OLEH :
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS HUKUM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tegaknya supremasi hukum merupakan harapan seluruh masyarakat
Indonesia yang hidup dalam Negara Hukum Indonesia. Penegakan hukum
tidak telepas dari adanya peraturan perundang-undangan, lembaga penegak
hukum dan aparat penegak hukum serta kemauan atau kesadaran masyarakat
untuk mematuhi hukum yang berlaku.
Hakim adalah salah satu aparat penegak hukum yang mempunyai tugas
berat namun mulia. Salah satu persyaratan mutlak dalam sebuah negara yang
berdasarkan hukum adalah pengadilan yang mandiri, netral (tidak berpihak),
kompeten dan berwibawa yang mampu menegakkan wibawa hukum,
pengayoman hukum, kepastian hukum dan keadilan. Dengan memenuhi
kriteria tersebut maka dapat menjamin keadilan bagi pencari keadilan dalam
peradilan.
Hakim merupakan aktor utama lembaga peradilan, yang memiliki
posisi, dan peran yang sangat penting, terlebih dengan segala kewenangan yang
dimilikinya. Sebagai contoh, melalui putusannya, seorang hakim dapat
mengalihkan hak kepemilikan seseorang, mencabut kebebasan warga negara,
menyatakan tidak sah tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap
masyarakat, sampai dengan memerintahkan penghilangan hak hidup
seseorang.
Hal ini menggambarkan bahwa seorang hakim mempunyai kebebasan
dalam memutuskan perkara namun sejauh mana kebebasan itu sejalan dengan
etika profesi hukum yang diembannya. Hakim di mana dan kapan saja diikat
oleh aturan etik disamping aturan hukum. Aturan etik adalah aturan mengenai
moral atau atau berkaitan dengan sikap moral. Moral menyangkut nilai
mengenai baik dan buruk, layak dan tidak layak, pantas dan tidak pantas.
Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah penjabaran dari
kode etik profesi Hakim yang menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia, baik
dalam menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan
kebenaran maupun dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat yang harus
dapat memberikan contoh dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan
kepada hukum.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai kebebasan
hakim dalam memutuskan perkara dan kebebasan tersebut ditinjau dari etika
profesi hukum seorang hakim. Agar semua kewenangan yang dimiliki oleh
hakim dilaksanakan dalam rangka menegakkan hukum, kebenaran dan
keadilan tanpa pandang bulu dengan tidak membeda-bedakan orang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a) Apa yang dimaksud dengan kebebasan hakim?
b) Bagaimanakah kebebasan hakim dalam memutuskan perkara ditinjau dari
etika profesi hukum?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
a) Mengetahui makna dari kebebasan hakim
b) Menganalisis kebebasan hakim ditinjau dari etika profesi hukum.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kekuasaan Kehakiman
Perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 telah membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan
khususnya dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. UUD 1945 menegaskan
bahwa Indonesia adalah Negara hukum, dasar sebagai Negara berdasarkan atas
hukum mempunyai sifat normatif bukan sekedar asas belaka. Sejalan dengan
ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting Negara hukum adalah
jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari
pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang merdeka yang
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Hakim adalah hakim pada Mahkamah
Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada
pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
Kekuasaan kehakiman, dalam konteks Negara Indonesia, adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila ,demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia
Menurut Ridwan HR, implementasi Negara hukum harus didukung
dengan sistem demokrasi. Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan
kehilangan bentuk dan arah sedangkan hukum tanpa demokrasi akan
kehilangan makna. Selanjutnya J.B.J.M ten Berge menyebutkan prinsip-
prinsip Negara hukum sebagai berikut :
a) Asas legalitas, pembatasan kebebasan warga Negara (oleh Pemerintah)
harus ditemukan dasarnya dalam undang-undang yang merupakan
peraturan umum.
b) Perlindungan hak-hak asasi
c) Pemerintah terikat pada hukum
d) Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum, hukum
harus dapat ditegakkan ketika hukum itu dilanggar.
e) Pengawasan oleh hakim yang merdeka, superioritas hukum tidak dapat
ditampilkan jika aturan-aturan hukum hanya dilaksanakan organ
pemerintahan sehingga diperlukan pengawasan oleh hakim yang merdeka.
A. Kebebasan Hakim
Amandemen UUD 1945 mengandung arti adanya the rule of law yang
juga mementingkan hukum tak tertulis maka titik beratnya adalah keadilan
maka dalam membuat keputuasn hakim tidak harus tunduk pada bunyi hukum
tertulis melainkan dapat membuat putusan sendiri dengan menggali rasa dan
nila-nilai keadilan di dalam masyarakat.
Pada jenis tanggung jawab ini, penilaian terhadap sesuai atau tidaknya
tindakan yang dilakukan oleh hakim dengan ketentuan yang berlaku menjadi
hal yang paling diutamakan. Selain itu, penilaian terhadap kinerja dan
profesionalisme hakim dalam menjalankan tugasnya juga menjadi perhatian.
Setiap hakim dituntut mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai
profesional di bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan, secara
materi dan formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak bagi para
hakim untuk memahami secara mendalam aturan-aturan mengenai hukum acara
di persidangan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa :
B. Saran
a) Diperlukan kesadaran dan pemahaman yang baik dari para hakim untuk
tidak menyalahgunakan kebebasan dalam memutuskan perkara dan tetap
berpedoman pada kode etik dan pedoman perilaku hakim.
b) Diperlukan pengawasan secara khusus bagi para hakim untuk tetap menjaga
perilaku dan profesionalismenya dalam menegakkan keadilan dan
kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Kelsen, Hans,2011, Teori Umum tentang Hukum dan Negara ,Nusa Media,
Bandung