Anda di halaman 1dari 82

AKMAL AXSAL

AMALIA HANDAYANI

MEGA SURYA
Administrasi Publik
STIA Bandung
2018-2019
Daftar Isi

BAB I. BAB II.


BAB III. BAB IV.
Arti dan Tujuan Peraturan Hidup
Sumber Hukum Penciptaan Hukum
Hukum Kemasyarakatan

BAB V. BAB VI. BAB VIII.


BAB VII.
Pembagian Hukum Subjek Hukum Sikap Tindakan
Pengertian Negara
dalam Antar Penduduk Hukum (Hukum
Hukum
Kemsyarakatan Indonesia dalam Kenyataan)

BAB IX. BAB X.


Asas – Asas Umum Ilmu Peraturan
Pemerintahan Perundangan
yang Baik
I. ARTI DAN TUJUAN HUKUM
 Aristoteles :
Particular law is that which each community lays down
and appliesto its own members. Universal law is the
law of nature.

 Leon Duguit :

Hukum ialah aturan tingkah laku paraanggota masyarakat,


aturan yang daya penggunaanya pada saat tertentu
diindahkanoleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
Bersama yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama
terhadaporang yang melakukan pelanggaran itu.

 Immanuel Kant :
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan
diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain,
menuruti peraturan hukum tentang kemerdekan.
Mengapa
sulit
merumuskan
hukum?

Hukum itu sulit untuk diberi definisi yang


tepat, karena hukum mempunyai segi
dan bentuk yang banyak, sehingga tak
mungkin tercakup ke seluruhan segi dan
bentuk hukum itu dalam suatu bentuk .

(Banyaknya segi dan luasnya isi hukum itu


tidak memungkinkan perumusan hukum
dalam suatu definisi tentang apakah
sebenernya hukum itu)
RUMUSAN HUKUM
- Rumusan S.M. Amin, S.H
Dalam buku beliau yang berjudul bertamasya ke alam hukum, hukum
dirumuskan sebagai berikut: ”Kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri
dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum ; dan tujuan hukum ialah
mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan
dan ketertiban terpelihara.
- Definisi J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto,S.H.:
Dalam buku berjudul Pelajaran Hukum Indonesia didefinisaikan :” Hukum
ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu
dengan hukuman tertentu.
- Perumusan M.H. Tirtaamidjaja ,S.H.:
Dalam buku beliau Pokok-Pokoknya Hukum Perniagaan
ditegaskan,bahwa “Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus
diturut dalam tingkahlaku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup
dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-
aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya
orang akan kehilangan kemerdekaan, didenda dan sebagainya”.
1. Peraturan mengenai tingkah laku
manusia dalam pergaulan masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-
badan resmi yang berwajib;
3. Peraturan itu bersifat memaksa;
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan
tersebut adalah harus tegas.

1. Adanya perintah dan /atau


larangan;
2. Perintah dan/atau larangan itu
harus patuh ditaati setiap orang.
Jenis Hukum Menurut Pasal 10 Kitab KUHP

A.Pidana pokok, yang terdiri dari :


B. Pidana tambahan, yang terdiri
1. Pidana mati = seumur
dari :
hidup
2. Pidana Penjara =
1. Pencabutan hak
sementara
tertentu
3. Pidana kurungan,
2. Perampasan
sekurang- kurangnya
(penyitaan) barang-
satu hari dan setinggi
barang tertentu
- tingginya satu tahun
3. Pengumuman
4. Pidana denda (sebagai
keputusan hakim
pengganti
hukuman kurungan)
5. Pidana tutupan
SIFAT HUKUM

Hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa, ia merupakan


peraturan peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa orang
supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi tegas
(berupa hukuman)terhadap siapa pun yang tidak mau patuh menaatinya.

Sifat Hukum Tujuan Hukum


Hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa, ia merupakan peraturan peraturan hidup kemasyarakatan yang
dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi tegas (berupa
hukuman)terhadap siapa pun yang tidak mau patuh menaatinya.

Pendapat Prof. Subekti


Tujuan Hukum
Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam kelompoknya
Pendapat Prof. Subekti
ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan dapa rakyatnya. Hukum
Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam kelompoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
menurutnya
ketertiban. melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan
dapa rakyatnya. Hukum menurutnya melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan keadilan dan

keadilan dan ketertiban.


