Anda di halaman 1dari 22

TERORISME DAN JIHAD DALAM PANDANGAN DAN

PERSPEKTIF AGAMA ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar


Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Vika Irvania NIM 1401080

Ferdy Ferida Budiman NIM 1401203

Raindanu NIM 1400343

Rizki Muhammad

MANAJEMEN RESORT DAN LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aksi terorisme di dunia dan di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh


mereka yang mengaku beragama Islam dan mengklaim bahwa perbuatan
mereka merupakan wujud dari jihad fisabilillah, yaitu suatu perjuangan
melawan ketidakadilan dan penindasan terhadap umat Islam oleh kekuatan
asing (Barat) khususnya Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di beberapa
bagian dunia seperti di Afganistan, Irak, dan Palestina.
Sejak peristiwa 11 September 2001 yang menggemparkan dunia, ada
kecenderungan untuk mereduksi pengertian terorisme seakan identik dengan
agama Islam. Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam dan sebagai Negara berpenduduk Islam terbesar di dunia juga
dituduh sebagai sarang terorisme. Realita di atas perlu mendapat perhatian dari
para pemuka atau tokoh agama Islam agar dapat memberikan penjelasan
tentang terorisme dan jihad menurut agama Islam.
Hal ini disebabkan terjadinya rentetan peristiwa teror antara lain
pemboman di Legian Kuta Bali yang menelan korban ratusan orang
meninggal dunia. Peristiwa ini mendorong dewan keamanan PBB
mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa serangan di Bali ini sebagai
ancaman bagi perdamaian dan keamanan Internasional. Oleh karena itu,
semua anggota PBB harus bekerja sama untuk memerangi terorisme.
Kenyataan menunjukkan bahwa pelaku terorisme di Indonesia bukan hanya
warga negara Indonesia, namun ada beberapa diantaranya orang asing yang
dengan keahliannya merekrut pemuda-pemuda Indonesia untuk meledakkan
bom di tanah airnya sendiri dan menimbulkan korban yang tidak sedikit.
Beberapa pelaku peristiwa peledakkan bom di tanah air sering
mengatasnamakan Islam, dan bahkan membawa nama kelompok Islam
tertentu. Terlepas klaim itu benar atau salah, yang jelas aksi kekerasan itu
bukanlah wujud implementasi ajaran Islam. Sebaliknya, perilaku itu
menyimpang jauh dari ajaran Islam itu sendiri.

2
B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini yang menjadi masalah pokok adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep jihad menurut agama Islam?

2. Apakah teroris yang mengklaim tindakannya adalah jihad fisabilillah


dapat dibenarkan menurut agama Islam?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dengan rumusan masalah di atas, maka makalah ini disusun dengan


tujuan:

1. Mengetahui dan menganalisis konsep Jihad menurut agama Islam.


2. Mengetahui dan menganalisis apakah tindakan teroris tersebut
merupakan Jihad Fisabilillah menurut agama Islam.

D. Manfaat Penulisan Makalah

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai Jihad menurut agama Islam.


2. Menganalisis apakah tindakan terorisme dapat disebut sebagai Jihad
Fisabilillah dalam agama Islam.
3. Memberikan penegasan bahwa aksi kekerasan itu bukanlah wujud
implementasi ajaran Islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terorisme dan Jihad

Dalam Bahasa Arab, terorisme dikenal dengan istilah Al-Irhab. Dari


sini, bisa dipahami bahwa kata Al-Irhab (teror) berarti (menimbulkan) rasa
takut. Irhabi (teroris) artinya orang yang membuat orang lain ketakutan,
orang yang menakut-nakuti orang lain. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, terorisme adalah puncak aksi kekerasan, terrorism is the
apex of violence. Selain itu, terorisme adalah Penggunaan kekerasan untuk
menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama
tujuan politik). Sedangkan teroris adalah orang yang menggunakan
kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik),
dan teror adalah perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha
menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.

Selain itu, ada beberapa definisi tentang terorisme antara lain:

1. Menurut Konvensi PBB tahun 1937, terorisme adalah segala bentuk tindak
kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud
menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok
orang atau masyarakat luas.

