Anda di halaman 1dari 34

Apakah Sumber

Pengetahuan Kita?
(Rasionalisme, Empirisme, Positivisme)
Pertemuan 13

Dr. F. Budi Hardiman


Target Kita
• Mahasiswa dapat membandingkan
ajaran rasionalisme, empirisme,
dan positivisme dalam hal
pengetahuan
Tugas Sesi Lalu
Penjelasan untuk:

• Modern Philosophy
• Rationalism
Agenda Kita

• Pengantar
• Ringkasan Sejarah Filsafat Barat Modern
• Ilustrasi
• Rasionalisme
• Empirisme
• Positivisme
• Kesimpulan
Sejarah Filsafat barat Modern
Rasionalisme Idealisme
Pencerahan

Empirisme Materialisme

Positivisme
Could you comment this picture? What is it, if it
symbolizes certain situationof knowledge?
Ignorance
Blindness
Unconsciousness
Emptiness
Nothingness
……………….(what else?)
Watch this picture. Could you interpret its meaning?
Light
Illumination
Enlightenment
Knowledge
Revelation
……..(please, another opinions)
If the light means knowledge, where
does it come from?
Or follow the tradition?
Masalah Sumber Pengetahuan
What is it?

How do you know it?

Is it real?

What does ‘real’ mean?


Dari Mana Kita Tahu Sesuatu?

Panca
Akal?
Indra?
Rasionalisme

• Aliran di abad ke-17 yang dirintis oleh Rene Descartes


• Berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari asas-asas
akal budi yang berciri a priori (mendahului pengalaman)
• Suatu epistemologi yang mendasari metode deduksi yang
dipraktikkan dalam matematika
• Metode kesangsian mendasari praktik riset ilmiah modern
Jika kita menyangsikan segalanya

• Aksioma, tradisi, wahyu, indra dst...genius


malignum ....=> ‘aku yang menyangsikan’ tidak
dapat kusangsikan => cogito ergo sum
Sumber Lain: Panca Indra
Jawabannya....
Rasionalisme
• Kita tahu obyek itu secara a priori
• Dalam akal kita sudah tersimpan semua
peralatan dan data untuk mengetahui
dunia

Empirisme
• Kita tahu obyek itu secara a posteriori
• Tanpa pengalaman, akal kita kosong
(tabula rasa)
Empirisme

• Aliran yang berkembang di Eropa abad ke-17 sebagai kritik


atas rasionalisme
• Perintisnya John Locke
• Fondasi epistemologis sains modern dengan metode empiris
(maka disebut ‘empirical sciences’)
• Sumber pengetahuan adalah pengalaman (emperia), maka
pengetahuan berciri a posteriori
Positivisme
Positivisme
• Apa yang ditangkap indra
adalah obyek itu apa
adanya (jadi, tidak ada
sesuatu yang melampaui
indra)
• Obyek indra itu adalah
fakta sebagai realitas akhir
Benarkah tidak ada realitas yang melampaui
fakta? Bukankah penegasan itu sendiri tidak
bisa dibuktikan secara indrawi?
Hasil-hasil Epistemologis

• Meski tetap terjadi kontroversi filosofis, sains modern mengambil


rasionalisme, empirisme, kritisisme dan positivisme sebagai
dasar epistemologis
• Sains bekerja untuk menemuan hukum-hukum alam yang
universal lewat riset induktif (empirisme)
• Hukum-hukum universal itu diaplikasikan oleh sains secara
deduktif pada teknik (rasionalisme)
• Karena mengejar fakta, sains juga menolak realitas supra-
indrawi/transendental (positivisme)
• Namun kritik sains akan selalu mencoba membuktikan bahwa
sains terkait dengan pengetahuan transendental juga
(kritisisme).
WDK
• Diskusi epistemologis tentang sumber-sumber pengetahuan
memberi kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang asal
pengetahuan
• Posisi-posisi yang dibela secara ekstrem bertentangan satu
sama lain
• Semua posisi berciri antroposentris dan mengabaikan realitas
transendental, dan pembelaan ‘sumber imanen’ pengetahuan
akan menjadi dogmatis bila menutup kemungkinan ‘sumber
transendental’ pengetahuan.
• Manusia adalah ‘imago Dei’, dan pengetahuan adalah bukti
nyata hal itu, maka ‘sumber imanen’ pengetahuan tidak bisa
sama sekali dilepaskan dari ‘sumber transendental’nya.
Perbedaan
Kekristenan
Epistemologi Modern
• Rasio adalah sumber yang • Rasio sudah ‘cacat’ akibat
memadai bagi pengetahuan dosa, maka tidak sanggup
dan pencarian kebenaran lagi menangkap kebenaran
final
• Manusia itu otonom, maka
tidak dibutuhkan sumber lain • Manusia tergantung pada
di luar rasionya untuk Allah, maka dibutuhkan
mengetahui kebenaran wahyu untuk sampai pada
kebenaran
Imago Dei
“Menyerupai Allah bukan hanya bahwa kita
ini suatu persona, mahluk yang berpikir dan
merasa, yang memiliki tujuan dan maksud;
kita menyerupai Allah dalam kemampuan
kita untuk mengetahui dan memahami
sesuatu dari diri kita sendiri, dunia kita
dan Allah sendiri”
-Alvin Platinga
Tetapi diri, dunia dan Allah tidak dapat
didekati hanya dengan akal...
“All the effort of the human mind cannot
exhaust the essence of a single fly”
– Thomas Aquinas
Tugas Sesi Depan

• Carilah penjelasan untuk:

• Theodicy
• Story of Job

Anda mungkin juga menyukai