Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shervia Dandi Ananda

NIM : 7311420232
Rombel : Manajemen 2020 A

Tugas 1 Hukum Bisnis


Sintesis BAB 1
DEFINISI HUKUM
Hukum sangat penting bagi kehidupan masyarakat karena hukum mengatur hubungan antar
anggota masyarakat yang satu dengan yang lain, tidak terkecuali mengatur hubungan antara
anggota masyarakat dengan masyarakatnya. Dengan demikian, hukum mengatur hubungan
antara manusia secara perseorangan dengan suatu masyarakat sebagai kelompok manusia.
DEFINISI HUKUM SEBAGAI PEDOMAN
Menurut beberapa ahli:
1. E. Utrech dalam Kansil (1977) memberikan definisi bahwa hukum adalah himpunan
peraturan (perintah-perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat
sehingga harus ditaati oleh masyarakat itu.
2. Leoun Duquit dalam Sampara dkk. (2009), hukum adalah aturan tingkah laku dalam
anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan
oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dan kepentingan bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu.
3. S.M. Amin dalam bukunya yang berjudul Bertamasya ke Alam Hukum merumuskan
bahwa hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi yang
bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan
ketertiban dapat terpelihara.
UNSUR-UNSUR HUKUM
1. Serangkaian peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat
2. Peraturan itu dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib dalam suatu masyarakat
tertentu.
3. Peraturan-peraturan yang dibuat tersebut mempunyai kekuatan (bersifat) memaksa.
4. Terhadap pelanggaran atas peraturan tersebut dikenakan sanksi yang tegas.
TUJUAN HUKUM
Said Sampara dkk mengemukakan bahwa dalam membahas tujuan hukum perlu terlebih dahulu
diketahui apakah yang dimaksud dengan tujuan hukum. Hal ini karena hukum tidak
mempunyai tujuannya sendiri. Yang mempunyai tujuan hanyalah manusia. Kansil (1977)
mengemukakan bahwa hukum bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat dan harus bersendikan pada keadilan yaitu rasa keadilan masyarakat. Said Sampara
dkk mengemukakan bahwa tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat
sehingga kepentingan manusia akan terlindungi. Roscoe Pound dalam Harun Uth (1998)
mengemukakan dua belas tujuan hukum kemudian dipersempit menjadi empat tujuan yaitu
menjaga ketentraman dan kedamaian masyarakat, menyelesaikan suatu perselisihan yang
terjadi dalam masyarakat dengan seadil-adilnya sehingga terjadi ketertiban dan keamanan
umum, memelihara status quo, dan mengadakan perubahan dalam masyarakat. Dari konsepsi-
konsepsi tentang tujuan hukum yang dikemukakan para sarjana hukum, dapat ditarik
kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah untuk mengatur ketertiban dan ketentraman
masyarakat dengan melindungi kepentingan-kepentingan individu dan masyarakat agar
tercapai keadilan di dalam masyarakat.
SUMBER-SUMBER HUKUM
• Sumber hukum material : isinya mengikat masyarakat untuk mematuhinya karena
sesuai dan bersumber dari kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat tersebut.
• Sumber hukum formal : mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan wajib
dipedomani karena cara pembentukannya diterima oleh masyarakat tersebut. seperti
undang-undang, kebiasaan, yurisprudensi, traktat, dan pendapat para ahli.
KAIDAH HUKUM
Interaksi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi antar anggota masyarakat secara sengaja maupun
tidak sengaja akan melahirkan norma yang dijadikan pedoman bersama dalam pergaulan
antarindividu atau individu dengan masyarakatnya. Norma yang mengatur tingkah laku
manusia dibuat oleh pihak yang mempunyai kewenangan yang sah, isinya mengikat setiap
anggota masyarakatnya, pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh pihak yang mempunyai
kewenangan yang dinamakan dengan kaidah hukum. Keistimewaan kaidah hukum terletak
pada sifatnya yang memaksa dan sanksinya yang berupa ancaman hukuman. Kaidah hukum
dapat lahir karena dua faktor penyebab sebagai berikut:
1. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial di dalam masyarakat. Contohnya
larangan membunuh telah dikenal sebelumnya dalam kaidah agama dan kaidah moral.
2. Kaidah hukum yang diturunkan oleh otoritas tertinggi, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu dan langsung terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta
sama sekali tidak berasal dari kaidah sosial sebelumnya. Contohnya undang-undang
perbankan, undang-undang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, dan undang-undang perlindungan konsumen.
ASAS-ASAS HUKUM
• Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis
Asas ini berarti hukum ataupun perundang-undangan yang bersifat khusus
mengesampingkan hukum atau perundang-undangan yang bersifat umum.Jika ada
konflik atau pertentangan antara peraturanperundang-undangan yang khusus dengan
yang umum maka yang berlaku adalah perundang-undangan yang bersifat khusus.
• Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
Asas ini berarti peraturan atau hukum yang lebih tinggi tingkatannya mengalahkan
peraturan atau hukum yang lebih rendah tingkatannya. Jika terjadi konflik atau
perbedaan antara peraturan atau hukum yang lebih tinggi tingkatannya dengan yang
lebih rendah maka yang lebih tinggi didahulukan.
• Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori
Asas ini berarti pada peraturan yang tingkatannya sederajat peraturan yang baru
mengalahkan peraturan yang lama apabila mengatur substansi yang sama, namun
bertentangan.

