Anda di halaman 1dari 22

RASIONALISME DAN

EMPIRISME
Materi Diskusi
Filsafat Komunikasi
Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro
Pengantar
Skeptisime beranggapan bahwa pengetahuan mustahil
dicapai.
Inti persoalannya adalah bagaimana kita tahu secara
pasti tentang sesuatu.
Persoalan ini dijawab secara berbeda oleh dua aliran
pemikiran: rasionalisme dan empirisisme.
Rasionalisme (Filsafat Kontinental).
Tokoh: Rene Descartes, W.G. Leibniz, Barukh Spinoza.
Empirisisme (Filsafat Inggris).
Tokoh: John Locke, David Hume, Berkeley.
Pengantar
Rasionalisme:
Kita dapat sampai pada pengetahuan yang pasti hanya
mengandalkan akal budi.
Empirisisme:
Kita bisa sampai pada pengetahuan yang pasti dengan
mengandalkan pancaindera kita yang memberi kita informasi
tentang obyek tertentu.
Rasionalisme
Inti pandangan rasionalisme:
Dengan menggunakan akal kita bisa sampai pada
pengetahuan yang sebenarnya.
Pengetahuan yang tidak mungkin salah.
Sumber pengetahuan satu-satunya adalah akal budi manusia.
Akal budi yang yang memberi pengetahuan yang pasti benar
tentang sesuatu.
Kaum rasionalis menolak anggapan bahwa kita bisa
menemukan pengetahuan melalui pancaindera kita.
Akal budi sudah cukup memberi pemahaman bagi kita.
Rasionalisme
Plato:
Satu-satunya pengetahuan sejati adalah episteme.
Pengetahuan tunggal dan tidak berubah sesuai dengan Ide Abadi.
Di dunia yang fana ini, hanya ada bayangan dari ide yang abadi.
Bayangan bermacam-macam dan berubah-ubah.
Apabila manusia melihat bayangan itu, ia teringat akan Ide Abadi.
Pengetahuan, menurut Plato, adalah hasil ingatan yang melekat pada
manusia.
Pengetahuan adalah pengenalan kembali akan hal yang sudah
diketahui dalam Ide Abadi.
Untuk sampai pada pengetahuan sejati, kita mengandalkan akal budi yang sudah
mengenal Ide Abadi.
Rasionalisme
Rene Descartes:
Penerus sikap kaum skeptis supaya kita perlu meragukan
semua keyakinan dan pengetahuan, bahkan meragukan apa
saja.
Metode filsafat yang paling tepat.
Kita perlu meragukan segala sesuatu sampai kita mempunyai
ide yang jelas dan tepat (clara et distincta).
Kita meragukan untuk sementara waktu apa saja yang tidak bisa dilihat
dengan terang akal budi sebagai yang pasti benar dan tidak diragukan
lagi.
Keraguan metodis: alat untukmenyingkirkan semua prasangka,
tebakan, dan dugaan.
Hanya akal budi yang dapat membuktikan bahwa ada dasar bagi
Rasionalisme
Jika apa yang ditangkap oleh pancaindera telah dilihat
melalui akal budi sebagai pasti,
maka apa yang ditangkap pancaindera bisa diterima sebagai
pengetahuan.
Semakin jelas ide tersebut dalam akal budi, semakin ide
tersebut sesuai dengan realitas.
Kita harus meragukan segala sesuatu yang kita tangkap
dengan pancaindera sampai akhirnya kita tidak bisa lagi
meragukan hal itu.
Semua yang diragukan disingkirkan sampai kita
mengetahui sesuatu secara pasti tanpa bisa diragukan.
Rasionalisme
Keraguan metodis bukanlah tujuan yang harus dicapai.
Sarana untuk bisa menemukan segala sesuatu yang bias kita
ketahui secara pasti.
Ketika mempraktikkan metode filsafatnya, Descartes
sampai pada kenyataan yang tidak bisa diragukannya:
IA ADA.
Kalau ia meragukan banyak hal, ia harus ada supaya bisa
meragukan hal-hal tersebut.
Jika saya sedang meragukan segala sesuatu, maka saya
sedang berpikir.
Cogito ergo sum: saya berpikir, maka saya ada.
Rasionalisme
Berpikir (akal budi) adalah unsur paling pokok dari
manusia dan pengetahuan manusia.
Apa yang lolos dari seleksi akal budi dapat diterima sebagai
pengetahuan yang benar.
Kaum rasionalis:
Semua pengetahuan adalah pengetahuan apriori.
Apriori: manusia sudah memiliki pengetahuan sebelum dan
mendahului pengalaman.
Ada ide-ide bawaan yang telah ada dalam benak manusia
sejak lahir.
Rasionalisme
Data atau fakta tidak begitu penting bagi munculnya
pengetahuan, walaupun mungkin berguna.
Kemampuan akal budi lebih ditekankan untuk menarik
kesimpulan dari prinsip umum tertentu yang sudah ada
dibenaknya.
Logika silogisme menjadi penting.
Empirisisme
Sama halnya dengan rasionalisme, empirisisme pun
mempertanyakan:
Bagaimana kita bisa sampai pada pengetahuan yang pasti
dan benar?
Empirisisme adalah paham filosofis yang mengatakan
sumber satu-satunya bagi pengetahuan manusia adalah
pengalaman.
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui data dan fakta
yang ditangkap oleh pancaindera.
Pengalaman dan pengamatan pancaindera memberi data dan
fakta bagi pengetahuan kita.
Semua konsep dan ide yang kita anggap benar bersumber
Empirisisme
Semua pengetahuan manusia bersifat empiris.
Pengetahuan yang pasti benar adalah pengetahuan
inderawi.
Penelitian untuk mengumpulkan fakta dan data
merupakan titik tolak dari pengetahuan manusia.
Pancaindera lebih penting dari akal budi.
1) Semua proposisi merupakan hasil laporan dari pengalaman.
2) Tidak ada konsep atau ide apa pun tentang sesuatu kecuali
yang berasal dari pengalaman.
3) Akal budi hanya bisa berfungsi kalau memiliki acuan ke
realitas/pengalaman.
Empirisisme
John Locke:
Semua konsep/ide yang mengungkapkan pengetahuan manusia
sesungguhnya berasal dari pengalaman.
Konsep/ide diperoleh melalui pancaindera.
Rasionalisme: manusia dilahirkan dengan ide-ide bawaan
yang bersifat mutlak.
Manusia dilahirkan ke dunia seperti kertas putih yang kosong,
tanpa ide atau konsep apa pun.
Jiwa manusia seperti tabula rasa.
Kalau kita memiliki konsep atau ide tertentu tentang dunia, maka
harus dianggap sebagai ide yang keliru.
Empirisisme
John Locke ingin menjawab dua pertanyaan pokok:
1) Dari mana kita memeroleh ide-ide tentang sesuatu?.
2) Apakah kita bisa mengandalkan pancaindera untuk sampai
pada pengetahuan?.
Semua konsep, pemikiran, dan ide kita bersumber dari
apa yang ditangkap melalui pancaindera.
Sebelum kita menangkap sesuatu dengan pancaindera,
akal budi berada dalam keadaan kosong, tanpa isi apa
pun.
Akal budi hanya bisa mengetahui sesuatu, karena
mendapat informasi melalui pancaindera.
Empirisisme
John Locke membedakan 2 macam ide: ide sederhana dan ide
kompleks.
Ide sederhana:
Apa yang kita tangkap melalui penciuman, penglihatan, rabaan, dan
semacamnya.
Manis, kasar, hitam, besar, kecil, dan semacamnya.
Akal budi tidak hanya menerima secara pasif ide-ide tersebut.
Akal budi mengolah lebih lanjut dengan memikirkan, meragukan,
mempertanyakan, dan menggolongkap apa yang diberikan pancaindera.
Refleksi memungkinkan hadirnya ide-ide yang lebih kompleks dari ide
sederhana.
Empirisme
Ide sederhana yang ditangkap melalui pancaindera tidak bisa
keliru.
Ide kompleks sebagai hasil refleksi (olah pikir akal budi) bisa keliru.
John Locke membedakan kualitas primer dan sekunder tentang
obyek.
Kualitas primer mencakup berat, gerak, luas, dan jumlah.
Kualitas sekunder mencakup rasa, warna, panas-dingin, dan semacamnya.
Kita hanya bisa sampai pada pengetahuan yang pasti dalam kaitan
dengan kualitas primer obyek.
Pengetahuan tentang kualitas primer adalah pengetahuan obyektif
tentang obyek apa adanya.
Empirisisme
David Hume:
Menganut paham empirisme: semua pengetahuan berasal dari pengalam
inderawi.
Melalui naluri alamiah, manusia bisa mencapai kepastian pengetahuan.
Mirip dengan pendapat Locke, Hume membedakan dua proses
mental dalam diri manusia.
1) Kesan (impresi): pencerapan pancaindera yang lebih hidup dan langsung.
2) Ide yang kurang hidup dan kurang langsung.
Impresi memunculkan ide sederhana.
Dari ide sederhana, akal budi manusia mampu melahirkan ide-ide
majemuk.
Empirisisme
Ide-ide (sederhana dan majemuk) meskipun berbeda,
namun bisa diolah oleh akal budi menjadi ide yang
saling terkait.
Hukum Asosiasi:
1) Prinsip kemiripan: ide tentang suatu obyek cenderung
melahirkan obyek lainnya yang serupa.
2) Prinsip kontinuitas dalam tempat dan waktu:
kecenderungan untuk mengingat suatu hal yang memiliki
keterkaitan dengan hal yang lain.
3) Prinsip sebab-akibat: ide yang satu memunculkan ide yang
lain tentang sebab atau akibat dari peristiwa tersebut.
Empirisisme
Immanuel Kant:
Filsuf yang mendamaikan rasionalisme dengan empirisisme.
Kedua pandangan tersebut berat sebelah, sehingga hanya
setengahnya yang benar.
Pancaindera dan akal budi berperan bagi lahirnya
pengetahuan manusia.
Mengalami dunia dan berpikir tentang dunia
sesungguhnya berkaitan satu sama lain.
Ada dua unsur yang ikut melahirkan pengetahuan
manusia.
1) Kondisi eksternal manusia yang menyangkut benda-benda
yang tidak bisa diketahui sebelum ditangkap oleh pancaindera
Empirisisme
Benda sebagaimana yang ditangkap pancaindera dan hanya
diketahui melalui pancaindera.
2) Kondisi internal dalam diri manusia, menyangkut kategori
ruang dan waktu serta hukum sebab akibat (obyek formal
pengetahuan).
Obyek sebagaimana yang ditangkap secara apriori dengan
akal budi manusia.
Apriori & Aposteriori
Apriori: dari yang lebih dulu atau sebelum.
Aposteriori: dari apa yang sesudahnya.
Leibniz:
Mengetahui realitas secara aposteriori berarti mengetahuinya
berdasarkan apa yang ditemukan secara aktual (melalui pancaindera).
Mengetahui realitas secara apriori adalah mengetahuinya dengan
mengenakan sebab pada realitas itu.
Mengetahui sesuatu secara apriori adalah dengan memahami apa yang
menjadi sebabnya.
Kebenaran aposteriori berasal dari fakta.
Kebenaran apriori berasal dari akal budi.
Apriori & Aposteriori
Kebenaran apriori:
Dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi
yang sama.
Kebenaran aposteriori:
Hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.

Anda mungkin juga menyukai