Prof. Mr. Dr. L.J. Van Apeldoorn

Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup


manusia secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian. Adapun hukum yang mempertahankan
perdamaian dengan menimbang kepentingan yang
bertentangan itu secara teliti dan mengadakan
keseimbangan di antaranya, karena hukum hanya
dapat mencapai tujuan, jika ia menuju peraturan yang
adil. Artinya di dalam peraturan terdapat
keseimbangan antara kepentingan – kepentingan yang
dilindungi.
Teori Eti Ajaran Geny

Menurut teori tersebut isi Dalam Science et Technique


hukum semata – mata harus en Droit Prive Positif, Geny mengajarkan
ditentukan oleh kesadaran etis kita bahwa hukum semata mata untuk
mengenai apa yang adil dan apa mengajukan keadilan. Dan sebagai
yang tidak adil unsur dari keadilan disebutkannya
kepentingan daya dan kemanfaatan

Pendapat Bentham (Teori


Utilitis) Prof. Mr. J. Van Kan

Dalam hal ini pendapat Hukum bertujuan menjaga


Bentham dititik beratkan pada hal hal kepentingan tiap tiap manusia supaya
yang berfaedah dan bersifat umum, kepentingan itu tidak dapat
namun tidak memperhatikan unsur digaanggu.
keadilan.
II. PERATURAN HIDUP KEMASYARAKATAN
ISI NORMA
 Perintah merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena akibat
akibatnya dipandang baik.
 Larangan merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibat
akibatnya dipandang tidak baik.

KEGUNAAN NORMA DALAM KENYATAAN


Kegunaan norma ialah untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Norma dapat
dipertahankan dengan sanksi sanksi, yaitu ancaman hukuman terhadap siapa saja yang
melanggarnya. Sanksi merupakan suatu pengukuh terhadap perbuatan yang melanggar
norma.

MACAM – MACAM KAIDAH


 Norma Agama,
 Norma Kesusilaan,
 Norma Kesopanan,
 Norma Hukum.
A. NORMA HUKUM

ARTI NORMA HUKUM


Dalam masyarakat yang teratur, ada suatu badan resmi yang berkuasa untuk menghukum
orang orang yang melanggar peratuan hidup. Karena itu, setiap anggota masyarakat akan
berusaha untuk menaati peratuan hidup yang demikian itu disebut peraturan hukum atau
norma hukum.

CONTOH NORMA HUKUM


 Menaati rambu lalu lintas
 Tidak mengambil hak orang lain

SANKSI TERHADAP PELANGGARAN


1. Hukuman penjara (hukuman badan),atau
2. Penggantian kerugian (hukuman denda)
Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan hukum bersifat heteronoom. Artinya
dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yakni kekuasaan negara.
Peraturan yang timbul dari norma hukum
dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap
orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan
dengan segala paksaan oleh alat alat negara, misal:

 Siapa orangnya dengan sengaja mengambil jiwa


orang lain, dihukum karena membunuh, dengan
KETENTUAN hukuman setinggi tingginya 15 tahun penjara
(hukum pidana)
NORMA HUKUM
 Orang yang tidak memenuhi suatu perikatan
yang diadakan, diwajibkan mengganti kerugian
(misal jual beli, sewa menyewa) atau denda
(hukum perdata).
 Suatu perseroan terbaru harus didirikan dengan
akta notaris dan disetujui oleh Departemen
Kehakiman. Syarat syarat untuk mendirikan
perseroan dagang (Norma Hukum Dagang).
B. NORMA AGAMA

ARTI NORMA AGAMA


Norma agama ialah perhidup yang diterima sebagai perintah, larangan, dan anjuran yang
berasal dari tuhan. Para pemelukagama mengakui dan berkeyakinan, bahwa peraturan
peraturan hidup itu berasal dari Tuhan dan merupakan tuntunan hidup ke arah jalan yang
benar.
CONTOH NORMA AGAMA
 “Hormatilah orang tuamu, agar engkau selamat.” (Kitab Injil Perjanjian Lama : Hukum
yang ke-V)
 ”Jangan engkau berbuat riba. Siapa orangnya yang berbuat riba akan dimasukan ke dalam
neraka untuk selama lamanya.” (Al-Quran : Surat Al-Baqarah, ayat 275)
Norma agama itu bersifat umum dan sedunia (universal).

SANKSI
Dosa yang didapat dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
C. NORMA KESOPANAN

ARTI NORMA KESOPANAN


Norma kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan
manusia. Peraturan itu diikuti dan ditaati sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku
manusia yang ada di sekitarnya.
CONTOH NORMA KESOPANAN :
 Orang muda harus menghormati orang yg lebih tua.
 Janganlah meludah di lantai atau sembarang tempat.
 Jangan berdesak desak memasuki ruangan.
 Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis, dan lain lain.

SANKSI
Pelanggar norma kesopanan mengakibatkan celaan atau dari lingkungan
masyarakatnya.
D. NORMA KESUSILAAN

ARTI NORMA KESUSILAAN


Norma kesusilaan ialah peraturan yang dianggap sebagai suara hati sanubari
manusia sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.
CONTOH NORMA KESUSILAAN
- Berbuat jujur
- Berbuat baik sesama manusia

SANKSI
mengakibatkan perasaan cemas dan kesal hati kepada si pelanggar yang insyaf.
BAB III
ARTI SUMBER HUKUM
Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum ialah: segala atau apa saja yang
menimbulkan aturan – aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat
memaksa, yakni aturan – aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata.

SUMBER HUKUM DAPAT DITINJAU DARI DUA SEGI:


1. Sumber Hukum Material dapat ditinjau dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi,
filsafat, dan sebagainya.
CONTOH :
Seorang ahli ekonomi akan mengatakan, bahwa kebutuhan – kebutuhan
ekonomi dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya hukum.
Seorang ahli kemasyarakatan (sosiologi) akan mengatakan, bahwa yang
menjadi sumber hukum ialah peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat.
ARTI UNDANG – UNDANG
Undang – Undang ialah suatu peraturan Negara yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa
Negara. Menurut Bays, undang – undang mempunyai dua arti, yakni:
Undang – undang dalam arti formal: ialah setiap keputusan pemerintah
yang merupakan undang – undang karena perbuatannya (misalnya: dibuat
oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen);
Undang – undang dalam arti material; ialah setiap keputusan pemerintah
yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk.
SYARAT UNDANG – UNDANG
Syarat mutlak untuk berlakunya undang – undang ialah
diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh sekretaris
Negara (Dahulu: Materi Kehakiman).
Tanggal mulai berlakunya suatu undang – undang menurut
tanggal yang ditunjukkan dalam undang – undang itu sendiri.
Jika tanggal berlakunya itu tidak disebutkan dalam undang –
undang, mak undang – undang itu mulai berlaku 30 hari setelah
diundangkan dalam LN untuk Jawa dan Madura, dan untuk
daerah – daerah lainnya baru berlaku 100 hari setelah
pengundangan dalam LN.
UNDANG – UNDANG TIDAK BERLAKU LAGI JIKA

a. Jangka waktu berlaku yang telah ditentukan oleh undang - undang


itu udah lampau;
b. Keadaan atau hal untuk mana undanng – undang itu diadakan
sudah tidak ada lagi;
c. Undang – undang dengan tegas dicabut oleh instansi yang
membuat atau instansi yang lebih tinggi;
d. Telah diadakan undang – undang yang baru yang isinya
bertentangan dengan undang – undang yang dulu berlaku.

Catatan: peraturan yang berlaku kemudian, menghapuskan peraturan


yang telah berlaku lebih dulu.
B. KEBIASAAN (CUSTOM) SEBAGAI SUMBER HUKUM

ARTI KEBIASAAN
Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang – ulang
dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu dierima oleh masyarakat,
dan kebiasaan itu selalu berulang – ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
tindaklan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran
perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang
oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
CONTOH:
Apabila seseorang komisioner sekali menerima 10% dari hasil penjualan dan
pembelian sebagi upah dan hal ini terjadi berulang – ulang dan juga omisioner
yang lain pun menerima upah yang sama yaitu 10% maka sebagi itu timbul hal
suatu kebiasaan (usance) yang lambat laun berkembang menjadi hukum
kebiasaan.
C. SUMBER HUKUM KEPUTUSAN HAKIM (YURISPRUDENSI)

ARTI YURISPRUDENSI
Keputusan hakim yang berisikan suatu peraturan sendiri menjadi
dasar keputusan hakim lainnya/ kemudiannya untuk mengadili
perkara yang serupa dan keputusan hakim tersebut lalu menjadi
sumber hukum bagi pengadilan. Dan keputusan hakim demikian
disebut hukum yurisprudensi.

MACAM – MACAM YURISPRUDENSI


 Yurisprudensi tetap, ialah keputusan hakim yang terjadi karena
rangkaian keputusan serupa dan yang menjadi dasar bagi
pengadilan (standard-arresten) untuk mengambil keputusan.
 Yurisprudensi tidak tetap
PENGERTIAN TRAKTAT
Apabila dua orang mengadakan kata sepakat (konnsensus) tentang
sesuatu hal, maka mereka itu lalu mengadakan perjanjian. Akibat
perjanjian ini ialah bahwa pihak – pihak yang bersangkutan terikat pada
isi perjanjian yang mereka adakan itu (pacta sunt servanda). Artinya,
bahwa perjanjian mengikat pihak – pihak yang mengadakannya; atau
setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.
Jika traktat diadakan hanya oleh dua Negara, disebut traktat
bilateral. Jika diadakan lebih dari dua negara, disebut traktat
multilateral. Jika ada traktat multilateral memberikan kesempatan pada
Negara- Negara yang pada permulaan tidak turut mengadakannya, tetapi
kemudian menjadi pihaknya disebut traktat kolektif.
E. PENDAPAT SARJANA HUKUM (DOKTRIN) MERUPAKAN
SUMBER HUKUM

PENGERTIAN DOKTRIN
Dalam penetapan apa yang akan menjadi dasar
keputusannya, hakim sering menyebut (mengutip) pendapat
seorang sarjana hukum mengenai soal yang harus diselesaikannya;
apalagi jika sarjana hukum itu menentukan bagaimana seharusnya.
Pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut. Terutama
dalam hubungan internasional, pendapat para sarjana hukum
mempunyai pengaruh besar.

Isi Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional


 Perjanjian – perjanjian internasional (International conventions);
 Kebiasaan – kebiasaan internasional (International Customs);
 Asas – Asas hukumyang diakui oleh bangsa – bangsa yang beradab
(The general principles oflaw recognized by civilized nations);
 Keputusan hakim (Judicial decisions) dan pendapat – pendapat
sarjana.
BAB IV. PENCIPTAAN HUKUM
Hakim Membentuk Hukum
Pembentukan Hukum oleh Hakim
Berdasarkan pasal 21 Algemene Berpalingen van
wetving voor Indonesia, keputusan hakim juga diakui
sebagai sumber hukum formal. Dengan demikian oleh
peraturan perundangan telah diakui, bahwa pekerjaan
hakim merupakan faktor pembentukan hukum.

Keputusan Hakim Bukan Peraturan Umum


Akan tetapi, walaupun hakim ikut menemukan
hukum, menciptakan peraturan perundangan,namun
kedudukan hakim bukan sebagai pemegang kekuasaan
legislatif (badan pembentuk perundang-undangan),
karena itu,maka keputusan hakim mempunyai kekuatan
hukum yang berlaku seperti peraturan umum;
keputusan hakim hanya berlaku terhadap pihak-pihak
yang bersangkutan.hal tersebut dijelaskan dalam pasal
21AB dan lebih jauh di tegaskan dalam kitab undang-
undang hukum sipil pasal 1917 ayat 1.
Memahami Penafsiran Hukum (Interpretasi
Hukum)

Beberapa Macam Penafsiran antara lain:

a. Penafsiran tata bahasa (grammatikal), yaitu cara penafsiran


berdasarkan pada bunyi ketentuan undang-undang ,dengan
berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu
sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh undang-undang;
yang dianut ialah semata-mata arti perkataan menurut tata bahasa atau
menurut kebiasaan yakni arti dalam pemakaian sehari-hari.

b. Penafsiran historis
- Menurut sejarah hukumnya
- Menurut sejarah undang-undangnya
c. Penafsiran sistematis , penafsiran menilik susunan yang
berhubngan dengan bunyi pasal- pasal lainnya

d. Penafsiran Nasional, ialah penafsiran menilik sesuai tidaknya


dengan sistem hukum yang berlaku

e. Penafsiran Teleologis (sosiologis), yaitu penafsiran dengan


mengingat maksud dan tujuan undang-undang itu

f. Penafsiran Ekstensif, memberi tafsiran dengan memperluas arti


kata-kata dalam peraturan itu
g. Penafsiran Restriktif, ialah penafsiran dengan membatasi arti kata-kata
dalam peraturan itu.

h. Penafsiran Analogis, memberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum


dengan memberi ibarat (kias) pada kata-kata tersebut sesuai dengan
asas hukumnya

i. Penafsiran a Contrario (menurut pengingkaran), ialah suatu cara


menafsirkan undang-undang yang di dasarkan pada perlawanan
pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam
suatu pasal undang-undang
Mengisi Kekosongan Hukum

Penyusunan Suatu Undang-Undang


Terbentuknya suatu peraturan perundang senantiasa terbelakang dibanding dengan kejadian-
kejadian dalam perkembangan masyarakat

Dalam hal apakah hakim menambah peraturan perundang-undangan


Hakim dapat dan bahkan harus memenuhi kekosongan yang ada dalam sistem hukum, asalkan
penambahan itu tidak membawa perubahan prinsipil pada sistem hukum yang berlaku

Kontruksi hukum
Dengan menggunakan kontruksi hukum , hakim dapat menyempurnakan sistem formal dari
hukum , yakni sistem peraturan perundangan yang berlaku (hukum positif)
Pengertian Kodifikasi
Hukum
Bentuk Kodifikasi
Menurut bentuknya, hukum dapat dibedakan antara:
a. hukum tertulis (statue law = written law) yaitu hukum yang
dicantumkan dalam berbagai aturan

b. hukum tak tertulis (unstatutery law = unwritten law) yaitu hukum yang
masih hidup dalam keyakinan masyarakat tetapi tidak tertulis namun
berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan

Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab


undang - undang secara sistematis dan lengkap. Unsur-unsur
kodifikasi adalah jenis-jenis hukum tertentu, sistematis, dan lengkap.
Tujuan kodifikasi hukum tertulis ialah untuk memperoleh kepastian
hukum, penyederhanaan hukum, kesatuan hukum.
BAB V
PEMBAGIAN HUKUM DALAM NEGARA
1. Pembagian 2. Pembagian
Hukum Menurut Hukum Menurut
Asas Pembagian Bentuknya

3. Pembagian 4. Pembagian
Hukum Menurut Hukum menurut
Tempat Berlakunya Waktu Berlakunya

5. Pembagian
6. Pembagian
Hukum Menurut
Hukum Menurut
Cara
Sifatnya
mempertahankan

7. Pembagian 8. Pembagian
Hukum Menurut Hukum Menurut
Wujudnya Isinya
Arti Hukum Acara Pidana dan Acara
Perdata

Hukum acara pidana yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur


bagaimana cara memelihara dan mempertahakan hukum pidana
materiil.
Hukum acara perdata yaitu peraturan-peraturan hukim yang mengatur
bagaiman cara-cara memelihara dan mempertahankan hukum perdata
materiil
Jenis Hukum Sipil (Privat) dan
Hukum Publik

Hukum Sipil terdiri dari:


a. Hukum sipil dalam artian luas
b. Hukum sipil dalam artian sempit

Hukum Publik terdiri dari:


a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Administrasi negara
c. Hukum Pidana
d. Hukum Internasional
Memahami Hukum Perdata (Sipil) dengan
Hukum Pidana

Jenis Perbedaan Hukum Perdata dengan Hukum Pidana


a. Berdasarkan Isinya
b. Berdasarkan Pelaksanannya
c. Berdasarkan Menafsirkannya
Memahami Hukum Acara Perdata dengan
Hukum Acara Pidana

Perbedaan Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana


1. Perbedaan Mengadili
2. Perbedaan Pelaksanaan
3. Perbedaan Alat-Alat Bukti
4. Perbedaan Penarikan Kembali Suatu Perkara
5. Perbedaan Kedudukan Para Pihak
6. Perbedaan dalam Dasar Keputusan Hakim
7. Perbedaan Macam Hukuman
8. Perbedaan dalam Bandingan
9. Perbedaan dalam Penuntutan
Mengetahui Golongan Hukum Perdata
Lainnya
Arti Hukum Perselisihan
Hukum perselisihan ialah kesemua kaidah hukum yang
menentukan hukum manakah atau jukum apakah yang berlaku
apabila dalam suatu peristiwa hukum tersangkut lebih dari satu
sistem hukum

Beberapa Macam Hukum Perselisihan


1. Hukum antar golongan atau hukum intergentil antar waktu
atau hukum intertemporaal atau hukum transitoir
2. Hukum antar tempat atau hukum interloka
3. Hukum antar bagian atau hukum interregional
4. Hukum antar agama atau hukum interreligious
5. Hukum
Bilamana Berlaku Hukum
Perselisihan?
Hanya berlaku terhadap warga negara dalam
suatu negara yang berlainan hukum
perdatanya, disebabkan perbedaan:
golongan, tempat, bagian negara, agama dan
waktu berlaku peraturan hukum.
BAB VI
Pengertian Subjek Hukum

Jenis Subjek Hukum


Dalam dunia hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang
mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Subjek hukum terdiri dari :
1. Manusia (natuurlijke persoon)
2. Badan hukum (rechatspersoon)

Tidak Cakap Bertindak dalam Hukum


Ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah dinyatakan ‘tidak Cakap’ atau ‘kurang
cakap’ untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum (mereka di
sebut handelingsonbekwaam), tetapi mereka harus diwakili atau dibarengi oleh orang lain.
Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan
hukum ialah :
1. Orang yang masih dibawah umur (belum mencapai usia 20 tahun) = belum dewasa;
2. Orang yang tak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros yakni mereka yang ditaruh di
bawah curatale(pengampunan).
3. Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin).
Badan Hukum

Badan hukum sebagai pembawa hak yang tak berjiwa dapat melakukan
sebagai pembawa hak manusia, misalnya : dapat melakukan persetujuan-
persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-
anggotanya.

Macam-macan Badan Hukum

A. Badan hukum memiliki bermacam-macam bentuk:


Badan Hukum Publik, yaitu negara, Daerah Swatantra Tingkat I, dan II, kotapraja, desa.

B. Badan Hukum Perdata, yang dapat dibagi lagi dalam:


1. Badan Hukum (Perdat) Eropa, seperti Perseroan Terbatas Yayasan, Lembaga, Koperasi.
2. Badan hukum Indonesia seperti: gereja Indonesia, Masjid, Wakaf, Koperasi Indonesia.
Objek Hukum (Benda)

Adapun yang dimaksud dengan objek hukum ialah segala sesuatu yang berguna
bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi objek sesuatu perhubungan
hukum.Biasanya objek hukum disebut benda. Menurut Hukum Perdata, benda
ialah segala barang-barang dan hak-hak yang dapat dimiliki orang (Vide Pasal 499
Kitab Undang-Undang Hukum Sipil KUHS).

Menurut Pasal 503 KUHS, benda dapat dibagi dalam:


(1) Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh
pancaindera, seperti: Rumah, Buku, dan lain-lain.
(2)Benda yang tak berwujud (benda immateriil) yaitu segala macam hak seperti:
hak cipta, hak merek, perdagangan, dan lain-lain.
Benda Bergerak dan Benda Tetap
Menurut pasal 504 KUHS, benda dapat dibagi atas:
a. Benda yang tak bergerak (benda tetap), yaitu benda-benda
yang tak dapat dipindahkan, seperti tanah, dan segala apa
yang ditanam atau yang dibangun di atasnya, misalnya:
pohon-pohon, gedung, mesin-mesin dalam pabrik, hak
erfpacht, hipotik dan lain-lain. Kapal yang besarnya 20
Meter persegi termasuk juga golongan benda tetap.

b. Benda yang bergerak (benda tak tetap) yaitu benda-benda


yang dapat dipindahkan, seperti: sepeda, meja, hewan, wesel
dan lain-lain.
Pengertian Perbuatan Hukum dalam
Masyarakat

Segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh


seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban (misalnya:
membuat surat wasiat, membuat persetujuan-persetujuan) dinamakan
perbuatan hukum.

Perbuatan Hukum Terdiri dari:


1. Perbuatan Hukum Sepihak
2. Perbuatan Hukum Dua Pihak
Macam - Macam Hak

Arti Hak

Izin atau kekuasaan yang diberikan hukum disebut ‘hak’ atau


‘wewenang’. Jadi, pemilik benda itu berhak untuk mengasingkan benda
tesebut.
Hak dan wewenang dalam bahasa latin digunakan istilah luas,
dalam bahasa belanda dipkai istilah recht dan droit dalam bahasa
Perancis. Menyalahgunakan hak dalam bahasa belanda disebut misbruik
van recht atau abus atau dedroit dalam bahasa prancis
(menyalahgunakan kekuasaan dalam bahasa prancis detournement de
pouvoir).
Beda Hak dan Hukum
Untuk membedakan hak dan hukum dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah
subjectief recht, untuk ‘hak’ dan ‘objectief recht’ untuk ‘hukum’ atau peraturan
yang menimbulkan hak bagi seseorang. Dalam bahasa inggris perkataan law
mengandung arti hukum atau undang-undang dan perkataan right mengandung
arti hak atau wewenang.

Dalam buku yang berjudul inleiding tot de studie van het nederlandse recht,
Prof.Mr.L.J. Van Apeldoorn mengatakan, “Hak ialah hukum yang dihubungkan
dengan seorang manusia atau subjek hukum tertentu dan dengan demikian
menjelma menjadi sesuatu kekuasaan” suatu hak timbul apabila hukum mulai
bergerak, misalnya: menurut hukum, si A berhak atas suatu ganti rugi.
Pokok-pokok hak dapat dibedakan antara Hak Mutlak (Hak absolut) dan Hak Nisbi
(Hak Relatif).
Hak Mutlak
Hak Nisbi atau Hak Relatif, ialah
Hak Mutlak dapat dibagi dalam tiga hak yang memberikan wewenang kepada
golongan: seseorang tertentu atau beberapa orang
1. Hak Asasi Manusia, misalnya: hak tertentu untuk menuntut agar seseorang
seseorang untuk dengan bebas atau beberapa orang lain tertentu
bergerak dan tinggal dalam suatu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu
negara. atau tidak melakukan sesuatu.
2. Hak Publik Mutlak, misalnya: hak
negara untuk memungut pajak dari
Hak relatif sebagian besar
rakyatnya.
terdapat dalam hukum perikatan (bagian
3. Hak keperdataannya. dari hukum perdata) yang timbul
berdasarkan persetujuan-persetujuan
dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Peristiwa Hukum (Kejadian Hukum)

Arti Peristiwa Hukum

Anggota masyarakat setiap hari mengadakan hubungan satu dengan


lainnya yang menimbulkyangan berbagai peristiwa kemasyarakatan.
Peristiwa kemasyarakatan oleh hukum diberikan akibat – akibat
dinamakan peristiwa hukum atau kejadian hukum (rechtsfeit).
Apabila seseorang meminjam sepeda dari orang lain, maka
terjadilah suatu peristiwa, yakni peristiwa pinjam-meminjam. Dalam
dunia hukum di tetapkan suatu kaidah yang menentukan, bahwa si
peminjam berkewajiban mengembalikan benda ynag dipinjamnnya
dan pemiliknya berhak meminta kembali benda yang dipinjamnnya
Macam-macam Peristiwa
Hukum
Dalam hukum dikenal dengan dua
macam peristiwa hukum, yaitu:
1. Perbuatan subjek hukum
(manusia dan badan hukum).
2. Peristiwa lain yang bukan
perbuatan subjek hokum.

Macam Perbuatan Hukum


Dalam Masyarakat
Dikenal dua macam perbuatan yaitu:
a. Perbuatan hukum yang bersegi satu
(eenzijdig)
b. Perbuatan hukum yang bersegi dua
(tweezijdig)
Zakwarneming (perbuatan mengurus orang lain

Onrechtmatige Daad (perbuatan melanggar hukum)


