Anda di halaman 1dari 60

HAK ASASI MANUSIA

Filosofi, Teori & Instrumen


Dasar
Oleh:
Sahlan A. Sahlul
(NIM 41033300181177)

6 A-1
Ilmu Hukum

Sumber Rujukan: Muhammad Ashri, Hak


Asasi Manusia, (Makassar: CV. SIGn, 2018).
DAFTAR ISI
Istilah dan Pengertian

Filosofi Hak Asasi Manusia

Teori-Teori Hak Asasi Manusia

Universalisme dan Relativisme

Hak dan Kewajiban dalam Konteks


HAM
ISTILAH
Hak Asasi Manusia
Dalam kepustakaan asing berbagai istilah yang
berkenaan dengan HAM seperti human rights,
fundamental rights, basic rights, natural rights,
the rights of man, dll.

Sedangkan dalam kepustakaan bahasa


Indonesia terdapat istilah “Hak Asasi
Manusia”, “Hak Kodrati”, dan “Hak-Hak Dasar
manusia”.
1. Human Rights
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
diakui secara universal sebagai hak-hak
yang melekat pada manusia karena hakikat
dan kodrat kelahirannya sebagai manusia.
Lanjutan...

Terdapat lima prinsip dasar yang menjadi


acuan dalam menegakkan nilai-nilai Hak
Asasi Manusia, yaitu:
1. Equality
2. Non-Discrimination
3. Indivisibility
4. Interdependence
5. Responsibility
Lanjutan...

Equality (Kesetaraan):

Adalah ekspresi dari konsep untuk


menghormati manusia sebagai umat yang
merdeka dan sederajat dalam harkat dan
martabatnya.
Lanjutan...

Non-Discrimination (non diskriminasi):

Menunjukkan bahwa tidak seorangpun


dapat ditiadakan eksistensinya karena latar
belakang ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, keyakinan politik atau
ideologi, dan kebangsaan atau
kewarganegaraan.
Lanjutan...

Indivisibility (tak berbagi):

Hak Asasi Manusia adalah menyatu, tidak


dapat dipisah-pisahkan termasuk
didalamnya adalah hak sipil-politik, hak
ekonomi, sosial budaya, dan hak-hak
kolektif.
Lanjutan...

Interdependence (saling bergantung):

Menunjukkan bahwa pemenuhan suatu


Hak Asasi Manusia bergantung pada
pemenuhan hak lainnya, baik sebahagian
maupun seluruhnya.
Lanjutan...

Responsibility (tanggung jawab):

Menegaskan setiap negara, individu, dan


entitas lain (korporasi, organisasi-
organisasi non-pemerintah dan lainnya)
wajib bertanggung jawab dalam
perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi
Manusia.
2. Fundamental Rights
Hak-Hak fundamental dapat diartikan
sebagai setiap hak hidup yang tidak
dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Hak ini bermakna elementer, esensial,
inti dan mendasar.
3. Basic Rights
Basic rights adalah penamaan HAM
berdasarkan dua kriteria. Pertama
adalah kriteria mengenai apa yang
paling penting bagi manusia (baik
keinginan maupun kebutuhannya),
dan kriteria lain adalah mengenai
HAM pokok mana yang secara
strategis diperlukan.
Pengertian HAM
Menurut Para Ahli
Abdullahi An-Na’im
Istilah Hak Asasi Manusia mengacu
pada hak-hak yang diakui dan
dimajukan melalui hukum dan
organisasi internasional.
Abu A’la al-Maududi (1903-1979)
HAM adalah hak kodrati yang
dianugerahkan Allah swt. kepada setiap
manusia dan tidak dapat dicabut atau
dikurangi oleh kekuasaan atau badan
apapun.
Adnan Buyung Nasution
HAM adalah inalienable rights. Hak-
hak yang dengan dalih apapun tidak
dapat dilenyapkan dari manusia karena
dia manusia. Hak ini adalah hak yang
melekat pada manusia.
Desire Frans Scheltens (1919-2009)
HAM adalah hak yang diperoleh
seseorang karena dia manusia dan
bersifat universal. Hak dalam kategori
ini disebut “mensenrechten”.
Franz Magnis-Suseno
Hak Asasi Manusia ialah hak-hak yang
dimiliki manusia bukan karena
diberikan kepadanya oleh masyarakat,
jadi bukan berdasarkan hukum positif
yang berlaku, melainkan berdasarkan
martabatnya sebagai manusia.
Jack Donnelly
HAM adalah hak setiap orang karena ia
adalah manusia. Hak yang dimaksud
setara adanya bagi setiap orang, tidak
dapat dicabut dan bersifat universal.
Louis Henkin (1917-2010)
Hak Asasi Manusia adalah tuntutan-
tuntutan yang dipertahankan yang
dikenal “sebagai hak”, bukan tuntutan-
tuntutan atas cinta, rahmat atau
persaudaraan, atau cinta kasih: orang
tidak harus mendapatkan atau
menerimanya.
Mashood A. Baderin
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak
manusia. Itulah hak-hak semua manusia
yang sepenuhnya setara. Kita layak
dianugerahi hak-hak itu semata-mata
karena kita manusia.
Maurice Cranston) (1920-1993)

A human right is “a universal moral right,


something which all men everywhere, at all
times ought to have, something of which no
one may be deprived without a grave affront
to justice, something which is owning to
every human being simply because he is
human”.
Soetandyo Wignjosoebroto

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat


secara kodrati pada setiap makhluk yang
dilahirkan dengan sosok biologis manusia,
yang memberikan jaminan moral dan
menikmati kebebasan dari segala bentuk
perlakuan yang menyebabkan manusia itu
tak dapat hidup secara layak sebagai manusia
yang dimuliakan Allah.
U.O. Umozurike

Hak Asasi Manusia adalah serangkaian klaim


yang tanpa terkecuali didukung oleh etika
dan yang semestinya didukung oleh hukum,
yang diajukan kepada masyarakat, terutama
diajukan kepada para pengelola negara, oleh
individu-individu atau kelompok-kelompok
berdasar kemanusiaan mereka.
Weiss, Forsyhe, dan Coate

“...human rights can be understood as


fundamental entitlements of persons,
constituting means to the end of minimal
human dignity or social justice.”
Pengertian HAM dalam UU Nomor
39 Tahun 1999
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Karakteristik
Hak Asasi Manusia

1. Universal: dimiliki oleh setiap manusia tanpa


memandang etnis, gender, usia, agama, keyakinan
politik, atau bentuk pemerintahan.
2. Tak terbantahkan: absolut, dibawa sejak lahir,
bukan pemberian dari negara dan tidak dapat
dicabut atau diingkari oleh penguasa, serta tidak
bergantung dengan kewajiban apapun.
3. Subjektif: dimiliki oleh setiap individu karena
kapasitas akal budi, peran, dan bersifat mandiri.
FILOSOFI
Hak Asasi Manusia

8 Pendekatan Filosofis:
1. Model Religius
2. Intuisionis
3. Konsensus
4. Pendekatan Perilaku
5. Pendekatan Instrumentalistik
6. Pendekatan Budaya
7. Pendekatan Eksplikatif
8. Pendekatan Eksistensial
Lanjutan...

Model Religius

Model ini sangat kuat mengisi HAM.


Umumnya dipercaya bahwa kehidupan
manusia adalah ciptaan Tuhan sehingga
dapat dibayangkan bahwa alasan yang tepat
untuk menilai kehidupan manusia
bersumber dari nilai atau martabatnya. Nilai
atau martabat adalah basis dari HAM.
Lanjutan...

Intuisionis

HAM dijustifikasi berdasarkan model


intuisionis jika dinyatakan bahwa HAM itu
merupakan sesuatu yang ada dengan
sendirinya. Intuisionisme tidak berdasar pada
penalaran tetapi dibangun berdasarkan
alasan-alasan yang bersifat emotif.
Lanjutan...

Konsensus

Konsensus berbeda dengan


intuisionisme. Konsensualisme
dibangun berdasarkan pada persesuaian
paham secara kolektif.
Pendekatan Perilaku
Berdasarkan pendekatan ini setiap orang
memerlukan hubungan yang timbal balik untuk
mempertahankan kehidupannya, dan karena itu
HAM diperlukan.
Pendekatan Instrumentalistik
Justifikasi HAM adalah bersifat instrumental jika
dinyatakan bahwa penerimaan HAM merupakan
hal yang diperlukan untuk memaksimalisasi
pemenuhan kebutuhan individu.
Pendekatan Budaya
Bahwa HAM diperlukan guna memenuhi
kebutuhan publik untuk mendorong kemajuan
sejarah dan kebudayaan umat manusia.
Pendekatan Eksplikatif
Pendekatan ini berupaya untuk memberikan
pendasaran justifikasi HAM dengan bertolak dari
asumsi-asumsi yang implisit ada dalam kehidupan
manusia.
Pendekatan Eksistensial
Pendekatan-Pendekatan tersebut terkait dengan
latar belakang filosofis berupa paham yang
bersumber dari agama, hukum kodrat,
positivisme, marxisme, realisme, dan
utilitarianisme.
Landasan Filosofis
Hak Asasi Manusia

Landasan filosofis HAM diargumentasikan dalam


nuansa sosial-kemasyarakatan, politik, moral, dan
agama.
David Reidy mengatakan bahwa landasan filosofis
HAM meliputi perspektif positivis, relativis,
realis, teologis, dan perspektif yang bersifat
kontemporer.
Teologis

Diyakini bahwa kosep HAM memiliki pendasaran


filosofis dari sejumlah agama yang ada, misalnya,
islam, kristen, hindu dan budha. Agama-agama
itu mengakui bahwa tuhan menciptakn manusia
dalam keadaan serta tanpa membedakan antara
manusi yang satu debgan yang lainnya.
Hukum Kodrat : Otonomi
Individu
Hukum kodrat berkaitan dengan hak hak kordati.
Locke memandan bahwah eksitensi umat manusia
bersifat kordati dalam arti bahwa laki laki dan
perepuan memiliki kebebasan untuk menetukan
tindakannya dan juga memiliki kesetaraan dalam
pengertian bahwa setiap orang tidak tunduk pada
kemauan dan kekuasaan orang lain.
Positivisme: Otoritas Negara

Positivisme memandang bahwa HAM


ditentukan oleh sistem hukum disertai
sanksinya. Esensi dari positivisme ialah
menegasikan filsafat moral sebagai dasar dari
Hak Asasi Manusia.
Marxisme: Manusia sebagai
Makhluk Sosial

Karl Marx memandang bahwa pendekatan


terhadap HAM bersifat idealis dan ahistoris.
Tidak ada yang bersifat kodrati atau tidak ada
yang dapat diasingkan dari HAM.
Pendekatan Sosiologis: Proses
dan Kepentingan

Pendekatan sosiologis menekankan pada proses


dan kepentingan dan kadangkala ditujukan pada
masalah-masalah spesifik dari kepentingan
umum.
Utilitarianisme: Hak sebagai
Sarana yang Bermanfaat
untukMengejar Kebahagiaam
Utilitarianisme memandang bahwa
maksimalisasi dan pemenuhan kepentingan
bersama adalah nilai yang mengisyaratkan setiap
pemerintah untuk memenuhi kebahagiaan
sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya
orang.
Teori-Teori Hak Asasi Manusia

1. Hukum Kodrat dan Hak


Kodrati

Teori hak kodrati menjelaskan


hakikat manusia dalam
masyarakat politis, namun teori
itu sangat berpengaruh terhadap
pemikiran politik abad ke-17 dan
abad ke-18.
Teori hukum kodrat
mengargumentasikan gagasan
mereka bahwa hak itu
bersumber dari Tuhan, nalar,
atau pengandaian moral yang a
priori atau menggunakan metode
rasional (non-empiris).
2. Positivisme

