedamaian,keamanan & ketenangan. Keadilan adalah sesuatu hal yang menjadi
tuntutan setiap orang maupun kelompok untuk di penuhi dan di tegakkan. Oleh karena
itu, keadilan tidak terlepas dari kehidupan manusia karena setiap manusia
menginginkan agar keadilannya terlindungi dari bahaya yang mengancamnya sebab
manusia hidup di kelilingi oleh manusia lain. Tetapi hal tersebut tidak perlu di
khawatirkan lagi karena di negara Indonesia terdapat jaminan keadilan untuk seluruh
masyarakat yang termuat dalam undang-undang dasar tahun 1945 pasal 28D ayat (1)
yang berbunyi “setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan,perlindungan,dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum” yang nantinya
akan di tegakkan oleh lembaga-lembaga penegak hukum.

Lembaga-lembaga penegak hukum itu sendiri berada di bawah kekuasaan


yudikatif yaitu Mahkamah Agung(MA),Mahkamah Konstitusi(MK),serta Komisi
Yudisial (KY). Sebagai lembaga penegak hukum haruslah bebas dari campur tangan
oleh badan lain demi penegakkan hukum dan keadilan serta menjamin hak-hak asasi
manusia. Oleh karena itu dibutuhkannya lembaga penegak hukum yang bermoral
yang diharapkan dapat menegakkan hukum sebaik mungkin sebagai upaya mencapai
tujuan-tujuan hukum termasuk untuk mencapai keadilan. Tanpa lembaga penegak
hukum yang bermoral, sebaik apapun hukum dibuat dapat saja sia-sia karena tidak
mampu memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum bagi semua pihak. Oleh karena
itu, lembaga penegak hukum yang baik sangat dibutuhkan agar hukum tetap superior,
tidak mudah diperjual belikan dan tidak berada di bawah penindasan kepentingan
politik dan ekonomi.

Namun,hal ini perlu di ragukan karena kenyataan yang terjadi saat ini lembaga
penegak hukum menjadikan hukum sebagai alat yang di perjualbelikan oleh mereka
yang mempunyai kekuasaan. Sehingga timbulah ketidakadilan dalam penegakkan
hukum di negeri ini. Banyak sekali contoh kasus yang membuktikan bahwasanya
hukum di Indonesia lebih mengarah kepada ketidakadilan. Contohnya kasus seorang
nenek yang mencuri singkong dengan alasan cucunya kelaparan yang di vonis 2,5
tahun penjara dengan denda sebesar 1 juta rupiah. Sedangkan seorang anggota DPRD
yang telah mengkorupsi dana bansos sebesar 31 millar hanya di berikan vonis 1,5
tahun penjara. Dari kasus tersebut dapat kita lihat bahwa semakin miskin orang yang
terjerat hukum maka semakin berat pula vonis yang di berikan dan semakin kaya
orang yang terjerat hukum,semakin ringan pula vonis yang di berikan.

Dari kasus-kasus ketidakadilan inilah yang membawa saya untuk menggali


lebih dalam lagi mengenai penegakan hukum di Indonesia yang saya saya jelaskan
dalam makalah ini dengan judul “Keadilan Hukum Di Indonesia”
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut:

1. Sejauh mana gambaran Ketidakadilan Hukum di Indonesia.


2. Seperti apa proses penyelesaian kasus salah tangkap menurut hukum & peradilan
di Indonesia

1.3 TUJUAN PERUMUSAN


1. Untuk mengetahui sejauh mana gambaran ketidakadilan hukum di Indonesia
2. Untuk memperoleh referensi terkait proses penyeleaian kasus salah tangkap
menurut hukum dan peradilan di Indonesia

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Apa itu keadilan menurut para ahli?

1. FRANS MAGNIS SUSINO


Menurut Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa keadilan yaitu suatu
keadaan antar manusia yang diperlakukan dengan sama ,yang sesuai dengan
hak dan kewajibannya masing-masing.

2. ARISTOTELES

Menurut Aristoteles menyatakan bahwa keadilan ialah sebuah tindakan yang


terletak diantara memberikan terlalu banyak dan juga sedikit yang bisa
diartikan ialah memberikan sesuatu kepada setiap orang yang sesuai dengan
memberi apa yang menjadi haknya.

3. THOMAS HUBBES
Menurut Thomas Hubbes menyatakan bahwa keadilan yaitu sesuatu
perbuatan yang dikatakan adil jika sudah didasarkan pada suatu perjanjian
yang telah disepakati.

4. PLATO
Menurut Plato menyatakan bahwa keadilan ialah diluar suatu kemampuan manusia
biasa yang mana suatu keadilan tersebut hanya ada di dalam sebuah hukum dan juga
perundang-undangan yang dibuat oleh para ahli.

5. W.J.S. POERWADARMINTO

Pendapat W.J.S. Poerwadarinto cukup sederhana, tetapi tepat pada sasaran. Ia


menyatakan bahwa keadilan adalah suatu kondisi yang tidak berat sebelah,
bersifat sepatutnya, dan juga tidak sewenang-wenang.

6. JOHN RAWLS

Filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka
abad ke-20, John Rawls menyatakan bahwa pengertian keadilan adalah
kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya
kebenaran pada sistem pemikiran.

7. NOTONEGORO

Keadilan adalah suatu keadaan dikatakan adil jika sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

8. IMAM AL-KHASIM
Keadilan adalah mengambil hak dari orang yang wajib memberikannya dan
memberikannya kepada orang yang berhak menerimanya.
2.2 Apa itu hukum menurut para ahli?

1. JHON AUSTIN

Hukum adalah peraturan yang di adakan untuk memberikan bimbingan kepada


makhluk yang berakal oleh makluk yang berakal, yang berkuasa atasnya.

2. J.C.T SIMORANGKIR dan WOERJONO SASTRO PRANOTO

Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-


badan resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut
berakibat adanya hukuman.

3. Em Meyers

Hukum adalah aturan-aturan yang di dalamnya mengandung pertimbangan


kesusilaan yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam sebuah
masyarakat dan menjadi acuan atau pedoman bagi para penguasa negara
dalam melakukan tugasnya.
4. Abdul Manan
Abdul Manan berpendapat bahwa hukum adalah suatu rangkaian peraturan
yang menguasai tingkah laku atau perbuatan tertentu dari manusia dalam
hidup bermasyarakat. Hukum itu sendiri mempunyai ciri yang tetap yakni
hukum merupakan suatu organ peraturan-peraturan abstrak, hukum untuk
mengatur kepentingan-kepentingan manusia, siapa saja yang melanggar
hukum akan dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

5. A.L GoodHart

Arthur Lehman Goodhart, seorang ahli hukum dan pengacara Amerika Serikat
memberikan definisi Hukum adalah semua peraturan yang digunakan oleh
pengadilan.

6. Bellfoid

Definisi hukum menurut Bellfoid adalah aturan yang berlaku di suatu


masyarakat yang mengatur tata tertib masyarakat itu atas dasar kekuasaan yang
ada pada masyarakat.

7. Borst
Borst berendapat bahwa hukum adalah semua peraturan bagi perbuatan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, dimana saat pelaksanaan bisa dipaksakan
dengan tujuan untuk mendapat keadilan.
8. H.M.N. Poerwosutjipto
Pengertian hukum menurut Poerwosutjipto adalah keseluruhan norma, yang
oleh penguasa negara atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan
hukum, dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi
sebagian atau seluruh anggota masyarakat, dengan tujuan untuk mengadakan
suatu tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.

9. Karl Max
Karl Max menjelaskan bahwa Hukum adalah cerminan dari hubungan hukum
ekonomis suatu masyarakat di dalam suatu tahap perkembangan tertentu.

10. M.H. Tirtaamidjaja


Menurut M.H. Tirtaamidjaja hukum ialah semua aturan (norma) yang harus
diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan
ancaman mesti mengganti kerugian – jika melanggar aturan-aturan itu – akan
membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda dan sebagainya.

11. Mochtar Kusumaatmadja


Pengertian hukum yang memadai tidak hanya memandang hukum itu sebagai
suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga dan proses yang
diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan. Pendapat Mochtar
Kusumaatmadja tersebut dianggap yang aling relevan dalam
menginterretasikan hukum di masa kini.

12. Montesquieu
Montesquieu adalah seorang ahli politik berkebangsaan Prancis yang terkenal
dengan ajarannya Trias Politika. Pengertian hukum menurut Motesquieu
adalah gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan oleh perbedaan alam,
politik, etnis, sejarah, dan faktor lain dari tatanan masyarakat. Untuk itu
hukum suatu negara harus dibandingkan dengan hukum negara lain.

13. Saitnt Simon


Menurut Saitnt Simon hukum adalah pertentangan antara masyarakat dan
ekonomi dan blok besar dari kelompok-kelompok lokal dan ekonomi
merupakan pusatnya

14. Salmond
Saldmond berendapat bahwa Hukum adalah kumpulan asas-asas yang diakui
dan ditetapkan oleh negara didalam peradilan

15. Samuel von Pufendorf


Samuel von Pufendorf merupakan ahli hukum Jerman yang menerangkan
bahwa hukum merupakan kodrat yang didasarkan atas kualitas kodrat manusia
16. Satjipto Rahardjo
Pengertian hukum menurut Satjito Rahardjo adalah karya manusia berupa
norma-norma berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan
pencerminan dari kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya
masyarakat dibina dan ke mana harus diarahkan. Oleh karena itu, pertama-
tama hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh masyarakat
tempat hukum diciptakan. Ide-ide tersebut berupa ide mengenai keadilan.

17. Stammler
Stammler mengemukakan pendapat bahwa hukum adalah suatu struktur
tertentu yang memberi bentuk pada tujuan-tujuan manusia yang
menggerakkan manusia untuk bertindak

18. Stampe
Stampe menyatakan bahwa hukum adalah hukum dalam tatanan responsif
memandang dirinya sebagai bagian yang tak terpisahikan dengan dunia sosial
yang mengitarinya

19. Suardi Tasrif


Hukum menurut Suardi Tasrif adalah keseluruhan peraturan-peraturan hidup
yang bersifat memaksa dan dibuat oleh yang berwenang berisikan suatu
perintah/laranngan/izin untuk membuat sesuatu serta dengan maksud untuk
mengatur tata tertib kehidupan masyarakat.

20. Sudikno Mertokusumo


Hukum oleh Sudikno Mertokusumo diartikan sebagai kaidah hukum yang
merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogjanya atau
seharusnya dilakukan. Pada hakikatnya kaidah hukum merupakan perumusan
pendapat atau pandangan tentang bagaimana seharusnya atau seyogjanya
seseorang bertingkah laku. Sebagai pedoman kaidah hukum bersifat umum.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 GAMBARAN KETIDAKADILAN HUKUM DI INDONESIA

Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi hukum dalam segala aspek
kehidupan. Hukum di gunakan untuk menjaga keteraturan di masyarakt dan pemerintahan.
Hukum tidak memandang sebelah pihak atau yang biasanya di sebut dengan kata “Adil”. Adil
adalah sama berat,tidak berat sebelah,tidak memihak. Jadi dapat di simpulkan bahwa hukum
tidak boleh berat sebelah atau memihak sebelah pihak. Seperti lambangnya yang berbentuk
timbangan,dalam lambang tersebut memilki arti bahwa hukum itu harus seimbang,sama rata
tidak berat sebelah kiri atau kanan. Tidak mementingkan kaya atau miskin,memilki jabatan
tinggi atau tidak memiliki jabatan sekalipun.

Hukum di Indonesia menggunakan pancasila sebagai landasannya. Terutama


pancasila sila kelima berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat di Indonesia”. Dapat
diartikan dalam sila tersebut bahwa keadilan harus di junjung tinggi dalam segala aspek
terutama hukum. Namun apakah di Indonesia sila kelima tersebut terlaksanakan dengan baik?
Pada kenyataannya hukum di Indonesia sangat jauh dari kata adil. Sering terjadi
ketidakadilan hukum yang melibatkan kaum kaya dan kaum miskin,orang yang memiliki
jabatan tinggi dan orang yang tidak memiliki jabatan sama sekali. Hukum hanya tajam jika ke
bawah dan tumpul jika berhdapan dengan kalangan atas. Jika kaum kaya tersandung
hukum,dengan membayar mereka akan di berikan keringanan hukum,bahkan dengan
membayar kebebasan dapat di beli dengan mudah. Sedangkan kaum miskin jika mereka
tersandung kasus hukum maka akan menjadi beban bagi mereka dan keluarga mereka. sangat
miris bukan?

Penegakan hukum di Indonesia merupakan permasalahan yang cukup serius.


Kepatuhan masyarakat terhadap hukum yang berlaku sangat memprihatinkan. Persoalan ini
dipicu oleh lemahnya penegakan hukum itu sendiri. Dalam hal ini seharusnya penegakan
hukum tidak pandang pilih dan harus memberikan rasa keadilan bagi semua masyarakat

Penegakan hukum yang terkesan kurang tegas tumpul keatas dan tajam kebawah
menjadi alasan atas kurangnya kepercayaan masyarakat kepada para penegak hukum. Kasus
yang akan saya angkat sebagai perbandingan bahwa penegakkan hukum yang adil sudah
tidak terjadi lagi di Indonesia adalah kasus TM (37) dan NA (20) yang terjerat kasus hukum
setelah ketahuan mencuri kayu manis milik perhutani di wilayah Gunung Sumbing. TM dan
NA nekat mencuri di area tersebut karena kepepet tak lagi punya uang untuk menghidupi
keluarga mereka. Atas perbuatan tersebut keduanya di jerat pasal 26 ke-19,pasal 78 Jo pasal
50 ayat (2) huruf c UU Nomor 11 tahun 2011 tentang cipta kerja tentang perubahan atas
beberapa ketentuan dalam UU nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan dengan ancaman 5
tahun penjara dan denda Rp 3,5 milliar. Sedangkan pada kasus Djoko Tjandra, dia telah
menjadi buronan selama 11 tahun dengan kasus tindak pidana korupsi atau cassie bank bali
dan hanya menerima hukuman 4 tahun 6 bulan penjara dengan denda Rp 100 juta.

Kasus tersebut menjadi contoh tumpulnya pisau hukum di Indonesia bagi orang-
orang kaya. Orang biasa yang ketahuan melakukan tindakan kecil langsung ditangkap dan
dijebloskan kepenjara. Sedangkan seorang pejabat Negara yang melakukan korupsi uang
milyaran rupiah milik Negara dapat berkeliaran dengan bebasnya.
Masalah utama dalam penegakan hukum di Indonesia bukanlah pada produk sistem
hukumnya itu sendiri, melainkan pada kualitas manusia yang menjalankan hukum. Dengan
seperti ini peranan manusia dalam menajalankan hukum (penegak hukum) memiliki tempat
yang strategis. Masalah transparansi penegakan hukum sangat berkaitan dengan kinerja
badan-badan hukum atau lembaga pengak hukum yang ada. Lemahnya mentalitas penegak
hukum di Indonesia mengakibatkan pengakan hukum tidak berjalan dengan semestinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya penegakan hukum di indonesia yaitu lemahnya
pemahaman agama, kurangnya tanggung jawab, serta proses rekrutmen yang dilakukan tidak
transparan. Sehingga faktor ini memainkan peranan penting dalam memfungsikan hukum.
Jika peratauran hukum sudah baik, tetapi kualitas penegak hukumnya rendah maka akan
menjadi masalah. Sebaliknya jika peraturan hukumnya buruk sedangkan penegak hukum
baik, kemungkinan munculnya sebuah masalah masih terbuka.

3.2 Proses Penyelesaian Kasus Salah Tangkap Menurut Hukum & Peradilan Di
Indonesia

Negara Indonesia merupakan Negara hukum, ketentuan itu sudah jelas


dituangkan dalam pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945. Maka dari itu Indonesia sangatlah
menjunjung tinggi hukum yang ada di negaranya serta seluruh tindak-tanduk yang ada
di negaranya harus didasari dan berlandaskan oleh hukum yang sengaja dibuat untuk
mengatur warga Negara dan juga tatanan pemerintahannya sendiri. Tentunya dengan
keberadaan hukum di masyarakat tidak lepas dari tujuan dibuatkannya hukum yakni
keadilan, kepastian dan kemanfaatan walaupun penerapan hukum pidana merupakan
jalan terakhir dalam menyelesaiakan suatu permasalahan. Keberadaan hukum
ditengah masyarakat menjadi kesatuan utuh dengan kehidupan manusia sehingga
hukum dan manusia tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan hukum selalu
mengikuti kehidupan manusia sejak manusia masih di dalam kandungan sekalipun
hingga manusia itu hidup dan mati.

Negara hukum sejatinya memiliki pondasi baku bersifat umum hingga


prinsipil, layaknya suatu rekognisi serta proteksi terhadap suatu hak asasi Pengakuan
terhadap hak asasi manusia merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara
hukum. Hal tersebut berlaku kepada setiap warga negara tak terkecuali seorang warga
negara yang terlibat dengan hukum. Walaupun hukum pidana dikatakan sebagai
pedang bermata dua yakni disatu sisi melindungi hak asasi dan disisi lain dapat pula
mencabut hak asasi tetapi hal-hal yang bersifat dasar tentang konsep hak asasi
manusia tidak dapat diabaikan. Dengan dikatakannya seseorang melakukan
pelanggaran hukum bukan berarti hak asasinya dapat dikesampingkan apalagi suatu
kejadian tersebut belum memiliki kekuatan hukum tetap. Seperti yang tercantum
dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia yang berbunyi “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta
mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Setiap orang
berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa
diskriminasi”. Indonesia sebagai negara hukum tentu sangat menjunjung tinggi hak
asasi manusia walaupun pada kenyataannya banyak sekali kejadian-kejadian salah
tangkap yang kasusunya hanya menjadi cerita saja tanpa adanya tindakan hukum yang
jauh lebih baik terhadap penegak hukum yang bersalah atau ganti kerugian terhadap
korban.
Salah tangkap biasanya diakukan oleh sub sistem peradilan pidana terutama
pihak kepolisian. Hal tersebut terjadi karena lembaga ini memiliki kewenangan untuk
melakukan penyelidikan. Kasus salah tangkap sering terjadi khususnya di
Indonesia. Contohnya kasus salah tangkap yang terjadi pada tahun 2013 yaitu
enam pengamen anak di cipulir, Jakarta Selatan menjadi korban salah tangkap
polda metro jaya. Mereka di tuduh berkomplot untuk membunuh seorang
pengamen bernama Dicky dikolong jembatan cipulir. Setelah sempat menjalani
hukuman penjara Mahkamah Agung dalam putusan kasasinya menyatakan
bahwa keenam pengamen itu tidak bersalah. Akibat kelalaian polisi, mereka
mengalami pelanggaran HAM berupa siksaan dan mendekam di penjara selama
sekian tahun. Setelah di nyatakan tidak bersalah, keempat pengamen cupulir
tersebut menuntut kerugian materiel dan imateriel sekitar Rp 750 juta untuk
empat orang anak. Seperti yang tertulis pada pasal 95 ayat (3) dan ayat (4) KUHP
mereka berhak mendapatkan ganti rugi. Namun kepolisian menolak  ganti rugi
materiil yang dimohonkan oleh para para pengamen cipulir keseluruhan sebesar Rp
662.400.000 dan kerugian imateriel keseluruhan sebesar Rp 88.500.000. Budi menilai
permohonan ganti rugi mengada-ada dan tidak berdasar hukum. Sangat miris bukan?
ini merupakan contoh bahwa kasus salah tangkap masih marak terjadi di
Indonesia karena penyelidikan yang di lakukan oleh kepolisian tidak dilakukan
secara detail dan menyeluruh. Hal ini membuktikan bahwa aparat penegak
hukum kurang profesional dan cenderung memaksakan diri untuk memenuhi
target pengungkapan dan penuntasan terhadap suatu kasus. Hal ini
membuktikan kinerja polisi di lapangan masih belum profesional dan hanya
untuk memenuhi target saja.

Aparat penegak hukum sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat


diharapkan bertindak professional dalam melakukan tugasnya di bidang penegakan
hukum. Aparat penegak hukum di harapkan dalam melaksanakan penyidikan kasus
yang ditanganinya agar tidak melakukan kesalahan dalam melakukan penangkapan
terhadap seseorang serta menghindari tindakan – tindakan diluar prosedur dalam
pemeriksaaan kasus yang ditanganinya tersebut. Penggunaan metode – metode yang
tepat harus diterapkan guna mencari keterangan dari orang yang disangka melakukan
tindak pidana.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesenjangan hukum merupakan suatu keadaan di mana terdapat ketidaksesuaian dan


ketidakseimbangan dalam tuntutan,vonis,atau putusan hukum yang di berikan di tengah
masyarakat. Mirisnya ketidakadilan dan kesenjangan hukum sudah seperti hal yang lazim
terjadi di Indonesia. Indonesia sebagai negara hukum dan menjunjung tinggi hukum
bagaikan slogan semata tanpa ada bukti konkret pengimplementasiannya.

4.2 Saran 

Upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi ketidakadilan yang sudah berlarut-larut
terjadi di dalam negeri ini salah satunya yaitu melalui penguatan moral dan nilai-nilai
pancasila untuk menanamkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya substansi dari
setiap sila yang terdapat pada dasar negara Indonesia ini. Apabila semua pihak telah
sadar akan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan,hukum dan kemanusiaan
yang ada dalam masyarakat,maka hukum di negeri ini pastilah dapat berjalan secara
efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Aristoteles, E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta,
1962.

Manggala, Ibrahim. “Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Salah Tangkap Dalam
Peradilan Pidana”. Journal Universitas Lampung, (2018).

Anda mungkin juga menyukai