B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan
yang perlu dikemukakan. Adapun perumusan masalah yang hendak dikemukakan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kriminalisasi terhadap hakim dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak?
2. Bagaimana Pendapat pakar hukum tentang kriminalisasi terhadap hakim dalam
UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak?
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan kajian bagi
semua kalangan akademisi dan penegak hukum untuk menambah wawasan
dibidang ilmu hukum khususnya yang berkaitan dengan pemidanaan terhadap
hakim dalam UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
D. Kerangka Pemikiran
Istilah pemidanaan merupakan istilah umum dan konvensional yang
mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi
dengan bidang yang cukup luas. Sudarto menjelaskan pemidanaan sebagai
penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang yang melakukan perbuatan
yang memenuhi syarat tertentu.
Hakim merupakan sosok seorang penegak hukum yang sangat menentukan
arah, jenis, maupun lamanya proses pembinaan terhadap pelaku tindak pidana
berdasarkan putusan yang dikeluarkannya. Adapun definisi hakim menurut Pasal 1
butir (8) KUHAP yaitu : “Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk mengadili”.
Hakim harus selalu menaati kode etik hakim dan diharapkan hakim dapat
bersikap adil dan bijaksana, sehingga putusannya benar-benar selaras dengan nilai-
nilai yang diyakini masyarakat sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto.
“Hakim tidak boleh mengadili semata-mata menurut perasaan keadilan
pribadi, tetapi ia terikat pada nilai-nilai yang secara nyata berlaku dan hidup dalam
masyarakat. Dengan kepentingannya diharapkan bahwa seorang hakim memperkuat
kehidupan norma hukum yang bersangkutan”.Putusan adalah pernyataan hakim yang
dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka
untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugatan (kontentius).Menurut
Pasal 191 KUHAP, bahwa seorang hakim dapat menjatuhkan putusan berupa:
1. Menjatuhkan pidana/tindakan
2. Membebaskan; atau
3. Melepaskan dari segala tuntutan.
Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan tindak
pidana anak, terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang mengatur menganai
pemidanaan terhadap hakim.Misalnya ketentuan Pasal 7 ayat (2) UU SPPA itu
mengatakan apabila hakim tidak melakukan diversifikasi atau penyelesaian perkara di
luar pengadilan, ini nanti diancam pidana dua tahun.
Adapun substansi yang diatur dalam undang-undang ini, antara lain, mengenai
penempatan Anak yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Substansi yang paling mendasar dalam undang-
undang ini adalah pengaturan secara tegas mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi
yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan
sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum dan diharapkan Anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar.
Oleh karena itu, sangat diperlukan peran serta semua pihak dalam rangka
mewujudkan hal tersebut.
E. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu metode ilmiah yang dilakukan melalui penyelidikan
dengan seksama dan lengkap terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh
mengenai suatu permasalahan tertentu sehingga dapat diperoleh melalui suatu
permasalahan itu. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah,
yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisisnya.
Adapun mengenai metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai
berikut:
1. Metode pendekatan
Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif,
karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan, sebagai norma-norma tertulis
yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat Negara yang
berwenang. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan, hanyalah “terbatas” pada
peraturan perundang-undangan (tertulis) yang terkait dengan objek yang diteliti.
2. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang keadaan subyek dan/atau obyek penelitian
sebagaimana adanya.23 Tipe kajian dalam penelitian ini bermaksud
menggambarkan tentang kriminalisasi terhadap hakim apabila tidak melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam suatu undang-undang.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan digunakan untuk mendapatkan bahan hukum primer dan
bahan hukum skunder.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Bahan Hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat.24
Adapun bahan hukum primer dari penelitian ini terdiri dari:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
2) UU No. 48 Tahun 2009 perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
3) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
4) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
5) UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder, meliputi literatur-literatur yang berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman dan sistem peradilan pidana anak.
c. Bahan Hukum Tersier
Adalah bahan hukum yang mendukung hukum primer dan bahan hukum
sekunder, diantaranya berupa bahan dari media internet dan kamus.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data penulisan penelitian ini penulis melakukan
dengan menggunakan studi kepustakaan dengan penelusuran buku literature,
jurnal dan dekumen perundangan yang relevan dengan permasalahan.
5. Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan yakni dengan menerapkan logika, yakni logika
berfikir deduktif. Logika pemikiran deduktif merupakan cara menarik kesimpulan
dengan menjadikan norma ditempatkan sebagai premis mayor, selanjutnya data
sekunder yaitu buku literature ditempatkan sebagai premis minor, langkah yang
dilakukan selanjutnya adalah menarik konklusi, konklusi ini diperoleh dengan
cara membandingakan data sekunder (premis minor) dengan norma ( premis
mayor) sehingga pada tahap akhirnya penulis dapat menarik suatu kesimpulan.