1. Menurut US Federal Bureau of Investigation (FBI), terorisme adalah


penggunaan kekuasaan tidak sah atau kekerasan atas seseorang atau harta
untuk mengintimidasi sebuah pemerintahan, penduduk sipil dan elemen-
elemennya untuk mencapai tujuan-tujuan sosial atau politik.
2. Menurut Muhammad Mustofa, terorisme adalah tindakan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang ditujukan kepada sasaran secara acak (tidak ada
hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada kerusakan,
kematian, ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan massal.

4
Jadi kesimpulannya dari beberapa definisi diatas, terorisme
merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
ancaman kekerasan guna menimbulkan rasa takut dan menjatuhkan korban
sebanyak-banyaknya secara tidak beraturan.

Jihad menurut agama Islam adalah sebagai penyempurnaan segenap


ibadah, karena jihad itulah tiang ibadat sebagai perwujudan dari cinta kasih
kepada Allah seorang hamba rela merelakan jiwa dan raganya serta harta
bendanya dalam perjuangan. Perjuangan dimaksud adalah untuk
mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kehormatan atas dasar nilai-
nilai kemanusiaan. Terorisme sebagai kekerasan politik sepenuhnya
bertentangan dengan etos kemanusiaan.
Agama Islam menganjarkan etos kemanusiaan yang sangat
menekankan kemanusiaan universal. Islam menganjurkan umatnya untuk
berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kehormatan, akan
tetapi, perjuangan itu tidak harus dilakukan dengan cara-cara kekerasan
atau terorisme. Dengan kata lain, untuk mencapai suatu tujuan yang baik
sekali pun Islam tidak memperkenankan menghalalkan segala cara
apalagi cara-cara kekerasan.
Menurut Quraish Shihab, kata Jihad terulang dalam Al-Quran
sebanyak 41 kali dengan berbagai bentuknya. Kata jihad terambil dari
kata “jahd” yang berarti “letih/sukar”. Jihad memang sulit dan
menyebabkan keletihan. Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal
dari akar kata “juhd” yang berarti “kemampua n”. Ini karena jihad
menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sebesar kemampuan. Dari kata
yang sama tersusun ucapan “jahidah bir-rajul” yang artinya “seseorang
sedang mengalami ujian”. Terlihat bahwa kata ini mengandung makna
ujian dan cobaan, hal yang wajar karena jihad memang merupakan
ujian dan cobaan bagi kualitas seseorang.
Firman Allah berikut ini menunjukkan betapa jihad merupakan ujian
dan cobaan : “ Apakah kamu menduga akan dapat masuk surga padahal
belum nyata bagi Allah orang yang berjihad antara kamu dan (belum
nyata) orang-orang yang sabar (Q.S Ali Imran (3) : 142).

5
Dari firman tersebut di atas, bahwa jihad merupakan cara yang
ditetapkan Allah untuk menguji manusia. Tampak pula kaitan yang sangat
erat dengan kesabaran sebagai isyarat bahwa jihad adalah sesuatu yang
sulit, memerlukan kesabaran, serta ketabahan.

Jihad juga mengandung arti “kemampuan” yang menuntut sang


mujahid mengeluarkan segala daya dan kemampuannya demi mencapai
tujuan. Karena itu, jihad adalah pengorbanan, dan dengan demikian sang
mujahid tidak menuntut atau mengambil, tetapi memberi semua yang
dimilikinya. Ketika memberi, dia tidak berhenti sebelum tujuannya tercapai
atau yang dimilikinya habis. Said Aqil Siraj mengatakan bahwa, “Tema
jihad itu sendiri berasal dari kata “jahada”, berarti usaha atau upaya.
Derivasinya, jahada, yajhadu, jihad, dan mujahada. Maka, membicarakan
jihad berarti membicarakan juga derivasi atau mustaqqatnya, yaitu istihad
dan mujahada berasal dari satu akar kata yang bermakna keseriusan dan
kesungguhan.
Perbedaan antara tiga kata tersebut terletak pada wilayah atau
tujuannya. Jihad berada pada wilayah keseriusan atau usaha yang sungguh-
sungguh secara fisik atau non fisik, istihad berupaya membangun sisi
intelektualitas dalam memecahkan persoalan umat, sedangkan mujahada
upaya bersungguh-sungguh membangun spiritualitas individu dalam upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT guna mencapai tingkat “ insan
kamil”.
Dari ke tiga kata tersebut, ternyata kata jihad mendapat perhatian
lebih dibandingkan dua kata lainnya. Hanya saja, pengetahuan yang
terbatas akan referensi Islam mengakibatkan tema jihad dipahami sebagai
sebuah gerakan fisik yang berkonotasi kekerasan, kekejaman, kebrutalan,
dan bahkan pertumpahan darah.
Trend pemaknaan jihad seperti ini makin diperparah dengan
kemunculan beberapa tragedi kemanusiaan yang diklaim sebagai akibat
gerakan “ Islam garis keras ”. Opini dunia pun mengarah kepada Islam.

6
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, agama penabur kasih bagi
seluruh alam, lagi-lagi menjadi tergugat.
Kekeliruan dalam menafsirkan kata jihad tersebut berakibat
timbulnya berbagai opini negatif terhadap agama Islam, karena seakan-
akan Islam mengajarkan atau menganjurkan bagi pemeluknya untuk
menyelesaikan masalah dengan cara-cara kekerasan atau teror. Opini
demikian harus diantisipasi oleh umat Islam dengan cara melakukan
kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah untuk kemasalatan umat
manusia di seluruh dunia.

B. Sejarah Terorisme

Berkembangnya terorisme ditandai dengan bentuk fanatisme aliran


kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang
dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap
penguasa yang dianggap sebagai tiran. Pembunuhan terhadap individu ini
sudah dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari Terorisme dengan
mengacu pada sejarah Terorisme modern. Walaupun istilah Teror dan
Terorisme baru mulai populer abad ke-18, namun fenomena yang
ditujukannya bukanlah baru. Menurut Grant Wardlaw dalam buku Political
Terrorism (1982), manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum
Revolusi Perancis, tetapi baru mencolok sejak abad ke-19. Dalam suplemen
kamus yang dikeluarkan Akademi Perancis tahun 1798, terorisme lebih
diartikan sebagai sistem rezim teror. Kata Terorisme berasal dari Bahasa
Perancis ”le terreur” yang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan
pemerintah dari hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan
secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang
dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme
dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia.
Dengan demikian kata Terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut
tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.
Terorisme muncul pada akhir abad ke-19 dan menjelang terjadinya Perang

7
Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Sejarah mencatat pada
tahun 1890-an aksi terorisme di Armenia melawan pemerintah Turki, yang
berakhir dengan bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada
Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi terorisme diidentikkan sebagai
bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi karena Mereka
percaya bahwa terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan
revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang
berpengaruh.
Kemudian setelah pasca Perang Dunia II, dunia tidak pernah
mengenal “damai”. Berbagai pergolakan berkembang dan berlangsung
secara berkelanjutan. Konfrontasi negara adikuasa yang meluas menjadi
konflik Timur – Barat dan menyeret beberapa negara Dunia Ketiga ke
dalamnya menyebabkan timbulnya konflik Utara – Selatan sehinggadapat
membuat dunia bergejolak. Ketidakstabilan dunia dan rasa frustasi dari
Negara Berkembang dalam menuntut hak-hak yang dianggap fundamental
dan membuka peluang untuk muncul dan meluasnya terorisme. Fenomena
terorisme meningkat sejak permulaan dasa warsa 70-an. Terorisme dan teror
telah berkembang dalam sengketa ideologi, fanatisme agama, perjuangan
kemerdekaan, dan pemberontakan. Bahkan juga terorisme oleh pemerintah
dianggap sebagai cara dan sarana menegakkan kekuasaannya. Terorisme
gaya baru mengandung beberapa karakteristik:

1. Ada maksimalisasi korban yang sangat mengerikan.


2. Keinginan untuk mendapatkan liputan di media massa secara
internasional dengan cepat.
3. Tidak pernah ada yang membuat klaim terhadap terorisme yang sudah
dilakukan.
4. Serangan terorisme itu tidak pernah bisa diduga karena sasarannya sama
dengan luasnya seluruh permukaan bumi.

8
C. Terorisme dalam Perspektif Al-Quran

Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam tidak mendasarkan


diri kepada pemaksaan apalagi kekerasan. Islam sebagai agama damai
menganjurkan pemeluknya untuk berdakwah dengan penuh hikmah dan
argumentasi yang logis.[8] Sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya
dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 yang artinya: Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut (syaitan, baik dalam bentuk jin maupun manusia) dan beriman
kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah:256).

Selain itu, Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang
mempunyai kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah
dan sifat-sifat yang terpuji, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat
Al-Imran ayat 159:

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya. [QS. Ali Imran : 159]

9
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
memiliki sifat lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas
penderitaan yang menimpa pada manusia, maka beliau berusaha keras untuk
membebaskan dan mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia
tersebut.[9] Rasulullah SAW bersabda yang artinya : Kejahatan dan
perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang
yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Ahmad
juz 7, hal. 410, no. 20874].
Jadi, persoalan utama yang menjadi pembahasan terorisme dalam
pandangan Islam adalah pemaknaan kata “jihad”. Maka sekarang ini kita
banyak melihat prilaku teror ditujukan kepada asset-asset yang berhubungan
dengan Amerika, seperti hotel JW Marriot dan Ritz Calten belakangan ini.
Dalam benak para aktifis muslim, jihad lebih dipahami dalam kerangka
balas dendam karena kafir telah memerangi muslim tanpa batas, maka
muslim wajib membalasnya dengan memerangi kafir secara tanpa batas
pula. Menurutnya, dalam ketentuan syari’ah, jihad berarti berperang
melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan kaum muslimin. Konsep
inilah yang ia sebut dengan jihad fi sabilillah. Dalam pemahamannya, ayat
al-Qur’an pertama tentang jihad yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
adalah memerangi kaum kafir sebatas yang memerangi Islam. Sebagaimana
dalam firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 190 yang artinya: Artinya:
”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu. Dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”.
Setelah kita cermati kembali tentang Islam sekaligus peribadi
Rasulullah SAW yang diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan Islam
ke seluruh umat manusia, maka jelas sekali bahwa terorisme sama sekali
tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam. Terorisme
dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan cara-cara
lain untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada manusia untuk mencapai
tujuan. Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa khabar
gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta membawa kepada

10
kemudahan, tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada paksaan. Memang
kedua hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. terorisme biasanya
digunakan untuk tujuan politik, dan kekuasaan. Sedangkan Islam bertujuan
untuk menuntun manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya dengan
dilandasi rasa kasih sayang hanya semata-mata mengharap ridha Allah
SWT. Jadi dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa terorisme dalam
pandangan agama Islam tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam.

D. Komponen Terorisme didalam Al-Quran


Ayat-ayat yang terkait dengan terorisme mengacu pada Surat Al-
Baqarah ayat 205, 218, 251, dan 279, Surat Ali-Imran ayat 110 dan 156,
Surat An-Nisa ayat 66, 71, 91-92 dan 95, Surat Al-Maidah ayat 32, Surat
Al-Anfaal ayat 57, 61, dan 73-74, Surat At-Taubah ayat 13, 20, 38-39, 41
dan 48, Surat Hud ayat 116, Surat Al-Hujurat ayat 15, Surat Muhammad
ayat 4, Surat Al-Qashash ayat 77. Tetapi disini penulis akan mengkaji lebih
mendalam terhadap Surat Al-Baqarah ayat 205, dan 218, Surat Al-Maidah
ayat 32, dan Surat At-Taubah ayat 13.
1. Surat Al-Baqarah ayat 205:

Artinya: dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk


Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 205).
 Tafsir ayat
Golongan manusia semacam ini, apabila ia telah berlalu dan
meninggalkan orang yang ditipunya itu, ia melaksanakan tujuannya yang
sebenarnya. Ia melakukan kerusakan-kerusakan diatas bumi: tanaman-
tanaman dan buah-buahan dirusak dan binatang ternak dibinasakan, apalagi
kalau mereka sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka
hatinya, wanita-wanita dinodai. Tidak ada tempat yang aman dari perbuatan

11
jahatnya. Fitnah dimana-mana mengancam, masyarakat merasa ketakutan,
dan rumah tangga serta anak-anak berantakan karena tindakannya yang
salah.
 Analisis
Sifat-sifat yang semacam ini, tidak disukai Allah SWT sedikitpun.
Dia murka terhadap orang-orang yang berbuat demikian, begitu juga
terhadap orang-orang yang perbuatannya kotor, dan menjijikan. Allah itu
memandang kepada ikhlasnya hati dan maslahatnya sesuatu perbuatan
bukan memandang dari cantik rupanya dan menarik kata-kata.

2. Surat Al-Baqarah ayat 218:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang


berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah:
218).
 Tafsir ayat
Ayat ini menerangkan bagi orang-orang yang kuat imannya
mengahadapi segala cobaan dan ujian. Begitu juga balasan bagi orang-orang
yang hijrah meninggalkan negerinya yang dirasakan tidak aman, ke negeri
yang aman untuk menegakkan agama Allah sepertinya hijrahnya Nabi
Muhammad SAW bersama pengikut-pengikutnya dari Mekah ke Madinah,
dan balasan bagi orang-orang yang berjihad fi sabilillah, baik dengan
hartanya maupun jiwanya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi
Maha Penyayang.
 Analisis
Mereka itu semuanya mengharapkan rahmat Allah dan ampunan-
Nya, dan sudah sepantasnya mereka memperoleh kemenangan dan
kebahagiaan sebagai balasan atas perjuangan mereka.

12
3. Surat Al-Maidah ayat 32:

Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
 Tafsir ayat
Pada ayat ini diterangkan suatu ketentuan bahwa membunuh
seseorang manusia berarti membunuh manusia seluruhnya, sebagaimana
memelihara kehidupan seorang manusia berarti memelihara manusia
seluruhnya.
Ayat ini menunjukan keharusan adanya kesatuan umat dan
kewajiban mereka masing-masing terhadap yang lain yaitu harus menjaga
keselamatan hidup dan kehidupan bersama dan menjauhi hal yang
membahayakan orang lain. Hal ini dapat dirasakan karena kebutuhan
setiap manusia tidak dapat dipenuhinya sendiri sehingga mereka sangat
memerlukan bantuan terutama hal yang menyangkut kepentingan umum.
Sesungguhnya orang-orang Bani Israel telah demikian banyak kedatangan
Para Rasul dengan membawa keterangan yang jelas, tetapi banyak diantara
kalian itu melampaui batas ketentuan dengan berbuat kerusakan di muka

13
bumi. Akhirnya mereka kehilangan kehormatan , kekayaan, dan kekuasaan
yang kesemuanya itu pernah miliki masa lampau.
 Analisis
Berdasarkan dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam
melarang membunuh seseorang, malah Islam mengajarkan untuk
memelihara kehidupan manusia. Selain itu, Islam tidak mengajarkan
kekerasan dan terorisme itu bertolak belakang dengan ajaran Islam.

4. Surat At-Taubah ayat 13:

Artinya: Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak


sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk
mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?.
Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak
untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. At-
Taubah: 13)
 Tafsir ayat
Pada ayat ini Allah menggalakkan semangat orang-orang mukmin
supaya melaksanakan dengan sungguh perintah memerangi kaum
musyrikin. Allah menyebutkan tiga sebab utama yang membuktikan
bahwa orang-orang musyrik tidak bisa didiamkan dan dibiarkan saja,
yaitu:
1. Mereka melanggar perjanjian Hudaibiyah yang telah mereka adakan
dengan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya untuk tidak berperang
selama 10 tahun dan saling tidak boleh mengganggu antara kedua belah
pihak dan sekutunya. Tetapi tidak lama berselang setelah perjanjian itu
diadakan, maka pihak musyrikin Quraisy telah membantu sekutunya dari
Bani Bakar untuk menganiaya suku Khuza’ah dari sekutu Nabi yang
tinggal di Mekah.

14
2. Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, kaum musyrikin telah
berusaha keras untuk mengusir Nabi Muhammad dari Mekah,
memenjarakan atau membunuhnya dengan mempergunakan kekuatan dari
suku Quraisy agar keluarga Nabi Muhammad sukar mengadakan
penuntutan bela.
3. Merekalah yang memulai lebih dahulu memerangi kaum mukminin di
Badar, Uhud, Khandaq, dan lain-lainnya.
Setelah Allah menerangkan tiga sebab utama tersebut, maka Allah
memerintahkan agar jangan takut terhadap orang-orang musyrikin itu
karena Allah-lah yang lebih berhak untuk ditakuti jika mereka benar-benar
beriman.
 Analisis
Allah menyebutkan tiga sebab utama yang membuktikan bahwa
orang-orang musyrik tidak bisa didiamkan dan dibiarkan saja. Orang-
orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus berani
dan berkorban demi kepentingan agama dan kebenaran tanpa dibayangi
oleh suatu keraguan yang menimbulkan ketakutan dan kemunduran yang
sangat merugikan mereka sendiri.

E. Hukum dan Tujuan Jihad

1. Hukum Jihad
Semua ahli hukum Syi’ah dan sebagian besar ahli hukum sunni, apalagi
pada zaman modern ini berpendapat bahwa jihad hanya boleh untuk
mempertahankan diri (difa’i) dan tidak dapat dilakukan untuk inisiatif
penyerangan (ibtida’i). Berkanaan dengan pendapat Syi’ah Imam Dua
Belas, disepanjang abad hingga sekarang, semua tokoh terkemuka
kelompok ini telah menegaskan bahwa jihad, kecuali untuk membela diri,
adalah haram, yaitu dilarang dalam hukum Islam selama masa ketiadaan
sosok yang ma’shum, yang bebas dosa, yang dalam kontens Syi’ah adalah
Nabi dan para Imam.

15
Mayoritas ulama seperti Hanafiah, Malikiyah, dan Hanabilah berpendapat
bahwa Jihad dalam bentuk perang dilakukan dengan alasan untuk mencegah
dan menahan serangan.sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa Jihad
dalam bentuk perang karena bentuk kekafiran mereka.

Makna jihad yang multi tafsir, membuat banyak intelektual yang mencoba
memberikan penafsiran dan landasan hukum mengenai pentingnya jihad,
seperti pada hadits-hadits dibawah ini yang lebih menengahkan hadits-
hadits Qital yang diambil dari kitab “Jihad” karangan Imam Hasan al-Bana
dalam buku Jihad karangan Prof.Dr. Nasaruddin Umar, M.A, yaitu:

a) Diceritakan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi bersabda: “Demi


dzat dimana aku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak seorangpun terluka di
jalan Allah kecuali Allah tahu orang yang terluka dijalan-Nya akan datang
besok di hari kiamat dengan warna seperti warna darah dan beraroma
seperti aroma minyak Misk.”
b) Dari Abdullah bin Abi Aufa ra. Bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“syurga adalah berada dalam bayang-bayang pedang.” (HR. Bukhari
Muslim dan Abu Daud).
c) Hadis diceritakan dari Zaid bin Khalidal-Junha ra. Sesungguhnya Nabi
bersabda: “Barang siapa telah bersiap untuk bertemput dijalan Allah, maka
ia telah bertempur. Dan barang siapa meninggalkan perang dalam jalan
Allah dengan kebajikan, maka ia telah berperang,” (HR. Bukhari Muslim,
Abu Daud dan Tirmidzi)
d) Diceritakan dari Sa’id al-Khudri ra. ia berkata: Nabi bersabda: “Maukah
aku beritahu mengenai sebaik-baik orang dan seburuk-buruk orang?
Sesungguhnya diantara sebaik orang laki-laki adalah orang yang beramal
dijalan Allah diatas punggung kudanya, atau diatas punggung untanya,
atau berjalan diatas kakinya sampai maut menjemput, dan diantara
seburuk-buruk manusia adalah orang yang membaca kitab Allah dan tidak
mengambil pelajaran sedikitpun darinya,”(HR. Nasa’i).
e) Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku dengar Nabi bersabda: “ Dua mata
yang tidak tersentuh oleh api neraka adalah, mata yang menangis karena

16
takut kepada Allah, dan mata yang senantiasa dipergunakan untuk
berjuang pada jalan Allah,” (HR.Tirmidzi).
f) Dari Abi Umairah ra. Ia berkata: Nabi telah bersabda: “ Terbunuh di jalan
Allah lebih aku sukai dari pada aku memiliki pengikut dari orang-orang
berperadaban maupun orang-orang badui,” (HR. Dikeluarkan oleh Nasa’i).
g) Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi telah bersabda: “ orang yang mati
tidak terdapat bekas-bekas berjihad, maka ia menghadap Allah dengan
terdapat retak-retak bibirnya,” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah).
h) Dari Anas RA. Ia berkata: Nabi telah bersabda: “ Barangsiapa mencari
kesyahidan dengan sungguh-sungguh, Allah akan memberikannya
pahalanya meski ia tidak menemukannya kesyahidan itu,” (HR. Muslim)
i) Dari Ustman bin Affan RA. dari Nabi, beliau bersabda: “ barangsiapa
yang mengikat malam dalam jalan Allah, maka malam tersebut setara
dengan seribu malam beserta puasa dan salat malamnya,” (HR. Ibnu
Majah)

Hadis-hadis diatas atau yang senada, itulah yang dipergunakan mereka


untuk mendukung paham Jihad yang terdapat dalam kitab “Jihad”
karangan Hasan al-Bana. Menurut Prof.Dr. Nasaruddin Umar,M.A
(2006:145) beliau berkata bahwa hadits-hadits ini harus kita letakkan
dalam kerangka Qurani yang sangat luas dan memberikan padanya makna
yang plural, dengan mengakui adanya perbedaan, dan menjaga perbedaan
serta mengakui keberadaan agama lain, hal itu menyebabkan
diamalkannya sebagian hadits dengan meninggalkan sebagian yang lain,
terlebih atas hadits-hadits yang tidak mencapai tarap Sahih.

2. Tujuan Jihad

Berikut beberapa pendapat ulama’ mengenai tujuan-tujuan jihad:

a) Ibnu taimiyah menyatakan:”maksud tujuan jihad adalah meninggikan


kalimat allah dan menjadikan agama seluruhnya hanya untuk Allah”.

17
b) Syaikh Abdur Rohman bin Nashir Al sa’di menyatakan:”jihad ada dua
jenis pertama jihad dengan tujuan untuk kebaikan dan perbaikan kaum
mukminin dalam akidah, ahlaq, adab (perilaku), dan seluruh perkaraa
dunia dan akhirat mereka serta pendidikan mereka baik ilmiah dan
amaliah. Jenis ini adalah induk jihad dan tonggaknya serta menjadi dasar
bagi jihad yang ke dua yaitu jihad dengan maksud menolak orang yang
menyerang islam dan kaum muslimin dari kalangan orang kafir,
munafiqin, mulhid, dan seluruh musuh-musuh agama dan menentang
mereka”
c) Syaikh abdul aziz bin baaz menyatakan:”jihad terbagi menjadi dua yaitu
jihad At tholab(menyerang) dan jihad Ad daf’u(bertahan). Maksud
tujuan ke duanya adalah menyampaikan agama allah dan mengajak
orang mengikutinya, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya islam dan meninggikan agama Allah di muka bumi serta
menjadikan agama ini hanya untuk Allah semata.

F. Jihad dalam Al-Quran


Di dalam Al-Qur’an kata jihad dalam berbagai kata bentukannya
disebutkan sebanyak 41 kali. Tetapi kata jihad itu sendiri hanya disebut 4
kali. Dari beberapa ayat tersebut, jihad dapat berarti perjuangan yang berat,
mengerahkan segenap kemampuan untuk meraih suatu tujuan dan
berperang. Jihad yang berarti berperang lebih banyak disebutkan dengan
kata “qital”, hanya sebagian kecil yang disebutkan dengan kata “jihad”.
Jihad dalam pengertian pertama –bekerja keras dengan seluruh kemampuan-
antara lain disebutkan dalam Qs. Luqman/31 : 15:

18
Artinya : Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.

Ayat pertama yang menggunakan kata jihad adalah yang termaktub dalam
Qs. Al-Furqan/25: 52:

Artinya : Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan


berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.

Kata-kata jihad disebut dua kali dalam satu ayat (jahada dan
yujahidu) yang mengandung arti berjuang. Hal itu disebut Allah dalam Qs.
Al-‘Ankabut/29:6:

Artinya : Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu


adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Dalam ayat tersebut, jihad dimaknai sebagai perjuangan di jalan


Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Dan jika dihubungkan (munasabatu
al-ayat) dengan ayat berikutnya, maka yang menjadi inti dari pesan Allah
tentang jihad ini adalah iman dan amal shalih. Perhatikan ayat Qs. Al-
‘Ankabut/29:7 berikut:

Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar `


akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan
Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa terorisme


bukan menjadi bagian dari jihad. Masing-masing mempunyai karakteristik
yang berbeda, walaupun kebanyakan orang masih menyalahpahami dengan
menyamakan antara keduanya. Lewat penelusuran ayat-ayat al-Qur’an dapat
diketahui bahwa tindakan terorisme melanggar ketentuan syari’at Islam. Dan
jika merujuk kepada fatwa yang dikeluarkan oleh MUI bahwa jihad hukumnya
wajib, sementara terorisme hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh
perorangan, kelompok, maupun negara. Serta yang terakhir, bahwa bom
bunuh diri secara nyata adalah bagian dari tindakan teror dan tidak bisa
dibenarkan dengan motif apapun termasuk jihad fi sabilillah. Jihad
mempunyai tujuan mulia dan harus dikerjakan dengan cara-cara mulia dan
beradab.

1. Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam.


Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan
agama Allah atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai
dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.
2. Sedangkan Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang
bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.
Terorisme tidak bisa dikategorikan sebagai Jihad, Jihad dalam bentuk perang
harus jelas pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam peperangan, Alasan
perang tersebut terutama dipicu oleh kezaliman kaum Quraisy yang melanggar
hak hidup kaum Muslimin.

3. Islam selalu mengajak orang kepada perdamaian dan kerukunan. Islam


tidak pernah mengizinkan seseorang untuk memerangi siapa pun yang tidak
bersalah.

20
B. Saran

Dalam rangka mencegah dan menaggulanggi terorisme salah satunya yaitu


dengan membutuhkan suatu kejasama secara menyeluruh. Selain kualitas dan
kuantitas aparat yang telah dibentuk pemerintah juga perlu adanya dukungan
terhadap kepedulian masyarakat, karena dengan melibatkan masyarakat,
penanggulanan dan pencegahan secara dini terhadap seluruh aksi atau kegiatan
terorisme dapat dengan mudah diatasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abu Yazid, (Ed.). 2005. Fiqh Realitas, Respon Ma’had Aly


terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer. Cet. ke-1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abû Zahrah, Muh ammad. 1997. Ushul Fiqhi. Terjemahan oleh
Saefullah Ma'sum. Cet. ke-4. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ba'abduh, al-Ustadz Luqman bin Muhammad. 2005. Mereka adalah
Teroris: Bantahan terhadap Buku Aku Melawan Teroris Imam
Samudra. Cet. ke-2. Pustaka Qaulan Syadida.
al-Bannâ’, Jamâl. 2005. Dekonstruksi Jihad dalam Islam.
Terjemahan oleh Kamran A. Insyadi. Cet. ke-1. Yogyakarta: Pilar
Religia.
Departemen Agama RI. 1994. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta:
Yayasan Penterjemah dan Penafsir al-Qur'an.
Dewan Redaksi. 1994. Ensiklopedi Islam 2, Fas-Kalangan. Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve.
al-Juzayrî, Abû Bakr Jâbir. 2004. Ensiklopedi Muslim; Minhâj al-
Muslîm. Cet. ke-7. Jakarta: Dâr al-Falah.
Jazuli, Ahzami Sami'un. 2005. Fiqh al-Qur'an: Kajian atas Tema-
Tema Penting dalam al-Quran. Cet. ke-1. Jakarta: Kila Intan.

Al-Abidin Hammad dan Suhailah Zain, ”Bagaimana Mengatasi


Terorisme”, (Jakarta: Grafindo, 2005).

H. Abdul Zulfidar Akaha, LC, ”Terorisme Konspirasi Anti Islam”,


(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005).

Khafi, Syahdatul, ”Terorisme Ditengah Arus Global Demokrasi”,


(Jakarta: 2006)

22

Anda mungkin juga menyukai