Memahami Peristiwa bukan
perbuatan hukum

1. Kelahiran menimbulkan langsung hak dari


hak anak itu untuk memperoleh
pemeliharaan dari orang tuanya ( pasal
298 ayat 2 KUHS).
2. Tentang kematain diatur dalam pasal 830
dan 833 KUHS
3. Ada dua macam lewat waktu, yaitu lewat
waktu akuisitif dan lewat waktu
ekstinktif. Berdasarkan lewat waktu
akuisitif, orang dapat memperoleh
sesuatu hak sehabis masa tertentu dan
memenuhi syarat – syarat yang telah
ditentukan dalam undang – undang
lewat waktu akuisitif. Dapat disebut
suatu lewat waktu yang mengakibatkan
memperoleh sesuatu.
BAGIAN PERISTIWA YANG DAPAT TERJADI

a. Perbuatan hukum
yang bersegi satu
(wasiat)
1. Perbuatan hukum
-akibat dikehendaki
-akibat tidak dikehendaki b. Perbuatan hokum
yang bersegi dua
(perjanjian)
I. Perbuatan
subjek
hukum
(manusia)
a. Perbuatan seperti
zaakwaameming

2. Perbuatan yang bukan


perbuatan hukum
b. Perbuatan hukum yang
bersegi dua (perjanjian)
1. kematian

II. Peristiwa yang


2. kelahiran
bukan perbuatan
subjek hukum
(kodrat alam)

3. Lewat waktu
BAB VII
PENGERTIAN NEGARA HUKUM
Kepatuhan Terhadap Hukum

Mengapa orang harus patuh terhadap hukum?

Dalam bukunya The Sanctity of Law J.w Burgess


menunjukan bahwa orang mendasarkan kewajiban untuk patuh pada
hukum atas dua alasan utama:

Legitimasi dari sumber yang mengeluarkan hukum itu dengan kata


lain, hak yang diberikan kepada penguasa yang membuat hukum,
apakah manusia (penguasa) itu di tunjuk oleh tuhan ataukah
berdasarkan hak konstitusional ataupun suatu persetujuan antara
penguasa dengan rakyat.
Alasan yang kedua ini lebih rasionalitas yakni berkenaan dengan nilai
dari hukum itu.
Mengapa sesungguhnya orang patuh pada
hukum?

Sebagai manusia mempunyai kebiasaan untuk patuh pada hukum.


Aristoteles mengatakan bahwa hukum tidak mempunyai kekuasaan untuk
memerintahkan agar orang patuh pada hukum, selain dari pada kekuasaan
yang ditimbulkan kebiasaan orang patuh. Orang patuh karena ia adalah
makhluk sosial, dengan kata lain karena ia adalah makhluk yang disosialkan
yakni dilatih, dididik menurut tata cara masyarakat.
Dua Macam Negara Hukum

Negara Hukum yang berintikan Rule of law

A.V.Dicey dalam bukunya The Law of the Constitution


mengemukakan bahwa paham the rule of law memuat tiga
unsur, yaitu:

2. Equality 3.
1. Supremacy
before the berdasarkan
of Law
Law hak-hak asasi
Negara Hukum berdasarkan Rechtsouveriniteit

Rechtstaatgedachte memuat dua unsur (di Prancis) dan empat


unsur (di Jerman), yaitu:

Di Prancis: unsur Grounrechten (hak-hak asasi) dan


Scheiding van manchten (pemisahan kekuasaan).
Di Jerman: unsur Groundrchten, Scheiding van manchten,
Wetmatigheid van het bestuur (pemerintahan berdasarkan
hukum) dan Administrative rechtspraak (peradilan tata usaha
negara).
BAB VIII
SIKAP TINDAKAN HUKUM
(HUKUM DALAM KENYATAAN)
Arti Dan Tujuan Ilmu Hukum

Ilmu merupakan suatu cara (metode) yang berusaha


menerangkan, membuat analisis kejadian-kejadian yang
timbul disekitar kita, supaya kita dapat mengerti selanjutnya
atau menentukan seharusnya. Ilmu hukum adalah ilmu yang
bermaksud menentukan kebenaran dan penilaian tentang
kenyataan dalam kehiupan masyarakat. Ilmu hukum positif
merupakan salah satu ilmu yang berusaha mencari kausalitet
antara gejala-gejala hukum yang terjadi disekitar kita, supaya
dapat menerangkan sejelas-jelasnya gejala hukum itu dan
segala persoalannya.
Sejarah Hukum

Sejarah Hukum meneliti system – system hukum yang penah berlaku di


dalam sejarah. Sesuatu peraturan hukum pada umumnya dibuat berhubungan
dengan sesuatu gejala social yang telah timbul. Suatu kaidah hukum pada
umumnya abstrak dari sesuatu peristiwa social yang mendapat perhatian khusus
dari pihak pemerintah.
Sejarah Hukum mempelajari juga hubungan antara perkembangan hukum
dengan perkembangan lembaga – lembaga kebudayaan yang lain, yaitu
perkembangan pandangan hidup manusia pada umumnya sejak dahulu,
perkembangan lembaga – lembaga social (terutama dalam lapangan ekonomi )
dan perkembangan lembaga – lembaga politik.
Sosiologi Hukum

Perbandingan Hukum

Pelajaran Hukum Umum

Antropologi Hukum
Pada dasarnya studi antropologi terhadap hukum
didasarkan pada premis-premis sebagai berikut:

a. Hukum suatu masyarakat atau system hukum


b. Hukum paling baik dipelajari melalui analisis terhadap
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan penyelesaian
sengketa.
c. Prosedur akan menjadi penting manakala penelitian
dipusatkan pada sengketa
d. Agar dapat dibuat suatu laporan yang sah mengenai hukum
rakyat, dua tugas terpisah tetapi berhubungan perlu digarap.
Psikologi Hukum

Psikologi hukum yakni suatu cabang pengetahuan yang


mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari perkembangan
jiwa manusia. Psikolog ialah ilmu pengetahuan tentang perilaku
manusia (human behavior); maka dalam kaitannya dengan studi
hukum, psikologi akan melihat hukum sebagai salah satu dari
pencerminan perilaku manusia, adalah suatu kenyataan salah satu
kenyataan salah satu yang menonjol pada hukum, terutama pada
hukum modern, ialah penggunaannya secara sadar sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki.
BAB IX
( ALGEMENE
BEGINSELEN VAN
BEHOORLIJK
BESTUUR )

Pengertian Dan Kedudukan


1. Sejarah timbulnya istilah AUPB
2. Dalam hukum formal
Rincian Asas – Asasnya
1. Asas Kepastian Hukum 8. Asas Keadilan atau Kewajaran
2. Asas Keseimbangan 9. Asas Menanggapi Penghargaan
yang Wajar
3. Asas Kesamaan dalam Mengambil
Keputusan Pengreh 10. Asas Meniadakan Akibat suatu
4. Asas Bertindak Cermat Keputusan yang Batal

5. Asas Motivasi untuk Setiap 11. Asas Perlindungan atas


Keputusan Pandangan (Cara) Hidup
12. Asas Kebijaksanaan
6. Asas jangan Mencampuradukkan
Kewenangan 13. Asas Penyelenggaraan
7. Asas Permainan yang Layak Kepentingan Umum
BAB XX
ILMU PERATURAN PERUNDANGAN
Stuffen – Teori Mazhab Wiena

Grundnorm

Menurut teori ini, peraturan – peraturan Hukum Positif


disusun secara bertingkat – tingkat dari atas, yaitu dari
grundnorm secara bertingkat – tingkat kebawah, ke suatu yang
melaksanakan norma – norma hukum tersebut secara konkret.
Grundnorm merupakan dasar segala kekuasaan dan merupakan
“legalitas” Hukum Positif. Dari grundnorm yang merupakan s
uatu norma yang abstrak, dibentuk satu susunan norma – norma
yang lebih konkret, kemudian dari susunan kedua ini dibuat
suatu susunan dikonkretkan dalam undang – undang dasar;
norma – norma dalam undang – undang dasar; lebih
dikonkretkan lagi dalam undang – undang, dari undang – undang
ke peraturan pemerintah, dan seterusnya.
Perbedaan Hukum Publik dan Hukum Privat

Argumentasi yang digunakan oleh para penganut yang mengadakan


perbedaan perbedaan antara publik dan privat ialah sebagai berikut :
1. Kewajiban – kewajiban dibidang Hukum Publik berasal dari suatu perintah dari
satu pihak, sedang kewajiban – kewajiban dibidang privat berasal dari persetujuan
timbal balik antara orang perorangan.
2. Dibidang Hukum Publik alat – alat yang memerintahkan juga yang dapat
memaksakan perintah tersebut, sedang dibidang hukum privat pelaksanaan apa
yang telah disetujui tidak dapat dipaksakan oleh pihak – pihak yang mengadakan
persetujuan. Akan tetapi hanya dapat dipaksanakan oleh alat – alat negara yang
kedudukannya berada diatas pihak – pihak yang mengadakan persetujuan
tersebut.
Stufenbau Des Rechts
(Tingkatan Peraturan
Perundangan)

- Hierarki Peraturan Perundangan


- Hierarki Peraturan Perundangan pada Masa Hindia Belanda
Asas – Asas Peraturan Perundangan

Macam – Macam Asas Peraturan Perundangan

1. Asas 1: Undang – undang tidak berlaku surut


2. Asas 2: undang – undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi pula.
3. Asas 3: undang – undang yang bersifat khusus menyampingkan undang – undang yang
bersifat umum, jika pembuatnya sama (Lex Specialis derogat lex generalis)
4. Asas 4: undang – undang yang berlaku belakangan membatalkan undang – undang
yang berlaku terdahulu telah (Lexposteriore derogat lex priori)
5. Asas 5: undang – undang tidak dapat diganggu gugat.
6. Asas 6: undang – undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai
kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat walaupun individu, melalui
pembaruan atau pelestarian (asas welvaartstaat)
Pengertian Yurisprudensi

Anggapan dari Aliran


Legisme
Anggapan dari Freie Rechtsbewegung
(Freie Rechtslehre)

Aliran Rechtevinding
Kebebasan yang terikat dan keterikatan yang bebas
tersebut terbukti dari adanya beberapa wewenang hakim,
seperti :

1. Penasiran Undang – Undang (wetsinterpretatie)


2. Komposisi yang mencakup

Anda mungkin juga menyukai