NIM : 7311420232
Rombel : Manajemen 2020 A
OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala esuatu yang berguna bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi
objek perhubungan hukum. Wujud dari objek hukum adalah benda. Benda adalah segala
sesuatu yang dapat di hak’I oleh orang atau dapat dikuasai dengan haka tau menjadi objek hak
seseorang.
Sintesis BAB 3
HUBUNGAN PERJANJIAN DENGAN PERIKATAN
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian
adalah sumber perikatan, disamping sumber-sumber lainnya. Perikatan adalahsuatu pengertian
abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkret atau suatu peristiwa.
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas kebebasan berkontrak (contracts vrijheid) : asas ini memperbolehkan setiap
masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa pun asalkan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan undang-undang.
Budiono menguraikan asas kebebasan berkontrak yang isinya memerikan kebebasan kepada
para pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu secara tertulis atau lisan
Asas konsensualisme : perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus)
dari para pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat dibuat secara bebas tidak tarikat bentuk tertentu
dan perjanjian itu telah lahir pada detik tercapainya kata sepakat dari para pihak. Terdapat
pengecualian dalam asas konsensualisme, yakni bahwa dalam perjanjian tertentu, oleh undang-
undang ditetapkan adanya formalitas-formalitas tertentu. Contohnya perjanjian penghibahan
benda tak bergerak (tanah) yang harus dilakukan dengan akta notaris.
Asas pacta sunt servanda : dipatuhi sebagai sebuah prisnip yang menetapkan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Asas ini melandasi pernyataan bahwa sebuah perjanjian akan mengakibatkan
suatu kewajiban hukum sehingga para pihak terikat untuk melaksanakan perjanjian tersebut.
apabila salah satu pihak tidak atau lalai melaksanakan kewajibannya menurt perjanjian maka
pihak lainnya yang dirugikan atau dilanggar haknya akan mendapat perlindungan hukum dari
negara yang bersangkutan melalui pengadilan.
Asas kepribadian (personalitas) : disimpulkan dari pasal KUHPPerdata yang berbunyi :Pada
umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta
ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri.” Seseorang tidak diperbolehkan
membuat perjanjian yang meletakkan kewajiban bagi orang lain atas pihak ketiga tanpa adanya
kuasa dari pihak ketiga tersebut. dalam asas ini terdapat dua pengecualian, yaitu janji untuk
pihak ketiga dan perjanjian garansi.
Asas itikad baik : Silondae dan Fariana mengemukakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
harus dilandasi dengan itikad baik. itikad baik mempunyai dua arti, yaitu pertama perjanjian
yang dibuat harus memperhatikan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. Kedua, perjanjian
yang dibuat harus mencerminkan suasana batin yang tidak menunjukkan adanya kesengajaan
untuk merugikan orang lain.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri (kata sepakat)
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (kecakapan)
3. Hal tertentu : apa yang menjadi kewajiban dari debitur dan apa yang menjadi hak ari
kreditur atau sebaliknya.
4. Sebab yang halal : isi perjanjian itu sendiri atau tujuan dari para pihak mengadakan
perjanjian, yaitu mempunyai dasar yang sah dan patut atau pantas.
5. Akibat hukum syarat tidak terpenuhi
PERJANJIAN MENURUT ISINYA
1. Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sebuah barang
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
HAPUSNYA PERIKATAN
KUHPerdata melalui Pasal 138 menetapkan beberapa sebab yang mengakibatkan berakhirnya
perjanjian sebagai berikut.
1. Pembayaran: pelunasan utang atau Tindakan pemenuhan prestasi oleh debitur kepada
kreditur.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan (konsinyasi)
3. Novasi (pembaruan utang): perjanjian antara debitur dengan kreditur saat perikatan
yang sudah ada dihapuskan lalu dibuat sebuah perikatan yang baru.
4. Perjumpaan utang (kompensasi) : penghapusan masing-masing utang yang sudah dapat
ditagih secara timbal balik antara debitur dan kreditur.
5. Percampuran utang: pencampuran kedudukan antara orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur sehingga menjadi satu.
6. Pembebasan utang: pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur bahwa debitur
dibebaskan dari utang.
7. Musnahnya barang terutang: perikatan hapus dengan musnahnya atau hilangnya barang
tertentu yang menjadi pokok prestasi yang diwajibkan kepada debitur untuk
menyerahkan kepada kreditur.
8. Batal atau pembatalan: pembatalan perjanjian-perjanjian yang dapat dimintakan
sebagaimana yang sudah diuraikan sebelumnya pada syarat-syarat sahnya perjanjian.
9. Berlakunya suatu syarat batal: syarat yang apabila dipenuhi akan menghapuskan
perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, yaitu seolah-olah tidak
ada sebuah perjanjian.
10. Lewat waktu atau kadaluwarsa : suatu alat untuk memperoleh ha katas sesuatu atau
untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang.