Anda di halaman 1dari 19

PETA KONSEP

SISTEM HUKUM DAN


PERADILAN DI
INDONESIA

MENCERMATI SISTEM MENAMPILKAN SIKAP


SISTEM HUKUM DI PERADILAN DI YANG SESUAI
INDONESIA INDONESIA DENGAN HUKUM

MAKNA DAN PENGERTIAN SIKAP PADA


KARAKTERISTIK DAN TUJUAN HUKUM

PENGGOLONGAN DASAR HUKUM


HUKUM INDONESIA

TUJUAN HUKUM KLASIFIKASI


LEMBAGA

FUNGSI HUKUM PERANGKAT


LEMBAGA

SUMBER HUKUM
INDONESIA

TATA HUKUM
INDONESIA

3
A. Sistem Hukum di Indonesia
1.) Makna & karakteristik Hukum
a.) Pengertian Hukum

Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi tentang pernyataan hukum.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya sudut pandang dari masing-masing ahli.
Berikut adalah berbagai pengertian hukum dari beberapa ahli.

Immanuel Kant menyatakan keseluruhan syarat-syarat


yang dengan ini kehendak bebas dari orang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain,
menuruti peratuan hukum tentang kemerdekaan.

E. Utrecht menyatakan bahwa hukum adalah himpunan


petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat, & seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak
pemerintah.

J. C. T. Simorangkir & Woerjono Sastropranoto


memberikan definisi hukum sebagai peraturan-peraturan
Gambar 1.1 E. Utrecht yang lahir yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
di surabaya pada tahun 1922 manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan,
yaitu dengan hukuman tertentu.

S. M. Amin, S.H. merumuskan hukum sebagai kumpulan peraturan yang


terdiri dari norma & sanksi & tujuan hukum itu adalah mengadakan
ketatatertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan & ketertiban
terpelihara.

Mochtar K. mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan kaidah-kaidah


serta asas-asas yang mengatur ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga
& proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai
kenyataan dalam kemasyarakatan.

4
b.) Unsur, ciri, kaidah, & Sifat Hukum

1) Unsur Hukum

Berdasarkan berbagai perumusan tentang hukum yang disusun oleh


berbagai ahli di pembahasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa
hukum meliputi sejumlah unsur yaitu:

a. peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan


masyarakat.
b. peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. peraturan itu bersifat memaksa.
d. sanksi terhadap pelanggaran peraturan adalah tegas.

2) Ciri Hukum

Yaitu adanya larangan yang harus dipatuhi semua orang. Agar tata tertib
dapat terlaksana dengan baik. Siapapun yang melanggar dapat dikenakan
sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

3) Kaidah Hukum

Peraturan-peraturan hidup
dalam kemasyarakatan tersebut
disebut sebagai hukum.

Tata kaidah hukum merupakan


sistem yang hierarkis &
disederhanakan dari tingkat bawah
ke atas.
Gambar 1.2 Kegiatan Hukum di Indonesia yaitu
persidangan dalam bentuk yang bermacam-macam

4) Sifat Hukum

Dari penjelasan mengenai kaidah hukum, terlihat bahwa hukum


mempunyai sifat mengatur & memaksa. Hukum merupakan peraturan-
peraturan hidup bermasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya menaati
tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas terhadap
siapa yang tidak mau menaatinya.

5
2.) Penggolongan Hukum
Penggolongan hukum dapat dibagi menurut sumber, bentuk, tempat,
waktu, cara mempertahankan sifat, wujud, kepribadian yang diatur dan isi
masalah yang diatur.

a.) Menurut Sumbernya

1) Hukum undang-undang
Merupakan hukum yang tercantum pada peraturan perundang-undangan.

2) Hukum adat dan hukum kebiasaan


Merupakan hukum yang diambil dari peraturan-peraturan adat dan
kebiasaan.

3) Hukum yurisprudensi
Merupakan hukum yang terbentuk dari putusan pengadilan.

4) Hukum traktat
Merupakan hukum yang ditetapkan oleh negara peserta perjanjian
internasional.

b. ) Menurut Bentuknya

1) Hukum tertulis
Hukum yang dapat ditemui dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam
beberapa peraturan negara. Terbagi sebagai berikut :

a. Hukum Tertulis yang Dikodifikasi.


Hukum yang disusun secara lengkap, sistematis, teratur, dan
dibukukan sehingga tidak memerlukan aturan pelaksanaan. Contohnya,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.

b. Hukum Tertulis yang Tidak Dikodifikasi


Hukum yang meskipun tertulis namun tidak dusisin secara
sistematis dan masih terpisah-pisah sehingga masih memerlukan
aturan pelaksaan dalam penerapannya. Contohnya, UU dan Peraturan
Pemerintah.

2) Hukum tidak tertulis


Hukum yang hidup, diyakini dan dipatuhi di dalam masyarakat meskipun
tidak dibentuk oleh prosedur formal.

6
c.) Menurut Tempat Berlakunya

1) Hukum Nasional
Hukum yang berlaku d dalam suatu negara tertentu.

2) Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau lebih yang
berlaku secara universal, baik secara keseluruhan maupun bagi negara
yang mengikat diri dalam perjanjian internasional (traktat).

3) Hukum Asing
Hukum yang berlaku di dalam wilayah negara lain.

d.) Menurut Waktu Berlakunya

1) Ius Constitutum
Hukum yang berlaku saat ini bagii masyarakat tertentu dalam wilayah
yang tertentu. Contohnya UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.

2) Ius Constituendum
Hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan akan berlaku
pada masa yang akan datang. Contohnya Rancangan Undang-Undang (RUU).

3) Hukum Universal, Hukum Asasi atau Hukum Alam


Hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala waktu dan untuk segala
bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas waktu, tetapi berlaku untuk
selama-lamanya terhadap siapa pun juga di seluruh tempat.

e.) Menurut Cara Mempertahankannya

1) Hukum Material
Hukum yang mengatur
hubungan antaranggota masyarakat
yang berlaku secara umum tentang
hal-hal yang dilarang dan
diperbolehkan untuk dilakukan.
Contohnya Hukum Dagang dan
Hukum Pidana.

2) Hukum Formal
Hukum yang mengatur
bagaimana cara mempertahankan Gambar 1.3 Merupakan kegiatan perdagangan
dan menegakkan serta menuntutnya yang diatur dalam hukum dagang pada Hukum
apabila hak seseorang telah Material
dilanggar oleh orang lain.
Contohnya KUHP.

7
f.) Menurut Sifatnya

1) Hukum yang Memaksa


Hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati dan bersifat mutlak daya
ikatnya.

2) Hukum yang Mengatur Atau Melengkapi


Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan tersedniri dalam suatu perjanjian.

g.) Menurut Wujudnya

1) Hukum Objektif
Hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang
atau golongan tertentu.

2) Hukum Subjektif (Hak)


Hukum yang timbul dari hokum objektif dan berlaku terhadap seorang
atau lebih.

h.) Menurut Pribadi yang Diaturnya

1) Hukum Satu Golongan


Hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi golongan tertentu.

2) Hukum Semua Golongan


Hukum yang mentatur dan berlaku bagi semua golongan.

3) Hukum Antargolongan
Hukum yang mengatur dua orang atau lebih yan masing-masing tunduk
pada hukum yang berbeda.

i.) Menurut Isi Masalah yang Diaturnya

1) Hukum Publik
Hukum yang mengatur hubungan antar warga Negara dan Negara yang
menyangkut kepentingan hukum/publik. Hukum Publik juga menyangkut
hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, hukum pidana, dan hukum
acara pidana.

2) Hukum Privat
Hukum yang menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Hukum
privat mencakup hukum perdata, hukum dagang, dan hukum waris.

8
Berikut adalah perbedaan hukum privat dan hukum publik :

HUKUM PRIVAT HUKUM PUBLIK


Mengatur kepentingan individu Mengatur kepentingan umum
Mengatur hal mendasar yang bersifat Mengatur hal mendasar yang bersifat
khusus umum
Dipertahankan oleh individu Dipertahankan oleh negara melalui
jaksa
Asas perdamaian diutamakan dan Tidak mengenal asas perdamaian
diupayakan oleh hakim
Gugatan dari pihak penggugat dapat Gugatan tidak dapat dicabut kembali
ditarik kembali setiap saat
Sanksinya berbentuk perdata: macam Sanksinya umum: macam hukumnya
hukumnya berupa denda atau hukuman adalah hukuman mati, hukuman
kurungan sebagai pengganti hukuman penjara, kurungan, denda, dan hukuman
denda tambahan.

3.) Tujuan Hukum


Tujuan hukum yang bersifat universal adalah menciptakan, ketertiban,
ketentraman, kedamaian kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam tata kehidupan
bermasyarakat.

Menurut O. Notohamidjojo, tujuan hukum ada 3 yaitu:

a. Dalam segi reguler, mendatangkan tata dan damai dalam masyarakat.


b. Dalam segi keadilan, yaitu mewujudkan keadilan.
c. Dalam segi memanusiakan manusia, yaitu menjaga supaya manusia
diperlakukan sebagai manusia.

4.) Fungsi Hukum


a.) Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat

Hukum memberikan petunjuk sehingga segala sesuatunya dapat berjalan tertib


dan teratur serta dapat memaksa dapat ditaati anggota masyarakat.

b.) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin

Keadilan sulit ditegakkan, tetapi dengan peran hukum keadilan baik secara lahir
dan batin akan terwujud.

c.) Sebagai penggerak pembangunan

Hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju
dengan daya mengikat dan memaksa dari hukum.

9
5.) Sumber Hukum Indonesia
Sumber hukum adalah segala hal yang menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan memaksa sehingga jika seseorang melanggar aturan
tersebut, orang itu akan dikenakan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum
dikelompokkan berdasarkan sember hukum material dan formal.

Sumber hukum material adalah keyakinan dan perasaan hukum individu


dan pendapat umum yang menentukan isi atau materi hukum.

Sumber hukum formal adalah perwujudan isi atau materi hukum material
yang menentukan berlakunya hukum itu sendiri. Sumber hukum formal dibagi
menjadi 5, yaitu :

a.) UU atau Statuta

Undang undang memiliki dua arti sebagai berikut.

1.) arti material, UU adalah setiap peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang
isinya mengikat secara umum bagi warga negara. Contohnya undang undang
dasar, undang-undang, peraturan pemerintahan pengganti undang-undang (perpu),
dan peraturan daerah.

2.) arti formal, UU adalah setiap peraturan yang karena bentuknya dapat
disebut UU. Contohnya UU yang dibentuk oleh presiden bersama dengan DPR.

b.) Hukum Tidak Tertulis atau Kebiasaan

Hukum tidak tertulis atau kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-


ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta diakui oleh
masyarakat. Hukun tertulis dipatuhi karena adanya kekosongan hukum tertulis,
yang dibutuhkan masyarakat atau negara. Sehingga sering digunakan hakim untuk
memutuskan perkara yang belum pernah diatur di dalam UU.

c.) Keputusan Hakim atau Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara


yang tidak diatur oleh UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa. Yurisprudensi timbul karena pada peraturan
perundang-undangan pengertiannya kurang atau tidak jelas, sehingga menyulitkan
hakim untuk memutuskan suatu perkara. Maka, hakim akan membentuk,
melakukan penafsiran hukum baru dengan cara mempelajari putusan - putusan
hakim terdahulu, khususnya tentang perkara - perkara yang sedang dihadapinya.

10
d.) Traktat

Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai
persoalan - persoalan tertentu menjadi kepentingan negara yang bersangkutan.
Traktat dibagi menjadi dua dalam pelaksanaannya, yaitu

1) traktat liberal

Traktat ini dibuat oleh dua negara, dan bersifat tertutup karena hanya melibatkan
dua negarayang berkepentingan. Contohnya perjanjian dwi kewarganegaraan
antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok

2) traktat multilateral

Traktat ini dibentuk dan dibuat oleh lebih dari dua negara dan bersifat terbuka
bagi negara-negara untuk mengikatkan diri. Contohnya PBB dan NATO.

e.) Doktrin

Doktrin merupakan pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan


dasar atau asas - asas penting dalam hukum dan penerapannya. Doktrin banyak
digunakan sebagai para hakim dalam memutuskan perkara melalui yurisprudenis
dan dijadikan dasar untuk menyelesaikan suatu perkara.

6.) Tata Hukum Indonesia


Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh pemerintah
negara Indonesia yang terdiri atas aturan - aturan hukum yang ditata sedemikian
rupa, dan aturan - aturan itu antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan
saling menentukan.Tata hukum ini ada sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
namun belum sepenuhnya dapat mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah kekosongan atau vakum
hukum, terdapat ketentuan UUD NRI Tahun 1945 sebelum perubahan, pada
Aturan Peralihan Pasal II, yaitu "segala badan negara dan peraturan yang ada
masih langsung berlaku, selama bekum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini".

Berdasarkan pasal ini, maka peraturan - peraturan yang berasal dari masa
pemerintahan Hindia Belanda masih berlaku selama tidak bertentangan dengan
UUD NRI Tahun 1945 atau belum dibuat peraturan baru.

11
B. Mencermati Sistem Peradilan Di Indonesia
1.) Pengertian dan Tujuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan berasal dari kata adil,
artinya segala sesuatu mengenai perkara pengadilan. Kata nasional dalam hal ini
mengandung pengertian dalam lingkup negara Indonesia. Dengan demikian,
pengertian sistem peradilan nasional adalah keseluruhan perkara pengadilan
dalam suatu negara yang satu sama lain berbeda, tetapi saling berkaitan atau
berhubungan sehingga terbentuk suatu mekanisme dan dapat diterapkan secara
konsisten.

Dalam sistem peradilan nasional (di Indonesia) banyak unsur yang terlibat
di dalamnya. Beberapa pihak di antaranya penyidik, penuntut umum, hakim,
penasihat hukum, dan pencari keadilan. Negara Indonesia sebagai negara hukum
mempunyai tugas menjalankan suatu sistem peradilan yang jujur, adil, dan bersih
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Adapun asas yang harus digunakan dalam
sistem peradilan di negara Indonesia adalah sederhana, cepat, dan biaya murah.
Tujuan penyelenggaraan peradilan nasional adalah menegakkan hukum dan
keadilan.

Perihal penyelenggaraan peradilan nasional (di Indonesia) antara lain


diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman. Kekuasaan kehakiman adalahkekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia. Selanjutnya,
dijelaskan bahwa penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.

2.) Dasar Hukum


Menyadari bahwa untuk memastikan terwujudnya kekuasaan kehakiman yang
merdeka diperlukan jaminan yang tegas dalam konstitusi, langkah besar yang
dihasilkan dalam amandemen UUD 1945 tidak hanya menyebutkan secara
eksplisit kekuasaan kehakiman yang merdeka. Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945
menegaskan, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Tidak hanya
itu, Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan bahwa kekuasaan kehakiman
tidak hanya dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung tetapi juga oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Bahkan bagi seorang hakim, Pasal 24A Ayat (2) UUD

12
1945 secara eksplisit menentukan, hakim agung harus memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang
hukum. Khusus untuk menjaga kemandirian dan integritas hakim, amandemen
UUD 1945 juga memunculkan sebuah lembaga baru, yaitu Komisi Yudisial.

3.) Klasifikasi Lembaga Peradilan


Berdasarkan UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan UU lain
yang berkaitan, badan peradilan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a.) Peradilan Umum


Peradilan umum terdiri atas:
1) Pengadilan negeri,
2) Pengadilan tinggi, dan
3) Pengadilan khusus, mencakup:
a) Pengadilan anak,
b) Pengadilan niaga,
c) Pengadilan hak asasi manusia,
d) Pengadilan tindak pidana korupsi
e) Pengadilan hubungan industrial,
f) Pengadilan perikanan

b.) Peradilan Agama


a) Peradilan agama, terdiri atas:
b) Pengadilan agama,
c) Pengadilan tinggi agama, dan
d) Pengadilan khusus, mencakup peradilan syariah Islam di provinsi
Aceh.

c.) Peradilan Militer


a) Peradilan militer, terdiri atas:
b) Pengadilan militer ,
c) Pengadilan militer tinggi
d) Pengadilan militer utama
e) Pengadilan militer pertempuran

d.) Peradilan Tata Usaha Negara


a) Peradilan tata usaha negara , terdiri atas:
b) Pengadilan tata usaha negara
c) Pengadilan tinggi tata usaha negara
d) Pengadilan khusus,mencakup pengadilan pajak.

13
4.) Perangkat Lembaga Peradilan
a.) Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan
peradilan.MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan dibawah undang- undang terhadap undang-undang dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

b.) Mahkamah Konstitusi (MK)


MK merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman secara merdeka guna menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan. MK berwenang untuk menguji undang-undang terhadap
UUD NKRI Tahun 1945 dan memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD NKRI Tahun 1945

c.) Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas
dari camput tangan atau pengaruh kekuasaan lain. KY berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku hakim.
Tugas Komisi Yudisial adalah menerima laporan masyarakat tentang perilaku
hakim, meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan
perilaku hakim, memeriksa dugaan pelanggaran perilaku hakim ,memanggil dan
meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim
,serta membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi dan disampaikan
kepada MA dan/atau MK serta presiden dan DPR

d.) Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum


Berdasarkan UU Nomor 8 tahun 2004 tentang perubahan atas UU Nomor 2
tahun 1986 tentang Peradilan Umum , yang dimaksud dengan peradilan umum
adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Kekuasaan kehakiman dilingkungan peradilan umum dilaksanakan
oleh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Di lingkungan peradilan umum
terdapat sejumlah pengadilan khusus seperti :

Pengadilan anak
Pengadilan niaga
Pengadilan hak Asasi Manusia
Pengadilan hubungan industrial
Pengadilan tindak pidana korupsi
Pengadilan perikanan

1. Pengadilan negeri
Pengadilan negeri adalah pengadilan umum yang sehari hari memeriksa dan
memutuskan perkara dalam tingkat pertama dari segala perdata dan pidana sipil
untuk semua golongan penduduk.

14
2. Pengadilan Tinggi
Pengadilan tinggi adalah pengadilan tingkat banding dan berkedudukan di
ibukota provinsi. Pengadilan tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara
pidana dam perkara perdata di tingkat banding. Pengadilan tinggi juga bertugas
dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar-pengadilan negeri di daerah hukumnya.

e.) Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama

Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU nomor 7 tahun


1989 tentang Peradilan Agama, yang dimaksud dengan peradilan agama adalah
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari kedilan yang
beragama Islam mengenai perkara tertentu. Kekuasaan kehakiman di Lingkungan
ini berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi.
Kekuasaan kehakiman ini dilaksanakan oleh pengadilan agama dan pengadilan
tinggi agama.

1.) Pengadilan Agama


Pengadilan agama adalah pengadilan yang memeriksa dan memutuskan
perkara-perkara yang timbul di masyarakat yang beragama Islam. Pengadilan
agama memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.

a) Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,memutus, dan


menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang :

a.) Perkawinan
b.) Waris
c.) Wasiat
d.) Hiba
e.) Wakaf
f.) Zakat
g.) Infak
h.) Sedekah
i.) Ekonomi syariah

b)Pengadilan agama dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat


tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya,
apabila diminta.

c)Pengadilan agama memberikan istibat kesaksian rukyat hilal dalam


penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah.

15
2.) Penggadilan Tinggi Agama
Merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota
provinsi. Tugas dan wewenang pengadilan tinggi agama adalah mengadili perkara
yang menjadi kewenangan pengadilan agama tingkat banding. Tugas dan
wewenang lain adalah mengadili tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan antarpengadilan agama di daerah hukumnya juga menjadi tugas dan
wewenang pengadilan tinggi agama.

f.) Pengadilan di Lingkungan Peradilan Militer


Peradilan militer adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
di lingkungan peradilan militer yang meliputi pengadilan militer, pengadilan
militer tinggi, pengadilan militer utama, dan pengadilan militer pertempuran.
Peradilan militer ini diatur melalui UU No. 31 Tahun 1997. Peradilan militer
bertujuan untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan
kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.
Dalam peradilan militer dikenal adanya oditurat. Oditurat merupakan
badan TNI yang melaksanakan kekuasaan pemerintahan negara di bidang
penuntutan dan penyidikan di lingkungan angkatan bersenjata berdasarkan
pelimpahan dari Panglima TNI.
Oditurat terdiri dari:
Oditurat militer
Oditurat militer tingggi
Oditurat jenderal
Oditurat militer pertempuran
a.) Pengadilan militer

Pengadilan militer bersidang untuk memeriksa dan memutus perkara pidana


pada tingkat pertama. Pengadilan militer memiliki wewenang untuk memeriksa
dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana dengan terdakwa prajurit yang
berpangkat kapten ke bawah. Susunan pengadilan militer terdiri dari 1 orang
hakim ketua, 2 orang hakim anggota serta dihadiri 1 orang oditur militer/oditur
militer tinggi dan dibantu 1 orang panitera

b.) Pengadilan militer tinggi

Pengadilan militer tinggi bersidang untuk memeriksa dan memutus perkara


pidana pada tingkat pertama dengan terdakwa prajurit atau salah satu prajuritnya
berpangkat mayor keatas. Pengadilan militer tinggi juga bersidang untuk
memeriksan dan memutus perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata pada
tingkat pertama serta memeriksa dan memutus perkara pidana pada tingkat
banding. Susunan pengadilan militer tinggi sama dengan susunan pengadilan
militer.

16
c.) Pengadilan militer utama

Pengadilan militer utama memiliki kewenangan yaitu memeriksa dan memutus


pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa tata usaha angkatan bersenjata
yang telah diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan militer tinggi yang
dimintakan banding. Susunan persidangan militer utama untuk memeriksa dan
memutus perkara sengketa tata usaha angkatan senjata pada tingkat banding yaitu
1 orang hakim ketua, 2 orang hakim anggota dan dibantu 1 orang panitera.

d.) Pengadilan militer pertempuran

Kewenangan pengadilan militer pertempuran adalah memeriksa dan memutus


pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang telah dilakukan oleh
seorang prajurit di daerah pertempuran. Susunan pengadilan militer pertempuran
untuk memeriksa dan memutus suatu perkara pidana yaitu 1 orang hakim ketua
dengan beberapa hakim anggota yang keseluruhannya berjumlah ganjil.
Persidangan tersebut juga dihadiri 1 orang oditur militer/oditur militer tinggi dan
dibantu 1 orang panitera.

C. Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum


Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat yangseharusnya ditaati oleh
seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut
dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa.

Hukum sangat penting bagi setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat


dan bernegara. Dengan adanya hukum maka akan tercipta ketertiban dalam
masyarakat dan negara. Indonesia merupakan negara hukum. Dalam negara
hukum semua tindakan harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Akan tetapi,
kenyataan berkata lain. Akhir-akhir ini di Indonesia justru marak dengan
tindakantindakan yang melanggar hukum seperti main hakim sendiri, kerusuhan,
dan korupsi.

Tindakan yang tidak sesuai dengan hukum seperti contoh tersebut sudah
tentu memiliki konsekuensi yang jelas. Mereka yang melakukan dan terlibat
dalam kasus-kasus tersebut jika di pengadilan terbukti bersalah, akan
mendapatkan sanksi hukum. Hukuman bisa berupa hukuman kurungan, denda,
bahkan hukuman mati. Para pelaku tindakan yang tidak sesuai dengan hukum
ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang-orang awam hukum. Mereka yang
melek hukum pun sering melakukan pelanggaran hukum. Padahal kita tahu,
sebagai warga Indonesia yang merupakan negara hukum kita harus menghormati
keberadaan hukum dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku.

Sikap kesadaran hukum seperti itu tidak langsung ada atau tercipta, tetapi
harus dibina dan dibiasakan atau dimasyarakatkan.Kita harus memulai kesadaran

17
itu dari diri kita sendiri. Kita juga harus menyadari bahwa budaya hukum
merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara Indonesia. Semua
itu dapat diwujudkan jika kita mau atau bersedia bersikap sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia. Sikap yang sesuai dengan hukum adalah sikap menaati
semua hukum dan norma yang berlaku. Sikap sesuai dengan hukum yang berlaku
dapat dimulai dari diri kita sendiri. Penerapannya dapat dilakukan mulai dari
lingkungan terdekat, misalnya dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
selanjutnya ke lingkungan yang lebih luas lagi. Simak beberapa contoh berikut
ini.

1.) Sikap Sesuai dengan Hukum di Lingkungan Keluarga

a. Hormat dan patuh kepada orang tua.

b. Pulang ke rumah tepat waktu.

c. Mematuhi peraturan keluarga.

2.) Sikap Sesuai dengan Hukum di


Sekolah

a. Menghormati guru dan teman.

b. Mematuhi tata tertib sekolah.

c.Mengerjakan tugas yang


diberikan oleh guru. Gambar 1.4 Potret siswa Indonesia yang memiliki sifat
kebersamaan dan pertemanan yang erat

3.) Sikap Sesuai dengan Hukum di Lingkungan Masyarakat

a. Menghormati tetangga dan orang yang lebih tua.

b. Mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama.

c. Mematuhi kebiasaan-kebiasaan yang ada.

18
4.) Sikap Sesuai dengan Hukum di Lingkungan Bangsa dan Negara

a. Mematuhi peraturan lalu lintas.

b. Mematuhi hukum-hukum yang berlaku.

c. Tidak main hakim sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Pendidikan Pancasia dan Kewarganegaraan Untuk SMA/MA kelas XI penerbt
ERLANGGA

Website :
http://lets-sekolah.blogspot.co.id/2016/05/perilaku- yang-bertentangan- dengan-
hukum.html?m=1
http://ujiansma.com/macam-macam- perbuatan-yang-bertentangan-dengan-
hukum
https://www.cermati.com/artikel/tips-mempersiapkan-biaya-sekolah-untuk-anak
http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/07/sistem-peradilan-indonesia.html
http://dwiistyabaoutlaw.blogspot.co.id/2013/06/sistem-peradilan-indonesia.html

20
CATATAN

21

Anda mungkin juga menyukai