Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Sistem Hukum


Istilah sistem hukum mengandung pengertian yang spesifik dalam ilmu
hukum. Dalam mengartikan sebuah istilah, tidak melulu harus dengan cara
menggabungkan pengertian sistem dan pengertian hukum secara apa adanya.
Friedman tidak memberikan definisi riil mengenai sistem hukum, namun dalam
sebuh sistem hukum tersebut terdapat subsistem-subsistem yang merupakan
bagian dari sistem hukum itu sendiri yang terhubung dengan negara atau yang
mempunyai struktur otoritas yang bias dianalogikan dengan perilaku negara
(Lawrence M. Friedman, 2013: 12). Komponen sistem hukum meliputi struktur
hukum, substansi hukum, dan budaya hukum (Ade Maman Suherman, 2006:
11).Struktur hukum atau legal structure merupakan institusionalisasi ke dalam
entitas-entitas hukum yang berubah secara konstan, persisten, dan jangka
panjang sebagai kerangka yang memberi bentuk dan definisi secara
keseluruhan. Substansi adalah aturan, norma dan pola perilaku manusia dalam
sistem tersebut dan substansi tersebut tidak terbatas pada hukum tertulis saja,
namun juga hukum yang berlaku di masyarakat (living law). Sedangkan unsur
budaya hukum adalah sikap-sikap dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
hukum, tingkah laku, dan lembaga-lembaganya (Ade Maman Suherman, 2006:
11-13).
Eric L. Richard menjelaskan sistem hukum yang utama di dunia (the

socialist law, sub-saharan law, dan far east (Ade Maman Suherman, 2006:
21). Penulisan hukum ini membahas mengenai perbandingan hukum dari
Indonesia yang menganut sistem Civil Law dan Australia dengan Common
Law.

commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)


Law Dictionary, Civil Law adalah:1. One of the
two prominent legal sistem in the Western world, originally
administered in the Roman Empire and still influential in continental
Europe, Latin America, Scotland, and Louisiana, among other parts
of the world. 2. Roman law. Terjemahan bebas: 1. Salah satu dari dua
sistem hukum yang terkemuka di negara Barat, awalnya
diselenggarakan oleh Kerajaan Romawi dan masih mempunyai
pengaruh di Eropa Kontinental, Amerika Latin, Skotlandia, dan
Louisiana, dan di beberapa negara di dunia. 2. Hukum Romawi.
Menurut perkembangannya, banyak pengamat menyebut bahwa
Civil Law sebagai hukum yang terkodifikasi yang paling utama
dimana yurisdiksinya adalah Romano-Germanik (warisan hukum
Romawi dan kontribusi ilmu hukum Jerman).Negara-negara Civil Law
biasanya adalah negara-negara yang memperhatikan sumber-sumber
hukumnya (peraturan, undang-undang, dan legislasi utama yang
berlaku), karakteristik mode pemikirannya berkenaan dengan masalah
hukum, institusi hukumnya berbeda (yudisial, eksekutif, dan legislatif,
dan ideologi fundamentalnya (Peter De Cruz, 2013: 61-62).Sistem
Civil Law diklasifikasikan, berstruktur, dan memuat sebagian besar
aturan-aturan dan asas-asas umum yang kurang rinci. Karakteristik
utama pada sistem ini adalah tugas utama pengadilan adalah untuk
menerapkan dan menafsirkan hukum yang termuat dalam kitab
undang-undang, atau undang-undang pada fakta-fakta kasus (Caslav
Pejovic, 2001, Civil Law and Common Law: Two Different Paths
Leading to The Same Goal. Victoria University of Wellington Law
Review. Volume 32:89). Sementara Eric L. Richards dalam Ade
Maman Suherman (2006: 22), menyebutkan bahwa sistem Civil Law
memiliki karakteristik yaitu terkodifikasi, abstrak, dan terprediksi.
Sistem hokum Civil Law berpusat pada undang-undang dan
peraturan. Undang-Undang menjadi pusat utama dari Civil Law, atau

commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dianggap sebagai jantung Civil Law, namun dalam perkembangannya


Civil Law juga telah menjadikan putusan pengadilan sebagai sumber
hukum. Di banyak hukum dalam sistem Civil Law tidak tersedia
peraturan untuk menghitung kerugian karena pelanggaran
kontrak.Standar mengenai penghitungan kerugian ini masih tetap
belum jelas di banyak negara dengan Civil Law.Meskipun demikian
pengadilan di negara-negara ini cenderung memutuskan untuk
menghukum pihak yang salah tidak dengan uang, tetapi dengan
pelaksanaan tindakan kontrak tertentu.
Keputusan pengadilan ini mengisyaratkan salah satu pihak untuk
menjalankan tindakan tertentu yang dimandatkan oleh pengadilan,
seperti mengembalikan hak milik atau mengembalikan
pembayaran.Banyak sistem dari Civil Law memiliki mekanisme
penegakan dan pamantauan agar penegakan bisa dijalankan secara
efektif. Unsur kontrak dalam Civil Law sistem terdiri dari empat
unsur, sebagai berikut:
1) Kapasitas Para Pihak
Kebebasan kehendak sangat dipengaruhi oleh kapasitas
atau kemampuan seseorang yang terlibat dalam perjanjian.
Kemampuan ini sangat menentukan untuk melakukan
perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kapasitas yang dimaksudkan dalam
Civil Law antara lain ditentukan individu menurut umur
seseorang. Di Indonesia, Philipina, dan Jepang yang dianggap
telah mempunyai kapasitas untuk melakukan suatu kontrak
harus telah berumur 21 tahun. Civil Code Perancis yang
merefleksikan pemikiran modern, menyatakan bahwa
kehendak individu yang bebas adalah sumber dari sistem
hukum, yang meliputi hak dan kewajiban. Namun kebebasan
kehendak ini harus sesuai dengan hukum tertulis, yaitu hukum
perdata.

commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Di Indonesia, Jepang, Iran dan Philipina, di mana


perusahaan sebagai subjek hukum dapat melakukan kontrak
melalui pengurus perusahaan. Di Indonesia pengurus
perusahaan terdiri dari anggota direksi dan komisaris. Dalam
melakukan kegiatannya, maka anggota direksi harus
memenuhi ketentuan anggaran dasar perusahaan dan peraturan
perundang-undangan, yang memberikan kepadanya kapasitas
dalam melakukan penandatanganan kontrak dan tindakan
hukum lainnya. Hal inilah yang dikatakan dalam Civil Law
merupakan the code granted them full capacity.
2) Kebebasan Kehendak Dasar Dari Kesepakatan
Kebebasan kehendak yang menjadi dasar suatu
kesepakatan, agar dianggap berlaku efektif harus tidak
dipengaruhi oleh paksaan (dures), kesalahan (mistake), dan
penipuan (fraud). Berkenaan dengan kebebasan kehendak,
pengadilan di Perancis menerapkan ketentuan Civil Code
sangat kaku, yaitu tidak boleh merugikan pihak lain. Dalam
kenyataan sehari-hari, walaupun yang dianggap mampu
melaksanakan kebebasan kehendak ada pada orang yang sudah
dewasa, namun diantara mereka tidak boleh membuat
kebebasan kehendak, yang dapat merugikan pihak lain.
Kesepakatan di antara para pihak menjadi dasar terjadinya
perjanjian. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata menetukan bahwa
perjanjian atau kontrak tidak sah apabila dibuat tanpa adanya
konsensus atau sepakat dari para pihak yang membuatnya.
Ketentuan tersebut memberikan petunjuk bahwa hukum
perjanjian dikuasai oleh asas konsensualisme. Ketentuan Pasal
1320 ayat (1) tersebut mengandung pengertian bahwa
kebebasan suatu pihak untuk menentukan isi perjanjian
dibatasi oleh sepakat pihak lainnya.
3) Subjek yang pasti

commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Merujuk pada kesepakatan, terdapat dua syarat di hadapan


juristic act, suatu perjanjian dapat diubah menjadi efektif yaitu
harus dengan ada antara lain suatu subyek yang pasti. Sesuatu
yang pasti tersebut, dapat berupa hak-hak, pelayanan (jasa),
barang-barang yang ada atau akan masuk keberadaannya,
selama mereka dapat menentukan. Para pihak, jika perjanjian
telah terbentuk tidak mungkin untuk melakukan prestasi, maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
4) Suatu sebab yang diijinkan (A Premissible Cause)
Perjanjian tidak boleh melanggar ketentuan hukum.Suatu
sebab yang halal adalah syarat terakhir untuk berlakunya suatu
perjanjian. Pasal 1320 ayat (4)jo 1337 KUHPerdata
menentukan bahwa para pihak tidak bebas untuk membuat
perjanjian yang menyangkut causa yang dilarang oleh Undang-
Undang atau bertentangan dengan kesusilaan atau bertentangan
dengan ketertiban umum. Perjanjian yang dibuat untuk causa
yang dilarang oleh Undang-Undang atau bertentangan dengan
kesusilaan atau bertentangan dengan undang-undang adalah
tidak sah.
Dalam pembuatan kontrak di sistem common law, para
pihak memiliki kebebasan untuk menyepakati persyaratan
yang diinginkan, sepanjang persyaratan tersebut tidak
melanggar kebijakan publik ataupun melakukan tindakan yang
melanggar hukum. Jika ada persyaratan tertentu yang tidak
tercakup, hak dan kewajiban yang wajar akan diterapkan
diambil dari ketetapan hukum yang ada atau praktek bisnis
yang biasa dijalankan oleh para pihak atau industri. Biasanya
kerugian di ukur dengan a lost benefit of the
bargain (manfaat/keuntungan yang harus di dapat yang
hilang). Peraturan ini memberi kesempatan kepada satu pihak
untuk menggugat kerugian sejumlah manfaat yang bisa

commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibuktikan yang akan diperoleh pihak tersebut jika pihak lain


tidak melanggar kontrak. Di kebanyakan jurisdiksi, salah satu
pihak diminta untuk membayar ganti rugi akibat pelanggaran,
yang dikenal sebagai konsekuensi kerugian.
b. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)
Sistem hukum common law ini dianut oleh negara-negara yang
berbahasa Inggris beserta dengan persemakmurannya, seperti negara
Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan Australia.Kecuali negara bagian
Lousiana di Amerika Serikat dan provinsi Quebec di Kanada yang
menganut sistem hukum Civil Law.Sekilas mengenai perbedaan antara
Civil Law (Eropa Continental) dengan common law (Anglosaxon)
dapat dilihat dari segi perkembangan keduanya.Perkembangan sistem
Civil Law diilhami oleh para ahli hukum yang terdapat pada
universitas-universitas, yang menentukan atau membuat peraturan
hukum secara sistematis dan utuh.Sedangkan perkembangan sistem
common law terletak pada putusan-putusan hakim, yang bukan hanya
menerapkan hukum tetapi juga menetapkan hukum.
Sistem hukum common law berkembang di bawah pengaruh
sistem yang bersifat adversarial di Inggris berdasarkan putusan
pengadilan yang didasarkan pada tradisi, custom, dan preseden (Ade
Maman Suherman, 2006: 75).Eric L. Richard dalam Ade Maman
Suherman (2006: 22) memberikan penjelasan singkat mengenai
karakteristik sistem hukum common law yaitu bersifat analisis kasus,
penekanan pada prosedural dan fleksibel. (Peter De Cruz ,2013: 145-
146) memberikan fitur kunci tradisi dari sistem hukum common law,
yaitu:
1) Sistem hukum yang berbasis perkara yang berfungsi melalui
penalaran logis;
2) Sebuah doktrin preseden yang hierarkis;
3) Sumber-sumber hukumnya meliputi undang-undang dan
perkara;

commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Memiliki institusi-institusi yang khas seperti trust (hak