Positivisme hukum terbagi atas


dua konsep dasar yaitu
positivisme analitis dan ajaran
hukum murni. Positivisme
analitis mengacu pada teori
hukum kehendak. Artinya
hukum adalah ungkapan
kehendak penguasa.
3. Utilitarianisme

Tesis utama utilitarianisme,


bahwa eksistensi manusia
dikuasai oleh kesenangan dan
penderitaan, dan dengan
memperbaiki nasib umat
manusia.
Tujuan utilitas (utility)
adalah meningkatkan
sumber daya bagi
kesenangan manusia
yang dapat dihitung
secara matematis.
Penilaian utama utilitas
(utility) adalah dijalankannya
aturan-aturan yang akan
memberikan kebahagiaan
terbesar bagi sebanyak-
banyaknya manusia, atau
dengan kata lain
memaksimalkan kebahagiaan.
4. Realisme Hukum

Realisme hukum menggunakan


perspektif ilmu sosial, khususnya
perspektif sosiologi, disiplin ilmu
yang relatif modern. Penganut
realisme hukum adalah Karl
Liewellyn dan Roscoe Pound.
Tujuan realisme hukum adalah
mengungkapkan apa yang dilakukan
oleh hukum.
Karena kerangka berpikir mereka
yang empiris, para penganut
realisme hukum tidak mempunyai
teori umum mengenai hak dalam
arti yang sebenarnya.
Universalisme
Hak Asasi Manusia

Penganut universalisme cenderung


menerapkan teori positivisme
dimana sebuah hukum diperlukan
untuk mengatur kehidupan sosial
masyarakat.
Paham universalisme berusaha
menihilkan realitas sosial didalam
masyarakat karena tujuan hukum
memang diperlukan untuk
memperbaiki kondisi sosial
masyarakat tersebut.
Negara-negara yang
mendukung
universalisme Hak Asasi
Manusia adalah negara-
negara di Amerika Utara
dan negara-negara di
Eropa Barat sebagai
penggagas konsep Hak
Asasi Manusia
Internasional.
Relativisme
Hak Asasi Manusia
Penganut relativisme Hak
Asasi Manusia cenderung
menerima dan bahkan
menganjurkan untuk
memakai realitasosial di
suatu masyarakat untuk
menerapkan Hak Asasi
Manusia.
Menurut penganut
relativisme, sebuah
hukum tidak akan
berlaku efektif ketika
masyarakat
menentangnya karena
tidak sesuai dengan
norma-norma dan tradisi
yang ada.
Tidak semua relativisme
mempunyai pandangan
yang sama tentang Hak
Asasi Manusia. Ada yang
menolak semua jenis
relativisme tetapi ada
juga yang menerimanya
selama paham tersebut
tidak merusak keyakinan
inti dari budaya mereka.
Relativisme Budaya
dibagi 3 Kategori
1. Relativisme Budaya
Radikal.
2. Relativisme Budaya
Kuat.
3. Relativisme Budaya
Lemah
Relativisme
Budaya Radikal
Budaya adalah satu-
satunya sumber
kebenaran dan moral
atau aturan-aturan
hukum lainnya.
Relativisme
Budaya Kuat

Budaya adalah sumber


utama dari kebenaran,
dari hak atau aturan.
Relativisme
Budaya Lemah

Budaya adalah sumber


kebenaran yang
sekunder atas hak dan
norma-norma.
Dalam konteks HAM,
Hak dan Kewajiban adalah segala
hak dan kewajiban Kewajiban sesuatu yang harus
asasi manusia dilakukan atau dikerjakan
merupakan dua hal Asasi dengan penuh tanggung
yang saling berkaitan
satu sama lain yang Manusia jawab. Jadi, kewajiban
asasi manusia dapat
memiliki hubungan diartikan sebagai
sebab akibat. kewajiban dasar setiap
manusia.
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai