Anda di halaman 1dari 11

HADIS AHKAM KELUARGA

HADIS PERADILAN (DAKWAAN, PEMBUKTIAN DAN PERDAMAIAN)

DOSEN PENGAMPU: M. NOOR. S,HI, M.HI

OLEH:

KELOMPOK 6

 SRI RATNAWATI (160202040)


 WIWIN APRILIANA (160202044)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM


FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN AKHWAL SYAKSIYYAH
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2


BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
BAB II....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 5
A. Dakwaan dan Pembuktian................................................................................................................. 5
B. Perdamaian........................................................................................................................................ 7
C. Kandungan pemahaman hadits ......................................................................................................... 9
D. Tinjauan rawi hadits ........................................................................................................................ 10
BAB III ................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .............................................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak dapat di pungkiri bahwa setiap manusia pastinya memiliki suatu perselisihan yang
terjadi di antara umat manusia. Di mana setiap manusia menuntut sesuatu terhadap orang lain.
Terutama umat islam, sehingga sangat dibutuhkan suatu hukum yang dapat mengatur jika
terjadinya suatu perselisihan antara sesama manusia.
` Di samping itu, Rasulullah memberitakan tentang tingkah laku manusia yang apa bila di
biarkan tanpa hukum yang mengatur dan dibebaskan untuk mendakwa secara sembarangan,
maka tentu setiap orang akan melakukan hal itu tanpa haq. Oleh karena itu setiap manusia dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi antara ummat manusia, islam telah memberikan
beberapa konsep dasar untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Untuk itulah, tulisan ini dihadirkan. Tetapi tentu saja pada tulisan ini tidak dapat
menguraikan secara lengkap dan detail setiap rincian dakwaan, pembuktian, dan perdamain,
namun setidaknya apa yang akan di paparkan disini dapat memberikan gambaran tentang seluk
beluk dakwaan, pembuktian, dan perdamaian. Pada bagian akhir tulisan ini, penulis juga
menyampaikan kesimpulan tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh setiap manusia untuk
selalu “Mendamaikan” umat muslim di muka bumi ini dengan hukum-hukum islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hadis dari Dakwaan, Pembuktian, dan Perdamaian?
2. Apa saja macam-macam pembuktian?
3. Bagaimana Kandungan pemahaman hadis dan tinjauan rawi hadis?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dakwaan dan Pembuktian


Kata “Dakwa” atau “Dakwaan” asalnya dari bahasa arab, yaitu dari kata “Da’wa”
(bentuk jamaknya ‘ad-Da-‘awa). Yaitu, menyandarkan ( mengklaim) kepemilikan sesuatu
yang berada di tangan orang lain atau di bawah tanggung jawab orang tersebut kepada
dirinya.
Hadits tentang Dakwaan dan Pembuktian:

َ ‫ لَ ْويُ ْع‬: ‫سلَّ َم قَ َل‬


‫طى‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ِ‫ع ْن ُه َماأَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫َّاس َر‬
ٍ ‫عب‬ َ ‫عن اب ِْن‬
ِ
َ َّ‫علَى ْال ُمد‬
‫عى‬ َ َ‫س ِد َما َء ِر َجا ٍل َوأَ ْم َوالَه َولَ ِك َّن ْال َي ِميْن‬ َ َّ‫اس ِبدَع َْوا ُه ْم ََلد‬
ٌ ‫عى نَا‬ ُ َّ‫الن‬
]‫ [متفق عليه‬.‫علَ ْي ِه‬
َ
“Dari Ibnu Abbas ra. Bahasanya Nabi SAW bersabda : seumpamanya orang-orang diberi
sesuatu hanya cukup dengan dakwaan mereka, niscaya orang-orang mendakwakan darah
dan harta orang lain akan tetapi bagi yang didakwa berhak bersumpah.
Menurut asbabul wurudnya, ada dua orang yang berperkara dan keduanya berani
angkat sumpah, untuk itu hak sumpah masing-masing di adakan pilihan, maka siapa yang
terpilih atau keluar undiannya itulah yang berhak angkat sumpah dan di nyatakan menang
atau benar perkaranya.
Hadits di atas menjelaskan mengenai penyelesaian kasus perselisihan yang terjadi di
antara dua orang yang salah seorang di antara mereka ‫ )(اَ ْل ُمدد ٌ َعى‬mengaku bahwa haknya
terampas oleh yang lainnya (‫)ا َ ْل ُمددَّعى َع َليْد ِه‬. Berkenan dengan hal ini, Nabi SAW. Menjelaskan
bahwa orang yang mengaku bahwa haknya terampas oleh orang hendaknya dia memberikan
bukti (ُ ‫ )ا َ ْلبَيِنَد‬yang dapat membenarkan dan menguatkan pengakuannya itu. Apabila orang
yang mengaku haknya terampas tidak dapat memberikan bukti-bukti tersebut, hendaknya
orang yang tertuduh merampas hak itu menyampaikan sumpah untuk menolak apa yang
dituduhkan kepadanya sehingga sumpah berada di pihaknya. Keberadaan sumpah tersebut
dapat menguatkan posisinya sebagai orang yang terbebas dari tuduhan.

5
Hukum-hukum pembuktian (Ahkam al-hayyinat) sama seperti halnya hukum-hukum
islam lainnya, merupakan hukum-hukum syara’ yang di gali dari dalil-dalil yang bersifat
rinci. Bayyinat (pembuktian) kadang-kadang terjadi pada kasus pidana (‘uqubat), kadang-
kadang terjadi pula pada kasus-kasus perdata (mu’amalat).
Bukti adalah, semua hal yang bisa membuktikan sebuah dakwaan. Bukti merupakan
hujjah bagi orang yang mendakwa atas dakwaanya.
Macam-macam Pembuktian:
1. Pengakuan
2. Sumpah
3. Kesaksian
4. Dokumen-dokumen tertulis yang meyakinkan.
Adanya bukti dipihak yang mengaku haknya terampas dan adanya sumpah di pihak
orang yang tertuduh mengandung hikmah bahwa seandainya semua orang yang mengaku-
ngaku itu di berikan kesempatan untuk memperoleh apa yang diakuinya tanpa ada bukti dan
begitu pula orang yang tertuduh mengelak tuduhan tersebut tampa ada sumpah, maka orang-
orang yang merasa tidak diawasi oleh Allah dan tidak merasa takut kepada siksa-nya akan
merampas hak orang lain dengan sekehendak hatinya, baik hak berupa kekayaan maupun
jiwa.
Namun demikian, Allah yang maha bijaksana dan maha mengetahui telah
menetapkan berbagai aturan dan sanksinya bagi orang-orang yang menganggap remeh
terhadap masalah kejahatan perampasan hak orang lain sehingga tidak mudah bagi seseorang
untuk mengaku dan menolak sekehendak hatinya. Dengan berbagai aturan dan berbagai
sanksinya itu.
Menurut Ibnu Daqiq Al-‘id, hadits diatas menunjukkan bahwa penetapan hukum
harus ditentukan berdasarkan ketetapan syara’, meskipun seorang mudda’i lebih
mengarahkan pada kebenaran terhadap pengakuannya.
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hadis ini dari Rasulullah SAW dengan lafaz:

‫َم ْن أ َ ْن َك ِر‬ ‫ين َعلَى‬


ُ ‫ َو ْال َي ِم‬, ‫ اَل َب ِي َن ُ َعلَى ا َ ْل ُمدَّ ِعي‬: ‫ص ِحيح‬ ْ ‫و ِل ْل َب ْي َه ِقي ِ ِبا‬
َ ‫سنَا ٍد‬
“Menurut riwayat Baihaqi dengan sanad shahih:“Bukti itu (wajib diadakan) bagi
penggugat dan sumpah itu (wajib dilakukan) bagi orang yang ingkar”. ( HR. Al-Baihaqi).

6
Hadis ini kedudukannya besar sekali. Merupakan sumber dasar peradilan dan
hukum, dimana peradilan antara manusia itu hanya ada ketika terjadi perselisihan, seseorang
mengaku bahwa sesuatu itu merupakan hak-nya, tetapi kemudian diingkari oleh lawannya.
Atau seseorang mengaku bebas dari suatu tuntutan yang dikenakan padanya.
Nabi SAW menjelaskan hukum pokok yang dapat memecahkan perselisihan diantara
mereka, sehingga jelas siapa yang melakukan kebenaran dan siapa yang melakukan
kebatilan. Orang yang mengaku memiliki suatu barang, menuduh seseorang berutang,
menuntut suatu hak dan akibat-akibatnya pada orang lain, namun orang yang dituduh itu
mengingkarinya, maka asal pokok barang-barang itu adalah milik orang yang mengingkari
tersebut. Orang yang menuduh (menggugat) ini apa bila dapat mendatangkan bukti-bukti
yang dapat menunjukkan kebenaran pemilikannya. Sedangkan apabila tidak memperoleh
bukti-bukti, maka ia bukan pemilik barang yang dikuasai orang yang digugat itu, kecuali
setelah disumpah yang merupakan alat pembuktian pula.
Begutu pula orang yang terbebas dari kewajiban yang harus ditanggungnya dan
diingkari oleh pemegang hak (tergugat), dengan katanya “ia tetap merupakan
tanggungjawabnya”, maka apabila penggugat memiliki bukti-bukti bahwa ia telah
menunaikan (kewajiban itu), maka ia bebas. Sedangkan apabila tidak ada bukti, maka orang
tersebut tetap berkewajiban menunaikan tanggungannya karena itu merupakan asal
pokoknya. Tetapi, si pemegang hak (tergugat) itu juga harus disumpah atas tetapnya
kewajiban itu.
Begutu pula halnya dalam menuduh adanya aib (cacat) , syarat dan waktu, semuanya
termasuk dalam masalah ini. Maka diketahui bahwa hadits ini mengharuskan para hakim
untuk memutus masalah peradilan seluruhnya karena bukti-bukti merupakan alat bagi
penjelas kebenaran dan ia berbeda sesuai dengan berbedanya hak dan kewajiban. Para ulama
telah merincinya dalam buku-buku mereka.
B. Perdamaian
Sebelum masuk ke Hadits tentang perdamaian ada baiknya jika kita mengetahui apa
itu perdamaian.
Secara etimologi adalah memutuskan pertikaian. Dan secara terminelogi perdamaian
adalah melakukan perjanjian yang menghantarkan kepada kesepakatan diantara kedua belah
pihak yang bertikai demi memutusakan pertikaian.

7
Dan perdamaian dibolehkan oleh Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ ulama’ dan Qiyas. Seperti
firman allah SWT. “ dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (Qs, An-Nisa’ : 128).
Dan terdapat pula hadits dalam sunan At-Tirmidzi dari hadits Abu Daud,
sesungguhnya Nabi saw bersabda:

ُ‫صلَّى ّللا‬ َ ِ‫س ْو َل ّللا‬ ُ ‫أن َر‬ َّ ُ‫ع ْنه‬َ ُ‫يي ّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْوفٍ اْل ُمزَ نِ ِبى َر‬ َ ‫ع ْم ِرو ب ِْن‬ َ ‫ع ْن‬ َ
‫ص ْل ًحا َح َّر َم َح ََل َلًأَ ْوأَ َح َّل َح َرا‬
ُ ‫ص ْل ُح َجا ِئ ٌز َبيْنَ اْل ُم ْس ِل ِميْنَ ِإ ََّل‬
ُّ ‫ ال‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه و‬ َ
.‫طا َح َّر َم َح ََل َلً أَ ْوأَ َح َّل َح َرا ًما‬ُ ‫ش ُر ْو ِط ِه ْم ا ََِّلش َْر‬ُ ‫ع َل‬َ َ‫ َواْل ُم ْس ِل ُم ْون‬,‫ًما‬
”Diriwayatkan dari Amru bin auf al mazni Ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Perdamaian ( membuat kesepakatan) itu di perbolehkan diantara orang-orang muslim,
kecuali perdamaian (kesepakatan) untuk mengharamkan sesuatu yang halal atau
mengahalalkan sesuatu yang haram. Orang-orang muslim (dalam perdamaian tersebut)
bergantung pada syarat-syarat mereka, kecuali satu syarat yang mengharamkan sesuatu
yang halal atau menghalalkan sesuatu yang haram.”
(Hadist riwayat At Tirmidzi dan dia menilainya sahih, tetapi ahli hadist mengingkari
hadist ini, karna seorang rawinya bernama Katsir bin abdullah bin amr bin auf dianggap
perawi yang lemah).
1. Kajian kebahasaan yakni semua perdamaian, kecuali yang terlarang yaitu perjanjian
menghalalkan yang haram dan mengaramkan yang haram.
2. Ini adalah ungkapan khusus yang sebenarnya berlaku bagi semua orang, baik orang-orang
muslim maupun non muslim. Pengkhususdan objek syara’ terhadap kaum muslimin ini di
karenakan mereka itulah yang di bicarakan untuk merealisasikan titah-titah alquran dan
sunnah.
3. Seperti perdamaian kesepakatan suami istri untuk tidak menggaulinya.
4. Seperti perdamaian dan kesepakatan untuk menggauli seorang hamba yang tidak boleh
di gauli.
5. Yakni mereka harus konsisten dan konsekuen dalam perdamaian berdasarkan persyaratan
tersebut dan tidak boleh berpaling darinya
Berkenaan dengan pembinaan persaudaraan dan perdamaian ini, Rasullah SAW.
Menyatakan dalam sebuah hadistnya yang diriwayatkan oleh abu hurairah, sebagai berikut:

8
َ‫ددر ءٍ ِمدددن‬
ِ ‫امد‬
ْ ‫ر‬ ِ ‫ددربُ ِب َح ْسددد‬ ْ ‫اَ ْل ُم ْسددد ِل ُم أَ ُاواْل ُم ْسددد ِل ِم ََل َي‬
ُ ‫ه ِل ُمدددهُ َو ََل َي ْو ُزلُدددهُ َو ََل َي ْح ِقد‬
ُ ‫علَى اْل ُم ْس ِل ِم َح َدرا ٌم َمدالُدهُ َودَ ُمدهُ َو ِع ْر‬
ُ ‫ضد ه‬ َ ‫ش ِرأَ ْنيَ ْح ِق َرأَاَابُ اْل ُم ْس ِل َم ُك ُّل اْل ُم ْس ِل ِم‬ َّ ‫ال‬
‫ه ُر ِإلَددى قُلُد ْدو ِب ُك ْم َوأَ ْع َمددا ِل ُك ْم‬
ُ ‫دن َي ْن‬
ْ ‫سددا ِد ُك ْم َولَ ِكد‬ ُ ‫ِإ َّن ّللاَ ََل َي ْن‬
ُ ‫ه ُر ِإلَددى‬
َ ‫صد َدو ِر ُك ْم َوأَ ْج‬
‫صد ْد ِر ِب اَ ََل ََليَ ِب ْدْ بَ ْع َ د ُك ْم‬َ ‫اَلت َّ ْقو ه ُهنَااَلت َّ ْقو ه ُهنَدا اَلت َّ ْقدو ه ُهنَدا يُشِدي ُْراِلَى‬
َ ‫دُ َو ُك ْونُ ْوا ِعبَددادَّللاِ إِ ْا َوانً َاو ََليَ ِح د ُّل ِل ُم ْس د ِل ٍم أَ ْن يَ ْه ُف َرأَ َاددابُ َد ْدو‬
ٍ ‫علَددى بَ ْيددِْ بَ ْعد‬
َ
}‫ {أارجه الست وهدااللفظ لمسلم‬.ٍ‫ثَ ََلث‬
Artinya: “Seseorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, tidak boleh menzolimi,
merendahkan dan menghinanya. Sesungguhnya jahat atau tercela orang muslim yang
menghina saudara muslim lainnya. Setiap muslim di haramkan mengambil harta, darah, dan
kehormatan muslim lainnya. Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan badan kamu
sekalian. Akan tetapi, Dia melihat dari hati dan perbuatan kamu sekalian. Taqwa itu berada
disini 3x sambil beliau menunjuk dadanya. Ingatlah, jangan ada sebagian diantara kamu
yang menjual sesuatu yang masih berada dalam tanggungan sesamanya. Jadilah hamba
Allah yang bersaudara, dan jangan seseorang muslim menghindari muslim lainnya (untuk
tidak tegur sapa ) lebih dari 3 hari. (Hadist ini di keluarkan oleh 6 orang dan matannya dari
Muslim).

C. Kandungan pemahaman hadits


Perdamaian atau kesepakatan itu dapat dilakukan dalam berbagai hal, kecuali dalam
usaha-usaha untuk menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang halal, seperti
perdamaian untuk membagi harta, perdamaian untuk menghentikan permusuhan, dll.
1. Perdamaian sempat dilakukan untuk semua orang, seperti perdamaian antara orang
muslim dan non muslim, perdamaian antara suami istri, perdamaian antara
pembangkang/pemberontak dengan para penegak keadilan, dll.
2. Didalam perdamaian, ada dua syarat yang harus di tepati oleh kedua belah pihak yang
berdamai, yaitu : pertama, kedua belah pihak yang berdamai sama-sama menyepakati dan

9
rela dengan perdamaian tersebut, tanpa dibarengi oleh paksaan dan tekanan-tekanan
tertentu. Kenyataan ini didasarkan pada kata boleh yang ada didalam hadits di atas.
Kedua, kedua belah pihak yang berdamai harus konsisten dan konsekuen serta tidak
boleh menghianati isi perdamian tersebut.
D. Tinjauan rawi hadits
Amru bin Auf Al-Muzani adalah Katsir bin Abdullah bin Amru bin Auf bin Zaid bin
Malhah Al-Yasyhuri Al-Mudzani Al-Madani. Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya,
Muhammad bin Ka’ab Al-furdzi, Nafi’ Mula Ibnu Umar dll. Adapun orang-orang yang
meriwayatkan darinya adalah Yhya bin Said Al-Anshari, Abu Uaish, Zaid bin Habbab, ddl.
Menurut Ibnu Saad, Amru Ibnu Auf termasuk sahabat yang sedikit meriayatkan hadits.
Akan tetapi, mengenai kuantitasnya dan keterangan identitas lainya, penulis belum
menemukan informasai secara lengkap.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwaan adalah kata dari “Dakwa” atau “Dakwaan”. Yaitu, “Da’wa” (Bentuk jamaknya
‘ad-Da-‘awa, yaitu, menyandarkan kepemilikan sesuatu yang berada ditangan orang lain atau di
bawah tanggung jawab orang tersebut kepada dirinya. Selain itu Pembuktian yaitu, semua hal
yang bisa membuktikan sebuah dakwaan. Bukti merupakan suatu hujjah bagi orang yang
mendakwa atas dakwaannya. Macam-macam dakwaan meliputi: pengakuan, Sumpah,
kesaksian, dan dokumen-dokumen tertulis yang menyakinkan.
Sedangkan Perdamaian yaitu melakukan perjanjian yang menghantarkan kepada kesepakatan
dianatar kedua belah pihak yang bertikai demi memutuskan pertikaian. Dan perdamaian
dibolehkan oleh al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, Ulama, Qiyas.
Perdamaian atau kesepakatan itu dapat dilakukan dalam berbagai hal, kecuali dalam usaha-
usaha untuk menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang halal, seperti perdamaian untuk
membagi harta, perdamaian untuk menghentikan permusuhan, dll.
Amru bin Auf Al-Muzani adalah Katsir bin Abdullah bin Amru bin Auf bin Zaid bin Malhah
Al-Yasyhuri Al-Mudzani Al-Madani. Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya, Muhammad bin
Ka’ab Al-furdzi, Nafi’ Mula Ibnu Umar dll. Adapun orang-orang yang meriwayatkan darinya
adalah Yhya bin Said Al-Anshari, Abu Uaish, Zaid bin Habbab, ddl. Menurut Ibnu Saad, Amru
Ibnu Auf termasuk sahabat yang sedikit meriayatkan hadits. Akan tetapi, mengenai kuantitasnya
dan keterangan identitas lainya, penulis belum menemukan informasai secara lengkap.

11

Anda mungkin juga menyukai