Anda di halaman 1dari 3

Nama: ADIKA SAPUTRA

NIM: 042787074

1. Etika merupakan konsepsi tentang baik atau buruknya perangai atau perilaku
seseorang. Sedangkan moral adalah perilaku yang baik atau buruknya
seseorang. Etika merupakan ide – ide, cita – cita tentang dambaan kebaikan
perbuatan atau perilaku manusia. Bagi profesional hukum dalam menjalankan
fungsi keprofesionalannya diperlengkapi dengan rambu – rambu dalam arti
luas, yaitu rambu – rambu hukum (hukum perundangan) dalam arti luas, dan
rambu – rambu etik dan moral profesi (kode etik profesi), sehingga tanggung
jawab profesi dalam pelaksanaan profesi meliputi tanggung jawab hukum dan
tanggung jawab moral.

Berlandaskan pada pengertian dan urgensi etika, maka dapat diperoleh suatu
deskripsi umum, bahwa ada titik temu antara etika dan dengan hukum.
Keduanya memiliki kesamaan substansial dan orientasi terhadap kepentingan
dan tata kehidupan manusia. Dalam hal ini etika menekankan
pembicaraannya pada konstitusi soal baik buruknya perilaku manusia.
Perbuatan manusia dapat disebut baik, arif dan bijak bilamana ada ketentuan
secara normatif yang merumuskan bahwa hal itu bertentangan dengan
pesan-pesan etika.

2. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang


untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang
lain berdasarkan undang-undang.

Jabatan fungsional jaksa adalah bersifat keahlian teknis yang melakukan


penuntutan. Bahwa dalam rangka mewujudkan jaksa yang memiliki integritas
kepribadian serta disiplin tinggi guna melaksanakan tugas penegakan hukum
dalam mewujudkan keadilan dan kebenaran, maka diperlukan adanya kode
etik profesi jaksa. Kode etik profesi jaksa diatur dalam peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/ JA/07/2007, tentang Kode Etik
Perilaku Jaksa.

Kewajiban Jaksa dalam Melaksanakan Tugas Profesi

Pasal 3

1. Menaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan, dan peraturan


kedinasan yang berlaku. Jaksa harus mengikuti peraturan-peraturan yang
berlaku pada saat ini

2. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan


prosedur yang ditetapkan.
3. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai
keadilan dan kebenaran.

4. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan atau ancaman opini publik
secara langsung atau tidak langsung. Seorang jaksa harus berpendirian
terhadap dirinya sendiri tanpa gangguan dari orang lain dan tidak boleh takut
dengan ancaman seseorang

5. Bertindak secara objektif dan tidak memihak. Jaksa tidak boleh berpihak
kepada salah satu tersangkat karena tersangkat masih ada hubungan dengan
jaksa

6. Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh


tersangka atau terdakwa maupun korban.

7. Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak


hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu.

8. Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan


pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial
atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung.

9. Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya


dirahasiakan.

10. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak


melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. Menghormati dan melindungi hak asasi manusia dan hak-hak kebebasan
sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan
instrumen hak asasi manusia yang diterima secara universal.

12. Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana.

13. Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan


prosedur yang ditetapkan.

14. Bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan


pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

3. Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1): “Yang dimaksud dengan “Advokat


berstatus sebagai penegak hukum” adalah Advokat sebagai salah satu
perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara
dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.”

Selain frasa “penegak hukum” seperti dalam UU Advokat, terdapat pula istilah
lain yang masih memiliki hubungan dengan istilah “penegak hukum”
yang dapat ditemui dalam peraturan yang terpisah antara lain:
a. Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia : 
“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.”

b. Pasal 101 ayat (6) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan
penjelasannya: Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam (Badan Pengawas
Pasar Modal) dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain. 

Dalam penjelasannya disebutkan: Yang dimaksud dengan “aparat penegak


hukum lain” dalam ayat ini antara lain aparat penegak hukum dari Kepolisian
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman,
dan Kejaksaan Agung.

c. Pasal 49 ayat (2) huruf i UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan dan penjelasannya: Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Otoritas Jasa Keuangan berwenang meminta bantuan aparat
penegak hukum lain. Dalam penjelasannya: Yang dimaksud dengan
"penegak hukum lain" antara lain kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan.

d. Pasal 2 UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah


Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi: 
“Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”

e. Pasal 1 angka 8 PP No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong
Praja: 
“Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP,
adalah bagian perangkat daerah dalam penegakan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.”

Anda mungkin juga menyukai