TINJAUAN PUSTAKA
7
Shant Dellyana .1988. Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta. Liberty. Hlm. 32
8
Satjipto Raharjo. 2009. Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta. Genta
Publishing. Hlm. 25
15
dilaksanakan oleh banyak pihak agar tercapai cita-cita luhur
bangsa.
prosedur di dalamnya.
16
Penegakan hukum adalah proses untuk melaksanakan
1. Teguran (percobaan)
1. Faktor hukum
atau etis
9
Abdulkadir Muhammad. 2006. Etika Profesi Hukum. Bandung. PT.Citra Aditya Bakti. Hlm. 115
10
Soerjono Soekanto. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada. Hlm. 8
17
d. Menurut metode pernyataan formalnya atau
pelaksanaan otoritasnya
antara lain :
penguasa
11
Riduan Syahrani. 2009. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hlm.18
12
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim. 2007. Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. Hlm. 39
18
masyarakat, serta ditujukan untuk kehidupan
19
boleh ada perbedaan di dalam proses penegakan hukum
yang berlangsung.
penegakan hukum.
20
dalam membantu menyelesaikan suatu permasalahan
dibetulkan
atau ditingkatkan
13
Purbacaraka & Soerjono Soekanto. 1983. Menekuni Sosiologi Hukum Negara. Jakarta. Rajawali
Press. Hlm. 20
14
Alvin S. Johnson. 2004. Sosiologi Hukum. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm. 194
21
suatu masalah dan pemikiran mereka tidak berbelit-
alami.
cenderung mengabaikannya.
22
masyarakat, karena hal itu berpengaruh terhadap
5. Faktor kebudayaan
keseharian masyarakat.
15
Ramly Hutabarat. 1985. Persamaan di Hadapan Hukum (Equality Before The Law) di
Indonesia. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hlm. 78
23
dijadikan acuan perilaku. Ketiga hal ini kemudian
hukum.16
yang baik.
baik.17
16
Lawrence M. Friedman. 2001. Hukum Amerika : Sebuah Pengantar. Jakarta. Tatanusa. Hlm.8
17
M. Muhatrom. 2015. Pengaruh Budaya Hukum Terhadap Kepatuhan Hukum dalam
Masyarakat. Jurnal Suhuf Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Vol. 27 No.2 bulan November. Hlm. 124-126
24
Di dalam penegakan hukum pidana terdapat tahap-tahap
a. Tahap Formulasi
b. Tahap Aplikasi
c. Tahap Eksekusi
18
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 2005. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung.
Citra Aditya Bakti. Hlm. 173
25
A.3 Unsur-Unsur Penegakan Hukum
tinggi.
26
c. Aturan hukum yang ada adalah yang sesuai
19
Soeroso. 2011. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. PT. Sinar Grafika. Hlm. 85
27
dalam mengaktualisasikannya ke dalam hukum
positif.20
2. Manfaat (zweckmassigkeit)
setiap individu.
dalam masyarakat.
20
Fernando M. Manullang. Menggapai Hukum Berkeadilan : Tinjauan Hukum Kodrat dan
Antinomi Nilai/ E. Jakarta. Kompas. 2007. Hlm. 95
21
Besar. 2016. Utilitarianisme dan Tujuan Perkembangan Hukum Multimedia di Indonesia.
Dalam http://business-law.binus.ac.id, diakses 28 November 2018.
28
3. Keadilan (gerechtigkeit)22
cita keadilan.23
setiap individu.24
22
Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum. Yogyakarta. Liberty. Hlm. 145
23
Franz Magins & Suseno. 1991. Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern. Jakarta. PT. Gramedia. Hlm. 81
24
S.P. Lili Tjahjadi. 1991. Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan Imperatif
Kategoris. Yogyakarta. Kanisius. Hlm. 47
29
Sifat hukum yang mengatur secara tegas berguna untuk
sembarangan.
batin
30
Karena itulah hukum dapat dikatakan sebagai sarana untuk
25
Soedjono Dirdjosisworo. 2007. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Raja Grafindo. Hlm. 154
31
menjamin tegaknya hukum, yang memiliki tugas untuk
dalam kehidupan.26
26
Tim Penelitian Hukum. 2015. Laporan Akhir Tim Penelitian Hukum tentang Peran Penegak
Hukum dalam Rangka Meningkatkan Kepercayaan Publik Kepada Lembaga Peradilan. Jakarta.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
27
Ilman Hadi. Penegak Hukum di Indonesia. Dalam http://www.hukumonline.com, diakses 4
Desember 2018
32
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari lembaga-
1. Kepolisian
a. Perlindungan masyarakat;
b. Penegakan hukum;
masyarakat
28
Wikipedia. Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam https://id.wikipedia.org, diakses 4
Desember 2018
33
sebagai penegak hukum dalam sistem peradilan
pidana.29
masyarakat.
2. Kejaksaan
kekuasaan lainnya.
29
Barda Nawawi Arief. 2013. Kebijakan Kriminal. Bahan Seminar. Hlm. 5
34
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
35
pengawasan dalam rangka mendukung pelaksanaan
3. Kehakiman
Mahkamah Konstitusi.
30
Peraturan Jaksa Agung No : 011/A/JA/01/2010 tentang Rencana Strategis Kejaksaan Republik
Indonesia Tahun 2010-2014 tanggal 28 Januari 2010.
36
hukum yang berpengaruh terhadap efektifitas hukum di
negara Indonesia.
hukum.31
dalamnya.
31
Bambang Waluyo. 1992. Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia. Jakarta.
Sinar Grafika, Edisi 1 Cetakan 1. Hlm. 11
37
perundang-undangan yang berlaku maka disitulah
4. Advokat
38
membela klien sesuka hati nantinya karena sebagai
oleh klien.
32
Muhamad Yasin. Status Advokat Sebagai Penegak Hukum Dipersoalkan. Dalam
https://www.hukumonline.com, diakses 5 Desember 2018
39
Jika selama proses peradilan subjek hukum yang
yang telah ada, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, akan
33
Jimly Asshiddiqie. 2015. “The Rule of Law” di Indonesia Pasca Reformasi. Disampaikan dalam
acara pembukaan Sarasehan “The Rule of Law di Indonesia” oleh The World Justice Project.
Jakarta.
40
Narkotika berasal dari kata Narcois yang memiliki arti
merupakan sebuah zat, baik yang berasal dari bahan alami atau
34
M. Wresniworo. 1999. Masalah Narkotika, Psikotropika, dan Obat-Obatan Berbahaya. Jakarta.
Yayasan Mitra Bintibmas. Hlm. 403
35
Sunarso Siswanto. 2004. Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 11
36
Korp Reserse Polri Direktorat Reserse Narkoba. 2006. Peranan Generasi Muda dalam
Pemberantasan Narkoba. Jakarta. Makalah Polri. Hlm. 2.
41
sintetis yang mempengaruhi tubuh serta pikiran karena langsung
makna dari Narkotika tetaplah sama yakni zat atau obat yang
42
dimanfaatkan untuk menyembuhkan orang dengan penyakit mental
terasa.
37
Gatot Supramono. 2001. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta. Djambatan. Hlm. 153
43
4. Munculnya ketergantungan fisik akibat dari keinginan
38
Hawari. 2009. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat
Adiktif) : Edisi 2. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm. 6
44
Undang-undang ini digunakan sebagai acuan pengendalian dan
disalahgunakan.
45
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui DPRD
46
dapat dibedakan berdasarkan jenis bahan dasar pembuatannya dan
1. Berdasarkan bahan
a. Alami
yakni :
- Ganja
39
Hari Sasongko. 2003. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana : Untuk Mahasiswa,
Praktisi dan Penyuluh Masalah Narkoba. Jakarta. CV. Mandar Maju. Hlm. 48
40
Soekarno. 1972. Perang Total Melawan Narkotika. Surabaya. Yayasan Generasi Muda. Hlm. 65
47
- Opium
sakit.41
b. Semi Sintetis
41
Andi Hamzah dan R.M. Surahman. 1994. Kejahatan Narkotika dan Psikotropika. Jakarta. Sinar
Grafika. Hlm. 16
48
paling akhir dalam mengobati pasien karena
c. Sintetis
gangguan kejiwaan.
methamphetamine
bubuk
2. Berdasarkan efek
a. Stimulan
42
Muhammad Taufik dkk. 2017. Pemeriksaan Narkotika Menggunakan Sampel Urine. Medan.
Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi dan Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Volume 1, Nomor1,
ISSN 2579-7603, hlm. 1
49
Stimulasi ini akan bekerja untuk menstimulasi
dan ekstasi.
b. Depresan
opiat, anastetik.
c. Halusinogen
diderita oleh pasien, menjadi racun bagi tubuh, dan yang terparah
50
adalah menyebabkan kematian karena berimbas ke jantung atau
sama harus diawasi karena efeknya yang berbahaya bagi tubuh jika
1. Pil PCC
2. Pil Double L
43
Departemen Kesehatan. Bahaya PCC, Orangtua Diimbau Ekstra Hati-Hati. Dalam
www.depkes.go.id,. Diakses 7 Februari 2019
51
Pil Double L termasuk ke dalam Psikotropika
mengantuk.44
teman/suami/istri;
44
Febrin Sarshia Valentine. 2017. Penalaran Moral Remaja Mantan Pengguna Obat Double L
(Studi Kasus Pada Siswa SMP di Sekolah Berbasis Agama). Program Studi Psikologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Barwijaya. Hlm. 4
45
Moh. Hatta. Kebijakan Politik Kriminal : Penegakan Hukum dalam Rangka Penanggulangan
Kejahatan. 2010. Yogyakarja. Pustaka Pelajar. Hlm. 109-110
52
b. Akibat zat itu sendiri : gangguan impotensi,
emboli
46
Kartini Kartono. 2001. Pathologi Sosial. Bandung. Alumni. Hlm. 127
53
pidana dilaksanakan demi tercapainya tujuan hukum, salah satunya
54
berupa sanksi penjara maupun sanksi denda karena si pelaku yang
perbuatannya.
pihak lain dengan cara yang illegal atau melawan hukum, disebut
orang lain baik itu dalam transaksi jual beli atau dengan tujuan
47
Tri Jata Ayu Pramesti. Apakah Bandar Narkotika Sama dengan Pengedar?. Dalam
https://hukumonline.com, diakses 10 Desember 2018
55
Pun demikian, tidak semua pengedar bisa dikategorikan
kelompok dan tanpa ijin resmi dari pihak berwenang yakni Menteri
rumah sakit, atau bahkan surat dari puskesmas. Jika tidak ada
56
dokumen-dokumen resmi terkait dengan narkotika yang
ke sebanyak-banyaknya orang.
48
Moh. Taufik Makarao dkk. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hlm. 45
57
dengan mudah, dan banyaknya transportasi umum sehingga
beberapa negara.
1. Kelompok Pengedar
identitasnya.
49
Ibid.
58
anggota masyarakat yang bermasalah dan merasa
2. Kelompok Pengguna
tanganan Narkotika.
50
Frank E. Hagan. 2013. Pengantar Kriminologi, Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal. Jakarta.
Kencana. Hlm. 2
59
melatarbelakangi terjadinya suatu kejahatan. Kajian mengenai
kejahatan, tidak hanya melalui satu ilmu saja, atau melalui teori
kriminologi saja. Tetapi ada banyak ilmu lain yang dapat dikaitkan
ilmu lainnya.
antara lain51 :
51
Indah Sri Utami. 2012. Aliran dan Teori dalam Kriminologi. Yogyakarta. Thafa Media. Hlm 70-
73
60
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat. Kedua,
2. Teori Anomie
kehidupan sosial.
3. Teori Konflik
61
masyarakat tentunya selalu mengalami perubahan baik
62
Pertama, moral sinisme yang dapat menjadi dasar
dapat dihindari.
63