pengelolaan), hukum kesalahan, estoppels, dan agensi
(keagenan);
5) Gaya hukum khusus yang pragmatis dan mengandalkan
improvisasi;
6) Memiliki kategori-kategori hukum seperti kontrak dan
kesalahan sebagai kumpulan hukum yang tersendiri dan juga
dua kumpulan hukum utama: common law dan equity, yang
meskipun demikian, dapat dikelola oleh pengadilan yang sama;
7) Tidak ada pembedaan hukum privat/publik secara struktural
atau substantif seperti yang terdapat di dalam sistem hukum
Civil Law.
Sumber utama hukum sistem hukum common law tidak
hanya dari kasus yang merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang
diambil dari keputusan-keputusan pengadilan yang diatur oleh
doktrin preseden (putusan pengadilan yang lebih tinggi biasanya
mengikat terhadap pengadilan yang lebih rendah), tetapi juga
berasal dari undang-undang yang mengandung peraturan hukum
melalui penegakan hukum legislatif (Peter De Cruz. 2013: 147).
Kontrak menurut sistem hukum common law, memiliki unsur
sebagai berikut (Fuadi, 2005 :22-25):
1) Bargain
Unsur bargain dalam kontrak common law dapat
memiliki sifat memaksa. Sejarah menunjukkan bahwa
pemikiran mengenai bargain , dalam hubungannya dengan
konsep penawaran (offer) dianggap sebagai ujung tombak
dari sebuah perjanjiandan merupakan sumber dari hak
yang timbul dari suatu kontrak. Penawaran dalam konteks
ini tidak lebih adalah sebuah transaksi di mana para pihak
setuju untuk melakukan pertukaran barang-barang,
tindakan-tindakan, atau janji-janji antara satu pihak

commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan pihak yang lain. Karena itu, maka ukuran dari


pengadilan terhadap perjanjian tersebut dilakukan
berdasarkan penyatuan pemikiran dari para pihak,
ditambah dengan sumber dari kewajiban mereka,dan
kemudian memandang ke arah manifestasi eksternal dari
pelaksanaan perjanjian tersebut. Pengertian penawaran
merupakan suatu kunciyang digunakan untuk lebih
mengerti tentang penerapan aturan-aturan common law
mengenai kontrak.
2) Agreement
Suatu proses transaksi yang biasa disebut dengan
istilah offer and acceptance, yang ketika diterima oleh
pihak lainnya akan memberikan akibat hukum dalam
kontrak. Dalam perjanjian sering ditemukan, di mana satu
pihak tidak dapat menyusun fakta-fakta ke dalam suatu
offer yang dibuat oleh pihak lainnya yang telah diterima
sebagai acceptance oleh pihak tersebut. Karena penawaran
dan penerimaan adalah hal yang fundamental, maka dalam
sistem common law, sangat diragukan apakah suatu
pertukaran offer (cross-offer) itu dapat dianggap sebagai
kontrak. Berdasarkan sistem common law, pada saat suatu
kontrak dibuat, saat itulah hak dan kewajiban para pihak
muncul, hal yang demikian itu diatur dalam statute.
Karena bisa saja terjadi suatu kontrak yang dibuat
berdasarkan keinginan dari para pihak dan pada saat yang
sama juga kontrak tersebut tidak ada. Hal ini disebabkan
karena aturan mengenai acceptance dan ini memiliki
akibat-akibat yang berbeda pada setiap pihak. revocation
3) Consideration
Dasar hukum yang terdapat dalam suatu kontrak adalah
adanya unsur penawaran yang kalau sudah diterima,

commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjadi bersifat memaksa, bukan karena adanya janji-janji


yang dibuat oleh para pihak. Aturan dalam sistem
common law tidak akan memaksakan berlakunya suatu
janji demi kepentingan salah satu pihak kecuali ia telah
memberikan sesuatu yang mempunyai nilai hukum
sebagai imbalan untuk perbuatan janji tersebut. Hukum
tidak membuat persyaratan dalam hal adanya suatu
kesamaan nilaiyang adil. Prasyarat atas kemampuan
memaksa ini dikenal dengan istilah consideration.
Consideration adalah isyarat, tanda dan merupakan simbol
dari suatu penawaran. Tidak ada definisi dan penjelasan
yang memuaskan dari sistem common law mengenai
konsep ini. Hal demikian ini telah di mengerti atas dasar
pengalaman.
4) Capacity
Kemampuan termasuk sebagai syarat tentang, apakah para
pihak yang masuk dalam perjanjian memiliki kekuasaan.
Suatu kontrak yang dibuat tanpa adanya kekuasaan untuk
melakukan hal tersebut dianggap tidak berlaku.

2. Tinjauan Mengenai Pengadaan Barang dan Jasa


a. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan barang dan jasa atau yang lebih dikenal dengan istilah
lelang, banyak dilakukan oleh instansi pemerintah maupun sektor
swasta. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh barang dan jasa oleh
suatu instansi/lembaga yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai dengan diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang dan jasa tersebut. Berikut adalah beberapa definisi
mengenai pengadaan barang dan jasa :

commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun


2012tentang Perubahan Keempat atas Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah :
Pengadaan barang dan jasa merupakan kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa oleh Kementerian / Lembaga /
Satuan Kerja Perangkat Daerah / Institusi lainnya yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
2) Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2012:
Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang selanjutnya disebut
dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang / Jasa oleh Kementerian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat
Daerah / Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa.
3) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Yahya dkk, 2012):
Pengadaan barang dan jasa berarti tawaran untuk mengajukan harga
dan memborong pekerjaan atas penyediaan barang/jasa.
4) Menurut Tim Penyusun Dosen Universitas Diponegoro; Pengadaan
barang dan jasa adalah usaha atau kegiatan pengadaan barang/jasa
yang diperlukan oleh Instansi Pemerintah yang meliputi pengadaan
barang, jasa pemborongan, jasa konsultansi dan jasa lainnya.
Dari pengertian yang ada, muncul pengertian bahwa terdapat dua pihak
yang berkepentingan. Pihak pertama adalah instansi pemerintah, BUMN,
atau sektor swasta yang mengadakan penawaran pengadaan barang dan
jasa. Pihak kedua adalah personal maupun perusahaan kontraktor yang
menawarkan diri untuk memenuhi permintaan akan barang dan jasa
tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang dan jasa
merupakan salah satu tahapan siklus proyek yang diperlukan oleh instansi
pemerintah yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan

commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan


jasa antara dua pihak sesuai dengan perjanjian atau kontrak

b. Jenis-jenis Pengadaan Barang dan Jasa


Peraturan Presiden Nomor 4Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah menyebutkan jenis-jenis pengadaan barang dan jasa
yang dilakukan untuk menentukan Penyedia Jasa dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1) Pengadaan Barang/Jasa
Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.
2) Pengadaan Barang/Jasa Terbatas
Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan
jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan
untuk pekerjaan yang kompleks.
3) Pemilihan Langsung
Metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan
yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
4) Pengadaan Langsung
Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa,
tanpa melalui Pengadaan Barang / Jasa / Seleksi / Penunjukan
Langsung.
5) Penunjukan Langsung
Metode pemilihan Penyedia Barang / Jasa dengan cara menunjuk
langsung 1 (satu) Penyedia Barang / Jasa.

commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement)


Interaksi antara pemerintah dan masyarakat pada proses pengadaan barang
dan jasa pemerintah membutuhkan suatu sistem pelayanan yang optimal,
efektif, dan efisien. E-Procurement atau pengadaan barang dan jasa secara
online melalui internet menjadi solusi yang tepat.E-Procurement tanpa
memerlukan birokrasi yang berbelit- belit akan mendapatkan pengawasan
langsung dari masyarakat. Adanya E- Procurement bertujuan untuk
mengurangi korupsi, kolusi dan nepotisme, juga mempersiapkan pelaku jasa
konstruksi nasional dalam menghadapi tantangan di era informatika.
a. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik
(E- Procurement)
Berikut ini akan dipaparkan beberapa pengertian E-Procurement dari
berbagai sumber:
1) Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
secara elektronik atau E-
Procurement adalah Pengadaan barang /jasa yang dilaksanakan
dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik
sesuai dengan ketentuan perundang-
2) E-Procurement adalah pengadaan secara elektronik atau
pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi informasi dantransaksi elektronik sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan (Paparan Pengadaan Barang
dan Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum,
2011)
3) Menurut Abidin (2011), E-Procurement merupakan pengadaan
barang dan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan
teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan (Abidin, Nanan Optimalisasi
Pengembangan E-Procurement pada Sistem Pelelangan Umum
Pascakualifikasi dengan Satu Sampul dan SIstem Gugur (Konsep

commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan Desain Pengembangan sebagai Fungsi Kontrol). Diakses dari


http:// papers.gunadarma.ac.id pada tanggal 25 November 2015).
4) Kalakota,dkk (Wijaya dkk, 2010, dalam Abidin, 2011) menyatakan
bahwa E- Procurement merupakan proses pengadaan barang atau
lelang dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk
website.
5) E-Procurement adalah suatu aplikasi untuk mengelola data
pengadaan barang/jasa yang meliputi data pengadaan berbasis
internet yang didesain untuk mencapai suatu proses pengadaan
yang efektif, efisien dan terintegrasi (Purwanto, 2008: 10).
Dapat disimpulkan bahwa E-Procurement adalah pengadaan barang
dan jasa secara elektronik yang seluruh kegiatannya dilakukan secara online
melalui website. Ruang lingkup E-Procurement meliputi proses
pengumuman pengadaan barang dan jasa sampai dengan penunjukkan
pemenang. Pengadaan barang dan jasa melalui E- Procurement diwajibkan
oleh pemerintah sejak tahun 2010. Sampai dengan tahun 2012,
pengadaan barang dan jasa secara E-Procurement telah dilaksanakan di
33 provinsi meliputi 731 instansi di Indonesia (sumber : lkpp.go.id).
b. Landasan Hukum E-Procurement di Indonesia
Dasar hukum E-Procurement di Indonesia menurut
www.bappenas.go.id dalam Nightisabha dkk, 2009, adalah :
1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik,
2) Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
3) Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2006 tentang Perubahan
keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003
4) Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus
Program Ekonomi tahun 2008-2009,
5) Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.

commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015


tentang Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah

Sedangkan pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik /


E- Procurement yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum
diatur dalam undang- undang sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik;
2) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik;
3) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah sebagaiman atelah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015.
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 207/PRT/M/2005,
tentang Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara
Elektronik;
6) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 17/SE/M/2010
tgl. 29 Nopember 2010 tentang Pelaksanaan Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik
(E-Procurement). (sumber : Paparan Pengadaan Barang dan
Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum,
2011).
Saat ini penerapan E-Procurement pada instansi-instansi dan
lembaga-lembaga menggunakan dasar Peraturan Presiden nomor 4
tahun 2015 beserta perubahannya dan diikuti oleh berbagai aturan
dibawahnya hingga peraturan pelaksana masing- masing lembaga.

commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. E-Procurement di Australia
Pemerintah Australia mengimplementasikan pengadaan barang dan
secara elektronik pada akhir tahun 2000. Strategi ini berhasil dilaksanakan
dengan lebih dari 90% dari transaksi di seluruh lembaga dibayar secara
elektronik, dan pemakaian saranaE-Procurement seperti katalog online dan
faktur elektronik digunakan secara luas.E-Procurement yang sebelumnya
telah diterapkan di Australia mulai dikembangkan pada tahun 2003 oleh
Pemerintah Australia dengan mengeluarkan strategi implementasi E-
Procurement sekitar tahun 2000. Strategi tersebut menyediakan kerangka
kerja bagi agency/lembaga untuk membangun dan meningkatkan kemampuan
dalam hal perdagangan secara elektronik dan mendorong penyedia untuk
berperan dalam e-commerce. Sasaran strategi tersebut adalah dengan
membayar penyedia National Office for The Information Economy (NOIE)
yang sekarang sudah berubah menjadi Australian Government Information
Management Office (AGIMO) yang merupakan bagian dari Departemen
Keuangan dan Administrasi Australia. Perkembangan tersebut berupa proyek
uji coba penerapanE-Procurement pada empat instansi/Badan yang dipilih
sebagai proyek uji coba.Instansi/badan tersebut dipilih berdasarkan perbedaan
cara belanja dan jumlah transaksi yang dilakukan.Instansi tersebut adalah
Australian Broadcasting Corporation (ABC), Commonwealth Scientific
Industrail Research Organization (CSIRO), Special Broacasting Service
(SBS), dan Australian Antartic Division (AAD). Tujuan proyek tersebut
adalah mengidentifikasi proses bisnis yang terbaik yang bisa dimanfaatkan
dan ditingkatkan dengan sistem E-Procurement dan menguji kelayakan teknis
elektronik yang memungkinkan proses bisnis yang cocok dan menunjukkan
konektivitas kepada pemasok UKM. Dalam proyek tersebut, masing-masing
instansi/badan diberikan kewenangan untuk melakukan proyek independen
dengan menggunakan metode pelaksanaan, teknologi dan pasokan-dasar yang
unik sesuai dengan situasi/kondisi masing-masing. Berdasarkan uji coba
tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa E-Procurement dapat meningkatkan
berbagai proses bisnis. Pada Mei 2006, Departemen Keuangan dan

commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lembaga Pemerintah Australia. Selain itu juga menyediakan alat dan studi
kasus untuk menginformasikan kepada lembaga bagaimana E-Procurement
dapat membantu mereka untuk meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan
produktivitas dan akuntabilitas. Di bawah The Australian Government
Procurement Policy Framework, setiap agency/lembaga diharuskan untuk
memastikan pelaksanaan metode E-Procurement sesuai dengan
Commonwealth Procurement Guidelines (CPGs). Konsep yang lebih luas
dari E-Procurement adalah sebagai berikut: Salah satu sarana E-Procurement
yang dipakai oleh Pemerintah Australia dalam melaksanakan pengadaan
barang/jasa adalah melalui AusTender. (Zaki, E- Procurement
http://www.pusatlpse.kemenkeu.go.id/adoku/20131209112238_20131209112
22269592445100.pdf diakses pada tanggal 25 November 2015.

commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Kontrak Pengadan Barang dan Jasa Pemerintah

Sistem E-Procurement

Indonesia Australia

Konsep Pelaksanaan

Kelebihan dan Kekurangan

Keterangan:

Kerangka di atas menggambarkan alur pemikiran penulis dalam


menggambarkan serta menemukan permasalahan hukum dalam penelitian ini
yang berjudul Studi Komparatif Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
dengan Sistem E-Procurement antara Indonesia dan Australia.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis menjabarkan bahwa


pengadaan barang dan jasa ialah salah satu perbuatan hukum yang dilakukan
pemerintah sebagai salah satu subjek hukum yang biasa dinamakan kontrak.
Payung hukum dalam kontrak pengadaan barang dan jasa di Indonesia ialah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 sebagaimana telah
diubah dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaaan
Barang dan Jasa Pemerintah Indonesia.
Seiring dengan perkembangannya, bentuk pengadaan barang dan jasa
pemerintah mengalami peningkatan dalam proses pelaksanaan kontrak

commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengadaannya. Beberapa Negara seperti Skotlandia dan Australia sudah


menerapkan proses pengadaan barang dan jasa dengan sistem online yang disebut
sistem E-Procurement.
Indonesia juga telah menerapkan sistem ini dalam kontrak pengadaan
barang dan jasa pemerintahnya.Berdasarkan penelitian, kelebihan sistem E-
Procurement ini yakni pengadaan barang dan jasa pemerintah dinilai sangat
efisien serta membuka peluang bagi semua kalangan. Berangkat dari keberhasilan
Negara Australia, penulis melakukan penelitian dengan mengadakan studi
komparatif konsep pengadaan barang dan jasa pemerintah di Indonesia dan
Australia serta mengkaji hambatan yang ditemui dalam proses pengaadaan dengan
sistem E-Procurement ini.

commit to user
43

Anda mungkin juga menyukai