PEMBIDANGAN ILMU HUKUM


Menurut bentuknya:
1. Hukum tertulis (statue law, written law), yaitu hukum yang dicantumkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan.
2. Hukum tidak tertulis (unstatuery law, unwritten law), yaitu hukum yang masih hidup
dalam keyakinan masyarakat tetapi tidak tertulis namus berlakunya ditaati seperti suatu
peraturan perundang-undangan.
Manurut sumbernya:
1. Undang-undang: suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat, diadakan, dan dipelihara oleh penguasa negara.
2. Kebiasaan : perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama.
3. Yurisprudensi: keputusan hakim terdahulu yang diikuti dan dijadikan dasar keputusan
oleh hakim-hakin berikutnya apabila menghadapi kasus yang sama.
4. Traktat: perjanjian di antara dua negara atau lebih mengenai suatu hal.
5. Doktrin (pendapat para ahli)
Menurut tempat berlakunya:
1. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
2. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional
3. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.
Menurut waktu berlakunya:
1. Hukum positif (ius constitutum), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu negara atau daerah tertentu
2. Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan dating.
Menurut isinya:
1. Hukum privat (hukum sipil) adalah hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentinga
perseorangan.
2. Hukum public adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat
perlengkapan dan hubungan antara negara denga perseorangan (warga ngara).
SUBJEK HUKUM
1. Manusia : orang yang dilahirkan secara biologis ataupun natural. Sebagai subjek
hukum, manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan suatu
Tindakan hukum, membuat perjanjian, memiliki harta kekayan, da sebagainya.
2. Badan hukum : badan atau himpunan ataupun kumpulan orang-orang dalam suatu
organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Badan hukum dilahirkan
oleh hukum atau undang-undang yang diciptakan oleh manusia. Suatu badan hukum
secara formal memperoleh kedudukan sebagai badan hukum apabila dinyatakan dalam
undang-undang.

OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala esuatu yang berguna bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi
objek perhubungan hukum. Wujud dari objek hukum adalah benda. Benda adalah segala
sesuatu yang dapat di hak’I oleh orang atau dapat dikuasai dengan haka tau menjadi objek hak
seseorang.
Sintesis BAB 3
HUBUNGAN PERJANJIAN DENGAN PERIKATAN
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian
adalah sumber perikatan, disamping sumber-sumber lainnya. Perikatan adalahsuatu pengertian
abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkret atau suatu peristiwa.
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas kebebasan berkontrak (contracts vrijheid) : asas ini memperbolehkan setiap
masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa pun asalkan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan undang-undang.
Budiono menguraikan asas kebebasan berkontrak yang isinya memerikan kebebasan kepada
para pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu secara tertulis atau lisan
Asas konsensualisme : perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus)
dari para pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat dibuat secara bebas tidak tarikat bentuk tertentu
dan perjanjian itu telah lahir pada detik tercapainya kata sepakat dari para pihak. Terdapat
pengecualian dalam asas konsensualisme, yakni bahwa dalam perjanjian tertentu, oleh undang-
undang ditetapkan adanya formalitas-formalitas tertentu. Contohnya perjanjian penghibahan
benda tak bergerak (tanah) yang harus dilakukan dengan akta notaris.
Asas pacta sunt servanda : dipatuhi sebagai sebuah prisnip yang menetapkan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Asas ini melandasi pernyataan bahwa sebuah perjanjian akan mengakibatkan
suatu kewajiban hukum sehingga para pihak terikat untuk melaksanakan perjanjian tersebut.
apabila salah satu pihak tidak atau lalai melaksanakan kewajibannya menurt perjanjian maka
pihak lainnya yang dirugikan atau dilanggar haknya akan mendapat perlindungan hukum dari
negara yang bersangkutan melalui pengadilan.
Asas kepribadian (personalitas) : disimpulkan dari pasal KUHPPerdata yang berbunyi :Pada
umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta
ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri.” Seseorang tidak diperbolehkan
membuat perjanjian yang meletakkan kewajiban bagi orang lain atas pihak ketiga tanpa adanya
kuasa dari pihak ketiga tersebut. dalam asas ini terdapat dua pengecualian, yaitu janji untuk
pihak ketiga dan perjanjian garansi.
Asas itikad baik : Silondae dan Fariana mengemukakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
harus dilandasi dengan itikad baik. itikad baik mempunyai dua arti, yaitu pertama perjanjian
yang dibuat harus memperhatikan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. Kedua, perjanjian
yang dibuat harus mencerminkan suasana batin yang tidak menunjukkan adanya kesengajaan
untuk merugikan orang lain.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri (kata sepakat)
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (kecakapan)
3. Hal tertentu : apa yang menjadi kewajiban dari debitur dan apa yang menjadi hak ari
kreditur atau sebaliknya.
4. Sebab yang halal : isi perjanjian itu sendiri atau tujuan dari para pihak mengadakan
perjanjian, yaitu mempunyai dasar yang sah dan patut atau pantas.
5. Akibat hukum syarat tidak terpenuhi
PERJANJIAN MENURUT ISINYA
1. Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sebuah barang
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
HAPUSNYA PERIKATAN
KUHPerdata melalui Pasal 138 menetapkan beberapa sebab yang mengakibatkan berakhirnya
perjanjian sebagai berikut.
1. Pembayaran: pelunasan utang atau Tindakan pemenuhan prestasi oleh debitur kepada
kreditur.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan (konsinyasi)
3. Novasi (pembaruan utang): perjanjian antara debitur dengan kreditur saat perikatan
yang sudah ada dihapuskan lalu dibuat sebuah perikatan yang baru.
4. Perjumpaan utang (kompensasi) : penghapusan masing-masing utang yang sudah dapat
ditagih secara timbal balik antara debitur dan kreditur.
5. Percampuran utang: pencampuran kedudukan antara orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur sehingga menjadi satu.
6. Pembebasan utang: pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur bahwa debitur
dibebaskan dari utang.
7. Musnahnya barang terutang: perikatan hapus dengan musnahnya atau hilangnya barang
tertentu yang menjadi pokok prestasi yang diwajibkan kepada debitur untuk
menyerahkan kepada kreditur.
8. Batal atau pembatalan: pembatalan perjanjian-perjanjian yang dapat dimintakan
sebagaimana yang sudah diuraikan sebelumnya pada syarat-syarat sahnya perjanjian.
9. Berlakunya suatu syarat batal: syarat yang apabila dipenuhi akan menghapuskan
perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, yaitu seolah-olah tidak
ada sebuah perjanjian.
10. Lewat waktu atau kadaluwarsa : suatu alat untuk memperoleh ha katas sesuatu atau
untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai