Anda di halaman 1dari 6

Nama : Syifa Anindya

NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Hukum Agrarian (UAS)

1. Sebutkan hapusnya Hak Milik sesuai pasal 27 UUPA!


Jawaban : Pasal 27 UUPA mengatur mengenai hapusnya hak milik yaitu hak milik dapat hapus
karena tanahnya jatuh kepada negara karena pencabutan, penyerahan secara sukarela, tanahnya
diterlantarkan, dan karena tanahnya musnah.

2. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan hak atas tanah sesuai Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) berikut ini :
a) Hierarki Hak penguasaan atas tanah menurut UUPA!
Jawaban :
a. Hak bangsa Indonesia atas tanah
b. Hak menguasai negara atas tanah
c. Hak ulayat masyarakat hukum adat;
d. Hak-hak perseorangan, meliputi :
- Hak milik atas
- Hak guna usaha
- Hak guna bangunan
- Hak pakai
- Hak sewa
- Hak membuka tanah
- Hak memungut hasil hutan
- Hak-hak yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan
dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang
disebutkan dalam Pasal 53 Undang-Undang Pokok Agraria.
e. Wakaf tanah hak milik
f. Hak jaminan atas tanah (hak tanggungan)
g. Hak milik atas satuan rumah susun.

b) Jelaskan mengenai Hak-hak primer atas tanah!


Jawaban : hak-hak atas tanah primer adalah hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki atau
dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan hukum yang mempunyai waktu lama dan
dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau ahli warisnya

c) Apakah dimungkinkan seorang WNA dapat memperoleh Hak Milik? Jelaskan pendapat
Saudara dengan didasarkan pada dasar hukum yang berlaku!
Jawaban : orang asing dapat memiliki hak-hak atas tanah dan bangunan tertentu
yaitu hak pakai atas tanah dengan jangka waktu tertentu, hak sewa untuk bangunan, hak
milik atas satuan rumah susun (“Sarusun”), dan rumah tempat tinggal atau hunian.
Hak Pakai atas Tanah dengan Jangka Waktu Tertentu, Pasal 42 huruf b UUPA jo. Pasal 49
ayat (2) huruf e PP 18/2021 mengatur bahwa orang asing yang berkedudukan di Indonesia
dapat memiliki hak pakai atas tanah dengan jangka waktu tertentu.
d) Apa akibat hukumnya apabila sebuah perusahaan melakukan jual beli tanah Hak Milik? Apa
dasar hukumnya? Jelaskan!
Jawaban : Tanah hak milik yang dibeli oleh badan usaha berbadan hukum seperti PT
statusnya menjadi HGB karena pada dasarnya UUPA tidak memperbolehkan badan usaha
yang berbentuk badan hukum memegang hak milik atas tanah kecuali untuk badan hukum
tertentu yang ditetapkan pemerintah. Sehingga, yang dapat dilakukan salah satunya adalah
Nama : Syifa Anindya
NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Hukum Agrarian (UAS)

dengan cara pemberian HGB kepada badan usaha tersebut oleh pemegang hak milik dengan
akta yang dibuat oleh PPAT.
Yang Dapat Memperoleh Hak Milik atas Tanah :
Pasal 20 angka (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”) menjelaskan bahwa hak milik merupakan hak turun
temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, yang dapat beralih dan
dialihkan kepada pihak lain.
berdasarkan Pasal 21 ayat (1) dan (2) UUPA, hak milik hanya dapat diperoleh oleh warga
negara Indonesia dan badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan
Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas Tanah, badan-badan hukum
yang dimaksud adalah:
a. Bank-bank yang didirikan oleh negara;
b. Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian;
c. Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Agama;
d. Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah mendengar
Menteri Kesejahteraan Sosial.

e) Apakah pihak swasta dan Negara berhak atas Hak Milik? Jika tidak, mengapa? Jika ya,
mengapa? Dan jelaskan secara singkat!
Jawaban : Hak milik adalah hak kepemilikan tanah yang paling fundamental dan kuat yang
dapat dipunyai orang atas tanah. Hak ini dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Dengan memiliki hak ini, seseorang memiliki kuasa penuh atas tanah yang menjadi
miliknya.

Hak milik dapat dimiliki oleh perorangan atau badan hukum. Badan hukum yang dapat
mempunyai tanah hak milik ini dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun
1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas
Tanah (“PP No. 38/1963) yaitu:
- Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut Bank Negara);
- Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yang didirikan berdasarkan Undang-
Undang No. 79 Tahun 1958;
- Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Agama;
- Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah mendengar
Menteri Kesejahteraan Sosial.

Sedangkan perorangan yang dapat memiliki hak milik hanya warga negara Indonesia dan
badan hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 38 Tahun 1963, Selama seseorang di samping kewarganegaraan Indonesianya
mempunyai kewarganegaraan asing, maka ia juga tidak dapat mempunyai tanah dengan hak
milik
3. Apakah pihak swasta dan Negara berhak atas Hak Milik? Jika tidak, mengapa? Jika ya,
mengapa? Dan jelaskan secara singkat!
Nama : Syifa Anindya
NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Hukum Agrarian (UAS)

Jawaban : Hak milik adalah hak kepemilikan tanah yang paling fundamental dan kuat yang dapat
dipunyai orang atas tanah. Hak ini dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Dengan
memiliki hak ini, seseorang memiliki kuasa penuh atas tanah yang menjadi miliknya.

Hak milik dapat dimiliki oleh perorangan atau badan hukum. Badan hukum yang dapat
mempunyai tanah hak milik ini dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1963
tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah (“PP
No. 38/1963) yaitu:

- Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut Bank Negara);


- Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yang didirikan berdasarkan Undang-Undang
No. 79 Tahun 1958;
- Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah mendengar
Menteri Agama;
- Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah mendengar
Menteri Kesejahteraan Sosial.

Sedangkan perorangan yang dapat memiliki hak milik hanya warga negara Indonesia dan badan
hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38
Tahun 1963, Selama seseorang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai
kewarganegaraan asing, maka ia juga tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik

4. Uraikan dan jelaskan pernyataan berikut ini :


a) Pengertian hukum tanah yang bersifat pluralistik dan dualistik,
Jawaban :
- Pluralisme hukum agraria adalah sebuah kondisi yang menjadi konsekuensi atas pilihan
hukum masyarakat yang memiliki keragaman budaya, suku, adat istiadat serta agama.
Kondisi ini menciptakan adanya pilihan norma hukum yang digunakan selain hukum
nasional yang ditetapkan negara.
- Dualistik hukum yaitu di satu pihak berlaku Hukum Tanah Adat yang bersumber pada
Hukum Adat dan di lain pihak berlaku Hukum Tanah Barat yang pokok-pokok
ketentuannya terdapat dalam Buku II KUH Perdata, yang merupakan hukum tertulis.
b) Tujuan asas domein verklaring dan penerapannya selama masa kolonial dan saat ini?
Jawaban :
konsep domein verklaring adalah konsep yang pernah hidup pada zaman Belanda. Konsep
itu menjelaskan, bahwa tanah yang tidak bisa dibuktikkan kepemilkannya dengan surat,
maka otomatis akan menjadi tanah negara.
jika RUU ini diterapkan, maka banyak tanah masyarakat adat yang akan jadi milik negara.
Pasalnya, hingga sekarang masih banyak masyarakat adat yang tidak memiliki surat-surat
tanah.

5. Jelaskan pendapat Saudara mengenai hal-hal yang berkaitan antara pembangunan hukum tanah
nasional dengan hukum adat sebagai berikut :
a) Peran Hukum Adat sebagai sumber utama dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional!
Jawaban : Dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional, hukum adat merupakan “sumber
utama” untuk memperoleh behan-bahannya berupa konsepsi, asas-asas dan lembaga-
lembaga hukumnya, untuk dirumuskan menjadi norma-norma hukum yang tertulis, yang
disusun menurut sistem Hukum Adat. Hukum tanah baru yang dibentuk dengan
menggunakan bahan-bahan dari hukum adat berupa norma-norma hukum yang dituangkan
Nama : Syifa Anindya
NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Hukum Agrarian (UAS)

dalam peraturan perundang-undangan sebagai hukum yang tertulis, merupakan hukum tanah
nasional positif yang tertulis. UUPA merupakan hasilnya yang pertama. Fungsi hukum adat
sebagau sumber utama dalam pembangunan Hukum Nasional, inilah yang dimaksud dalam
konsiderans/berpendapat UUPA bahwa hukum tanah nasional berdasarkan hukum adat.
b) Pengertian dan fungsi serta keberadaan Hak Ulayat dalam Hukum Tanah Nasional
Jawaban : hak ulayat menurut Permen Agraria/Kepala BPN No. 5 tahun 1999, pasal 1 angka
1 menyebutkan hak ulayat adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh
masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan wilayah lingkungan
hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah
dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari
hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat
hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.
Pengelolaan tanah ulayat dilakukan oleh pemimpin adat (kepala adat) dan pemanfaatannya
diperuntukan baik bagi masyarakat hukum adat yang bersangkutan maupun orang luar.
c) Sebutkan dan jelaskan salah satu asas yang diadopsi dari Hukum Tanah Adat ke dalam
Hukum Agraria Nasional!
Jawaban :
- Asas Kebangsaan
Menurut Pasal 1 ayat (1) UUPA, seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah, air
dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia dan seluruh bumi,
air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional Indonesia.
- Asas Tingkatan yang Tertinggi, Bumi, Air, Ruang Angkasa dan Kekayaan Alam yang
Terkandung di dalamnya Dikuasai oleh Negara
Asas ini didasari pada Pasal 2 ayat (1) UUPA. Sesuai dengan pendirian tersebut,
perkataan “dikuasai” di sini bukan berarti dimiliki, akan tetapi adalah pengertian yang
memberikan wewenang kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan bangsa Indonesia
pada tingkatan yang tertinggi untuk:
 Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam;
 Menentukan dan mengatur hak dan kewajiban yang dapat dipunyai atas bumi, air,
ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang ditimbulkan
dari hubungan kepentingan orang dan unsur agraria itu;
 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan antara orang-orang dan perbuatan-
perbuatan hukum terkait bumi air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
- Asas Mengutamakan Kepentingan Nasional dan Negara berdasarkan atas Persatuan
bangsa daripada Kepentingan Perseorangan dan Golongan
Dapat dilihat dalam Pasal 3 UUPA. Sekalipun hak ulayat (tanah bersama menurut
hukum adat) masih diakui keberadaannya dalam sistem Hukum Agraria Nasional, akan
tetapi karena pelaksanaannya berdasarkan asas ini, maka untuk kepentingan
pembangunan, masyarakat hukum adat tidak dibenarkan untuk menolak penggunaan
tanah untuk pembangunan dengan dasar hak ulayatnya. Sehingga Negara memiliki hak
untuk membuka tanah secara besar-besaran, misalnya untuk kepentingan transmigrasi,
areal pertanian baru dan alasan lain yang merupakan kepentingan nasional.
- Asas Semua Hak Atas Tanah Mempunyai Fungsi Sosial
Asas ini tertulis dalam Pasal 6, berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada
seseorang, tidak dapat dibenarkan bila digunakan (atau tidak dipergunakan) semata-
mata untuk kepentingan pribadinya, terutama apabila hal tersebut menimbulkan
kerugian bagi masyarakat.
Nama : Syifa Anindya
NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Hukum Agrarian (UAS)

- Asas Hanya Warga Negara Indonesia yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas Tanah
Asas ini dapat ditemui dalam Pasal 21 ayat (1) UUPA.Hak milik adalah hak tertinggi
yang dapat dimiliki individu dan berlaku selamanya. Hak milik tidak dapat dipunyai
oleh orang asing. Asas ini tidak mencakup warga negara Indonesia yang menikah
dengan orang asing. Karena saat menikah terjadi percampuran harta, sehingga pasangan
warga negara Indonesia yang memiliki hak milik akan kehilangan haknya. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dibuat perjanjian pra-nikah yang menyatakan pemisahan
harta.
- Asas Persamaan bagi setiap Warga Negara Indonesia
Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) bahwa tiap warga negara Indonesia, baik laki-laki
maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak
atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun
keluarganya.
- Asas Tanah Pertanian Harus Dikerjakan atau Diusahakan secara Arif oleh Pemiliknya
Sendiri dan Mencegah Cara-cara Bersifat Pemerasan
Asas ini terdapat pada Pasal 10 ayat (1) UUPA. Munculnya kegiatan land reform atau
agrarian reform, yaitu perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah.
Sehingga tanah yang dimiliki atau dikuasai seseorang tetapi tidak digunakan
sebagaimana mestinya dapat digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
- Asas Tata Guna Tanah/Penggunaan Tanah Secara Berencana
Hal ini tertulis dalam Pasal 14 ayat (1) UUPA. Untuk mencapai apa yang menjadi cita-
cita bangsa dan Negara Indoensia dalam bidang agraria, perlu adanya suatu rencana
mengenai peruntukan, penggunaan dan persediaan bumi, air, dan ruang angkasa untuk
berbagai kepentingan hidup rakyat dan Negara. Rencana ini dibuat dalam bentuk
Rencana Umum yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yang kemudian dirinci lebih
lanjut menjadi rencana-rencana khusus tiap daerah.

d) Hubungan fungsional terkait tanah antara hukum adat dan hukum tanah nasional!
Jawaban : Hukum Adat berfungsi sebagai sumber utama dalam mengambil bahan-bahan
yang diperlukan oleh Hukum Tanah Nasional. Sedangkan hubungannya dengan Hukum
Tanah Nasional Positif, norma-norma Hukum Adat berfungsi sebagai hukum yang
melengkapi.
e) Penerapan asas pemisahan horizontal yang berasal dari hukum adat dalam hukum tanah
nasional? Jelaskan!
Jawaban : Asas pemisahan horizontal yang dianut hukum tanah adat menyatakan bahwa
bangunan, tanaman, dan bendabenda bersifat ekonomis lainnya yang ada di atas tanah
bukanlah merupakan bagian dari tanah. Kata lain, kepemilikan atas tanah tidak meliputi
kepemilikan atas bangunan diatasnya, bangunan berada di bawah kepemilikan pihak yang
membangun bangunan tersebut.
Nama : Syifa Anindya
NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Hukum Agrarian (UAS)

Anda mungkin juga menyukai